BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain sebagai suatu interaksi. Bahasa adalah satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbriter, memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi atau berinteraksi ( Finocchiarno dalam Alwasilah 1992: 2).Maksudnya, tidak ada hubungan yang wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem tersebut. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendaknya kepada orang lain.
Pada saat kita mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud. Kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang hanya karena mereka bersama kita memiliki seperangkat cara bertingkah laku yang ‘tersepakati’. Bahasa dalam arti ini merupakan milik suatu kelompok sosial, seperangkat aturan yang mutlak diperlukan yang memungkinkan anggotanya berhubungan satu sama lain, berinteraksi satu sama lain, bekerja satu sama lain (Corder dalam Alwasilah 1992: 9).
Pentingnya peranan bahasa baik sebagai sarana berkomunikasi, untuk berinteraksi dan untuk beradaptasi. Oleh karena itu, banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa-bangsa lain atau yang lebih sering disebut dengan bahasa asing, terutama dari bangsa-bangsa yang mempunyai pengaruh dalam pergaulan dan perdagangan internasional, seperti Amerika, Inggris, Jepang, Cina, dan lain-lan. Tujuannya tiada lain adalah untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lainnya.
Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, bahasa Mandarin kini menjadi salah satu bahasa asing yang diminati banyak orang untuk dipelajari, semakin banyak digunakan dalam pergaulan dan perdagangan internasional sebagai alat komunikasi. Bahasa Mandarin juga telah termasuk menjadi salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan demikian, mempelajari bahasa Mandarin kini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting pada saat ini.
Selain itu , buku-buku , surat kabar dan majalah berbahasa Mandarin,film-film Mandarin, dan lain-lain, kini juga sudah lebih mudah didapatkan. Sehubungan dengan hal ini, maka peningkatan kemampuan berbahasa, terutama Bahasa yang dipakai sebagai bahasa Pergaulan Internasional adalah sangat perlu, sehingga tidak ketinggalan di dalam mendapat informasi.
Dari tahun ke tahun semakin banyak orang yang mempelajari bahasa Mandarin. Masyarakat semakin tertarik tidak hanya untuk menguasai bahasanya sebagai alat komunikasi saja, tetapi juga dengan tata bahasanya dipelajari. Berbicara mengenai tata bahasa Mandarin mau tidak mau harus berbicara
mengenai penggolongan kata. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, dalam Bahasa Mandarin pun dikenal pembagian jenis kata.
Secara tata bahasa, jenis kata dalam bahasa Mandarin bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu kata konkrit dan kata abstrak. Kata konkrit adalah kata yang mempunyai arti konkrit yang dapat berdiri sendiri, sedangkan kata abstrak adalah kata yang tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat berdiri sendiri (Suparto 2003: 21). Konkrit berarti jelas dan nyata mempunyai arti, sedangkan abstrak memliki arti yang tidak jelas.
Yang termasuk dalam kata konkrit yaitu (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) kata kerja bantu, (4) kata sifat, (5) kata bilangan, (6) kata bantu bilangan dan (7) kata ganti. Yang termasuk dalam kata abstrak yaitu (1) adverb, (2) kata depan, (3) kata sambung, , (4) partikel, (5) kata seru dan (6) kata tiruan bunyi. Dari semua kelas kata seperti tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti kata kerja bantu, khususnya kata kerja bantu néng(能) dan huì(会)
Kata kerja bantu adalah kata yang menyatakan keperluan, kemungkinan, atau keinginan yang dipakai untuk menerangkan kata kerja (Suparto 2003: 93). Dalam bahasa Inggris kata kerja bantu disebut sebagai modality, modal verb, atau yang lebih dikenal dengan auxiliary verb, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai modalitas.
Dalam bahasa Mandarin yang termasuk dalam kata kerja bantu adalah yào,
(1)
wǒ yào qù zhōng guó lǚ xíng
Saya ingin pergi ke Cina berlibur Saya ingin pergi berlibur ke Cina
(Intisari Tata Bahasa Mandarin, 2005: 26) (2)
wǒmen kě yǐ fān yì zhè biàn wén zhāng
Kami Bisa Menerjemahkan ini ‘lembar’ naskah
Kami bisa menerjemahkan selembar naskah ini ( Intisari Tata Bahasa Mandarin, 2005: 28)
(3)
Nǐ bù yīng gāi Tīng tā de huà Anda tidak seharusnya mendengarkan dia menyatakan
kepunyaan
omongan Anda tidak seharusnya mendengarskan omongannya
( Tata Bahasa Mandarin itu Mudah, 2003: 94) (4)
Wǒ huì shuō hàn yǔ
Saya Bisa berbicara bahasa Mandarin ( Tata Bahasa Mandarin itu Mudah, 2003: 93) (5)
tā néng yóu yǒng Dia bisa berenang
( dui wai hanyu jiao xue, 2009: 55)
Kata kerja bantu néng dan huì bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata boleh, bisa dan dapat. Contoh:
(6)
tā huì chàng Zhōng guó mín gē le
Dia bisa bernyanyi Cina lagu
kebangsaan sudah Dia sudah bisa bernyanyi lagu kebangsaan Cina
(7)
wǒ néng xiě hěn duō hěn duō hàn zì
Saya bisa menulis sangat banyak sangat banyak karakter Cina Saya bisa menulis banyak sekali karakter Cina
( Intisari Tata Bahasa Mandarin, 2005: 28)
Kata kerja bantu dalam Bahasa Mandarin sangat menarik dan sangat beragam penggunaannya.Dalam mempelajari bahasa Mandarin mahasiswa Sastra Cina sering melakukan kesalahan. Salah satunya adalah dalam mempelajari kata kerja bantu, khususnya kata kerja bantu néng dan huì. Mahasiswa sering kali melakukan kesalahan dalam penggunaan kata kerja bantu néng dan huì. Mereka belum bisa dengan jelas, membedakan penggunaan kata kerja bantu néng dan huì. Karena dari segi artinya kata kerja bantu néng dan huì banyak memiliki banyak kesamaan (simbol * menyatakan tidak boleh). Contoh :
(8)*
tā de tuǐ hǎo huì yóu yǒng
Dia menyatakan kepunyaan
kaki membaik bisa berenang Kakinya membaik bisa berenang
( dui wai hanyu jiao xue, 2009: 55) (9)
tā de tuǐ hǎo néng yóu yǒng
Dia menyatakan kepunyaan
Kaki membaik bisa berenang
Pada kalimat di atas hanya boleh menggunakan kata kerja bantu néng, karena kalimat di atas mempunyai makna suatu kemampuan yang diperoleh kembali.
Kata kerja bantu néng dan huì sangat penting keberadaannya, karena sangat banyak digunakan baik secara lisan maupun tulisan. Penempatan kata kerja bantu néng dan huì menjadi hal yang penting dalam kalimat, karena jika penggunaan kata kerja bantu néng dan huì dalam kalimat salah, maka makna kalimat tidak dapat tersampaikan dengan baik. Tidak hanya arti secara leksikal yang dimiliki oleh kata kerja bantu néng dan huì, tetapi juga mempunyai arti secara gramatikal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti kata kerja bantu
néng dan huì
Untuk dapat mengatasi kesalahan penggunaan kata kerja bantu néng dan
huì, maka kita harus terlebih dahulu memahami fungsi dan makna kata kerja bantu néng dan huì, ciri-ciri kata kerja bantu néng dan huì, serta persamaan dan
perbedaan dari kata kerja bantu néng dan huì. Apabila kita sudah dapat memahami hal-hal yang tersebut di atas, maka kita sudah dapat memahami dan menguasai penggunaan kata kerja bantu néng dan huì.
Dan agar kita lebih memahami dan lebih menguasai penggunaan kata kerja bantu néng dan huì, maka kita harus mengetahui dalam konteks kalimat yang bagaimana kata kerja bantu bisa saling menggantikan tanpa menggangu kegramatikalan kalimat. Contoh :
(10)
tiān zhème wǎn Tā néng lái ma?
Hari begitu larut, apakah dia bisa datang? ( dui wai hanyu jiao xue, 2009: 57)
(11)
tiān zhème wǎn Tā huì lái ma?
Hari begitu malam Dia bisa datang apakah?
Hari begitu larut, apakah dia bisa datang?
Dalam contoh di atas, kata kerja bantu néng dan huì sama-sama menyatakan kemampuan, jadi kata kerja bantu néng dan huì bisa saling menggantikan. Namun ada juga kalimat, dimana kata kerja bantu néng dan huì tidak bisa saling menggantikan. Penulis menyadari, penelitian bahasa Mandarin terutama dalam kata kerja bantu néng dan huì belum pernah diteliti terutama oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya khususnya jurusan Sastra Cina.
Berdasarkan gambaran-gambaran di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kata kerja bantu, khususnya kata kerja bantu néng dan huì dalam bahasa Mandarin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan pada pendahuluan yang tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ciri-ciri kata kerja bantu néng dan huì?
2. Bagaimana fungsi dan makna kata kerja bantu néng dan huì dalam kalimat bahasa Mandarin?
4. Bagaimana kata kerja bantu néng dan huì bisa saling menggantikan dalam kalimat bahasa Mandarin?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguraikan ciri-ciri kata kerja bantu néng dan huì
2. Menjelaskan fungsi dan makna kata kerja bantu néng dan huì dalam kalimat bahasa Mandarin.
3. Menjelaskan persamaan dan perbedaan kata kerja bantu néng dan huì. 4. Menjelaskan kata kerja bantu néng dan huì bisa saling menggantikan
dalam kalimat bahasa Mandarin.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai bahasa Mandarin khususnya tentang kata kerja bantu dalam bahasa Mandarin.
2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Fakultas Sastra khususnya Departemen Sastra Cina.
3. Memberi informasi kepada masyarakat umum mengenai bahasa Mandarin.
1.5 Batasan Masalah
Setiap pelaksanaan penulisan karya ilmiah pasti selalu bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Supaya penulisan
skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang serta tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkannya, maka penulis akan membatasi permasalahan yang dipaparkan.
Sesuai dengan judul skripsi ini adalah kata kerja bantu néng dan huì
dalam bahasa Mandarin, maka yang menjadi permasalahan adalah jenis kata
kerja bantu. Dalam hal ini penulis membatasi hanya pemakaian dua buah jenis kata yaitu kata kerja bantu néng dan huì.