• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundangan PP NO 7 TH 1990

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Perundangan PP NO 7 TH 1990"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 7 TAHUN 1990

TENTANG

HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Presiden Republ ik Indonesia,

Menimbang : a. bahwa hut an merupakan suat u pot ensi kekayaan al am yang dapat diperbaharui, yang perl u dimanf aat kan secara maksimal dan l est ari bagi Pembangunan Nasional secara berkel anj ut an unt uk sebesar-besar kemakmuran rakyat ;

b. bahwa unt uk meningkat kan produkt ivit as kawasan hut an yang kurang produkt if , meningkat kan kwal it as l ingkungan hidup sert a menj amin t ersedianya secara l est ari bahan baku indust ri hasil hut an perl u dil aksanakan pengusahaan hut an t anaman berdasarkan asas kel est arian dengan menerapkan sil vikul t ur int ensif ;

c. bahwa pel aksanaan pengusahaan hut an t anaman t ersebut dal am but ir b di at as, perl u dikembangkan dan dil aksanakan dengan cara pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri;

d. bahwa at as dasar hal -hal t ersebut di at as maka perl u mengat ur ket ent uan-ket ent uan t ent ang Hak Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri dal am suat u Perat uran Pemerint ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Kehut anan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823);

(2)

Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);

4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 t ent ang Penanaman Modal Dal am Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) sebagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengel ol aan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3216);

7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Perindust rian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

8. Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1967 t ent ang Iuran Hak Pengusahaan Hut an dan Iuran Hasil Hut an (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2844);

9. Perat uran Pemerint ah Nomor 33 Tahun 1970 t ent ang Perencanaan Hut an (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2945);

(3)

Hut an dan Hak Pemungut an Hasil Hut an (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3055);

11. Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1985 t ent ang Perl indungan Hut an (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);

12. Perat uran Pemerint ah Nomor 29 Tahun 1986 t ent ang Anal isis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338);

MEMUTUSKAN:

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Di dal am Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :

1. Hut an Tanaman Indust ri sel anj ut nya di dal am Perat uran Pemerint ah ini disebut HTI adal ah hut an t anaman yang dibangun dal am rangka meningkat kan pot ensi dan kual it as hut an prodasi dengan menerapkan sil vikul t ur int ensif unt uk memenuhi kebut uhan bahan baku indust ri hasil hut an.

(4)

pemasaran.

3. Areal Kerj a Pengusahaan HTI adal ah kawasan hut an yang dibebani Hak Pengusahaan HTI.

4. Rencana Karya Pengusahaan HTI adal ah suat u rencana umum yang memuat dasar-dasar, arahan dan pegangan bagi pengel ol aan unit HTI.

5. Rencana Karya Tahunan HTI adal ah rencana kerj a t ahunan pembangunan HTI yang memuat kegiat an f isik dan j adwal pel aksanaan dal am sat u t ahun.

6. Penat aan Bat as areal kerj a HTI adal ah kegiat an pembuat an t at a bat as areal yang mel iput i proyeksi bat as, pemancangan bat as, pengukuran, pemasangan pat ok bat as dan pemet aan sert a pembuat an berit a acara t at a bat as.

7. unit HTI adal ah sat u kesat uan pengusahaan hut an t anaman di dal am kawasan hut an produksi t et ap.

8. Kel as Perusahaan adal ah kesat uan pengel ol aan dal am pengusahaan hut an unt uk j enis t anaman pokok t ert ent u.

9. Tanaman Pokok adal ah j enis t anaman hut an yang memil iki l uas dan/ at au nil ai ekonomi yang dominan.

10. Daur t anaman adal ah j angka wakt u yang diperl ukan bagi suat u j enis t anaman sej ak mul ai penanaman sampai mencapai umur t ebang.

(5)

BAB II

TUJUAN PENGUSAHAAN

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 2

Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri bert uj uan unt uk :

1. Menunj ang pengembangan indust ri hasil hut an dal am negeri guna meningkat kan nil ai t ambah dan devisa.

2. Meningkat kan produkt ivit as l ahan dan kual it as l ingkungan hidup.

3. Memperl uas l apangan kerj a dan l apangan usaha.

BAB III

PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 3

(1) Hut an Tanaman Indust ri dikel ol a secara prof esional dan diusahakan berdasarkan asas manf aat , asas kel est arian, dan asas perusahaan.

(2) Unit HTI merupakan unit pengusahaan yang dapat t erdiri dari sat u at au l ebih kel as perusahaan.

Pasal 4

(6)

(2) Jenis t anaman dal am pembangunan HTI dapat t erdiri dari t anaman pokok dan t anaman l ain.

BAB IV

AREAL DAN LOKASI

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 5

(1) Areal hut an yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adal ah kawasan hut an produksi t et ap yang t idak produkt if .

(2) Ment eri menet apkan l okasi areal hut an unt uk pembangunan HTI.

Pasal 6

Luas areal set iap unit HTI diat ur sebagai berikut :

a. Unt uk mendukung indust ri pul p dit et apkan sel uas-l uasnya 300. 000 Ha.

(7)

BAB V

PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 7

(1) Hak Pengusahaan HTI dapat diberikan kepada badan usaha negara, swast a dan koperasi.

(2) Hak Pengusahaan HTI t idak dapat dipindaht angankan kepada pihak l ain t anpa perset uj uan Ment eri.

(3) Hak Pengusahaan HTI t idak dapat diberikan dal am areal hut an yang t el ah dibebani Hak Pengusahaan Hut an (HPH).

Pasal 8

(1) Kepada pemohon yang memenuhi persyarat an diberikan Hak Pengusahaan HTI ol eh Ment eri unt uk j angka wakt u sel ama 35 (t iga pul uh l ima) t ahun dit ambah daur t anaman pokok yang diusahakan.

(2) Hak Pengusahaan HTI sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diberikan ol eh Ment eri set el ah mendengar saran dan pert imbangan dari Gubernur Kepal a Daerah Tingkat I yang bersangkut an.

(8)

Pasal 9

(1) Unt uk memperol eh Hak Pengusahaan HTI kepada pemohon dipersyarat kan t el ah menyusun St udi Kel ayakan.

(2) Sel ain persyarat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), pemohon dapat diwaj ibkan unt uk mel akukan percobaan penanaman.

(3) Tat a cara dan persyarat an Permohonan Hak Pengusahaan HTI diat ur ol eh Ment eri.

Pasal 10

(1) Hak Pengusahaan HTI yang j angka wakt unya t el ah berakhir dapat diperpanj ang.

(2) Perpanj angan Hak Pengusahaan HTI sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diberikan apabil a menurut penil aian Ment eri pengusahaan HTI yang dil aksanakannya berj al an dengan baik.

(3) Krit eria dan t at a cara penil aian dal am rangka perpanj angan Hak Pengusahaan HTI dit et apkan ol eh Ment eri.

BAB VI

HAK PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 11

(9)

daur berdasarkan Hak Pengusahaan HTI yang diberikan kepadanya.

(2) Hak Pengusahaan HTI t idak memberikan pemil ikan hak dan penguasaan at as t anah.

BAB VII

KEWAJIBAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 12

Pemegang Hak Pengusahaan HTI berkewaj iban membangun HTI di areal kerj anya yang t el ah dit et apkan, dan mel aksanakan kewaj iban-kewaj iban sebagai berikut :

1. Membuat Rencana Karya Pengusahaan HTI sel ambat -l ambat nya 18 (del apan bel as) bul an sej ak dit erbit kannya Surat Keput usan Hak Pengusahaan HTI.

2. Membuat Rencana Karya Tahunan HTI sesuai dengan pedoman yang dit et apkan.

3. Mel aksanakan penat aan bat as areal kerj anya.

4. Mengel ol a areal Pengusahaan HTI berdasarkan Rencana Karya sert a ment aat i segal a ket ent uan di bidang kehut anan yang berl aku.

5. Membayar iuran Hak Pengusahaan HTI dan iuran hasil hut an at as hasil hut an yang dipungut dari areal kerj anya.

(10)

dari l uas areal yang diberikan.

7. Sel ambat -l ambat nya dal am j angka wakt u 25 (dua pul uh l ima) t ahun, set el ah areal Hak Pengusahaan HTI yang t el ah diberikan harus sudah dit anami.

8. Segera menanami kembal i set el ah mel akukan penebangan sesuai ket ent uan yang berl aku.

Pasal 13

(1) Pemegang Hak Pengusahaan HTI diwaj ibkan unt uk mempekerj akan secukupnya t enaga-t enaga ahl i kehut anan yang memenuhi persyarat an menurut penil aian Ment eri di bidang :

a. Perencanaan Hut an

b. Sil vikul t ur.

c. Pengel ol aan hut an.

(2) Ket ent uan mengenai kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

BAB VIII

PENDANAAN

Pasal 14

(11)

(2) Pemerint ah dapat t urut membiayai pembangunan HTI dal am bent uk Penyert aan Modal Pemerint ah (PMP) at au bent uk l ain sesuai perat uran perundangan yang berl aku.

BAB IX

PEMUNGUTAN HASIL

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 15

(1) Pemungut an hasil hut an t anaman indust ri sel ain penebangan pada akhir daur dapat dil akukan dal am bent uk penj arangan dal am rangka pemel iharaan.

(2) Ket ent uan t ent ang penj arangan dan penebangan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

BAB X

HAPUSNYA HAK PENGUSAHAAN

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Pasal 16

(1) Hak Pengusahaan HTI hapus karena :

a. Jangka wakt u yang diberikan t el ah berakhir dan t idak diperpanj ang.

(12)

Pemegang Hak Pengusahaan HTI.

c. Diserahkan kembal i ol eh Pemegang Hak Pengusahaan HTI kepada Pemerint ah sebel um j angka wakt u yang diberikan berkahir.

(2) Hapusnya Hak Pengusahaan HTI at as dasar ket ent uan ayat (1) t et ap mewaj ibkan Pemegang Hak Pengusahaan HTI unt uk :

a. Mel unasi Iuran Hak Pengusahaan HTI dan Iuran Hasil Hut an.

b. Mel aksanakan semua ket ent uan yang dit et apkan ol eh Ment eri dal am rangka hapusnya Hak Pengusahaan HTI.

Pasal 17

(1) Pada saat hapusnya Hak Pengusahaan HTI sebagaimana dimaksud dal am Pasal 16 ayat (1) maka :

a. Prasarana dan sarana yang t el ah dibangun di dal am areal kerj anya menj adi mil ik Negara.

b. Tanaman yang ada menj adi mil ik Negara.

(2) Ket ent uan yang mengat ur pel aksanaan ayat (1) dit et apkan ol eh Ment eri.

BAB XI

SANKSI

Pasal 18

Hak Pengusahaan HTI dapat dicabut apabil a :

(13)

2. Pemegang Hak Pengusahaan HTI t idak menyerahkan Rencana Karya Pengusahaan HTI dan/ at au Rencana Karya Tahunan HTI menurut ket ent uan Pasal 12 but ir 1 dan 2.

3. Pemegang Hak Pengusahaan HTI menghent ikan pekerj aannya dan meninggal kan areal nya sel ama 24 (dua pul uh empat ) bul an t erus menerus sebel um Hak Pengusahaan HTI berakhir.

4. Pemegang Hak Pengusahaan HTI t idak membayar iuran hasil hut an unt uk hasil hut an yang t el ah dikel uarkan dari areal pengusahaan HTI sesuai dengan perat uran perundangan yang berl aku.

5. Berdasarkan penil aian Ment eri set el ah l ebih dari 5 (l ima) t ahun sej ak dit erbit kannya Surat Keput usan Hak Pengusahaan HTI, pembangunan HTI yang dil aksanakannya t idak berhasil yang disebabkan ol eh kel al aian pemegang hak Pengusahaan HTI.

6. Pemegang Hak Pengusahaan HTI dal am j angka wakt u pal ing l ama 24 (dua pul uh empat ) bul an t idak mel akukan kegiat an sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 but ir 8.

Pasal 19

Apabil a menurut penil aian Ment eri, kemampuan pemegang Hak Pengusahaan HTI unt uk mel aksanakan penanaman t idak sesuai dengan ket ent uan Pasal 12 but ir 6 dan 7, maka l uas areal kerj anya dapat dikurangi dan/ at au disesuaikan.

Pasal 20

(14)

kerusakan hut an t anaman, dikenakan denda sesuai dengan berat sert a int ensit as kerusakan yang dit imbul kan.

(2) Ket ent uan mengenai t indakan, kel al aian dan pengenaan denda sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Pengusahaan HTI yang t el ah dil aksanakan sebel um Perat uran Pemerint ah ini dit et apkan, t et ap berl angsung dengan ket ent uan disesuaikan dengan j iwa Perat uran Pemerint ah ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Perat uran Pemerint ah ini mul ai berl aku pada t anggal diundangkan.

(15)

Dit et apkan di Jakart a

pada t anggal 16 Maret 1990

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a

pada t anggal 16 Maret 1990

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

t t d

(16)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 1990

TENTANG

HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

UMUM

Hut an merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perl u dikel ol a dan dimanf aat kan secara l est ari unt uk sebesar-besarnya kepent ingan rakyat banyak dengan t et ap menj aga kel angsungan f ungsi dan kemampuannya dal am mel est arikan l ingkungan hidup.

Hut an sebagai sal ah sat u sumber daya al am t el ah memberikan hasil dan peranannya dal am pembangunan nasional mel al ui pengel ol aan dan pemanf aat an hut an al am maupun hut an t anaman.

(17)

Karena produkt ivit asnya yang rendah, hut an al am t idak dapat diandal kan sebagai pemasok bahan baku j angka panj ang, sehingga pot ensi dan produkt ivit asnya harus dit ingkat kan. Sel ain penerapan sist em Tebang Pil ih Tanam Indonesia (TPTI) secara l engkap dan benar pada hut an al am, maka pembangunan Hut an Tanaman l ndust ri (HTI) merupakan upaya unt uk mencapai t uj uan t ersebut .

Pembangunan HTI t ersebut t idak semat a-mat a dit uj ukan unt uk mendukung indust ri hasil hut an, mel ainkan sekal igus j uga bert uj uan unt uk mel est arikan l ingkungan hidup mel al ui konservasi hut an.

Wil ayah hut an yang merupakan sasaran ut ama pembangunan HTI adal ah wil ayah hut an yang t idak berhut an yang perl u dihut ankan kembal i dan dipert ahankan sebagai hut an t et ap sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967. Wil ayah hut an ini cukup l uas dan t erut ama berada di dal am kawasan hut an produksi. Pengat uran kawasan hut an unt uk pembangunan HTI t ersebut harus memperhat ikan sinkronisasi t at a guna hut an dan t at a ruang, sehingga t erdapat ket erpaduan perencanaan dengan sekt or l ainnya.

Hut an Tanaman Indust ri adal ah hut an t anaman yang dikel ol a dan diusahakan berdasarkan prinsip pemanf aat an yang opt imal dengan memperhat ikan kel est arian l ingkungan dan sumber daya al amiah sert a dengan menerapkan prinsip ekonomi dal am pengusahaannya unt uk memperol eh manf aat yang sebesar-besarnya. Agar pembangunan HTI memberikan manf aat yang opt imal bagi pembangunan wil ayah maka dal am pel aksanaannya perl u mengikut sert akan masyarakat sekit ar hut an. Apabil a di dal am rencana pembangunan HTI t erdapat hak-hak masyarakat , maka hak-hak t ersebut disel esaikan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

(18)

wakt u Hak Pengusahaan HTI diberikan sel ama 35 (t iga pul uh l ima) t ahun dit ambah dengan masa daur t anaman. Jangka wakt u t ersebut dipandang sesuai dengan kebut uhan yang diperl ukan bagi j aminan usaha pembangunan HTI.

Karena pembangunan HTI memerl ukan modal besar dengan j angka wakt u pengembal ian yang cukup l ama, maka Pemerint ah dapat t urut membiayai dengan dana yang dipungut dari mereka yang menerima manf aat dari hasil hut an. Keikut sert aan Pemerint ah ini dil aksanakan dal am bent uk Penyert aan Modal Pemerint ah (PMP) at au bent uk l ain sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967, modal asing diberi kesempat an unt uk ikut sert a dal am pembangunan HTI. Keikut sert aan modal asing ini hanya merupakan pel engkap bagi modal nasional yang ada, t erut ama pada unit HTI dengan Skal a usaha yang memerl ukan modal sangat besar.

Unt uk memberikan l andasan hukum bagi kepast ian usaha HTI diperl ukan perat uran yang mengat ur t ent ang pemberian Hak Pengusahaan HTI

dal am bent uk Perat uran Pemerint ah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Angka 1

Cukup j el as

Angka 2

Cukup j el as

(19)

Cukup j el as

Angka 4

Cukup j el as

Angka 5

Cukup j el as

Angka 6

Cukup j el as

Angka 7

Cukup j el as

Angka 8

Cukup j el as

Angka 9

Cukup j el as

Angka 10

Cukup j el as

Angka 11

Cukup j el as

Pasal 2

Angka 1

Cukup j el as

Angka 2

(20)

Angka 3

Cukup j el as

Pasal 3

Ayat (1)

Dal am ket ent uan ini yang dimaksud dengan

- Asas manf aat adal ah bahwa hut an harus dapat memberi manf aat sebesar-besarnya unt uk kemakmuran rakyat banyak;

- Asas kel est arian adal ah bahwa dal am pemanf aat an sumber daya hut an harus senant iasa memperhat ikan kel est arian sumber daya al am hut an t ersebut agar mampu memberikan manf aat secara t erus menerus;

- Asas perusahaan adal ah bahwa pengusahaan hut an harus mampu memberikan keunt ungan f inansiil yang l ayak.

Ayat (2)

Cukup j el as.

Pasal 4

Ayat (1)

Tebang habis dengan penanaman kembal i adal ah sama dengan pengert ian t ebang habis dengan permudaan buat an. Unt uk j enis t anaman pokok dimana sist em t ebang habis dengan penanaman kembal i t idak dapat dit erapkan sepenuhnya maka dapat digunakan sist em l ain yang sesuai, misal nya unt uk j enis t anaman rot an.

Ayat (2)

(21)

HTI yang l uas dan nil ai ekonominya l ebih rendah dari t anaman pokok.

Pasal 5

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kawasan hut an produksi t et ap adal ah areal hut an yang t el ah dit unj uk sebagai kawasan hut an produksi t et ap.

Ayat (2)

Kewenangan Ment eri unt uk menet apkan areal hut an bagi pembangunan HTI adal ah agar areal hut an yang digunakan sesuai dengan kebij aksanaan umum di bidang kehut anan.

Pasal 6

Ket et apan l uas areal HTI perl u disesuaikan dengan kebut uhan bahan baku indust ri pada kapasit as opt imum, baik unt uk indust ri pul p maupun indust ri kayu pert ukangan dan indust ri l ainnya.

Pasal 7

Ayat (1)

Yang dimaksud Perusahaan Swast a pada Pasal ini dapat berupa Swast a Nasional maupun Swast a Asing yang t el ah membent uk Badan Hukum Indonesia.

Ayat (2)

Cukup j el as

Ayat (3)

(22)

Hut an akan dit et apkan sebagai areal HTI, maka areal t ersebut t erl ebih dahul u harus dibebaskan dari areal HPH-nya. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa at as suat u areal hanya dapat dibebani dengan sat u Hak.

Pasal 8

Ayat (1)

Karena pengusahaan HTI memerl ukan wakt u yang l ama dan mengandung resiko t inggi maka pemberian j angka wakt u 35 t ahun dit ambah sat u kal i daur t anaman pokok dipandang sesuai dengan kebut uhan yang diperl ukan bagi t erj aminnya usaha dan pengembal ian modal nya.

Ayat (2)

Saran dan pert imbangan Gubernur Kepal a Daerah diperl ukan agar pembangunan HTI sinkron dengan rencana pembangunan wil ayah.

Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 9

Ayat (1)

Sebel um suat u kawasan hut an dit et apkan sebagai areal kerj a Hak Pengusahaan HTI, maka perl u disusun St udi Kel ayakan unt uk mengkaj i apakah pengusahaan HTI pada areal t ersebut l ayak secara ekonomis.

St udi Kel ayakan dimaksud mel iput i pul a penyaj ian inf ormasi l ingkungan (PIL).

(23)

Percobaan penanaman dimaksudkan unt uk menget ahui kesungguhan dari pemohon, bonaf idit as dan prof esional ismenya dal am membangun hut an t anaman.

Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 10

Ayat (1)

Lima t ahun sebel um j angka wakt u Hak Pengusahaan HTI berakhir, akan dil akukan penil aian ol eh Konsul t an yang dit unj uk ol eh Ment eri. Hasil penil aian akan merupakan bahan pert imbangan dapat at au t idaknya suat u Hak Pengusahaan HTI diperpanj ang.

Ayat (2)

Cukup j el as

Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup j el as

Ayat (2)

(24)

Pasal 12

Angka 1

Cukup j el as.

Angka 2

Cukup j el as

Angka 3

Cukup j el as

Angka 4

Cukup j el as

Angka 5

Cukup j el as

Angka 6

Dal am j angka wakt u l ima t ahun pert ama, di samping membangun t anaman, pel aksana HTI j uga harus membangun sarana dan prasarana f isik ant ara l ain pembuat an j al an, bangunan, t at a bat as unit dan l ain- l ain. Ol eh karena it u l uas t anaman yang dibuat dal am j angka wakt u t ersebut dit et apkan sedikit -dikit nya sepersepul uh dari l uas areal yang diberikan.

Angka 7

(25)

Angka 8

Cukup j el as

Pasal 13

Ayat (1)

Penebangunan HTI merupakan kegiat an j angka panj ang yang mel iput i aspek t eknis, ekonomi-sosial dan manaj erial sehingga memerl ukan t enaga-t enaga ahl i t erut ama di bidang perencanaan hut an, sil vikul t ur dan pengel ol aan hut an. Sil vikul t ur adal ah il mu pembinaan hut an, dal am rangka memel ihara dan membina hut an agar produkt ivit asnya meningkat dan l est ari.

Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup j el as

Ayat (2)

Apabil a diperl ukan t ambahan modal unt uk meningkat kan kemampuan pel aksanaan pembangunan HTI, maka Pemerint ah dapat t urut membiayai pembangunan HTI dal am bent uk Penyert aan Modal Pemerint ah (PMP) at au bent uk l ain sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Pasal 15

(26)

Yang dimaksud dengan pemungut an hasil hut an t anaman indust ri adal ah memet ik at au mengambil at au memanen hasil hut an t anaman indust ri. Penj arangan dal am rangka pemel iharaan HTI dapat dil akukan t erut ama pada j enis t anaman yang mempunyai umur panj ang (di at as 10 t ahun) unt uk menghasil kan kayu pert ukangan.

Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup j el as

Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 17

Ayat (1)

a. Segal a prasarana dan sarana t idak bergerak yang t el ah dibangun di dal am areal kerj anya misal nya, j al an angkut an, j embat an, bendungan air, dermaga, base camp, gudang, perkant oran, rumah kaca dan sebagainya pada saat hapusnya Hak Pengusahaan HTI menj adi mil ik Negara.

b. Cukup j el as

Ayat (2)

(27)

Pasal 18

Angka 1

Cukup j el as

Angka 2

Cukup j el as

Angka 3

Cukup j el as

Angka 4

Cukup j el as

Angka 5

Pembangunan HTI yang t idak berhasil , yang disebabkan bukan karena penyebab al am at au karena di l uar kemampuan manusia, pada dasarnya ol eh karena ket idakmampuan at au kel al aian pel aksana di dal am mel aksanakan pembangunan HTI. Jangka wakt u 5 (l ima) t ahun t erhit ung sej ak t erbit nya Hak Pengusahaan HTI dipandang t el ah cukup unt uk menil ai kemampuan perusahaan.

Angka 6

Cukup j el as

Pasal 19

Cukup j el as

Pasal 20

(28)

Dengan dit erbit kannya Perat uran Pemerint ah ini, maka pembangunan HTI dengan sist im Perj anj ian Kerj a dan sist im swakel ol a perl u disesuaikan dengan j iwa Perat uran Pemerint ah ini.

Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 21

Cukup j el as

Pasal 22

Referensi

Dokumen terkait

Obligasi (utang) – Pembayaran bunga kepada pemegang saham merupakan beban yang dapat mengurangi besarnya pajak penghasilan.. Saham (modal) – Pembayaran deviden berasal

Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara teoritis dan eksperimen pengaruh macam pelarut dan laju alir pelarut terhadap kinerja packed column

Dalam rangka kelancaran pembuktian Kualifikasi untuk Pekerjaan Supervisi Dukungan PSD Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional Bersejarah Tugu Soekarno ( lanjutan) ,

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis dan kelimpahan sampah plastik di zona intertidal dan dampaknya terhadap kelimpahan makrozoobentos.. Penelitian ini

Mukhti, Tesis :Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham Pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia.. Sekolah Pascasarjana Universitas

Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, tahun 1999.. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Nias Selatan,

[1] M.Junius Effendi, Sistem Informasi Geografis Objek Wisata Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagaralam Berbasis Web, 2015. [2] I Wayan Eka