• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah Hukum Untuk Menjerat Pihak Kampu (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Langkah Hukum Untuk Menjerat Pihak Kampu (1)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Langkah Hukum Untuk Menjerat Pihak Kampus yang Tanpa Hak Menahan

Ijazah Mahasiswa

Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (“UU Sisdiknas”), perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

Seharusnya, setelah dipenuhinya persyaratan kelulusan tersebut, mahasiswa diberikan ijazah oleh pihak perguruan tinggi, sebagaimana diatur dalam Pasal 61 ayat (2) UU Sisdiknas, yang berbunyi:

Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi”.

Berdasarkan ketentuan di atas, apabila Mahasiswa telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, maka mahasiswa berhak mendapatkan ijazah dan transkrip nilai. Namun, terkadang pihak universitas dan/atau fakultas/jurusan terkait dapat mempunyai kebijakan untuk menahan ijazah dan/atau transkrip nilai mahasiswa walaupun telah dikatakan lulus penuh, dalam hal mahasiswa terkait belum menyelesaikan hal-hal administratif yang harus dipenuhi, misalnya belum membayar uang wisuda, dengan tujuan hal-hal administratif tersebut dapat segera dipenuhi. Kemudian, setelah yang bersangkutan telah menyelesaikan hal-hal akademik dan administrasi, seharusnya yang bersangkutan berhak terhadap ijazah dan transkrip nilai.

Sebelum melakukan langkah hukum terkait kasus tersebut adabaiknya mahasiswa melakukan upaya administrative sebagaimana yang dimintah oleh pihak kampus. Upaya administratif yang dimaksud adalah menemui pimpinan fakultas dan universitas untuk menyampaikan bahwa ijazah dan transkrip nilai Anda ditahan karena masalah pribadi. Komunikasikan dengan pihak fakultas dan universitas upaya apa yang akan dilakukan atas ditahannya ijazah dan/atau transkrip nilai Anda oleh dosen yang bersangkutan.

Kemudian, apabila upaya administratif di tingkat fakultas dan universitas tidak berhasil, Anda dapat mengambil langkah-langkah hukum baik secara perdata maupun pidana.

Secara perdata, langkah hukum yang dapat dilakukan adalah dengan menggugat dosen yang bersangkutan dengan dasar perbuatan melawan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi:

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut

Ketentuan ini memberikan kewajiban kepada orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, karena melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, yang kemudian menimbulkan kerugian bagi orang lain, untuk membayar ganti rugi kepada orang yang dirugikan.

Kemudian, secara pidana, Anda dapat melaporkan kepada pihak yang berwenang (dalam hal ini pihak Kepolisian) atas dugaan penggelapan, sebagaimana diatur dalam Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang selengkapnya berbunyi:

Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Berkaitan dengan duduk perkara diatas, pihak kapus dengan sengaja menahan pemberian ijazah dan transkrip nilai dengan alasan masalah pribadi, yang dalam hal ini bertentangan dengan ketentuan yang seharusnya berlaku, dimana mahasiswa sebagai pihak yang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan berhak menerima ijazah dan transkrip nilai, dapat dikenakan dengan penggelapan, dengan ancaman hukuman paling lama 4 (empat) tahun penjara.

(2)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berkaitan dengan dua hal yang harus diketahui oleh hakim dalam mengadili dan memutuskan perkara di pengadilan. Dua hal yang harus diketahui oleh hakim adalah

Pembatalan perda dan/atau keputusan kepala daerah karena alasan bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

32 Subekti.. Diperkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Tertentu atau dapat ditentukan,

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan alasan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara terhadap pelaku tindak pidana dengan sengaja tidak melaporkan

Lukman Hakim (2019) : Analisis Peniadaan Hakam Pihak Keluarga Dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian Dengan Alasan Syiqaq Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Islam (

Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan

Bahwa Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri semarang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan atau UU, sehingga permohonan kasasi yang diajukan

Putusan Mahkamah Konstitusi menolak permohonan, artinya Mahkamah Konstitusi telah masuk ke pokok perkara dan menganggap undang – undang yang diujikan tidak bertentangan dengan Undang