• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Ilmiah dan id bab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian Ilmiah dan id bab "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENELITIAN

4.1. Langkah-langkah Penelitian

Meneliti adalah melakukan serangkaian aktivitas intelektual secara sistematis, yaitu dengan langkah-langkah yang teratur atau runtut.

Langkah pertama, memilih bidang, topik kajian atau judul penelitian. Bidang kajian atau subjek ilmu. Subjek ilmu dalam arti sebagai pokok persoalan yang dipelajari. Sedang judul, menjelaskan mengenai fokus atau ruanglingkup masalah yang dipelajari. Langkah pertama ini tidak datang dengan sendirinya, sebab timbulnya gagasan untuk meneliti biasanya karena telah didahului oleh serangkaian aktivitas lainnya seperti melakukan mengamatan awal atau membaca sekian banyak referensi sehingga diperoleh sejumlah informasi. Dengan demikian, gagasan untuk melakukan penelitian ilmiah bisa karena ingin membuktikan atau mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal atau informasi-informasi yang telah didapat sebelumnya yang dianggap belum cukup.

Langkah kedua adalah melakukan kegiatan penelitian itu sendiri. Jika penelitian lapangan, maka aktivitas yang dilakukan ialah mengumpulkan data lapangan. Di dalam proses pengumpulan data lapangan itu, sejumlah hal harus dijalani, seperti masalah apa saja harus ditanyakan kepada siapa saja (informan), di mana dan kapan serta bagaimana melakukan wawancara. Ketika wawancara itu berlangsung, dalam suasana seperti apa sehingga informasi yang diberikan dapat terandalkan kebenarannya. Bagaimana pula mencatatnya, dan sebagainya. Langkah ketiga ialah menganalisis terhadap informasi, dalam arti memahami makna dari sekumpulan informasi yang telah didapatkan. Langkah keempat ialah menyusun laporan penelitiannya, dan langkah kelima adalah menyebar-luaskan hasil temuan.

4.2. Ruang lingkup Masalah Penelitian

Penelitian dilakukan umumnya didasarkan pada adanya masalah, tujuan yang ingin dicapai, teori yang digunakan dalam melihat masalah, serta metode yang digunakan untuk menjawab masalah.

Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang bertentangan/berbeda antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem is any discrepancy between an actual state of affairs and some ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen) dengan kenyataan yang dihadapi (das sein). Adanya perbedaan kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.

Dalam batasan yang sederhana, masalah bisa diartikan sebagai (a) sesuatu yang belum diketahui (karena sifat kebaruannya) dan menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya; (c) segala sesuatu yang dipertanyakan; atau (e) segala bentuk hambatan, rintangan, atau kesulitan yang muncul pada sesuatu bidang yang perlu dihindari dan disingkirkan.

(2)

atau seorang dokter akan mengetes (mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki. Untuk mempertajam pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah. Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian. Bisa jadi, akan kita temukan adanya ketidakajegan hasil-hasil penelitian tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga dilanjutkan dengan mendiskusikan kepada peer-group atau kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah penelitian yang menarik dikaji. Namun demikian, tidak semua masalah menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya: (a). Apakah penelitian terhadap masalah yang kita angkat itu akan memberikan sumbangan untuk pemecahan masalah-masalah praktis, pengembangan teori, atau memiliki daya tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas, kemampuan, dan metodologi, terkuasai?

Apabila sudah “mencukupi”, maka langkah berikutnya adalah “merumuskan permasalahan ke dalam susunan kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas, dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan permasalahan itu memberi petunjuk tentang mungkinnya melakukan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam perumusannya itu.

4.3. Kepustakaan

4.3.a. Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan adalah kegiatan otak berupa memilih, membaca, dan memanfaatkannya untuk memperoleh informasi maupun wawasan teoritik yang ditulis oleh peneliti sebelumnya, terutama yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Karena itu kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti.

Kajian kepustakaan sangat penting karena masalah yang akan kita teliti, umumnya bukanlah sama sekali masalah baru. Bisa jadi, ada peneliti lain yang pernah menulis artikel atau laporan penelitian dalam topic yang mirip atau sama hanya saja berbeda lokus atau metodologinya. Kalau kita membaca tulisan mereka berarti kita bisa membandingkan, mengkritisi, atau mengembangkan. Hasil dari pembacaan demikian, tentu saja akan mempertajam pemahaman informasi awal, konsep-konsep maupun teori yang digunakan, atau membantu memberi ide-ide atau pendekatan baru. Atau paling tidak, untuk menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian.

Dengan kata lain, melakukan kajian kepustakaan bermanfaat untuk hal-hal berikut: Pertama, menggali teori-teori dan konsep yang telah diketemukan oleh para ahli terdahulu. Kedua, mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang. yang akan diteliti. Ketiga, memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih. Keempat, memanfaatkan data sekunder. Kelima, menghindari duplikasi penelitian. Keenam, menambah ketrampilan bagaimana cara mengungkapkan buah pikiran secara sistematis kritis dan ekonomis. (Bandingkan pada Irawati, 1982: 45)

4.3.b. Perpustakaan

(3)

buku-buku petunjuk, (khusus): kamus psikologi, kamus ilmu politik, dsb. Ruang buku, berisi segala jenis buku yang bisa dipinjam, dan ruang majalah, merupakan ruang bacaan umum. Sumber-sumber informasi yang bisa diperoleh dari perpustakaan bisa berupa:1. Indeks,

cumulative book index; 2. Abstraks. disertation abstract; 3. Bibliografi; bibliographic index; 4. Katalogus; 5. Microfilm, dst. Keseluruhan bahan bacaan yang dimiliki, akan diklasifikasi sesuai dengan system yang digunakan, yaitu apakah dipakai Sistem Dewey Decimal Atau Sistem

Library of Congress (Amerika Serikat).

Sistem Dewey adalah sistem penggolongan semua cabang ilmu pengetahuan yang dibagi ke dalam sembilan (9) golongan, ditambah gol ke-10 untuk hasil-hasil yang bersifat umum, dan mencakup beberapa golongan. Golongan ini pun dipecah-pecah lagi dalam bagian yang lebih kecil.

Biasanya angka-angka dan huruf-huruf kode ditulis pada kartu katalog. Kartu katalog memberi keterangan lengkap mengenai data buku sebagai mana berikut:

Nomor perpustakaan. 1. Penulis, tahun terbit

2. Judul, penulis, keterangan penerbitan 3. Keterangan buku (ukuran dll)

4. Daftar isi (ringkas)

Nomor klasifikasi.

Gambar Kartu Perpustakaan (Kartu-penulis)

Kartu-kartu catalog tersebut disusun ke dalam dua model. Pertama,susunan terpisah (divided catalogue) yaitu tiap macam kartu disusun sendiri menurut abjad. Dengan demikian, terdapat tiga jajaran katalog: katalog pengarang; katalog judul, dan keterangan subjek buku. Kedua, susunan kamus (dictionary catalogue) yaitu ketiga macam kartu di atas disusun menjadi satu dan menurut abjad.

Pada masing-masing kartu catalog, memuat keterangan sebagai berikut: -pengarang;

-judul;

-edisi [kalau ada]; -kota penerbit; -tahun terbit;

-kolasi [ket: jml. hlm, ilustrasi, tabel, indeks, bibliografi, dll]; dan

-anotasi [mis, ket: karangan ini disampaikan pada seminar, tesis PhD pada universitas ...dll].

Untuk itu, langkah pertama untuk menemukan/mengetahui bahan yang terdapat di suatu perpustakaan ialah dengan meneliti melalui catalog.

Bagaimana memanfaatkan berbagai bahan bacaan yang ada di perpustakaan? Perlu disesuaikan dengan system pelayanan yang diterapkan, yaitu sistem terbuka (open acces) atau sistem tertutup (closed acces). Sistem terbuka (open acces) artinya pengguna (pembaca) secara bebas mencari bahan bacaan yang dikehendakinya yang ada di rak buku, kemudian meminjamnya kepada petugas pelayanan untuk dibawa pulang (atau dibaca di tempat). Sedang pada sistem tertutup (closed acces), pembaca tidak boleh mencari sendiri melainkan harus memberitahukan pada petugas yang bersangkutan tentang buku-buku apa yang diperlukan. Dengan aturan tertentu, petugas lantas mencarikan bukunya dan dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu.

4.3.c. Menyusun Catatan

(4)

hal-hal yang relevan dan penting. Seberapa jauh bahan bacaan itu penting dan relevan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, apakah “informasi” ini patut saya catat untuk keperluan ikhtisar saya? Kedua, adakah alasan yang kuat untuk mengambil bahan ini? Dan ketiga, apa saja yang harus saya catat dalam kaitannya dengan penelitian saya?

Jika kita menjawab “penting dan perlu”, berikutnya ialah bagaimana cara mencatatnya. Cara mencatat perlu dipertimbangkan dengan tujuan pemanfaatannya. Dalam hal ini ada tiga bentuk catatan yaitu (1) Kartu ikhtisar, (2) Kartu kutipan, dan (3) kartu ulasan.

Kartu Ihtisar. Mencatat ikhtisar harus teliti karena isinya harus mewakili pendapat aslinya. Catatan ikhtisar harus lebih pendek daripada tulisan aslinya, dan dibuat dalam bentuk garis besarnya. Ini berarti pencatat harus lebih banyak menggunakan pikiran daripada jika ia hanya mengutip beberapa kalimat atau paragraf. Untuk efesiensi, setiap kartu catatan sebaiknya dibuat menurut suatu sistem tertentu. Misalnya dengan menambahkan kode sumber yang dibaca (nomor, singkatan nama penulis buku dll. yang dianggap sangat perlu) di sudut kiri-atas; di tengah atas ditulisi “IKHTISAR”; sudut kanan-atas ditulisi singkatan pokok persoalan.

Kartu Kutipan. Menulis kutipan dalam Kartu Kutipan harus sama persis dengan aslinya. Jika dari bentuk aslinya dianggap salah, bisa diberi tanda (SIC). Sampai seberapa panjang kita mengutip, tergantung pada jenis bahan dan dari kebutuhan kita. Yang perlu diingat ialah untuk satu kartu hendaknya dikutip satu pokok pembahasan saja. Bila antara kutipan-kutipan itu kita memerlukan memberi tambahan, maka tambahan itu harus berada dalam kurung kurawal [ ].

Kartu ulasan. Kartu ini membuat catatan yang khusus datang dari peneliti sendiri. Isi dari catatan merupakan reaksi terhadap sesuatu sumber yang dibaca. Reaksi ini dapat bersifat menambah atau menjelaskan catatan bacaan, dapat pula berupa kritik, kesimpulan, saran, komentar dan lain-lain.

Ketiga kartu di atas, dapat dilihat pada contoh sbb:

(Data buku) IKHTISAR (Pokok) (Data buku) KUTIPAN (Pokok)

(Data buku) ULASAN (Pokok)

4.3.d. Menulis Daftar Pustaka

Secara umum, daftar pustaka memuat: (a) pengarang, (b) judul buku/majalah/artikel dsb.(c) jilid [kalau ada], (d) edisi [kalau ada-kota penerbitan, (e) tahun [letak pencatatan tahun bervariasi, yaitu di samping pengarang, di bawah pengarang, atau sesudah nama penerbit] Ada dua system yang berlaku dalam menyusun daftar pustaka. Sistem pertama dengan menggunakan urutan penulisan sebagai berikut:

1. Nama pengarang 2. koma

3. judul buku [garis bawah atau cetak miring] 4. titik

5. tempat penerbitan 6. koma

7. nama penerbit 8. koma

9. tahun penerbitan 10. titik.

Contoh:

(5)

Sistem kedua disusun s ebagai berikut: Nama pengarang (nama orangtua didahulukan), pada baris dibawahnya disebutkan tahun terbit, lalu diikuti dengan judul buku (umumnya ditulis miring), titik, Kota penerbit, titik dua, dan nama penerbit, sebagaimana contoh berikut:

Thohir, Mudjahirin

2004 Talbiyah di Atas Ka’bah. Yogyakarta: Logung.

2005 Kekerasan Sosial Masyarakat Jawa Pesisir. Semarang: Lengkong Cilik.

Cara menulis Daftar Pustaka untuk majalah ialah sebagai berikut: -nama penulis

-judul tulisan -judul majalah,

-kota penerbit (bila dianggap perlu, karena majalah tersebut kurang dikenal), -jilid,

-nomer, -bulan,

-tahun, nomer halaman karangan yang dijadikan referensi

Contoh: Firdaus, Akhol

2006 “Teks Kartini, Teks Lyan” Srinthil. Depok, 9, hlm: 75-84.

4.5. Kerangka Teori

Pada dasarnya, suatu teori ialah serangkaian penjelasan yang logis dan sistematisedalam bentuk proposisi atau pernyataan yang tersusun secara sintaksis terhadap seperangkat fakta-fakta atau hukum-hukum (Babbie, 1984: 47). Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan-hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya. Hubungan-hubungan variabel tadi bisa berupa seperangkat gagasan (konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain sehingga menghadirkan arah penjelasan pengertian untuk memprediksi sesuatu fenomena yang akan dipelajari (lihat pula Kerlinger, 1973: 9) sebagaimana teori tentang Etika Protestan dalam hubungannya dengan semangat kapitalisme”.

Dalam sejarahnya, teori tentang Etika Protestan dimaksud, lahir atau bertolak dari temuan-temuan lapangan di kalangan masyarakat Jerman. Weber menemukan fakta-fakta bahwa orang-orang yang mengikuti ajaran Calvinis (salah satu dari ajaran Protestan) dianggap lebih berhasil hidupnya dibanding dengan orang-orang yang mengikuti agama Katholik. Keberhasilan para pengikut ajaran Calvinis tadi lantas dicari dasar-dasar argumentasinya. Dari data yang dikumpulkan, Weber lantas berkesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara isi ajaran Calvinis dengan keberhasilan hidup. Kesimpulan demikian itu lantas diformulasi ke dalam satuan-satuan kalimat logis dan sistematis yaitu menjadi sebuah teori. Teori tentang Etika Protestan, sebagai berikut:

(6)

Kerja tidaklah sekedar pemenuhan keperluan, tetapi suatu tugas yang suci (panggilan). Pensucian kerja berarti mengingkari sikap hidup keagamaan yang melarikan diri dari dunia. Terjalinnya etika Protestan dengan “semangat kapitalisme” dimungkinkan oleh proses “rasionalisasi dunia”, penghapusan usaha magis — yaitu memanipulasi kekuatan supra natural — sebagai alat untuk mendapat keselamatan.

Teori bisa lahir dari lapangan, tetapi juga lewat teori yang telah diformulasi oleh para teoritikawan, kita bisa memanfaatkan untuk mendasari penelitian lapangan. Ini artinya, terdapat tiga level teori, yaitu macro atau grand theory, meso theory, dan micro atauteori lapangan. Yang pertama, memiliki sifat umum (general) dan abstrak seperti umumnya teori-teori dalam ilmu-ilmu social seperti teori strktural fungsioanl dan teori konflik, yang kedua yaitu teori mezzo (sedang) relative lebih terfokus pada suatu bidang seperti umumnya teori urbanisasi. Sementara field theory merupakan formulasi temuan-temuan lapangan penelitian sebagaimana yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif. bahan bacaan. Lewat studi kepustakaan secara intensif itulah, memungkinkan kita memahami dan memanfaatkannya sebagai landasan untuk memahami dan meramalkan gambaran simpulan yang akan ditemukan dalam penelitian.

Dengan pemahaman teoritis yang baik, akan memudahkan kita menyusun hipotesis. Dan bersama hipotesis, teori akan membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, serta membantu meramalkan kemungkinan temuan atau kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang dipelajari.

Oleh karena itu, dalam suatu penelitian atau penyusunan rancangan maupun laporan penelitian, bisa saja menggunakan beberapa teori sepanjang teori-teori yang digunakan saling melengkapi, bukan sebaliknya, yaitu teori-teori yang dipakai malah saling bertabrakan. Namun demikian, suatu penelitian perlu memakai teori atau tidak, tergantung dari jenis atau tipe penelitianya. Penelitian yang bersifat menjelajah (exploratory) tidak harus memakai teori karena pengetahuan terhadap objek masih sangat asing dan teori-teorinya belum tentu ada. Begitu pula dalam penelitian tipe deskriptif. Teori menjadi sangat penting ketika tipe penelitian yang akan dilakukan ialah jenis penelitian yang bersifat menerangkan (explanatory).

Suatu penggunaan teori dikategorikan baik atau tidak, sangat erat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Untuk itu, perlu lebih dahulu ditanyakan: Apakah teori yang dipakai sebagai landasan berbijak mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang penting dalam bidang kajian yang diteliti.

(7)

Secara sederhana, hipotesis bisa diartikan sebagai kesimpulan sementara (tentative) tentang hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan dua variable atau lebih itu bisa berupa rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih. Hipotesis bisa disusun bertolak pada pengalaman, pengamatan, dan dugaan atau dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, maupun dari teori-teori yang sudah terbentuk. Penyusunan hipotesis, diharapkan bisa memberikan arah tujuan yang tegas bagi penelitian yaitu berupa arah pemilihan informasi atau fakta-fakta yang relevan yang perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, bisa menghindarkan dari pengumpulan data yang tak ada hubungannya dengan masalah penelitian.

Dilihat dari sifat dan tujuannya, hipotesis dapat dibedakan ke dalam hipotesis kerja, dan hipotesis penguji. Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif. Mengapa? Karena fungsi dari hipotesis kerja ialah tidak untuk menguji atau diuji melainkan lebih sebagai arah mengfokuskan pengumpulan data dalam kaitannya dengan focus kajian. Karena berfungsi sebagai pemberi arah, maka hipotesis kerja bisa diubah-ubah sesuai dengan perkembangan temuan di lapangan. Hal inilah yang membedakan dengan hipotesis uji. Pada hipotesis uji, sifat dan rumusannya tetap, sehingga keseluruhan data yang dikumpulkan difungsikan untuk membuktikan benar-tidaknya hipotesis dimaksud. Hipotesis uji merupakan hipotesis yang secara umum digunakan dalam penelitian kuantitatif seperti dalam penelitian survey.

4.7. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian sangat penting untuk dikemukakan karena, baik kerangka teori maupun metode yang digunakan harus memiliki kesesuaian terhadap apa tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Sedang manfaat penelitian ialah kata lain dari kegunaan atas hasil penelitian dimaksud. Karena itu, dalam formula tujuan penelitian biasanya dimulai dengan prefiks: “me-”, sedang dalam manfaat penelitian dimulai dengan formula prefiks: “di-”.

Keduanya, yakni tujuan dan manfaat penelitian disajikan pada setiap penyusunan proposal penelitian. Contoh dari penyusunan “Tujuan Penelitian” dengan topik kajian/penelitian Kekerasan social, misalnya: memahami akar kekerasan yang umum dilakukan oleh kelompok keagamaan. Karena tujuan penelitian disusun dalam formula seperti itu, maka penyusunan formula untuk manfaat penelitian ialah: “Dengan diketahuinya akar-akar kekerasan, maka akan diperoleh manfaat bagaimana mengantisipasi munculnya kekerasan dimaksud”.

Jadi penyusunan tujuan dan manfaat penelitian harus dikaitkan dengan masalah penelitian yang akan dicari jawabannya. Bukan tujuan penelitian untuk menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Menyusun skripsi, tesis, atau disertasi adalah yang melatarbelakangi mengapa kita harus melakukan penelitian dan bukan sebagai tujuan penelitian itu sendiri.

4.8. Metodologi Penelitian M

Setelah masalah dirumuskan, kerangka teoritik diajukan sebagai landasan pemahaman, dan atas dua hal tadi (masalah dan kerangka teori) beriktunya diajukan tujuan dan manfaat dari penelitian, maka berikutnya diikuti dengan metodologi. Metodologi berbicara mengenai bagaimana menjabarkan keseluruhannya itu (masalah penelitian, kerangka teoritik, tujuan dan manfaat penelitian) ke dalam kegiatan pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan.

(8)

level pemaknaan. Level pertama, adalah level epistemologis. Metodologi pada level epistemologis, berbicara mengenai bagaimana kita memahami menemukan kebenaran menurut prinsip-prinsip filosofi keilmuan? Apakah menurut prinsip kaum rasionalis, empiris, positivis, humanis atau kaum interpretativis. Kaum rasionalis misalnya, mereka mempunyai pandangan bahwa manusia bisa memperoleh pengetahuan karena kemampuan nalar yang dimilikinya. Lihatlah prinsip-prinsip berfikir yang diajarkan oleh Plato sampai pada Leibnitz. Level kedua, metode sama artinya dengan strategi memilih cara untuk mengetahui sesuatu. Misalnya dengan melakukan pengamatan lapangan, melakukan studi kepustakaan atau melakukan uji coba. Pada level ketiga, metode memiliki arti yang lebih sempit, misalnya dalam hal berwawancara, maka pilihan pada melakukan wawancara tatap muka atau memakai tilpon, memakai penerjemah atau belajar sendiri mengenai bahasa lokal untuk kepentingan wawancara. Jenis pilihan itu yang disebut dengan metode.

Referensi

Dokumen terkait

aureus resisten terhadap antibiotik ciprofloxacin (15%), cefotaxime (31%), dan cefadroxil (8%), sedangkan bakteri Gram negatif yang mengalami resistensi tertinggi

[r]

Maka dari itu, Kelompok Studi Manajemen (KSM) sebagai organisasi yang menjadi salah satu wadah mahasiswa Program Studi Manajemen maupun mahasiswa Fakultas Ekonomika dan

Sony sound forge 9.0 merupakan suatu software yang digunakan oleh para professional dalam bidang audio yang digunakan untuk merubah dari audio analog menjadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nama-nama panggilan unik remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas sebanyak 50 data, dengan perincian: Jenis penamaan

Berdasarkan hasil penelitian promosi jabatan yang ada di Giant Ekstra nangka Pekanbaru tergolong dalam kategori baik, namun begitu kesempatan promosi jabatan yang

Dari hasil regresi untuk tiap-tiap tahun pengamatan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini bahwa diferensiasi

Penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasil- kan bekatul dengan mutu kurang baik dan