• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANS"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

RETRIBUSI PARKIR

(Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Santi Risdiana Nim: 112114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

RETRIBUSI PARKIR

(Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Santi Risdiana Nim: 112114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Tak ada seorangpun yang mencapai kesuksesannya

tanpa berusaha dan berdoa.

Usaha tanpa berdoa tidak ada artinya. Berdoa tanpa

usaha pun tidak ada artinya. Doa dan usaha hendaknya

seimbang. (ORA ET LABORA)

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tuaku, kakakku,

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS, DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR – Studi Kasus di pemerintah Kota Yogyakarta, akan dimajukan untuk diuji pada tanggal 23 November 2015 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin, atau meniru tulisan orang lainseolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 November 2015 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Santi Risdiana

NIM : 112114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR ( Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 30 November 2015 Yang menyatakan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi yang telah membimbing dan membantu penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak dan Ibu selaku staf di UPT Malioboro.

(9)

viii

6. Bapak Eko selaku staf di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta .

7. Mama, Papa dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan doa, semangat serta setia mendengarkan keluhanku selama menyelesaikan skripsi ini. 8. Mas Dedy tersayang yang telah memberikan dukungan doa, semangat, dan

bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Pacarku, Krisna yang telah menemani dan membantu serta memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Buat teman-teman Program Studi Akuntansi khususnya Kelas A angkatan 2011, Universitas Sanata Dharma.

11. Buat teman-temanku, Mimi, Mellinda, Meiliana, Echa, Yuni, Ria dan Albertus yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 November 2015

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN SUSUNAN DEWAN PENGUJI iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN vi

HALAMAN KATA PENGANTAR vii

HALAMAN DAFTAR ISI viii

HALAMAN DAFTAR TABEL xii

HALAMAN LAMPIRAN xiii

ABSTRAK xv

ABSTRACT xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 4

E. Sistematika Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI 6

(11)

x

B. Penerimaan Daerah 6

C. Belanja Daerah 9

D. Pendapatan Asli Daerah 13

E. Retribusi Daerah 16

F. Retribusi Parkir 24

G. Efektivitas 29

H. Efisiensi 30

I. Kontribusi 33

J. Laju Pertumbuhan 34

K. Matriks Potensi 35

BAB III METODE PENELITIAN 38

A. Jenis penelitian 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian 38 C. Subjek dan Objek Penelitian 39 D. Variabel Penelitian dan definisi Operasional Variabel 39

E. Jenis dan Sumber Data 40

F. Teknik Pengumpulan Data 41

G. Teknik Analisis Data 42

BAB IV GAMBARAN UMUM 50

A. Sejarah Kota Yogyakarta 50

(12)

xi

C. Gambaran Penerimaan Retribusi parkir 55 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 58

A. Deskripsi data 58

B. Analisis Data 60

C. Pembahasan 87

BAB VI PENUTUP 93

A. Kesimpulan 93

B. Keterbatasan Penelitian 95

C. Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir 30 Tabel 2. Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir 33 Tabel 3. Kriteria Matriks Potensi retribusi Parkir 37 Tabel 4. Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir 43 Tabel 5. Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir 44 Tabel 6. Kriteria Matriks Potensi retribusi Parkir 49

Tabel 7. Tarif Retribusi Parkir 55

Tabel 8. Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014 58 Tabel 9. Target penerimaan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014 59 Tabel 10.Biaya Pemungutan retribusi parkir dari Tahun 2010-2014 59 Tabel 11.Insentif Biaya pemungutan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014 60 Tabel 12.Realisasi penerimaan Retribusi daerah dari Tahun 2010-2014 60 Tabel 13. Perhitungan Efektivitas Penerimaan Retribusi Parkir

dari Tahun 2010-2014 62

Tabel 14. Perhitungan Efisiensi penerimaan retribusi Parkir

dari Tahun 2010-2014 68

Tabel 15. Perhitungan Kontribusi Penerimaan Retribusi parkir

dari Tahun 2010-2014 72

(14)

xiii

Tabel 18 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2012 75 Tabel 19 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2013 76 Tabel 20 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2014 77 Tabel 21 . Perhitungan Rata-rata Kontribusi Retribusi Daerah

dari Tahun 2010-2014 79

Tabel 22 . Perhitungan Laju Pertumbuhan Retribusi Parkir dari

Tahun 2010-2014 82

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

100

(16)

xv

ABSTRAK

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

RETRIBUSI PARKIR

(Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta) Santi Risdiana

Nim:112114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, kontribusi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, Laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, dan Potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 yang dihitung dengan matriks potensi retribusi parkir.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah menghitung rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio kontribusi, rasio laju pertumbuhan dan matriks potensi.

(17)

xvi

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE POTENTIAL, EFFECTIVENESS, AND EFFICIENCY OF PARKING RETRIBUTION

( A Case Study at Yogyakarta City Government from 2010-2014) Santi Risdiana

Nim:112114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

The aim of the research was to analyze: The effectiveness and efficiency of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, the contribution of the parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, the development of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, and the potential of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 calculated with potential matrix of parking retribution.

The type of this research was case study. The data were taken by documentation and interview. The techniques of the data analysis were calculating effectiveness ratio, efficiency ratio, contribution ratio, development ratio, and potential matrix.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan pendapatan asli daerah didalam penerimaan pemerintah daerah tingkat I relatif sangat kecil untuk dapat membiayai pembangun daerah. Menurut prinsip otonomi daerah penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin dilimpahkan pada daerah. Seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, daerah diberi wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri, baik dalam hal mencari pemasukan maupun alokasi pengeluarannya. Prinsip otonomi daerah ini diharapkan dapat membuat pemerintah kota maupun kabupaten untuk lebih mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing dengan mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber dana yang dimiliki melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(19)

Kota Yogyakarta sebagai kota yang kaya akan kebudayaan, wisata, dan pendidikan memiliki potensi yang besar untuk di kunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan luar pulau maupun wisatawan asing. Tempat-tempat tersebut memberikan peluang yang besar bagi Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai sumber pendapatan asli daerah, khususnya dari sektor retribusi. Penelitian ini memilih retribusi parkir yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta, dengan alasan adanya tempat-tempat tersebut membuat wisatawan asing maupun luar pulau terus berdatangan ke Kota Yogyakarta. Banyak dari wisatawan tersebut mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan menggunakan kendaraan pribadi mereka, selain itu banyak juga yang menggunakan bus pariwisata. Kendaraan yang mereka gunakan tersebut, berdampak pada lokasi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta yang terus dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian

tentang “ Analisis Potensi, Efektivitas dan Efisiensi Retribusi Parkir”.

B. Rumusan Masalah

(20)

1. Bagaimana efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 ?

2. Bagaimana kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 ?

3. Bagaimana laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014?

4. Bagaimana potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, yang dihitung dengan matriks potensi retribusi parkir?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

2. Untuk mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

3. Untuk mengetahui laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Kota Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan potensi dan pengelolaan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya maupun sebagai bahan perbandingan. 3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang retribusi daerah khususnya retribusi parkir.

E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

(22)

daerah, belanja daerah, pendapatan asli daerah, retribusi daerah, retribusi parkir, efektivitas, efisiensi, kontribusi, laju pertumbuhan dan matriks potensi.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV Gambaran Umum Pemerintah

Bab ini berisi mengenai gambaran umum Pemerintah Kota Yogyakarta.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, yang terdiri dari analisis data dan pembahasan mengenai efektivitas retribusi parkir, efisiensi retribusi parkir, kontribusi retribusi parkir, laju pertumbuhan retribusi parkir dan potensi retribusi parkir.

BAB VI Penutup

(23)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang dimaksut otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan kata lain setiap daerah harus mampu mengatur daerahnya sendiri, baik dalam hal pemasukan maupun alokasi pengeluarannya. Adanya prinsip otonomi daerah ini diharapkan pemerintah kota maupun kabupaten akan lebih mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing dengan mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber daya yang dimiliki melalui PAD.

B. Penerimaan Daerah

1. Definisi Penerimaan Daerah

(24)

2. Sumber Penerimaan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari dua sumber yaitu:

a. Pendapatan daerah, yaitu hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah terdiri dari tiga sumber yaitu:

1) Pendapatan asli daerah, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

(25)

4) barang atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, atau krisis solvabilitas yang tidak bisa ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

b. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menurut Darise (2009:42), penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari dua sumber yaitu:

a. Pendapatan daerah, yaitu hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. b. Pembiayaan daerah, yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

(26)

C. Belanja Daerah

1. Definisi Belanja Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. “Belanja

daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

daerah” (Darise 2009: 131).

2. Kelompok Belanja dan Jenis Belanja Daerah

Menurut Darise (2009: 133), belanja daerah dikelompokkan menjadi dua yaitu:

(27)

terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personil (Sumber Daya Manuasia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa. Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

1) Belanja pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 2) Belanja barang atau jasa, digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari dua belas bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

(28)

b. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) atau kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: 1) Belanja pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji

dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2) Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

(29)

harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

4) Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

5) Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk atau barang kepada kelompok anggota masyarakat, dan partai politik, dan pemberian secara selektif, dan tidak terus menerus atau tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

6) Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten atau kota atau pendapatan kabupaten atau kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 7) Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan

(30)

kabupaten atau kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten atau kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan.

8) Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Definisi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tentang PAD, Darise (2009: 48) menyatakan sebagai berikut:

(31)

2. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD berasal dari empat sumber, yaitu:

a. Pajak daerah, yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah.

Menurut Darise (2009: 43), PAD berasal dari empat sumber yaitu: a. Pajak daerah, yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

(32)

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah di daerah dan pembangunan daerah.

b. Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu hasil penyertaan pemerintah daerah kepada Badan Usaha Milik Negara / Daerah / Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat.

(33)

umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

E. Retribusi Daerah

1. Definisi Retribusi Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Retribusi Jasa Umum, retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. “Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah, jadi dalam hal ini terdapat imbalan (kontraprestasi) langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi” (Mahmudi 2009: 25).

2. Objek Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek retribusi dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

(34)

b. Jasa usaha, yaitu pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

1) Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

2) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

3. Subjek Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, subjek retribusi dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum, yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

Jenis retribusi jasa umum adalah:

(35)

pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.

2) Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan, yaitu pelayanan persampahan atau kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, meliputi:

a) Pengambilan atau pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara.

b) pengangkutan sampah dari sumbernya atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan atau pembuangan akhir sampah.

c) penyediaan lokasi pembuangan atau pemusnahan akhir sampah 3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta

catatan sipil, yaitu pelayanan kartu tanda penduduk, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk musiman, kartu keluarga, dan akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

(36)

a) Pelayanan penguburan atau pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran atau pengabuan mayat.

b) Sewa tempat pemakaman atau pembakaran atau pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah.

5) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, yaitu penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Retribusi pelayanan pasar, yaitu Penyediaan fasilitas pasar tradisional atau sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor, yaitu Pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

(37)

9) Retribusi penggantian biaya cetak peta, yaitu penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah.

10) Retribusi penyediaan atau penyedotan kakus, yaitu pelayanan penyediaan atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

11) Retribusi pengolahan limbah cair, yaitu pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, atau dikelola secara khusus oleh pemerintah daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.

12) Retribusi pelayanan tera/tera ulang, yaitu:

a) Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya.

b) Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

13) Retribusi pelayanan pendidikan, yaitu pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah.

14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi, yaitu pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

(38)

Jenis retribusi jasa usaha adalah:

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah, yaitu pemakaian kekayaan daerah.

2) Retribusi pasar grosir atau pertokoan, yaitu penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar atau pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan atau diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

3) Retribusi tempat pelelangan, yaitu:

a) Penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan. b) Tempat yang dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain

untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.

4) Retribusi terminal, yaitu pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

(39)

6) Retribusi tempat penginapan atau pesanggrahan atau villa, yaitu pelayanan tempat penginapan atau pesanggrahan atau villa yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

7) Retribusi rumah potong hewan, yaitu pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

8) Retribusi pelayanan ke pelabuhan, yaitu pelayanan jasa ke pelabuhan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga, yaitu pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

10) Retribusi penyeberangan di air, yaitu Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah.

11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah, yaitu penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah.

c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

(40)

1) Retribusi izin mendirikan bangunan, yaitu pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.

2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, yaitu pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

3) Retribusi izin gangguan, yaitu pemberian izin tempat usaha atau kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

4) Retribusi izin trayek, yaitu pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

(41)

F. Retribusi Parkir

1. Definisi Retribusi Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, retribusi parkir yang selanjutnya di sebut retribusi adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Peraturan Walikota yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, tempat parkir adalah: Tempat pemberhentian kendaraan dilokasi yang telah ditentukan, yaitu

di tepi jalan umum atau di badan jalan termasuk tempat parkir tidak tetap atau parkir kendaraan di badan jalan secara tetap atau rutin dilokasi yang sama atau tempat diluar badan jalan yang merupakan fasilitas parkir untuk umum meliputi tempat khusus parkir, dan tempat penitipan kendaraan yang memungut biaya tertentu.

2. Penetapan Lokasi dan Tempat Parkir

Menurut Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan perparkiran, lokasi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta di bagi menjadi dua lokasi yaitu:

a. Kawasan I

Kawasan I meliputi ruas-ruas jalan sebagai berikut:

(42)

5) Jl. C. Simanjuntak; 22) Jl. Hayam Wuruk; 6) Jl. Jendral Sudirman; 23) Jl. AM Sangaji; 7) Jl. P. Mangkubumi dan 24) Jl. Dr. Sardjito;

sirip-siripnya;

8) Jl. Malioboro dan 25) Jl. Gejayan; sirip-siripnya;

9) Jl. Ahmad Yani dan 26) Jl. RE Martadinata; sirip-siripnya;

10) Jl. P. Senopati; 27) Jl. HOS Cokroaminoto; 11) Jl. Mayor Suryotomo 28) Jl. Kapten Piere Tendean;

dan sirip-siripnya;

12) Jl. Mataram; 29) Jl. Letjend MT Haryono; 13) Jl. Gandekan Lor; 30) Jl. Mayjend Sutoyo; 14) Jl. Jogonegaran; 31) Jl. D.I. Panjaitan; 15) Jl. Bhayangkara; 32) Jl. Gedongkuning; 16) Jl. KHA. Dahlan; 33) Jl. Veteran;

17) Jl. Trikora; aw. 34) Jl. Tentara Pelajar; 18) Jl. Ketandan; 35) Jl. Bumijo;

(43)

39) Jl. Kusumanegara; 54) Jl. Johar S; 40) Jl. Sultan Agung; 55) Jl. Munggur;

41) Jl. P. Diponegoro dan 56) Jl. Faridan M. Noto; sirip-siripnya ;

42) Jl. Brigjend Katamso; 57) Jl. Bantul; 43) Jl. Emplasement 58) Jl.Bugisan;

Lempuyangan;

44) Jl. Secodiningratan; 59) Jl. Jlagran Lor; 45) Jl. Kol. Sugiyono; 60) Jl. Kemetiran; 46) Jl. Menteri Supeno; 61) Jl. Ngasem; 47) Jl. Tamansiswa; 62) Jl. Mas Suharto; 48) Jl. Parangtritis; 63) Jl. Kenari; 49) Jl. Magelang; 64) Jl. Gayam; 50) Jl. Kyai Mojo; 65) Jl. Cendana; 51) Jl. Cik Di Tiro; 66) Jl. Melati Wetan; 52) Jl. Kahar Muzakkir; 67) Jl. Ibu Ruswo; 53) Jl. Dr Sutomo;

b. Kawasan II

(44)

jalan. Peneliti mengambil tiga puluh ruas jalan sebagai contoh dari kawasan II yaitu:

1) Jl. Sugeng Jeroni 16) Jl. Lokananta 2) Jl. Perintis Kemerdekaan 17) Jl. Pareanom 3) Jl. Gambiran 18) Jl. Tegal Gendu 4) Jl. Ngeksigondo 19) Jl. Kemasan 5) Jl. Sorogenen 20) Jl. Mondorakan 6) Jl. Tegal Turi 21) Jl. Karanglo 7) Jl. Atmo Sukarto 22) Jl. Watu Gilang 8) Jl. Kebon Raya 23) Jl. Purbayan 9) Jl. Ki Penjawi 24) Jl. Widuri 10) Jl. Bung Tarjo 25) Jl. Nuri

11) Jl. Bausasran 26) Jl. Umum Kalipan 12) Jl. Juminahan 27) Jl. Pengok Kidul 13) Jl. Pasar Kembang 28) Jl. Jl. Mawar 14) Jl. Ki Mangun Karsoro 29) Jl. Patimura 15) Jl. Lowano 30) Jl. Mayang 3. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

(45)

yang selanjutnya disebut retribusi yaitu pembayaran atas penggunaan tempat parkir ditepi jalan umum yang ditetapkan oleh Walikota.

Objek retribusi parkir di tepi jalan umum adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum. Menurut TmBooks (2013:35), objek retribusi parkir ditepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Subyek retribusi parkir di tepi jalan umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir tepi jalan umum. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

4. Retribusi Tempat Khusus Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2009 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir, retribusi tempat khusus parkir yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus dimiliki atau dikelola oleh pemerintah.

(46)

tempat parkir di tempat khusus parkir. Retribusi tempat khusus parkir di golongkan sebagai retribusi jasa usaha.

G. Efektivitas

Menurut Halim (2008: 234), efektivitas adalah kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

“Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil

yang sesungguhnya dicapai” (Mahmudi 2015: 86). Efektivitas retribusi parkir

yaitu menggambarkan pencapaian realisasi penerimaan retribusi parkir sesuai dengan hasil yang ditargetkan.

Efektivitas retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun tertentu dan data anggaran atau target retribusi parkir pada tahun tertentu. Rasio efektivitas retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2008: 234):

Rasio efektivitas =

parkir retribusi

penerimaan target

parkir retribusi

penerimaan Realisasi

x 100%

“Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila

rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar satu atau 100%. Namun demikian

semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan daerah pun semakin baik”

(47)

Tabel 1: Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir

Rasio efektivitas Kriteria

≥ 100% Efektif

85 s.d. 99% Cukup Efektif

65 s.d. 84% Kurang Efektif

< 65% Tidak efektif

Sumber: Mahmudi (2015: 111)

H. Efisiensi

Menurut Halim (2008: 234), “Efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima”. “Efisiensi terkait dengan

hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut” (Mahmudi 2015: 85). Efisiensi retribusi parkir yaitu menggambarkan pencapaian realisasi penerimaan retribusi parkir dengan menggunakan sumber daya dan biaya pemungutan retribusi parkir yang terendah. Efisiensi retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data biaya pemungutan retribusi parkir dengan data realisasi penerimaan retribusi parkir.

(48)

pemungutan retribusi parkir yang diberikan kepada aparat pelaksana pemungutan dan aparat penunjang dalam rangka kegiatan pemungutan.

Biaya pemungutan retribusi parkir dapat diketahui dengan menjumlahkan biaya pengadaan karcis dengan biaya rutin. “Biaya pengadaan karcis yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mencetak karcis retribusi parkir. Biaya rutin yaitu biaya yang terdiri dari tunjangan Unit Pelaksana Teknis Dinas Parkir

dan pengadaan seragam parkir” (Noverita 2010: 48). Besarnya biaya insentif

pemungutan retribusi parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan retribusi parkir.

Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, prosedur pengadaan karcis retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu:

1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) melaporkan dan menyerahkan karcis hasil pengadaan kepada penyimpan atau pengurus barang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Penyimpan atau pengurus barang SKPD menerima karcis hasil pengadaan dari PPTK dan mencatat penerimaan karcis ke dalam kartu karcis barang cetakan.

(49)

a. Untuk kawasan malioboro dan kawasan pasar berdasarkan jumlah juru parkir dikalikan potensi parkir per hari dikalikan tiga hari.

b. Untuk kawasan diluar malioboro dan pasar berdasarkan jumlah juru parkir dikalikan potensi parkir perhari dikalikan tujuh hari.

4. Pembantu bendahara penerimaan mengajukan permintaan proporsi karcis kepada penyimpan atau pengurus barang (dengan menggunakan form permintaa porporasi karcis) sebanyak dua kali estimasi kebutuhan karcis sebagai persediaan awal karcis retribusi parkir di tepi jalan umum.

5. Berdasarkan permintaan dari pembantu bendahara penerimaan, penyimpan atau pengurus barang barang SKPD mengirim karcis ke DPDPK untuk diporporasi dan dicatat di kartu barang karcis cetakan.

Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, seragam yang wajib digunakan juru parkir ditentukan dengan keputusan kepala SKPD yang berwenang, adapun ketentuan dari seragam tersebut yaitu warna terang atau jelas, mencerminkan corak budaya kota yogyakarta, dan memiliki daya tarik wisata.

(50)

“Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan

dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau dibawah seratus persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah

semakin baik” (Halim 2008: 234). Rasio efisiensi ditunjukkan pada tabel berikut

ini:

Tabel 2: Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir

Rasio efisiensi Kriteria

< 90% Sangat Efisien

90 s.d. 99% Efisien

100% Cukup Efisien

> 100% Tidak efisien

Sumber: Mahmudi (2015: 111)

I. Kontribusi

Menurut Tim Reality (2008: 384), “Kontribusi adalah sumbangan; uang

iuran kepada organisasi atau perkumpulan”. “Kontribusi retribusi adalah seberapa

besar pengaruh atau peran serta penerimaan retribusi daerah terhadap PAD” ( Halim 2004:163). Kontribusi retribusi parkir yaitu sumbangan atau peran serta penerimaan retribusi parkir terhadap retribusi daerah.

Kontribusi retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi penerimaan retribusi parkir dan realisasi penerimaan retribusi daerah. Rasio kontribusi retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2004: 163):

Kontribusi =

Y X

(51)

Keterangan:

X : Realisasi penerimaan retribusi parkir Y : Realisasi penerimaan retribusi daerah

Tujuan perhitungan kontribusi retribusi parkir ini adalah untuk mengetahui kontribusi penerimaan retribusi parkir tersebut potensial atau tidak potensial.

“Kontribusi retribusi parkir dikatakan potensial apabila kontribusi retribusi parkir

lebih besar dari rata-rata kontribusi seluruh retribusi daerah, dan dikatakan tidak potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih kecil dari rata-rata kontribusi

seluruh retribusi daerah” (Adi 2013: 59).

J. Laju Pertumbuhan

“Pertumbuhan adalah keadaan tumbuh; perkembangan (kemajuan)” (Tim

reality 2008: 653). Menurut Halim (2004: 291), Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Laju pertumbuhan retribusi parkir adalah laju perkembangan atau kemajuan penerimaan retribusi parkir dalam suatu periode tertentu ke periode berikutnya.

(52)

retribusi parkir pada tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2004: 163):

Gx =

Gx : Laju pertumbuhan retribusi parkir

Xt : Realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun tertentu

X(t-1): Realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun sebelumnya

Tujuan perhitungan laju pertumbuhan retribusi parkir adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan penerimaan retribusi parkir tersebut positif atau negatif. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan positif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan dikatakan negatif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan.

K. Matriks Potensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1096), “Potensi adalah

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan;

kesanggupan; daya”. “Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada, hanya

(53)

parkir yaitu kemampuan yang sudah dimiliki retribusi parkir untuk menjadi sektor andalan bagi pendapatan Pemerintah Kota Yogyakarta apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik.

Potensi retribusi parkir dapat diketahui dengan menggunakan tabel kriteria

matriks potensi. “Kriteria matriks potensi retribusi parkir dikelompokkan

menjadi empat kondisi” (Haning dan Radianto 2005: 71):

1. Prima, jika tingkat pertumbuhan positif dan kontribusinya potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan positif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan Kontribusi retribusi parkir dikatakan potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih besar dari rata-rata kontribusi seluruh retribusi daerah.

(54)

3. Berkembang, jika tingkat pertumbuhan positif dan kontribusinya tidak potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan positif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan kontribusi retribusi parkir dikatakan tidak potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih kecil dari rata-rata seluruh kontribusi retribusi daerah.

4. Terbelakang, jika tingkat pertumbuhan negatif dan kontribusinya tidak potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan negatif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan, dan kontribusi retribusi parkir dikatakan tidak potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih kecil dari rata-rata seluruh kontribusi retribusi daerah.

Kriteria matriks potensi retribusi parkir ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 3: Kriteria Matriks Potensi Retribusi Parkir

Pertumbuhan

Kontribusi

Potensial Tidak Potensial

Positif Prima Berkembang

Negatif Potensial Terbelakang

(55)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek yang dilakukan secara utuh dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber data yang berkaitan dengan objek dan di batasi dengan tempat dan waktu tertentu, sehingga kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian ini hanya berlaku untuk UPT Malioboro, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor UPT Malioboro, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

(56)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek penelitian tersebut. Subjek pada penelitian ini adalah UPT Malioboro, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi pokok penelitian. Objek pada penelitian ini adalah efektivitas retribusi parkir, efisiensi retribusi parkir, potensi retribusi parkir dan retribusi daerah.

D. Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Jogiyanto (2010: 142), Variabel (Varia ble) adalah “suatu simbol

yang berisi suatu nilai”. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel,

yaitu:

1. Efektivitas Retribusi Parkir, yaitu menggambarkan pencapaian realisasi penerimaan retribusi parkir sesuai dengan hasil yang ditargetkan.

(57)

3. Potensi Retribusi Parkir, yaitu kemampuan retribusi parkir untuk menjadi andalan bagi pemerintah kota Yogyakarta dengan memberikan kontribusi yang besar bagi retribusi daerah apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik.

4. Retribusi Daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

E. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diambil melalui wawancara pada staf Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

2. Data Sekunder

(58)

a. Gambaran umum pemerintah kota Yogyakarta, diambil dari website Pemerintah Kota Yogyakarta dan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Data realisasi penerimaan retribusi parkir Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014, diambil dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

c. Data anggaran atau target retribusi parkir Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014, diambil dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

d. Data biaya pemungutan retribusi parkir Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014, diambil dari UPT Malioboro dan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

e. Data realisasi penerimaan retribusi daerah Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2010-2014, diambil dari Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

(59)

berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pihak yang diwawancarai adalah staf Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data atau arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, baik berupa sumber tertulis dan gambar (foto), yaitu pada Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, UPT Malioboro dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data 1. Efektivitas dan Efisiensi

a. Efektivitas

Efektivitas merupakan perbandingan antara target yang ingin dicapai dengan realisasi yang dihasilkan. Efektivitas retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi penerimaan retribusi parkir dan data anggaran atau target retribusi parkir. Rasio efektivitas retribusi parkir, dapat dihitung dengan rumus (Halim 2008: 234):

Rasio efektivitas =

“Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif

(60)

Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan

daerah pun semakin baik” (Halim 2008: 234). Rasio efektivitas retribusi

parkir ditunjukkan pada tabel 1 yang telah dijelaskan sebelumnya di halaman tiga puluh (30), berikut rasio efektivitas retribusi parkir tersebut:

Tabel 4: Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir

Rasio efektivitas Kriteria

≥ 100% Efektif

85 s.d. 99% Cukup Efektif

65 s.d. 84% Kurang Efektif

< 65% Tidak efektif

Sumber: Mahmudi (2015: 111) b. Efisiensi

Menurut Halim (2008: 234), efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Efisiensi retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data biaya pemungutan retribusi parkir dengan data realisasi penerimaan retribusi parkir.

(61)

parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan retribusi parkir. Rasio efisiensi retribusi parkir, dapat dihitung dengan rumus (Halim 2008: 234):

Rasio efisiensi =

“Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan

pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau dibawah seratus persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik” (Halim 2008: 234). Rasio efisiensi retribusi parkir ditunjukkan pada tabel 2 yang telah dijelaskan sebelumnya di halaman tiga puluh tiga (33), berikut rasio efisiensi retribusi parkir tersebut:

Tabel 5: Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir

Rasio efisiensi Kriteria

< 90% Sangat Efisien

90 s.d. 99% Efisien

100% Cukup Efisien

> 100% Tidak efisien

Sumber: Mahmudi (2015: 111) 2. Kontribusi

(62)

Kontribusi retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (halim 2004: 163):

Kontribusi =

Y X

X 100%

Keterangan:

X : Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Y : Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

Dalam menentukan kontribusi retribusi parkir dalam kategori potensial atau tidak potensial, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Haning dan Radianto (2005). Kategori kontribusi retribusi parkir ditentukan dengan mengambil rata-rata kontribusi dari enam belas retribusi daerah sebagai tolok ukur dan kemudian dibandingkan dengan kontribusi retribusi parkir. Rata-rata kontribusi retribusi daerah dapat diketahui dengan mengambil data kontribusi retribusi daerah dari tahun 2010-2014 kemudian dibagi dengan banyaknya frekuensi retribusi daerah yaitu enam belas retribusi daerah. Rata-rata kontribusi retribusi daerah dapat diketahui dengan rumus (Boedijoewono 2007: 75):

N

X X

Keterangan:

X= Notasi dari rata-rata

Jumlah

(63)

N = Jumlah Frekuensi

Kontribusi retribusi parkir dikatakan potensial apabila memberikan kontribusi lebih besar dari rata-rata kontribusi dari enam belas retribusi daerah, dan dikatakan tidak potensial apabila memberikan kontribusi lebih kecil dari rata-rata kontribusi dari enam belas retribusi daerah.

3. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun tertentu dan data realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2004:163):

Gx : Laju pertumbuhan retribusi parkir

Xt : Realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun tertentu

X(t-1): Realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun sebelumnya

(64)

tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan dikatakan negatif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan” (Adi 2013: 59). 4. Matriks Potensi

Tujuan menggunakan analisis matriks potensi adalah untuk menentukan retribusi parkir masuk dalam kategori prima, potensial, berkembang, atau terbelakang. Peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Haning dan Radianto (2005), dalam menentukan kriteria retribusi parkir tersebut. Adapun kriteria matriks potensi tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Prima, jika tingkat pertumbuhan positif dan kontribusinya potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan positif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan Kontribusi retribusi parkir dikatakan potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih besar dari rata-rata kontribusi seluruh retribusi daerah.

(65)

mengalami penurunan, dan Kontribusi retribusi parkir dikatakan potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih besar dari rata-rata kontribusi seluruh retribusi daerah.

c. Berkembang, jika tingkat pertumbuhan positif dan kontribusinya tidak potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan positif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, dan kontribusi retribusi parkir dikatakan tidak potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih kecil dari rata-rata seluruh kontribusi retribusi daerah.

d. Terbelakang, jika tingkat pertumbuhan negatif dan kontribusinya tidak potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir dikatakan negatif apabila penerimaan retribusi parkir dari tahun 2010 ke tahun 2011, dari tahun 2011 ke tahun 2012, dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan, dan kontribusi retribusi parkir dikatakan tidak potensial apabila kontribusi retribusi parkir lebih kecil dari rata-rata seluruh kontribusi retribusi daerah.

(66)

Tabel 6: Kriteria Matriks Potensi Retribusi Parkir Pertumbuhan

Kontribusi

Potensial Tidak Potensial

Positif Prima Berkembang

Negatif Potensial Terbelakang

(67)

50

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya perjanjian Gianti pada tanggal 13 februari 1755 yang ditandatangani kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua: setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede, dan ditambah daerah mancanegara yaitu: Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, dan Grobogan.

(68)

sebuah desa kecil bernama Pachetokan, dan disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabat hutan tadi untuk didirikan kraton. Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati Pesanggrahan Ambarketawang daerah gamping, yang tengah dikerjakan juga. Pesanggrahan tersebut diresmikan pada tanggal 9 Oktober 1755, dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan. Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya, dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang baru.

Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.

(69)

menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.

B. Kondisi Geografis 1. Batas Wilayah

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 (empat) daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Sleman

Sebelah timur : Kabupaten Bantul & Sleman Sebelah selatan: Kabupaten Bantul

Sebelah barat : Kabupaten Bantul & Sleman

(70)

2. Keadaan Alam

Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu:

Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong Bagian tengah adalah Sungai Code Sebelah barat adalah Sungai Winongo 3. Luas Wilayah

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,50 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY, dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 RW, dan 2.525 RT.

4. Tipe Tanah

(71)

5. Iklim

Tipe iklim Kota Yogyakarta "AM dan AW", curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin yang bertiup pada umumnya adalah angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220° bersifat basah dan mendatangkan hujan, sedangkan pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam.

6. Demografi

Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah penduduk kota Yogyakarta tahun 2010 adalah 402.709 orang yang terdiri dari 195.704 orang laki-laki dan 207.005 orang perempuan. Secara keseluruhan penduduk kota yogyakarta dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.

(72)

C. Gambaran Penerimaan Retribusi Parkir 1. Sumber Penerimaan Retribusi Parkir

Penerimaan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta berasal dari UPT Maliboro dan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Penerimaan retribusi parkir yang dipungut UPT malioboro meliputi lokasi parkir kawasan I disepanjang jalan malioboro, dan penerimaan retribusi parkir yang dipungut Dinas Perhubungan meliputi lokasi parkir di lima ratus lima puluh tujuh ruas jalan di Kota Yogyakarta yang terdiri dari kawasan I dan kawasan II.

2. Tarif Retribusi Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum, tarif retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7: Tarif Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

No Jenis Kendaraan Tarif

Kawasan I (Rupiah)

Kawasan II (Rupiah) 1 Truk gandengan, sumbu III atau lebih 30.000 20.000

2 Truk Besar 20.000 15.000

3 Bus Besar 20.000 15.000

4 Truk sedang atau Box 15.000 10.000

5 Bus sedang 15.000 10.000

6 Sedan, Jeep,Pickup, Station Wagon atau Box, Kendaraan Bermotor Roda Tiga

2.000 2.000

7 Sepeda Motor 1.000 1.000

8 Sepeda Listrik 500 500

9 Sepeda 500 500

(73)

3. Proses Pemungutan Retribusi Parkir

Proses pemungutan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta berawal dari pengurus atau Penyimpan barang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyerahkan karcis yang sudah diporporasi kepada Pembantu Bendahara Penerimaan, penerimaan karcis yang sudah diporporasi oleh Pembantu Bendahara Penerimaan dicatat ke dalam Register Distribusi Karcis Retribusi Parkir. Juru Pungut setiap awal hari kerja meminta panjar karcis terporporasi kepada Pembantu Bendahara Penerimaan sesuai dengan estimasi kebutuhan karcis parkir setiap hari, karcis yang diterima oleh juru pungut dicatat dalam Buku Distribusi Karcis dan Pemungutan Retribusi Parkir. Juru pungut menyerahkan buku dua kepada juru parkir.

Juru Parkir menggunakan karcis tersebut untuk memungut retribusi parkir, pengguna atau pemakai jasa parkir diberi karcis oleh juru parkir sebagai tanda bukti. Juru Parkir kemudian menghitung jumlah penerimaan retribusi parkir dan menyerahkan hasil pemungutan retribusi parkir kepada Juru Pungut. Juru parkir mendapat Tanda Bukti Setor dari Juru Pungut. 4. Proses Penerimaan Retribusi Parkir

(74)

akhir hari kerja menyerahkan uang retribusi parkir kepada Pembantu Bendahara Penerimaan, hasil retribusi parkir oleh Pembantu Bendahara Penerimaan dicatat di buku penerimaan dan penyetoran retribusi parkir. Juru Pungut dibuatkan Tanda Bukti Penerimaan (TKB) oleh Pembantu Bendahara Penerimaan. Pembantu Bendahara Penerimaan setiap akhir hari kerja menyetorkan uang ke bank dengan menggunakan Surat Tanda Setoran (STS).

Gambar

Tabel 18 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2012
Tabel 1: Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir Rasio efektivitas
Tabel 2: Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir Rasio efisiensi
Tabel 3: Kriteria Matriks Potensi Retribusi Parkir  Kontribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa adalah satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbriter, memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari sistem

Proses pengindeksan yang dilakukan dalam pengujian sistem memakan waktu yang relatif lama yaitu 135 menit 32 detik untuk jumlah dokumen sebanyak 40 dengan rata- rata jumlah

dengan komputer seperti pada saat ini: printer, penyimpanan dalam disket, memory, sistem operasi, dan program.  Pada tahun 1965, hampir seluruh bisnis-bisnis besar

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Pembentukan sistem panas bumi daerah Pohon Batu diperkirakan berhubungan dengan aktivitas tektonik kuat akibat dari tumbukan lempeng Pulau Seram dengan lempeng

Naskah ditulis dalam format jurnal dengan sistematika mencakup: Judul Artikel, Nama Penulis (Lembaga Penulis, Alamat Lembaga Penulis, Alamat Email Penulis serta

Nyeri kepala pada penderita epilepsi dibagi menjadi: preictal headache yaitu nyeri kepala yang timbul tidak lebih dari 24 jam sebelum serangan dan berakhir saat serangan dimulai,

1) Penelitian ini terbatas pada teknik Sistem pakar fuzzy dengan fuzzy inferensi system (FIS) metode Mamdani. 2) Defuzzyfikasi yang digunakan adalah LOM (Largest Of