• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari Bahasa Inggris yaitu pesticides dengan asal suku kata pest berarti hama, sedangkan cide bermakna membunuh, sehingga pestisida dapat diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan

jasad pengganggu yang merugikan kepentingan manusia. Pestisida telah lama

dimanfaatkan di bidang kesehatan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan berbagai penyakit yang tertular oleh vector dan dibidang pertanian untuk mengendalikan serangan berbagai organisme pengganggu tanama n di lapangan maupun di tempat penyimpanan. Pada prinsipnya, pestisida adalah bahan racun

namun dapat bermanfaat apabila cara penggunaanya dilakukan secara tepat dan

benar (Hasibuan.,2015).

Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan

virus yang digunakan untuk

a) Memberantas atau mencegah hama- hama dan penyakit-penyakit yang

(2)

c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk

e) Memberantas atau mencegah hama- hama luar pada hewan piaraan dan ternak

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air

g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida.,2004).

2.1.2 Klasifikasi Pestisida Menurut OPT Sasarannya

Pengelompokan pestisida menurut jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) sasarannya, dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1: Penggelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya

Pestisida OPT sasaran Contoh

(3)

Nematisida

2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida

Para ahli kimia tidak henti- hentinya mencoba mencari pestisida yang ideal.

Kemajuan telah banyak diperoleh, tetapi sebegitu jauh, pestisida yang benar-benar ideal belum ada. Dari berbagai sumber, sifat-sifat ideal yang seyogianya dipunyai

oleh pestisida adalah sebagai berikut :

1. Sifat Biologi

a. Efikasi biologis optimal (dengan kata lain efektif)

b. Takaran aplikasi rendah, tidak terlampau membebani lingkungan c. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD56-nya tinggi) sehingga kurang

membahayakan penggunaan, konsumen dan lingkungan d. Sasarannya spesifik, khususnya untuk insektisida

e. Selektif

f. Tidak cepat menimbulkan resistensi dan resurjensi 2. Sifat Kimia Fisik

a. Tidak persisten

b. Tidak mudah menembus kulit manusia 3. Formulasi

a. Diformulasi dalam bentuk yang mendukung keselamatan pengguna,

(4)

c. Mudah diaplikasikan (Djojosumarto,P., 2009).

2.1.4 Residu Pestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung

dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat pengotor yang

dapat memberikan pengaruh toksikologis.

2.1.5 Batas Maksimum Residu Pestisida

Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi

maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai

konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanian bahan pangan, atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu

pestisida per kilogram hasil.

Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan berdasarkan

rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi. Dengan

demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan penggunaan pestisida yang sesuai dengan tatacara budidaya pertanian yang baik. BMR

pestisida berdasarkan adanya data yang mendukung bahwa residu pestisida yang

tertetapkan diketahui membahayakan manusia.

BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa pangan, baik dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang diperdagangkan

(5)

lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk suatu negara, sedangkan pada hasil yang diperdagangkan dalam lingkup nasional. BMR

pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur perdagangan (Komisi Pestisida.,

2004).

2.1.6 Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Pestisida pertanian dan pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dsb) yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Karena itu senyawa pestisida bersifat bioaktif. Artinya, pestisida dengan satu atau beberapa

cara mempengaruhi kehidupan misalnya membunuh hama / penyakit, mengusir

hama. Setiap racun selalu mengandung resiko (bahaya) dalam penggunaanya, baik risiko bagi manusia maupun lingkungan.

1. Risiko bagi Keselamatan Penggunaan

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.

Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan

dapat mengakibatkan kebutaan.

2. Risiko bagi Konsumen

Risiko bagi Konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang

terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak konsumen

(6)

bentuk keracuna kronis, tidak segera terasa dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

3. Risiko bagi Lingkungan

Risiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a) Risiko bagi orang, hewan atau tumbuhan yang berada di tempat atau di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya, dapat

diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat.

b) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkugan (tanah, air, udara) dengan segala akibatnya, misalnya kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan

keanekaragaman hayati, biakumulasi / biomagnifikasi dan sebagainya. c) Khusus pada lingkungan pertanian (agroekosistem), penggunaan

pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal berikut.

Bahan aktif dan berbagai merek pestisida begitu banyak dijual di kios-kios

pestisida atau toko sarana produksi pertanian. Pada tahun 1997 ada sekitar 500 nama dagang pestisida yang terdaftar pada Komisi Pestisida Departemen

Pertanian yang diizinkan untuk digunakan di bidang pertanian (termasuk

perkebunan) dan kehutanan. Persoalan pertama yang kita dihadapi ketika memutuskan menggunakan pestisida untuk mengendalikan OPT adalah

bagaimana memilih ratusan pestisida yang ada di pasaran. Untuk memilih pestisida yang benar, kita perlu tahu seluk-beluk pestisida, terutama yang

(7)

2.2 Insektisida

2.2.1 Pengertian Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa

mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian lainnya

merugikan karena menyebarkan penyakit pada manusia da n manusia ternak.

Walau demikian ada pula serangga yang sangat penting (Wudianto, R., 1997).

2.2.2 Insektisida Organofosfat

Organofosfat adalah nama umum ester dan fosfat. Insektisida organofosfat

(Organophosphates-OPs) adalah insektisida yang mengandung unsur fosfat. Insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektisida ini dikenal

sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu insektisida

juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic phosphate). Insektisida fosfat (phosphorus insecticides), kerabat gas beracun (nerve gas relatives), dan ester

asam fosfat (phosphotic acid esters).

Semua insektisida organofosfat adalah bentuk ester dari asam fosfat. Gugus X (R3) rumus kimia organofosfat lebih dikenal dengan istilah leaving group karena merupakan bagian yang paling reaktif dan dapat tergantikan oleh

unsure lain pada saat organofosfat mengalami fosforilasi asetilkholin, selain itu

gugus ini juga paling sensitif terhadap hidrolisis, sehingga cepat terurai. Seperti

(8)

dan R2 dapat berupa OCH3 (meti) atau OC2H5 (etil). Seperti terlihat pada gambar

2.1 berikut ini :

O

R1O P OR3

R2O

Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat

Organofosfat dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan tergantung

dari kombinasi unsur oksigen, karbon, sulfur, dan nitrogen. Semua kelompok organofosfat dapat dikenal melalui struktur kimia penyusunnya.

2.2.3 Chlorpyrifos

Chlorpyrifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun 1965 oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270 mg/kg.

Chlorpyrifos adalah organofosfat yang berspektrum luas. Untuk memperluas

penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa bentuk seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada

gambar 2.2 berikut ini.

(9)

(Hasibuan R., 2015).

2.2.4 Sifat Kimia Dan Fisika Klorpirifos

 Nama Umum : chlorpyrifos (BSI, E-ISO, ANSI, ESA, BAN)

 Nama Kimia : O,O-diethyl O-(3,5,6-trichloro-2-pyridyl) phosphorothioate  Nama Dagang : Lorsban, Dursban

 Berat Molekul : 350.6

 Rumus Empiris : C9H11Cl3NO3PS

 Bentuk : Butiran Kristal

 Warna : Putih hingga kecoklatan

 Bau : Merkaptan lembut

 Titik Leleh : 41.5 – 42.5°C

 Titik Didih : > 300°C

2.3Tomat

2.3.1 Mengenal Tomat

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik

kuantitas dan kualitas masih rendah. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga mengand ung karbohidrat, protein, lemak dan kalori.

Buah tomat juga adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran,

bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik, obat-obatan dan bahan baku industri

(10)

2.3.2 Sejarah Perkembangan Tomat

Sejarah pertomatan dimulai dari daratan Amerika Latin, lebih tepatnya di sekitar Peru, Equator. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai menyebar ke seluruh

bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian orang Meksiko mulai

membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa pada awal abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai dari Filipina melewati jalur Amerika Selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini sudah mucul di

Malaysia. Di benua Afrika penyebaran buah tomat dilakukan oleh para pedagang Portugis yang mendarat di Mesir atau Sudan kemudian dari sana menyebar ke

Afrika Barat.

Walaupun nenek moyang buah tomat berasal dari benua Amerika ternyata

tanaman ini terlambat dikenal oleh orang Amerika Serikat. Mereka baru mengenal tanaman ini sekitar abad ke-18 sebab ketika tanaman ini mulai masuk Amerika

Serikat mendapat sambutan yang kurang hangat. Konon kabarnya, orang Amerika

Serikat menganggap tomat sebagai cendawa n beracun sehingga mereka acuh tak acuh terhadap tanaman ini, bahkan takut untuk memakannya. Ketakutan ini

berakhir ketika tahun 1820 Robert Gibon Johnson dari kota Salem, New Hersey

nekat mempertontonkan “adegan bunuh diri” di hadapan orang-orang Salem.

Disaksikan oleh dua orang dokter spesialis perut, Robert melahap buah tomat satu

persatu. Dengan rasa cemas orang Salem menyaksikan Robert masih segar bugar

setelah memakan beberapa buah tomat. Sejak itu orang mulai percaya bahwa tomat bukan tanaman beracun. Bahkan mulai menyebar secara luas dan banyak

(11)

Tanaman ini di Indonesia mulai tampak menyebar di mana- mana dalam tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda. Di beberapa daerah dan negara

diberikan nama tersendiri baginya, dan hingga sekarang masih berlaku, namun

sebutan “tomat” sudah merupakan umum di seluruh nusantara

(Rismunandar.,1995).

2.3.3 Klasifikasi dan Kandungan Zat Gizi Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopersicum I

(Fitriani, E. 2012).

Komposisi zat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat

Zat Gizi Kandungan Gizi

(12)

Karbohidrat 4,2 g

Lemak 0,3 g

Kalsium (Ca) 5 mg

Fosfor (P) 27 mg

Zat besi (Fe) 0,5 mg

Vitamin A (karotena) 1.500 SI

Vitamin B (tiamin) 60 ug

Vitamin B2 (riboflavin) - Vitamin C (asam askorbat) 40 mg Bagian yang dapat dimakan 95 %

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1972

2.3.4 Fungsi dan Khasiat Tomat

Tomat selain sebagai buah dan campuran pada masakan, juga berkhasiat untuk mencegah berbagai macam penyakit seperti jantung, stroke, sembelit, dan

lain-lain. Beberapa manfaat buah tomat bagi kesehatan :

a. Mencegah Gusi Berdarah

b. Melawan Stroke dan Sakit jantung

c. Mencegah Gangguan Pencernaan d. Memulihkan Fungsi Hati

e. Kulit Terbakar Sinar Matahari f. Wasir

g. Tekanan Darah Tinggi, Mata Merah

h. Memar Akibat Terbentur

i. Radang Usus Buntu, Sakit Kuning

(13)

k. Demam

l. Radang Gusi, Gusi Berdarah

m. Sariawan, Ulkus di Rongga Mulut

n. Ulkus Lambung

o. Meningkatkan Nafsu Makan

p. Lemas Karena Kadar Glukosa Darah Rendah

2.4 Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama

kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan

dan deteksi senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang

signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat

melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.

KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis

kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya

berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya

berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,

dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

(14)

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan

awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa

tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/ kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen)

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karena pada satu ujung untuk

mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang

diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera diuapkan untuk

selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan

akurat. Septum karet, setelah d ilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk

mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.

Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk

(15)

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan

pemecahan

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan

d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung

semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunaan untuk

senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau penyuntikkannya melalui

lubang suntik, dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau terjadi pirolisis.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada

KG.

Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing column) dan

kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif (preparative column).

Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari

tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom

(16)

sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,

atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%- metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),

sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M;

DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M). 4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.

Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi

mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna

untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.

Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial,

dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram

yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG

(17)

sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan

tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks

misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain. 5. Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk

digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi- informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan

statistik.

d. Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu.

Kromatografi gas telah digunakan untuk menganalisis bahan-bahan yang

terkait dengan bidang farmasi seperti palarut, pengawet, dan bahan obat,

mengamati stabilitas suatu obat, dan untuk analisis se nyawa obat dalam cairan

bilogis (Rohman, A., 2009).

Gambar

Tabel 2.1: Penggelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya
gambar 2.2 berikut ini.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Prayitno (2004:23) bahwa ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam pembelajaran antara lain terknik bermain peran. Bermain peran dapat dijadikan sebagai salah

movie maker maka peneliti telah melakukan revisi produk media pembelajaran movie maker sesuai kritik dan saran dari para ahli dan siswa, yaitu menambah gambar

memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar kecilnya tekanan yang disebabkan

Apakah menurut saudara dengan adanya jaminan kecelakaan kerja akan.. menambah ketenangan anda

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul: “ KEPEMIMPINAN KEPALA MADARASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU MTS AL-HIKMAH BANDAR LAMPUNG ” adalah benar

Mariko stood up. It was time to integrate the new material. Busy, busy, busy, she thought. There had been a number of teething troubles in the last batch. One of the new

Menurut Jatmika dan Andarwati (2018) menyatakan bahwa kinerja juga dapat diartikan dari hasil keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam

Seiring dengan naiknya angle of attack, terjadi perbedaan yang signifikan pada kedua kondisi ini, seperti terlihat pada gambar 7(c) dan 7(d) Pada sudut sebesar 16.00°, posisi