• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SINGAPURA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN SINGAPURA DI INDONESIA | Maharani | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SINGAPURA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN SINGAPURA DI INDONESIA | Maharani | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

82

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

SINGAPURA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN SINGAPURA DI

INDONESIA

Amalia Agista Maharani Ari Darmawan Fakultas Ilmu Administrasi

Univеrsitas Brawijaya Malang

Email: amalimaharani48@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted to determine the effect of inflation, exchange rate, Singapore economic growth on

Singapore’s tourist in Indonesia. The research method used in this study was descriptive research with quantitative approach. The data used was secondary data, using quarterly data from 2007 until 2016, so the amount of data totally was 40. The analysis of data used was multiple linear analysis. The results of this study

were: (1) the inflation variable (X1) did not has influence and did not has significant value to Singapore’s tourist in Indonesia (Y) with value of t count < t table, that is 1.504 < 2,02809 and sig > α , that is 0.141> 0.05;

(2) the exchange rate variable (X2) did not has influence and did not has significant value to Singapore’s tourist in Indonesia (Y) with value of t count < t table, that is 0,943 < 2,02809 and value of sig> α, that is 0,352

> 0 , 05; (3) Singapore economic growth has significant influence to Singapore’s tourist in Indonesia (Y) with t

count > t table, that is 2,994 > 2,02809 and sig < α value, that is 0,005 < 0,05.

Kеywords: Inflation Rate, Exchange Rate, Singapore Economic, Tourism

АBSTRАK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi Singapura terhadap Kunjungan Wisatawan Singapura di Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder, dengan menggunakan data kuartal dari tahun 2007 hingga 2016, sehingga jumlah data adalah sebanyak 40. Analisis data yang digunakan yaitu analisis linier berganda. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa: (1) variabel inflasi (X1) tidak berpengaruh dan tidak memiliki nilai yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) dengan nilai t hitung < t tabel, yaitu 1,504 < 2,02809 dan nilai sig > α, yaitu 0,141 > 0,05 ; (2) variabel nilai tukar (X2) tidak berpengaruh dan tidak memiliki nilai yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) dengan nilai t hitung < t tabel, yaitu 0,943 < 2,02809 dan nilai sig > α, yaitu 0,352 > 0,05; (3) variabel pertumbuhan ekonomi Singapura berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) dengan nilai t hitung > t tabel, yaitu 2,994 > 2,02809 dan nilai sig < α, yaitu 0,005 < 0,05.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

83 PЕNDAHULUAN

Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi negara. Pariwisata mampu menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian negara dengan potensi yang dimiliki. Hal tersebut dibuktikan dengan peringkat sektor pariwisata sebagai penyumbang devisa terbesar ke-2 setelah kelapa sawit dan mengalahkan minyak bumi dan gas, serta batu bara yang sebelumnya berada pada peringkat lebih atas

(goodnewsfromindonesia.id, 2017).

Gambar 1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia 2007–2016

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah peneliti, 2017)

Gambar 1 menjelaskan mengenai kondisi industri pariwisata di Indonesia yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan pariwisata tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari tahun ke tahun. Kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia tahun 2016 tercatat sebesar 11,52 juta kunjungan atau naik 15,29 persen dibanding jumlah kunjungan selama 2015 yang tercatat 10,23 juta kunjungan (Badan Pusat Statistik, 2017). Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan membuka lapangan pekerjaan serta kesempatan usaha bagi penduduk tersebut. Pendapatan masyarakat pun akan meningkat dengan adanya peluang kerja dan kesempatan usaha di bidang hotel dan penginapan, kuliner, hingga kerajinan dan oleh-oleh.

Tingginya kunjungan wisatawan mancanegara tentunya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi makro, salah satunya adalah inflasi. Menurut Sukirno (2015: 14), inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Umumnya indikator yang sering digunakan untuk

mengukur tingkat inflasi adalah angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harganya atau disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (Putong, 2013:418).

Gambar 2 Tingkat Inflasi di Indonesia

Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)

Gambar 2 menunjukkan kondisi tingkat inflasi di Indonesia cenderung fluktuatif. Grafik tersebut menjelaskan bahwa Indonesia pernah mengalami tingkat inflasi tertinggi di tahun 2008 dan tingkat inflasi terendah di tahun 2016. Pada tahun 2008 Indonesia terkena imbas krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, hal ini membawa dampak pada melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia yang menyebabkan tingginya inflasi. Krisis global juga menyebabkan perlambatan ekonomi Indonesia secara signifikan yang ditandai dengan anjloknya kinerja ekspor (Bank Indonesia, 2009).

Inflasi dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah negara mitra dagang mengalami inflasi yang tinggi, tingginya permintaan, turunnya produksi karena tingginya biaya produksi dan berbagai hal lainnya. Apabila inflasi terjadi sebagai akibat dari meningkatnya inflasi negara mitra dagangnya, akan menyebabkan neraca berjalan menurun, hal ini disebabkan karena konsumen akan membeli lebih banyak barang dari luar negeri karena tingginya inflasi lokal, sedangkan ekspor ke negara-negara lain akan menurun (Madura, 2000:39). Tingginya inflasi yang terjadi karena tingginya permintaan jika tidak diimbangi dengan cukup tersedianya komoditi yang diperlukan akan membuat produsen cenderung menaikkan harga. Inflasi juga dapat berakibat buruk jika tidak di imbangi dengan naiknya tingkat pendapatan yang lebih besar dari persen tingkat inflasi, sehingga dapat menurunkan daya beli masyarakat karena secara riel pendapatannya menurun. Jika

5.000.000 10.000.000 15.000.000

Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke

Indonesia 2007─2016

0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00%

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

84 harga barang di dalam negeri naik, tidak hanya

menurunkan konsumsi masyarakat akan barang dan jasa dalam negeri, kemungkinan juga menurunkan minat wisatawan asing untuk berwisata dan membelanjakan uangnya di Indonesia.

Pembelanjaan uang yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara tentunya memperhatikan kondisi nilai tukar, dimana nilai tukar juga merupakan salah satu faktor ekonomi makro. Nilai tukar berfungsi mengukur nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Perubahan nilai tukar dapat berupa depresiasi atau apresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang, dimana penurunan nilai mata uang akan membuat nilai tukar mata uang negara lain semakin melemah, sedangkan apresiasi adalah peningkatan nilai tukar mata uang, sehingga nilai tukar mata uang negara lain semakin menguat. Menurut Madura (2011: 81), bank komersial mengenakan biaya atas transaksi pertukaran mata uang, pada satu waktu tertentu, kurs beli atas suatu mata uang asing akan lebih rendah dibandingkan dengan kurs jual.

Gambar 3 Nilai Tukar Rupiah terhadap SGD berdasarkan Kurs Jual

Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)

Fokus kunjungan wisatawan mancanegara pada penelitian ini adalah kunjungan wisatawan yang berasal dari Singapura. Menurut data Badan Pusat Statistik (2017), Singapura adalah negara dengan peringkat kunjungan wisatawan tertinggi di Indonesia. Ini disebabkan karena letak singapura yang sangat berdekatan dengan Indonesia, selain itu Singapura merupakan salah satu negara bebas visa di Indonesia. Seperti yang telah disebutkan, wisatawan Singapura tentunya akan memperhatikan nilai tukar dalam membelanjakan uangnya. Gambar 3 menjelaskan kondisi nilai tukar Rupiah terhadap

Singapore Dollar (SGD) berdasarkan kurs jualnya, dimana nilai tukar terendah terjadi pada tahun 2011

dan tertinggi terjadi di tahun 2015. Madura (2011: 85) menyebutkan kurs nilai tukar mata uang umumnya mencerminkan kurs jual untuk transaksi besar. Kurs nilai tukar berubah sepanjang hari, sehingga kurs yang disajikan pada surat kabar hanya mencerminkan kurs pada suatu waktu tertentu pada hari tersebut. Melemahnya nilai tukar Rupiah akan membuat pihak asing semakin banyak membelanjakan uangnya di Indonesia, begitupula sebaliknya, ketika nilai Rupiah menguat, maka nilai tukar mata uang negara lain (dalam hal ini contohnya adalah SGD) terhadap Rupiah akan melemah, sehingga untuk membeli sejumlah harga suatu barang dalam Rupiah, akan dibutuhkan SGD yang lebih banyak.

Menguatnya nilai tukar Rupiah pun akan memberikan dampak kepada pariwisata Indonesia, dimana ketika nilai tukar Rupiah menguat, kemungkinan kunjungan wisatawan mancanegara akan menurun, hal ini disebabkan karena biaya perjalanan dan akomodasi menjadi relatif mahal, sebaliknya ketika nilai tukar Rupiah melemah akan meningkatkan kunjungan wisatawan karena biaya perjalanan dan akomodasi menjadi relatif murah. Lumaksono (2012) menjelaskan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara asal wisatawan berpengaruh negatif terhadap neraca pariwisata Indonesia. Semakin menguat nilai Rupiah, semakin berkurang devisa yang masuk ke Indonesia dan semakin meningkat devisa yang keluar, sehingga neraca pariwisata mengecil, sebaliknya jika Rupiah melemah terhadap mata uang negara asal wisatawan akan semakin banyak devisa yang masuk sehingga neraca pariwisata meningkat.

Gambar 4 Gross Domestic Product Negara Singapura Sumber: Department of Statistic Singapore (data diolah peneliti, 2017)

2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Nilai Tukar IDR terhadap SGD

0,000 20.000,000 40.000,000 60.000,000 80.000,000 100.000,000 120.000,000

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

85 Pertumbuhan ekonomi tentunya juga

berperan dalam pariwisata suatu negara. Menurut Sukirno (2017: 17), pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dihitung dengan Produk Nasional Bruto (PNB), dalam Bahasa inggris disebut Gross National Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), dalam bahasa inggris disebut Gross Domestic Product (GDP) yang berlaku dari tahun ke tahun (Sukirno, 2015: 17). GDP menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi yang harus diperoleh bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Suatu negara membutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun, apabila jumlah penduduk pertahun juga bertambah.

GDP berpengaruh positif terhadap kunjungan wisatawan mancanegara dan pengeluarannya selama di Indonesia (Lumaksono, 2012). Ketika GDP suatu negara cenderung tinggi, maka mengindikasikan bahwa pendapatan penduduk negara tersebut tinggi. Gambar 4 menunjukkan tingkat GDP negara Singapura yang selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2007 hingga tahun 2016. Meningkatnya GDP negara Singapura ini menunjukkan bahwa pendapatan penduduk Singapura juga meningkat. Lumaksono (2012), menurut teori ekonomi, permintaan suatu barang merupakan fungsi dari pendapatan dan harga barang tersebut dan barang lainnya. Ketika pendapatan penduduk meningkat, maka permintaan akan barang dan jasa akan meningkat, demikian juga halnya permintaan pariwisata akan semakin meningkat apabila pendapatan wisatawan meningkat.

KAJIAN PUSTAKA Inflasi

Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan lain sebagainya dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarkat (Putong, 2013: 276). Menurut Sukirno (2015: 14), inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, sedangkan Manurung (2008: 165) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga

barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:

a) Kenaikan harga b)Bersifat umum

c) Berlangsung terus menerus

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Menurut Manurung (2008: 173), Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Perhitungan IHK bertujuan untuk mengetahui perubahan harga sekelompok barang atau jasa yang dikonsumsi masyarakat, semakin besar angka IHK, maka menunjukkan telah terjadinya inflasi.

Nilai Tukar

Sukirno (2015: 397), mendefinisikan Nilai Tukar atau Kurs Valuta Asing sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya Rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Menurut Manurung (2008: 91), yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang negara lain dari suatu perekonomian. Mata-mata uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara lain untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi. Harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain.

Terdapat dua macam kurs yang belaku dalam transaksi valuta asing, yaitu kurs jual atau

selling rate dan kurs beli atau buying rate. Menurut Hady (2016: 70), penentuan kurs jual dan kurs beli akan selalu dilihat dari sisi kepentingan bank. Kurs jual suatu mata uang akan selalu lebih tinggi daripada kurs belinya. Ini disebabkan karena jika ditinjau dari sisi bank, bank selalu berusaha memperoleh keuntungan dari selisih antara penjualan dan pembelian atau yang dikenal sebagai

spread.

Sistem penulisan yang menyatakan hara atau nilai suatu valas yang dinyatakan dalam valas lainnya disebut sebagai forex quotation. Menurut Hady (2016: 71), di bursa valas dikenal dua macam

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

86

quotation. Direct Quotation menunjukkan nilai mata uang suatu negara (domestic currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk satu nilai valas (foreign currency), contohnya Rp 10.000 = SGD 1 atau Rp 10.000/SGD, sedangkan kebalikannya,

indirect quotation menunjukkan nilai valas yang diperlukan untuk satu unit mata uang domestik, contohnya SGD 0,0001 = Rp 1 atau SGD 0,0001/Rp.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti dalam suatu periode perhitungan tertentu. Menurut Schumpeter dalam Putong (2013: 411), pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Menurut Sukirno (2015: 17), data produk nasional dapat digunakan untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi dan menentukan tingkat kemakmuran masyarakat dan perkembangannya. Menilai tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari nilai GNP atau GDP riil yang berlaku dari tahun ke tahun.

Pariwisata

Wahab dalam Pendit (2006:32) menyatakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata sebagai sektor yang kompleks, juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri-industri kerajinan tangan dan cenderamata, serta penginapan dan transportasi secara ekonomis.

Menurut pendit (2006:38-42), jenis-jenis pariwisata yang dikenal saat ini, antara lain wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu dan wisata petualangan. Daftar jenis-jenis wisata lain dapat saja ditambahkan, tergantung kepada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negara.

Hipotеsis

Gambar 5. Modеl Hipotеsis

H1: Terdapat pengaruh signifikan tingkat inflasi (X1) secara parsial terhadap kunjungan Wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

H2 : Terdapat pengaruh signifikan nilai tukar Rupiah (X2) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

H3: Terdapat pengaruh signifikan pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

H4: Terdapat pengaruh signifikansi antara inflasi (X1), nilai tukar (X2) dan pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) secara silmutan terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

MЕTODEPЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian deskriptif dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian ini dilakukan pada Bank Indonesia melalui website

www.bi.go.id, Department of Statistic Singapore

melalui www.singstat.gov.sg dan Badan Pusat Statistik melalui www.bps.go.id. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena lokasi tersebut merupakan pusat informasi dari seluruh data yang diperlukan dalam penelitian.

H3 H2 H1

Nilai Tukar IDR terhadap

SGD (X2) Inflasi berdasarkan

IHK (X1)

Pertumbuhan Ekonomi Singapura

(GDP Singapura) (X3)

Kunjungan Wisatawan Singapura di Indonesia (Y)

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

87

Tabеl 1. Hasil Analisis Rеgrеsi Liniеr Bеrganda

Sumber: Data diolah, 2017

Tabеl 2. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)

Kunjungan Wisatawan Singapura di Indonesia (Y)

Uji parsial (t test) dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis 1. Berdasarkan hasil perhitungan statistik Uji t diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi (X1) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, maka hasil analisis menolak hipotesis yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh signifikansi tingkat inflasi (X1) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

Penelitian ini tidak memperkuat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Anggara (2013) dan asumsi awal bahwa perubahan tingkat inflasi mempengaruhi perubahan jumlah wisatawan mancanegara. Apabila terjadi perubahan pada jumlah wisatawan mancanegara faktor penyebabnya bukan dari perubahan inflasi, melainkan faktor lain di luar variabel.

Pengaruh Nilai Tukar (X2) terhadap Kunjungan

Wisatawan Singapura di Indonesia (Y)

Uji parsial (t test) dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis 2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik Uji t diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari nilai tukar (X2) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, maka hasil analisis menolak hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikansi nilai tukar (X2) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

Penelitian ini tidak memperkuat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Hermawan (2016) dan Ruane (2014) yang menyebutkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif terhadap kunjungan wisatawan mancanegara. Namun penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Faidzin (2017) yang menyatakan bahwa kurs nilai tukar tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan mancanegara. Ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan Singapura tidak dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah, dan apabila terjadi perubahan pada jumlah wisatawan mancanegara faktor penyebabnya bukan dari perubahan nilai tukar, melainkan faktor lain di luar variabel.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Singapura (X3) terhadap Kunjungan Wisatawan Singapura

di Indonesia (Y)

Uji parsial (t test) dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis 3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik Uji t diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Model Summary

.787a .619 .587 .10491

Model

1.334 .887 .181 1.504 .141

.190 .201 .193 .943 .352

.659 .220 .655 2.994 .005

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

88 Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang telah

dilakukan, maka hasil analisis menerima hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh signifikansi pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y).

Penelitian ini memperkuat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Lumaksono (2012), Ruane (2014) dan Hermawan (2016). GDP sebagai salah satu indikator tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu negara berpengaruh positif terhadap jumlah penduduk yang pergi ke luar negeri. GDP Singapura yang cenderung tinggi menunjukkan bahwa pendapatan penduduk Singapura juga tinggi, hal ini berpengaruh terhadap permintaan pariwisata penduduk Singapura di Indonesia.

Pengaruh Inflasi (X1), Nilai Tukar (X2) dan

Pertumbuhan Ekonomi Singapura (X3) terhadap

Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia (Y)

Perhitungan statistik Uji F dan hasil koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui hasil dari pengujian hipotesis 4. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa tingkat inflasi (X1), nilai tukar (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi Singapura (X3) berpengaruh secara bersama-sama terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Hasil Uji F yang menghasilkan F tabel > F hitung, yaitu 19,501 > 2,86 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 di mana kurang dari nilai signifikan yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Hasil koefisien determinasi (R2) juga menunjukkan bahwa inflasi (X1), nilai tukar (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi Singapura (X3) berkontribusi sebesar 61,9% terhadap variabel terikat kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) sedangkan sisanya sebesar 38,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1. Berdasarkan hasil Uji F, diketahui bahwa inflasi (X1), nilai tukar (X2) dan pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) berpengaruh secara bersama-sama terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Hasil Uji F yang menghasilkan nilai probabilitas signifikansi

sebesar 0,000 di mana kurang dari nilai signifikan yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Hasil koefisien determinasi (R2) juga menunjukkan bahwa variabel inflasi (X1), nilai tukar (X2) dan pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) berkontribusi sebesar 0,619 atau 61,9% terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) sedangkan sisanya sebesar 38,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. 2. Berdasarkan hasil perhitungan uji parsial (t test)

dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh dan tidak terdapat nilai yang signifikan dari tingkat inflasi (X1) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Sesuai dengan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh signifikansi tingkat inflasi (X1) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) ditolak.

3. Berdasarkan hasil perhitungan uji parsial (t test) dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh dan tidak terdapat nilai yang signifikan dari nilai tukar (X2) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Sesuai dengan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikansi nilai tukar (X2) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) ditolak.

4. Berdasarkan hasil perhitungan uji parsial (t test) dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y). Sesuai dengan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikansi pertumbuhan ekonomi Singapura (X3) secara parsial terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia (Y) diterima.

Saran

1. Saran bagi Peneliti Selanjutnya

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

89 Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan

bahwa inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan Singapura di Indonesia, sehingga pemerintah maupun pelaku wisata tidak dianjurkan untuk terlalu memperhatikan pergerakan inflasi dan nilai tukar. Sebaliknya, pemerintah dan pelaku wisata harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi negara asal wisatawan (dalam penelitian ini contohnya Singapura), sehingga promosi wisata dapat lebih diarahkan kepada negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bank Indonesia. 2009. Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008. Jakarta: Bank Indonesia.

Hady, Hamdy. 2016. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Madura, Jeff. 2011. International Corporate Finance. Jakarta: Salemba Empat.

Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Erlangga.

Manurung, Mandala & Rahardja. 2008. Teori Ekonoomi Makro Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia).

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I Gde dan I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Putong, Iskandar. 2013. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Utari, G.A Diah. Dkk. 2016. Inflasi di Indonesia: Karakteristik dan Pengendaliannya (Seri Kebanksentralan No. 23). Jakarta: BI Institute

PUBLIKASI ILMIAH

Anggara, Pratika Fitri. 2013. Analisis Dampak Kedatangan Wisatawan Asing dan Faktor Penentunya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1974-2011. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Faidzin, Nur dan Hendry Cahyono. 2017. Pengaruh Kurs Rupiah Per Dollar Amerika terhadap Jumlah Wisatawan Mancanegara (Inbound) dan Jumlah Devisa Pariwisata di Indonesia tahun 2006: M1 – 2015: M2. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol. 5, No. 3.

Hermawan, Wawan dan Adhitya Wardhana. 2016. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Manca Negara ke Indonesia. QE Journal. Vol. 05, No. 01: 16-27.

Lumaksono, Adi. dkk. 2012. Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia. Forum Pascasarjana. Vol. 35, No. 1: 53-68.

Ruane, Mara Claret. 2014. Exchange Rates and Tourism: Evidence from The Island of Guam. Jurnal of Economic and Economic Education Research. Vol. 15, No.2: 165-185

INTERNET

Good News From Indonesia. 2017. Tahun ini, Penyumbang Devisa ke-2 Indonesia Tak

Lagi dari Migas.

(https://www.goodnewsfromindonesia.id/20

17/09/25/tahun-ini-penyumbang-devisa-ke-2-indonesia-tak-lagi-dari-migas, diakses

tanggal 05 Oktober 2017).

www.bps.go.id. Diakses tanggal 16 September

2017.

www.bi.go.id. Diakses tanggal 16 September 2017.

www.singstat.gov.sg. Diakses tanggal 25 September

Gambar

Gambar 2 menunjukkan kondisi tingkat inflasi di Indonesia cenderung fluktuatif. Grafik
Gambar 3 Nilai Tukar Rupiah terhadap SGD berdasarkan Kurs Jual Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 5. Modеl Hipotеsis : Terdapat pengaruh signifikan tingkat inflasi
Tabel 4. Hasil Uji F

Referensi

Dokumen terkait

Jika orang tua mereka menikah 25 tahun yang lalu, maka jumlah umur Anton dan kakaknya pada tahun 2015 yang mungkin adalah ..... Penyedia jasa pengasuh bayi usia di bawah tiga

Materi pembelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB) dalam kurikulum (2013) diantaranya adalah mengenal bangun datar

Sehingga dalam hal ini Fraksi ABRI dan FPDI sama terima rumusan dengan catatan bahwa untuk saat ini posisi untuk Pasal 28 ayat (4) adalah kosong, akan

Sumber Data : Laporan Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 Keterangan : -..

KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat

Sehubungan dengan itu, guru atau dosen sebagai faktor kunci dalam pembaharuan pendidikan, dalam kebijakan dan penerapan kurikulum, perlu senantiasa diajak dialog untuk mencapai

membran dengan metode ini adalah polimer yang digunakan harus larut pada. pelarutnya atau

Key words : Local Wisdom, Inoterance, Religion, Indonesia. Abstrak: Masalah intoleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat didalam kehidupan bermasyarakat,