• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip prinsip Partisipasi Dalam Geraka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prinsip prinsip Partisipasi Dalam Geraka"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Abdulloh Misbahushshudur

170110110013

Program Studi Administrasi Negara (A)

REVIEW 7

Prinsip-prinsip Partisipasi Dalam Gerakan

Gerakan perdamaian mendominasi kehidupan politik di Eropa Barat dan Amerika Serikat, yang terjadi pada tahun 1980-an. Dimana pada saat itu hampir setiap negara terjadi para pemprotes berdiri disepanjang jalan dan melakukan unjuk rasa menentang bom neutron, misil penjelajah, atau membela tuntutan pembekuan nuklir. Dalam hal ini dikatakan bahwa banyak para pakar gerakan sosial, gerakan melawan senjata nuklir adalah merupakan suatu tantangan. Kemudian pembahasan selanjutnya dikatakan mengenai adanya suatu kemunculan gerakan perdamaian dimana lebih menekankan terhadap signifikansi pengkonstruksian makna sosial bagi mobilisasi protes, dimana dalam hal ini protes menentang senjata nuklir itu ditujukan terhadap bahaya potensial. Selain itu juga respon tersebut menggambarkan bahwa komunikasi dapat dijadikan sebagai peran dalam menentukan mobilisasi gerakan dengan melalui pembentukan dan mobilisasi konsensus.

Dalam pengkonstruksian proses terhadap senjata nuklir secara sosial, tingkat partisipasi yang bervariasi tersebut memperlihatkan tiga proses sentral dari isu-isu yang ditemukan antara lain :

a. Pengkonstruksian dan perekonstruksian keyakinan kolektif, b. Pentransformasian ketidakpuasan menjadi aksi kolektif, dan c. Pembentukan dan pemeliharaan komitmen terhadap gerakan.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa fenomena ini menunjukkan proses pembangunan dengan melihat langkah-langkah menuju partisipasi didalam suatu gerakan, dan partisipasi yang berkelanjutan serta adanya suatu pelepasan keterlibatan. Sehingga dapat dikatergorikan kembali bahwa prinsip-prinsip partisipasi dalam gerakan menjadi empat model yang berbeda, antara lain :

1. Memetakan proses pembentukan kerangka aksi kolektif 2. Langkah-langkah menuju partisipasi dalam gerakan

(2)

4. Konsekuensi-konsekuensi partisipasi yang berkelanjutan serta pelepasan keterlibatan terdapat kaitannya dengan komitmen.

Berbicara mengenai kerangka aksi kolektif, Gramson (1992), menjelaskan bahwa kerangka aksi kolektif merupakan seperangkat keyakinan dan pemaknaan yang berorientasi pada tindakan, yang memberi inspirasi dan melegitimasi berbagai kegiatan dan kampanye gerakan sosial. Adapun dengan kata lain dikatakan bahwa kerangka aksi kolektif merupakan seperangkat keyakinan kolektif yang memungkinkan suatu pemikiran tercipta bahwa partisipasi di dalam aksi kolektif terlihat berarti. Pada bahasan selanjutnya Gramson membagi tiga komponen kerangka aksi kolektif yaitu, (1) rasa ketidakadilan, (2) elemen identitas, dan (3) faktor agensi. Dari berbagai macam pembahasan mengenai kerangka aksi kolektif dapat disimpulkan bahwa kerangka aksi kolektif adalah keyakinan mengenai aksi kolektif dimana termasuk nilai-nilai, legitimasi, dan target yang ingin dicapai. Adapun yang terpenting dalam semua itu adalah keyakinan kolektif itu sendiri, sehingga yang harus diapresias dan dipahami bagaimana keragak semacam itu dapat dibentuk.

Adapun bagaimana terkait kerangka kolektif tesebut dapat terbentuk? Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, keyakinan individual sesuai dengan keyakinan kolektif, sehingga terdapat dua proses yang menggambarkan terkait sifat dan karakteristik, anatarlain: (1) konstruksi sosial dari keyakinan kolektif didalam kolektivitas dan (2) aproprasi dengan proporsi yang lebih kecil atau lebih besar dari keyakinan-keyakinan terhadap individu anggota kolektivitas. Sehingga kondisi-kondisi sosial yang benar-benar sama dapat didefinisikan dengan cara yang benar-benar berbeda oleh kelompok yang sama dalam kondisi atau waktu yang berbeda. Kembali berbicara mengenai ketidakadilan, identitas, dan agensi, itu semua merupakan penjabaran dari definisi tentang suatu situasi yang dikonstruksikan secara sosial. Dimana terdapat suatu konsekuensi untuk menjelaskan bagaimana definisi-definisi tersebut dapat dihasilkan, yang harus diperhatikan adalah bagaimana makna dari proses pengonstruksian dari kerangka aksi kolektif tersebut.

(3)

Disposisi Individual

Sumber Informasi Kerangka Ketidakadilan

Agensi Partisipasi

Tema-tema Kebudayaan dan KontratemaInteraksi Antarpribadi Kerangka Identitas

Gambar Poses Pembentukan Kerangka Aksi Kolektif

Selanjutnya berbicara mengenai partisipasi dalam gerakan adalah hasil suatu proses yang dapat dijabarkan kedalam empat langka yang berbeda, dimana mencakup

1. Potensi Mobilisasi

Dalam hal ini untuk menciptakan potensi mobilisasi, suatu gerakan harus mendapatkan simpati dari beberapa segmen populasi.

2. Jaringan perekrutan dan upaya mobilisasi

Untuk membentuk atau mengaktifkan jaringan perekrutan, suatu gerakan harus menyatukan kekuatan dengan organisasi-organisasi lain dan menjalin hubungan dengan jaringan formal maupun informal dengan gerakan yang telah ada, selain itu juga gerakan harus mengembangkan organisasinya sendiri. (Wilson dan Orum, 1976; Feree dan Miller, 1985).

3. Motivasi untuk berpartisipasi

Dalam hal ini suatu gerakan harus mempengaruhi terhadap kerugian dan keuntungan partisipasi yang dirasakan dimana motivasi untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial sebagai fungsi tentang kerugian dan keuntungan berpartisipasi yang dirasakan (Ober-schall-1980).

4. Penghalang partisipasi

Gambar

Gambar Poses Pembentukan Kerangka Aksi Kolektif

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara terhadap 75 responden didapatkan data bahwa 75 orang (100%) berpendapat bahwa faktor pelayanan kesehatan sudah baik.Dalam penelitian ini

Banyak hal yang bisa dipetik dari pelaksanaan upacara-upacara tersebut, antara lain, hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam sekitar, serta

Minyak atsiri daun kemangi ( Ocimum americanum L.) diduga memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum acutatum sebagai salah satu jamur patogen

Dari data prapenelitian melalui wawancara bersama mashasiswa yang menjadi kepengurusan SEMA diatas, penulis meyimpulkan bahwa dalam proses pengembangan kemampuan mahasiswa dibutuhkan

Hasil dari penelitian sama dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Hanum dan zulaikha (2013) yang menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan

Proses pembelajaran akan berhasil dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga terjadi interaksi siswa dalam kelompok dan mendorong siswa untuk

Segala amal baik baik akibatnya di manzil ini seperti membuat rajah, menanam, membangun, anak yang lahir manzil inipun membawa berkah, beruntung, gampang cocok.. Dupanya

Manfaat akademis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu menambah informasi ilmu kedokteran khususnya di bidang ilmu endokrinologi tentang korelasi laju ekskresi