• Tidak ada hasil yang ditemukan

* * * * * * * ::~ * * * * PANJA RAP AT PIMPINAN PANJA RISALAH RAPAT SEMENTARA PANSUS 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "* * * * * * * ::~ * * * * PANJA RAP AT PIMPINAN PANJA RISALAH RAPAT SEMENTARA PANSUS 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA

PIMPINAN PANJA

RISALAH RAPAT SEMENTARA

PANSUS 4 RUU TENTANG

PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

RAP AT

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

PANJA

*

*

*

*

*

*

*

*

*

::~ I K E 2

Sl~;KI~l:·;ri'Al-t 1 Arl' J'J~NI)ERA.L D P R R .I

J A K A R ' I " ' A 1 9 9 4

(2)

RISALAH RAPAT SEMENTARA RAPAT PANITIA KERJA I

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS

UU N0.6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DAN ATAS UU N0.12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

---~---~---

---Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Jenis Rapat S i f a t Hari/tanggal p u k u 1 T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r I . ANGGOTA PANJA· I F.ABRI 1 • OEDIYANTO, HS 2. DRS. SOETIKNO 3. KARSONO 4. DJOKO SANTOSO 5. HADI SUTRISNO 6. DARYANTO I 1994-1995 Ke-6

Rapat Panitia Kerja I, Ke-2 Tertutup

Rabu, 28 September 1994

08.00 WIB

Java Ball Room I

Oediyanto, HS Drs. Mahmudi

Meneruskan pembahasan materi.

1. DRS. H. AWANO FOROEK ISHAK 2. DRS. H. ASNAWI HUSIN

3. drs. INRIA ASIKIN NATANEGARA 4. NY. SRI REJEKI SUMARYOTO, SH 5. DEWI PARAMATASARI YUNUS

6. H. HUSNI THAMRIN, SH

7. DRA. NY. NANNY DADING KALBUADI 8. ANDI MATTALATTA, SH, MH

9. DRS. THOMAS SUYATNO 10. H. JUSUSF TALIB, SH

(3)

2

1. DRS. JUSUF SYAKIR 2. ALIMARWAN HANAN~ SH

3. DRA. H.A. CHOZIN CHUMAIDY 4. H. BACTIAR CHAMSYAH F.PDI 1. SETYADJI LAW!. BA 2. DRS. ION. SUWARDI 3. DRS. H. SUBAGYO 4. DJUPRI~ SH II. PEMERINTAH 1 I DR. MANSURY 2 • DRS. ABRON I NASUTION 3 I DRS. IMAN SAMARYO 4. DRS. ROESDIJONO

5 . DRS. NURYADI, MA~ MPA 6. DRS. AlE SOELENDRO~ MA

7 • MACHFUD SIDIK, SE, MSc

8. MAKMUN GUMAY. SH 9. DRS. M. SOEBAKIR

10. DRS. RUSLI TAIB

1 1 . WIDAYATNO SASTROHARDJONO, SH, MA

12. DJADJA ZAKARIA. SH. MSc

1 3 • IR. SERIRAMA BUTAR BUTAR

14. DRS. DJAZOELI SADHANI

1 5 • DRS. SOENARI

16.

DR.

M. PALAL SANTOSO

1 7 I DRS. M. HUSIN

(4)

3

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) : Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, seharusnya rapat PANJA kita mulai jam 08.00, karena sesuatu hal barangkali masih ada yang lupa, sehingga rapat baru kita lakukan pada jam 08.15.

Sapak•bapak dan Ibu sekalian, saya juga masih ingin mengingatkan Bapak-bapak dan Ibu sekalian, bahwa acara rapat kita adalah pada hari kerja biasa tidak hari Jumat kita akan mulai jam 08.00 sampai jam 10.00, kemudian istirahat jam 10.00 sampai jam 10.30, jam 10.30 sampai jam 13.00 kita rapat kembali, kemudian istirahat 1 jam, sampai jam 14.00 dilanjutkan sampai jam 17.00.

Apabila rencana kita yang kemarin adalah dua hari berarti hari kemarin dan hari ini, barangkali sesudah nanti jam 17.00 saya ingin mendapatkan konfirmasi dari Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian, apakah acara yang kita uji coba dua hari ini akan kita sepakati terus, dengan catatan apabila ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan pada malam hari, tentunya kita akan lakukan pada malam hari.

Selanjutnya untuk hari Jumat, tentunya perlu kita adakan modifikasi dari apa yang telah kita tetapkan kemarin, kami menyarankan kita mulai dari jam 08.00 sampai jam 11.00 tanpa ada istirahat, selanjutnya kita istirahat inulai jam 11.00 sampai jam 13. 30, selanjutnya ki ta mulai rapat lagi jam 14.00 sampai jam 17.00. Apabila diperlukan barangkali kita istirahat setengah jam yaitu antara jam 15.00 sampai 15.30. Bagaimana Bapak-bapak sekalian ?

RAPAT SETUJU

Terima kasih, selanjutnya pada hari ini, kita sebelum melakukan pembahasan RUU tentunya kita ingin mendapatkan suatu yang kemarin adalah masalah pembentukan susunan Tim Perumus, k~mi harapkan barangkali kalau bisa telah disampaikan baik oleh FKP, FABRI, FPDI dan FPP anggota-anggota Tim Perumus, dengan harapan .banwa. l'im Perumus ini kita harapkan pada malam hari sesudah kita rapat Pokja Panja pada siang hari bisa menyelesaikan tugasnya, untuk ini

(5)

4

barangkali sekaligus saya mengharapakan dari FKP apakah nama-nama dari Tim Perumus telah siap.

ANGGOTA FKP (NY. SRI REJEKI S) :

Terima kasih Bapak Pimpinan beserta rapat yang saya hormati, Asssalamu' alaikum Wr. Wb. Pada pagi hari ini kami dari Fraksi Karya sesuai dengan kesepakatan rapat Panja kemarin bahwa kami diberikan kesempatan untuk menugaskan lima orang, pada pagi hari ini kami akan menyebutkan atau menyampaikan nama-nama dari Fraksi Karya Pembangunan yaitu : 1. Sdr. Yusuf Thalib;

2. Sdr. Husni Thamrin;

3. Sdr. Thomas Suyatno;

4. Sdr. Asnawi Husein; dan 5. Sri Rejeki.

Demikianlah lima nama yang kami sampaikan kepada yang rapat yang terhormat ini.

KETUA RAPAT COEDIANTQ HB)

Silahkan dari Fraksi ABRI. FRAKSI ABRI (DRS. SOETIKNO)

Bapak Ketua, sesuai kesepakatan yang kemarin FABRI mendapatkan jatah 2 orang untuk Tim Perumus. Kesepakatan kami, telah kami tunjuk yaitu yang pertama Sdr. Hadi Sutrino dan yang kedua Sdr. Daryanto.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) :

Dari FPDI sudah tertulis adalah Bapak Drs. H. Subagyo. Selanjutnya dari FPP.

FPP :

Drs. Chozin Chumaidy. KETUA RAPAT (OEDIANTO HS)

Terima kasih Bapak-bapak dan Ibu sekalian, sehingga pada hari ini susunan pengurus atau anggota Tim Perumus telah kita, tentunya yang belum dari pihak Pemerintah.

(6)

PEMERINTAH (DRS. IMAM SUMARYO) :

Terirna kasih Bapak Ketua, ini sarna saya ada daftar terdiri dari 8 orang : Drs. Abroni Nasution, Drs. Rusdiono,

.

Drs. Nuryadin, Drs. Ari Sulendro, Drs. Subagio, Drs. Rusli Tahir, Djaja Zakaria, dan SH, Ir. Serirama Butar-butar. Demikian Bapak Ketua.

KETUA RAPAT (OEDIAN~O HS)

Terima kasih kepada pihak Pemerintah yang telah menunjuk Tim yang akan bergabung dalam Tim Perumus. Kami harapkan bahwa Tim Perumus nanti malam kita harapkan sekitar

jam 08.00 sudah mulai bekerja untuk barangkali kita nempatkan saya tidak tabu tempatnya, lebih baik adalah disini saja sehingga nanti juga para pimpinan juga akan menghadiri pada waktu sidang Tim Perumus.

Selanjutnya pada pagi hari ini sebelum kita beranjak kepada dua masalah yang pending kemarin yaitu berkaitan dengan masalah pembukuan dan penyidikan. Kami ingin menyampaikan atau menyarankan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian untuk sediki t rnerubah mekanisme pernbahasan dalam sidang ini. Kalau kernarin kita lakukan terlebih dahulu pembicaraan oleh para anggota Fraksi, kemudian di tanggapi oleh Pemerintah. Pagi hari ini kalau Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian bersetuju dengan Pimpinan, karni rnengharapkan bahwa pihak Pemerintah menjelaskan isi dan isi daripada perubahaan terhadap pasal-pasal atau ayat-ayat yang tercantum dalam RUU

KUP maupun nantinya adalah masalah PBB. Selanjutnya dari Fraksi-fraksi akan mengadakan satu tanggapan terhadap penjelasan atau latar belakang yang disampaikan oleh Pernerintah tersebut. Selanjutnya apabila setelah ada kesepatakan berkaitan dengan muatan atau isi dari pasa1-pasal tersebut, kita lanjutkan dengan, tentunya apakah itu telah tertuang dalam naskah RUU dengan tepat.

Demikian Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian mohon persetujuan, pertama adalah berkaitan dengan pembentukan Tim Perumus dan jadual tim perumus yang nanti kita mulai nanti sore, selanjutnya mekanisme yang kita sampaikan untuk sedikit modifikasi, yang ketiga adalah penentuan jadual acara kita pada hari Jumat. Silahkan barangkali.aari

Bapak-bapak, apakah setuju dengan apa yang telah kami sampaikan tadi.

(7)

6

SBHUA FRAKSI DAN PBHBRINTAH SBTUJU

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) :

Terima kasih, selanjutnya mari kita kembali kepada acara yang kemarin yang masih pending yaitu masalah pembukuan dan masalah penyidikan. Untuk ini apakah dari Pemerintah telah mendapatkan rumusan yang paling tepat berkaitan dengan pembukuan, kalau tidak salah kemarin dijelaskan disamping rumusan yang terdahulu maka perlu adanya suatu penggabungan dari Pasal 28 ayat ( 4) sehingga rumusan pembukuan menjadi kombinasi dengan antara rumusan yang awal ditambah dengan rumusan yang ada di Pasal 28 ayat

( 4), tentunya kalau ini mungkin dar i pihak Pemer intah mengungkapkan kembali rumusan tadi, karena kalau hanya digabung begitu saja, nampaknya agak rancuh, mungkin bisa distrim (?) lain dari penggabungan tadi, memudahkan Fraksi-fraksi untuk menanggapi, tentunya apabila rumusan itu nanti telah diterima maka ini seyogyanya muatan yang di Pasal 28 ayat (4) bisa dihilangkan agar tidak terjadi duplikasi antara pengertian yang didepan di Pasal 1 dengan apa yang dirumuskan di ayat (4) Pasal 28.

Silahkan dari pihak Pemerintah, barangkali untuk rumusan masalah pembukuan yang merupakan hal yang pending kemarin.

PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan. Sebagai kelanjutan diskusi yang kemarin telah dilakukan, pada dasarnya pak Pasal 1 hanya menyangkut masalah dalam kai tannya dengan def inisi. Kemudian sebelumnya, sebelum kita membicarakan mengenai definisi sendiri atau istilah itu sendiri, mohon Bapak memperhatikan bukan sandingan pak, tetapi ketentuan perubahan yang ada di dalam RUU Undang-undang Nomor 6 halaman 5 mengenai definisi. Jadi kita kembali ke RUU perubahan, karena kami terus terang disini, mengenai apa yang dikemukakan dalam persandingan, ini agak berbeda dengan yang dikemukan dalam halaman 5 huruf f, karena kebutulan waktu itu belum sempat dilakukan perubahan pada persandingannya.

Jadi didalam definisi atau istilah pengertian yang dimaksud dengan pembukuan pada dasarnya kami sepakat adalah

(8)

7

apa yang kemarin sudah dibacakan yaitu sebagai berikut: Bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang bersifat keuangan yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahah barang atau jasa yang terutang maupun yang tidak terutang pajak pertambahan nilai yang dikenakan pajak pertambahan nilai dengan tarif 0 % (nol persen) dan yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.

Inilah definisi atau istilah pengertian pembukuan yang kami usulkan.

Dalam kaitannya dengan Pasa~ 28 ayat (4), permasalahan-nya adalah demikian pak, Pasal 28 pada dasarnya secara keseluruhan menguraikan secara teknis administratif apa pembukuan itu yang sebenarnya. Oleh karena itu kami sependapat Pasal 28 ayat (4) kami akan rubah pak, mengenai masalah isinya. Karena sebenarnya yang dimaksud dengan Pasal 28 ayat (4) adalah pembukuan itu terdiri dari apa, catatannya itu bentuknya apa, ini akan kami rubah, kami akan usulkan pada saat kita bersama-sama membicarakan Pasal 28. Jadi memang disari bahwasanya pengertian Pasal 28 ayat (4) memang tidak sama dengan istilah pengertian pembukuan yang dikemukakan dalam Pasal 1 huruf c.

Perubahan Pasal 28 ayat (4) akan kami usulkan nanti pada saat kita membicarakan Pasal 28, karena menyangkut masalah teknis administratif yang kalau tidak diuraikan dari Pasal 1, 2, 3 dan sebagainya yang menyangkut Pasal 28 tersebut mungkin akan agak membingungkan, j adi agar supaya lebih jelas dilokalisir saja pada saat kita membicarakan Pasal 28. Sedangkan mengenai masalah def inisi a tau pengertian itu sendiri kami berikan berikan didalam Pasal 1 huruf p yai tu menyinggung apa yang dimaksud pembukuan i tu sendiri, dimana sudah digaris bawahi pembukuan pada dasaranya adalah pencatatan yang memungkinkan dapat dihitungnya pajak yang berhutang, jadi bisa menyangkut pajak penghasilan bisa menyangkut pajak pertambahan nilai, oleh karenan itu definisinya kami berikan sebagaimana telah kami bacakan tadi. Saya kira demikian terima kasih.

(9)

8

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) :

Terima kasih dari pihak Pemerintah, saya berikan kesempatan dari Fraksi-fraksi, saya mulai dari yang kemarin menanyakan ini adalah dari Fraksi POI kalau tidak salah unttik menanggapi terlebih dahulu terhadap saran perubahan istilah pembukuan oleh Pemerintah tadi. Silahkan.

FPDI ( SETYADJI LAWI I BA) . :

Terima kasih Bapak Pimpinan dan Saudara-saudara sekalian, sidang yang kami muliakan.

Sebenarnya dengan diadakannya perubahan tambahan pada ketentuan umum yang disempurnakan dengan tambahan tadi, kemarin yang rancuh adalah bahwa itu kemudian diplot lagi di Pasal 28 ayat (4) tidak seperti bapak katakan tadi ada duplikasi. Kemarin kami mendukung usul dari FABRI bahwa di Pasal 28 itu digugurkan atau dihapuskan karena tidak dimuat disana.

Dengan ada keterangan bahwa nanti di Pasal 28 akan diadakan perubahan kembali, pengertian saya semen tara ini Pasal 28 itu masih kosong. Kalau itu yang sudah terjadi nanti pada Pasal 28 ayat (4) kemudian Pemerintah mengajukan usulan perubahan atau usulan baru tidak ada masalah lagi pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) Silahkan dari FPP.

FPP (ALIMARWAN HANAN, SH) :

Terima kasih, sekedar mengingatkan, kami memang dari kernarin agak berserah banyak pada pihak Pemerintah, makanya terjadi alternatif-alternatif kalau yang dikemukakan pertama sudah baik dan rnenyakinkan karni setuju saja.

Lalu kemudian beberapa ternan dari Fraksi lain mengusulkan tambahan dan kurang, dengan tidak mengurangi apa yang telah kami sampaikan untuk kembali kepada yang semula, apabila mernang Pamer intah menganggap i tu yang lebih sempurna yang sekarang disempurnakan kami ok saja begitu.

(10)

9

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) :

Terima kasih pak ALi. Silahkan pak Yanto barangkali.

FKP (THOMAS SUYATNO)

Terima kasih bapak pimpinan, pada hakekatnya ki ta membedakan dua hal pokok, yang pertama adalah kita membahas ketentuan umum, baru berdasarkan ketentuan umum nanti lebih dijabarkan didalam batang tubuh yang untuk seterusnya penjabaran lebih lengkap, apa lagi didalam penjelasan. Jadi kami berpendapat didalam ketentuan umum ya merumuskan mengenai hal-hal yang masih bersifat umum, sedang secara terinci nanti didalam batang tubuhnya, lebih rinci lagi didalam penjelasan. Nah masalahnya sekaran dari unsur pemerintah mengajukan konsep baru, oleh karena itu terlepas dari titik tolak pemikiran yang pertama, sekarang kami belum bisa memberikan tanggapan apapun juga, kami menyarankan supaya mengajukan itu secara tertulis kepada kita nanti kami akan adakan diskusi lebih lanjut di dalam fraksi kami atau kalau perlu nanti dibicarkan dal~m Timus, demikian bapak ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS) :

Terima kasih pak Thomas, pertama kalau kita kaji dengan rumusan tadi, sejauhmana tentunya kita melihat dampaknya atau akibatnya memberikan beban kepada rakyat atau tidak atau bertentangan dengan Undang-Undang peraturan yang berlaku, ini barangkali yang paling konsen kita, apakah kalau ini sependapat, apakah hal ini tidak bisa lebih cepat, artinya diputuskan, barangkali kita nanti minta dari Pemerintah rumusan yang konkrit secara tertulis, barangkali sementara ini kalau nanti qang lain juga setuju kita pending sampai jam siang aja, barangkali sesudah istirahat kita lihat oh ternyata setuju atau tidak. Saya takut, ini menurut saya kalau sampai ini juga sampai ke Timu~ takut ini terlampau berkepanjangan, bagaimana kira-kira pak.

Silahkan dari FABRI.

FABRI (DRS. SOETIKNO) :

Bapak Ketua, jadi untuk Pasal 1 huruf s dei1gan tadi sudah dibacakan rumusan yang terbaru untuk huruf s ini Fraksi ABRI sependapat,karena rumusan ini sudah memberikan

(11)

10

penjelasan yang cukup jelas, dan penjelasan ini nantinya bisa dirnanfaatkan untuk PPN rnaupun PPh. Jadi dengan rumusan ini sudah bisa rnencakup keseluruhannya.

Kemar in say a mengusulkan untuk Pasal 28 ayat ( 4) i tu dihapus, namun kalau nanti akan dirumuskan kembali dengan rurnusan yang baru, nah ini kami akan mempertimbangkan apakah sesuai atau tidak, namun tentunya pembahasannya itu nanti kalau kita sudah sampai kepada Pasal 28. Jadi untuk sekarang saya kira, kami sudah setuju ini, tinggal nanti kalau sudah kita sampai Pasal 28, baru kita membahas. Saya kira

demikian.

KETUA RAPAT (OEDIANTO HS)

Terima kasih Fraksi ABRI. Sehingga dalam hal ini Fraksi ABRI dan FPDI sama terima rumusan dengan catatan bahwa untuk saat ini posisi untuk Pasal 28 ayat (4) adalah kosong, akan ditetapkan atau dibicarakan lebih jauh pada saat kita sampai pada pembicaraan Pasal 28, sedangkan FPP karena itu dianggap yang paling mengetahui permasalahan masalah pembukuan ini adalah Pemer intah, maka FPP menyerahkan kepada Pemerintah bagaimana baiknya, sedangkan dari FKP mohon untuk menundang dalam waktu sesaat dengan harapan barangkali kalau kita minta Pemerintah segera memberikan satu konsep itu kepada seluruhnya khususnya kepada FKP, mungkin nanti siang melihat materi dari muatan yang dicantumkan tadi kemungkinan bisa di ter ima, tapi saat ini barangkali karena tadi rumusannya panjang antara lain yang kemarin dirisaukan oleh pak Thomas ada kalau tidak salah apakah ada istilah mengadakan data dan informasi yang bersifat keuangan kalau tidak salah. Apakah ini tidak masalah keuangan, saya masih ingat kemarin, ini yang sedikit ganjel barangkali, namun demikian mari barangkali kalau sependapat kita pending sampai siang sesudah istirahat dengan harapan dari FKP memberikan satu ekstra kerja dalam waktu singkat ini dengan rasa khusus intern barangkali bisa menemukan, ya intern FKP sendiri.

(12)

11

pengertian umum masalah pembukuan. Selanjutnya disini saya belum

.

mengatakan diputus karena memang masih ada ... , tapi barangkali sudah dalam waktu singkat ini.

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO)

Sebetulnya F.KP pada prinsipnya oke-oke saja mana yang paling baik. Tapi karena memang rumusan baru Pak Ketua mohon diizinkan kami setelah menerima tertulis ... Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS) Jadi bagaimana Pemerintah. PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Mungkin perlu sedikit penjelasan mengenai rumusan baru itu tidak seluruhnya benar Pak. Karena yang benar adalah yang kita sampaikan itu sudah sesuai dengan yang kemarin terakhir kita bacakan. Tetapi pada waktu kita bahas kita memakai persandingan yang tidak lengkap dikutip didalam persandingan. Jadi sebetulnya bukan rumusan baru. Juga dengan tambahan dari kami mengenai yang bersifat keuangan kami setuju untuk mencoretnya. Sedangkan yang lainnya itu sudah ada didalain rancangan resmi yang kitaa sumptt i kan. Say a bacakan, in i is t i 1 ah pembukuan yang ada pad a buku Rancangan Undang-Undang yang resmi yang telah kami sampaikan. Saya bacakan : huruf f "Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang bersifat keuangan yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang terhutang maupun ... ".

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Interupsi sebentar. Pihak Pemerintah selalu membacakan itu, kami tidak ada satu definisi seperti itu Pak. Kemarin kita mendengar apa yang dibacakan, namun apa yang kita miliki adalah bukan. Oleh karena ini agar Pemerintah mewaspadai masalah ini.

(13)

12

PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Kalau demikian mohon maaf Pak, barangkali ada kesalahan administratif dalam pengiriman.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Barangkali ini ada miss understanding karena sekian banyaknya perubahan kadang-kadang mungkin ada yang membawa yang mana yang terbaru. Barangkali sekarang tolong lebih konkrit dari dari Pemerintah yang mana. Barangkali merupakan konsep yang terakhir yang ada di tas yang diserahkan pada malam hari.

PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Jadi begini Pak. Ini yang kami usulkan akan kami bacakan. Ini yang akan diperbanyak untuk disampaikan kepada Bapak-bapak.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Saya kira begitu saja. Jadi rumusan yang disarankan perubahan Pemerintah telah memberikan kemarin malam barangkali. Kemudian tentunya tadi kita memberikan waktu pending sampai siang. Jadi mungkin rekan-rekan yang belum, mungkin tadi kelewatan membacanya kita berikan kesempatan sampai nanti siang sesudah kita harapkan makan siang kita akan mengambil kesimpulan atau keputusan yang berkaitan dengan definisi pembukuan.

JURU BICARA F.ABRI (HADI SUTRISNO)

Untuk mencegah hal seperti ini seyogyanya perlu kita sepakat i bersama bahwasanya yang mest i ki ta pegang yang res.mi yang diamanatkan oleh Bapak Presiden, supaya tidak rancu. Terima kusih.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Bagaimana Bapak-bapak sekalian tentu per 1 unya yang pertama yang awal adalah kita terima pada amanat presiden. Namun demikian dalam perjalanan kalau seandainya ada satu kesepakatan adanya sara-saran pe rubahan pad a wakt u i tu sudah k ita te rima maka it u harus jadi kesepakatan. Tetapi kalau memang belum ada kita kembali rumusan mana yang telah menjadi kesepakatan. Jadi kalau belum memang forum panja ini untuk menyampaikan bila terjadi

(14)

13

perubahan-perubahan. Sebagai contoh dalam pembukaan ini misalnya secara resmi akhirnya baru pagi ini disampaikan oleh Pemerintah. Tentunya dari fraksi-fraksi memerlukan waktu untuk mengendapkan apakah memang rumusan yang disampaikan pagi ini bisa kita terima atau tidak. Oleh karena itu kita memberikan waktu sampai nanti siang untuk melihat para rekan-rekan untuk bisa memberikan secara definitif, memberikan satu persetujuan atau tidak memberikan persetujuan dari rumusan yang terakhir. Demikian supaya kita cepat melangkah ke sesion berikutnya.

Kita beranjak kepada hal yang kedua yang masih pending adalah berkaitan penyidikan. Untuk ini kami minta lagi rumusan dari Pemerintah apakah masih tetap pada rumusan itu ataukah telah mempunyai rumusan baru sesudah mendapatkan satu tanggapan dari fraksi-fraksi kemarin. Khususnya barangkali yang kurang sependapa t rumusan dar i Pemer int ah ada 1 ah fraks i ABRI.

s

i 1 akan dari pihak Pemerintah.

PEMERINTAH ( DRS. IMAN SAMARYO)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Mengenai masalah pengertian dari penyidikan itu sendiri yang kemarin ditanggapi oleh fraksi ABRI

dan fraksi Karya Pembangunan setelah kami diskusikan tadi malam kami mempunyai pendapat bahwa isi t i lah penyidikan i tu sendiri tetap sebagaimana yang telah kami sampaikan scbelumnya. Dan untuk Bapak ketahui sebenarnya mengenai definisi penyidikan tindak pidana didalam perpajakan itu sendiri disamping kemarin secara jelas kami sampaikan pengertiannya, sebenarnya itu adalah hanya mengangkat penjelasan sebelumnya yang dikemukakan dalam pasal 44. jadi sebenarnya ini hanya mengangkat penjelasan ke batang tubuh. dan didalam kegiatan sehari-hari apa yang telah

kita lakukan selama ini melakukan penyidikan mulai dari tahun 84

sampai sekarang, sudah sepuluh tahun ini tidak ada permasalahan apapun baik dengan instansi kepolisian maupun kejaksaan. Terima kasih.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS}

Terima kasih pihak Pemerintah. Penjelasan Pemerintah menurut saya memang ada· sediki t kurang tepat, apabi la tao! uJ.i\.l';~tnkan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Utamanya mungkin yang

(15)

14

akan jadi permasalahan adalah kalimat terakhir, yang kalau kita lihat dari 8.8.1 itu tidak ada. Dan ini apabila dikaitkan dengan bab III, Bab VIII Ketentuan Pidana di Pasal 38 nampaknya tidak mengkait. Namun demikian barangkali dari Fraksi ABRI akan bisa

lebih jelas.

JURU BICARA F.ABRI (DRS. SOETIKNO)

Fraksi ABRI sependapat dengan rumusan itu, yaitu baris satu sampai dengan empat. Sampai dengan menemukan tersangka, itu kami sependapat hanya tambahan yang kalimat dibawahnya yaitu serta mengetahui besarnya pajak yang terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau tidak disetorkan. Ini adalah tambahan baru, jadi pengertian yang ada di belakang ini yang kami kurang cocok. Alasan F.ABRI demikian Pak. Kalau kita bicara masalah penyidikan tindak pidana kita tidak boleh lain harus melihat didalam Bab VIII, karena disitulah pidana dicantumkan, diluar itu bukan t indak pidana. A tau ada di luar ini yang menyebutkan demikian harus dipindah ke tindak pidana. Setelah itu kalau kita tinjau satu persatu mengenai tindak pidana ini yaitu dari Pasal 38 sampai dengan Pasal 43 ini rumusan mengenai besarnya pajak yang terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau tidak disetorkan ini tidak ada disini yang ada yaitu Pasal 38 itu barang siapa karena kealpaannya melakukan tindakan a dan b, hingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Jadi yang harus dibuktikan itu apakah perbuatan ini menimbulkan kerugian atau tidak.

Kemudian Pasal 39 barang siapa dengan sengaja melakukan a,b,c,d sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Kemudian yang selanjutnya Pasal 39 Ayat (2) ini tidak ada masalah yang menyangkut kerugian atau keuangan. Demikian juga Ayat (3), kemudian Pasal 40, Pasal 41 Ayat (1) dan Ayat (2) demikian juga seterusnya tidak menyebutkan adanya besarnya pajak yang terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau tidak disetorkan say a k ira in i j angan d i rancukan dengan peme r i ksaan. Ka I au pcmcriksaan dalam rangka pengawasan, kami bicararakan kemarin yuitu di huru s, inj nanti memang akan mengetahui besarnya pajak yang tcrhutung dan yang tidak disetorkan. Karena ini adalah pcnyidikun. KaJnu toh ini akan dicantumkan kami mengusulkan bukan bcsarnyu pajak yang terhutang serta mengetahui besarnya kerugian

(16)

15

pada pendapatan negara ·itu sesuai dengan Pasal 38 dan Pasal 39. Kalau mau dicantumkan, tetapi itupun saya kira sudah tercakup yaitu didalam kalimat yang diatasnya yaitu " Yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari dan menemukan bukti yang diperlukan". Bukti menurut undang-undang ini sangat luas sekali Pak. Jadi kalau ini dicantumkan tetapi itupun saya kira sudah tercakup yaitu didalam kalimat yang diatasnya yaitu yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang diperlukan. Bukt i ini menurut undang-undang sudah luas sekal i, bisa saksi dan bisa macam-macam. Jadi kalau ini dicantumkan begini kok rasanya kurang cocok begitu. Jadi kalau sampai menemukan tersangkanya. Ini tambah-nya, itu saya kira sudah cukup luas. Lalu ditambah disini kemudian menjadi rancu karena tidak sesuai dengan apa yang terdapat di bab VIII. Jadi tidak ada manfaatnya untuk bab VIII ini, rumusan yang dua kalimat itu. Jadi usul kami saya ulangi lagi; pertama, sebaiknya dua kalimat itu dihapus saja sampai menemukan tersangka ini pakai-nya. Ini pakai-nya.

Atau kalau memang ingin menambah itu saya usulkan serta

mengetahui besarnya pajak terhutang itu diganti "serta mengetahui besarnya kerugian pada pendapatan negara.'' Sesuai den gao Pas a I 38 dan Pas a 1 39 yang memang menyebu t kan demi k ian. Saya kira demikian dari kami, Fraksi ABRI.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Terima kasih Fraksi ABRI. Kita lanjutkan dari F.PDI.

J UIHJ .H r CARA F. PD 1 ( DJ UPR I , SH)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Suuduru Pimpinun, scrta Saudara-saudara Anggota panja.

Sebagaimana kemarin sudah saya tegaskan, pada prinsipnya rumusnn yang diajukan oleh Pemerintah sebegaimana dirumuskan dalam rancangan i tu secara substansi ki ta sudah bisa menerima. Mungkin hanya redaksinya karena sudah ada kesepakatan, misalnya saja baris kelima itu ada istilah terhutang menjadi berhutang.

Pertama-tama memang harus kita bedakan antara penyidikan dalam arti umum dan penyidikan dalam arti khusus. Ini memang semacam lex spesialis yang harus diatur didalam ketentuan yang hcrkaitan dcngan pcngcrtian penyidikan tindak pidana dibidang

(17)

1b

perpajakan, jadi bukan di bidang pidana. Jadi rumusannya memang harus mengkait disamping tadi yang diutarakan oleh Fraksi ABRI yai tu yang pertama unusr-unsurnya mencar i dan menemukan bukt i, kedua menemukan tersangka, dan yang ketiga untuk bisa mengetahui misalnya tagihan yang terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau tidak disetorkan. Kalau rumusan ini dikandung maksud untuk menjelaskan rangkaian kata-kata yang terdapat di berbagai pasal. Kemarin kami sudah menunjuk antara lain bisa kita ketemukan didalam rancangan itu Pasal 44 Ayat (1). Itu ada rumusan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Dan juga Pasal 44 b, halaman 34 dari rancangan itu ada juga penyidikan tindak pidana bidang perpajakan. Karena ada rumusan seperti itu terdapat di beberapa pasal maka dalam ketentuan umum itu tetap dirumuskan suatu pengertian dalam ketentuan umum. Lalu rumusannya sebagaimana tadi sudah kita ketahui bersama. Sehingga menurut pendapat saya bagian terakhir dari rangkaian kata-kata itu memang harus ada sebab kalau hanya sampai menemukan tersangka saja sudah titik, itu pengertian penyidikan dalam arti umum. Dan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (2) KUHAP. Jadi ini bersifat khusus, jadi lex spesialis. Jadi memang harus begitu. Demikian tanggapan kami Saudara Pimpinan.

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Terima kasih Pak Djupri., Silakan F.PP JURU BICARA F.PP(ALIMARWAN HANAN, SH)

Kami agaknya konsen dan sepakat kembali kepada rumusan yang telah ada, lalu kenapa kami menganggap itu perlu adanya kata-kata mengetahui besarnya pajak terhutang yang diduga tidak dibayar atau disetorkan, ini merupakan unsur tindak pidana perpajakan itu artinya kalau unsur tidak merugikan kepentingan negara itu tidak jadi berarti tidak ada tindak pidana perpajakannya. Karena itu unsur ini tidak jelas tertuang dalam ketentuan ini. Jadi kalau ternyata tersangka tapi tidak jelas ada pertanda merugikan negara, maka belum merupakan tindak pidana perpajakan. Yang menyebabkan dia menjadi terpidana perpajakan yaitu apabila diduga atau diketahui bahwa yang besangkutan merugikan negara dengan tidak menyetorkan d~n atau tidak menyetorkan pajak yang seharusnya dia setorkan. Rumusan huruf x sudah cukup lengkap.

(18)

17

KETUA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Terima kasih Pak Ali, saya persilakan Saudara dari F.KP JURU BICARA F.KP (H. JUSUF TALIB, SH)

Terima kasih saudara Pimpinan. Khusus mengenai penyidikan ini. Penyidikan mengenai tindak pidana dibidang perpajakan. Saya kira sama dengan fraksi ABRI pertama kita pegang prinsip dasarnya du 1 u, . bahwa e 1 emen-e 1 emen dasar yang ada d ida 1 am Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981. Meskipun itu merupakan lex generalis. Namun lex spesialisnya pasti tidak boleh menyimpang dari unsur-unsur umum itu. Jadi berdasarkan pertimbangan yang demikian itu maka . rumusan yang dikaitkan dengan bidang perpajakan saya kira cukup sampai dengan kata-kata "menemukan tersangkanya .. " Kata-kata ini memenuhi unsur-unsur umum yang terdapat didalam undang-undang nomor 8 Tahun 1981. Nah jabaran lebih lanjut tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan pengertian umum ini kita temukan nantinya didalam pasal-pasal yang didalam batang tubuhnya. Jadi kalau sudah kita bata~i pada serta mengetahui besarnya obyek yang terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau tidak disetorkan sama dengan rekan fraksi ABRI ini bisa konfius dengan rumusan umum tentang pemeriksaan. Kemarin oleh F,KP telah dikemukakan jangan sampai rumusan umum pemeriksaan itu menjadi mengkonfiuskan dengan rumusan penyidikan. Jadi kembali pada posisi seperti yang dikatakan oleh rekan fraksi ABRI, F.KP dapat menyetujui rumusan umumnya itu sampai pada kata-kata "menemukan tersangkanya titik. dan itu memenuhi elemen-elemen dasar yang ditctapkan dalam rumusan penyidikan di dalam KUHAP. Elaborasi secara materialnya jenis tindak pidana yang terkena dengan rumusan penyidikan ini kita temukan tentunya. didalam Pasal-Pasal. Jadi dengan demikian jangan sampai kita terbentur akan hal-hal yang lebih bersifat administratif, yang sebetulnya tidak mempunyai unsur tindak pidana, termasuk tindak pidana dibidang perpajakan. Saya kira demikian, terima kasih.

KETlJA RAPAT ( OEDIYANTO HS)

Terima kasih Pak Yusuf, dengan adanya suatu tanggapan dari frnksi-fraksi. Barangkali dari pihak Pemerintah bisa mendapatkan rumusan yang baru yang dimana tidak akan menyimpang dari

(19)

18

undang nomor 8 tahun 1981. Namun demikian memberikan suatu pegangan bagi pihak pajak untuk melakukan tugasnya yang tadi memang dikatakan oleh Pak Yusuf apakah lebih lex spesialisnya itu bisa diungkap pada pasal 44 yang lebih komplit dengan hal-hal yang besifat apa yang dikehendaki oleh perpajakan ini. Kami persilakan.

PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Jika sekiranya pengertian yang ada dalam KUHAP sudah cukup, kami tidak akan usulkan memberikan pengertian ini. Namun dalam rancangan undang-undang ini banyaknya atau beberapa istilah yang memang khusus disebutkan bukan sebagai penyidikan umum tapi penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Oleh karena itu kami merasa bahwa perlu diberikan pengertian pengertian, penyidikan, tindak pidana dibidang perpajakan. Kami mengerti bahwa rurnusan ini unsur-unsurnya sebagai lex spesialis tidak bertentangan dengan lex generalis. Namun didalam rumusan ini harus tercermin juga tindak pidana khususnya itu. Tindakan khusus dibidang perpajakan itu senantiasa dimintai sarat atau sebagai unsur daripada tindak pidana itu adalah harus dibuktikan oleh penuntut bahwa ada kerugian bagi negara yang disebabkan oleh karena ada jumlah pajak yang tidak dibayar atau tidak disetorkan. Oleh karena itu kami masih berpendapat bahwa

~ kekhususan itu harus tetap ada disini. Karena dalam praktek banyak mengalami kegagalan dalam menuntut tindak pidana dibidang perpajakan ini karena tidak dapat menemukan bukti atau tidak meberikan bukti, tidak menyajikan bukti-bukti atau data-data yang menunjukkan berapa besarnya kerugian yang disebabkan oleh karena pajak yang tidak disetorkan atau tidak dibayarkan itu

(20)

19

rumusannya kami serahka.n kepada Dewan Perwakilan Ra.kyat atau Panja pada khusuanya, tetapi kami tetap berpendapat bahwa rumusan yang khusua ini diperluk:an dan rumusan yang khusua ini perlu mencerminka.n kekhususannya yaitu kerugian bagi negara yang disebabkan oleh karena ada sej~ah

pa-jak yang tidak dibayar atau tidak disetorkan, dan itu haru.s diketemukan buktinya sebelum tindak pid.ana ini dituntut d1 muka pengadilan. Mungkin salah satu saran tadi saran terakhir dari Fraksi ABRI itu dapat kita t~

rima, andaikata memang ditunjukkan bahkan mungkin b:l:sa l~bih~ jelae, ya_! tu lebih jelasnya kerugian pada pendapatan negara berupa sejumlah pa

-jak yang tidak dibayar atau tidak disetorkan. Demikian.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada Pemerintah,

Jadi kalau s~a boleh mengulang apa yang disarankan oleh pihak Fr~ si ABRI tadi kalimat yang terakhir, dua terakh.ir itu dihilangkan, kemud_!

an dilanjutlain menemulcan tersangka yang menimbulkan keru.gian terhad.ap pendapatan negara di bidang perpajakan.

Apakah dengan tambahan menghilangkan :rwnusan mengetahui beaarnya pajak yang terhutang, kemudian diganti dengan rumusan yang terakhir tadi, su

-dab bisa membarikan suatu dasar hukum yang kuat seperti apa yang dijela!

kan oleh Pemerintah tadi.

PatERINTAH (Dlf. MANS'f!!iY) :

Ear.f~na ini adalah serangkaian tiniakan untuk mencari dan mengumpul-kan buk.ti, maka buk:ti itu harus bukti untuk: mengetahui besarnya kerugian . pada penJapatan negara berupa jumlah pajak yang tidak dibayarkan atau

di

setorkan. M·w1gkin demikian lobih lcngkap dan dapat mcnjadi p(~gantja.n bagi

kami dl la pangan.

JUHU BICAHA l·,ABHI (DHS. ~30b'l'IKNO) :

Kami ingin mt~nangga.pi masalah apa yang tadi kenmkakan mengenai ha

-rus ~ll!>:;b'L~·-t ~knn pajak yang tidak disetor atau tidak bayar. Ini tid.ak se-lulu, kalau kita 11hat di dalam Pasa1 39 ayat (3) disini, baranij siapa melakukun percobaun untuk melakukan tindak piJ.ana menyalahgunakan dan mHnggunakan tanpa hak nomor pokok wajib pajak. Ini percobaan, percobaan itu baru melakukan sebagian tindakan yang salah itu tetapi tidak judi b.!;! kan karena niatnya •. JadJ. belum ada kerugian apa-apa, jacli mau dicari

pa-jak yc.mg terhutang tiga hari tiga malam tidak ketemu.

(21)

20

Kemudian yang ini lagi, pejabat yang karena kealpaannya tidak meme-nuhi kewajiban merahasiakan. Jad! kalau saya pejabat, saya membeberkan apa nama.nya punyanya Pak Djoko, Pak Djoko i tu pajalmya. begmi begini

be-gini, saya kena, lha ini nggak ada, pajak yang terhutang atau disetor. Itu

41

ayat

(1), 41

ayat

(2)

pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau aeseorang yang menyebabkan tidak punya kewajiban peja-bat sebaga!mana dimakaud dalam Pasal 4 t iga empat, ini juga demikian, j_! di tidak aelalu harus ini menyebabkan ada pajak yang tidak disetor.

Jadi kalau tadi dikatakan haru.s dibuktikan setiap tindak pidana di bidli.ng perpajaka.n, lha ini saya ktra kurang tepat, karena ada pasal-pasal, ini

kan hukum materialnya ini, jadi pasal-paaal, unsur deliknya.

Jadi kalau diharuakan begitu untuk pasal-pasal ini, ya nggak klop. Ini

yang kami meragukan itu demikian. Kalau itu dicantumkan, nanti ndak co -cok dengan pasal-pasal yang ada disini, karema tadi saya aebutkan tindak pidana di perpajakan ini hanya kejahatan atau tindakan yang ada di Bab VIII di luar itu bukan tindak pidana perpaja.ka.n. Kalau toh ada harus dimasukkan disini. Memang ada itu didenda sekian, denda administrasi berupa ini, itu bukan kejahatan, buk.an tindak piiana, itu pelanggaran. Karena disini ada-lab penyidikan khusus tindak pidana. Jadi jangan dikaburkan antara tindak

pidana disini dengan yang itu tadi, sangsi administrasi berupa denda, be-rupa dua kali lipat, bunga, itu bukan tindak pidana. Jadi jangan

dikabur-kan maaalah yang itu dengan masalah t indak pidana yang ini.

Saya kira tambahan kami.

Km'UA RAPAT :

Kongkritnya bagaimana ini anunya Pale barangkali sarannya untuk bisa menampung, adakah yang bisa menampung apa yang diinginkan Pemerintah.

JURU BICARA FABRI (DBS. S0.11'riKNO) :

Tetap tadi itu, jadi saran kami ada dua, pertama itu e~pai. dengan menemukan tersangkanya, kalau memang mau ditambah itu serta mengetahui

beearnya kerugian pada pendapa.tan negara titik. Jadi tidak ditambah de

-ngan masalah pajak ini. Saya kira demikian.

Menurut saya tidak perlu, karena kerugi&n negara itu bisa pajak juga, te-tapi secara umum itu, itu, tete-tapi dalam pembuktian ini, ini asal bisa di-buktikan kerugian negara, pasal ini sudah kena. Jadi boda, disini yang di bukt ikan adalah kerugian daripada negara, buk.an berapa J.ari t ersangkanya

itu berapa, tetapi dari nega.ranya ini. Jadi sudah diru.g ... ~~"l ndak negara ini, kalau audah ini biaa dibuktika.n bahwa ini kerugian, pasal :ini sudah

kena, begitu. Terima kasih.

(22)

21

K~TUA R.:.PAT :

Terirna kasih dari Fraksi ABRI, barangkali dari rekan PKP atau PDI, silakan Pak.

JURU BICARA FPDI (DJUPRI, SH) : Terima kasih Saudara Pimpinan,

Pertama-tama kami ingin membedakan antara pengertian penyidik dulu

Pale, supaya ini lebih jelas. Kalau menurut KUHAP Pasal 6 penyidik itu .! da dua macam yaitu pe{j~ba.t .f;·,;;1i~i :negaha Republik Indonesia, dan yang k~

dua pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khuaus

o-leh undang-undang. Sekarang yang kita bicarakan itu yang kedua ini. Kalau rumusan yang diajukan oleh rekan Frakai ABRI itu aampai hanya pada tersangka, itu pengertian penyidik dalam arti urnum, artinya pejabat pol_! si negara Republik Indonesia. Kemudian kalau ditambah rumu.san yang diaj~

kan itu, i tulah yang diharapkan dalam pembahasan rancangan ini.

Kalau kami. melihat saran dari Fraksi ABRI dan rumusan dari Pemerintah, sebenarnya rwnusan Pemerintah itu audah pas, t etapi kalau maksudnya di~

muska.n dengan keru.gian negara, saya kira 1NlllUSan b·asarnya pajak yang te_;:

hutang yang diduga tidak dibayarkan itu diaelipkan saja ditambahkan disi tu sehingga aeaudah kerugian negara kemudian disini dimasukkan unt uk mengetahui besarnya pajak terhutang yang diduga tidak dibayarkan atau t i -dak diaetorka.n, aebab ini memang harua diketahui dalam pembuktian, meski

pnn percobaan itu biaa juga belwn sampai kesana, tetapi rumusan ini me

-mang harus jelaa karena untuk membedakan antara pengertian umum,idan aeoa ra khusua ini. Dan yang kita bicarakan ini bisa diatur disini sepanjang undang-undang ini bisa disepakati, karena m~mang kalau kita melihat ber-ikutnya Pasal 7 ayat ( 2) menyebut begini : Penyidik aebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat ( 1 ) huruf b arti.nya PPNS tadi mempunyai wewenang se -auai undang-unda.ng yang menjadi da.ear hukumnya masing-masing, jadi yang aekarang kita bicarakan, dan dalam pela.kaanaan tugasnya berada di bawa.h koordinasi dan pengawasan penyidik teraebut dalam Paa~l 6 ayat (1) huruf

a, artinya di bawah koordina.si penyidik Kepolisian. Jacii secara khusus

dibori wawenang untuk itu dan itu ha:rua dia.tur d.i dalam undang-undang

ini.

Jadi menurut pendapat kami akhir.Qya keaimpulannya apa yang diaarankan o-leh rekan Fraksi ABRI kemudian dilengkapi dengan rumusan yang sudah ada diaini sehingga menjadi lengkap. Nanti kita seleaaikan di Timus.

Terima kasih.

(23)

22

KF.l'UA RAPAT :

Terima kasih Pak Djupri,

Barangkali dari ~ ada yang menanggapi.

JURU BICARA FKP (ANDI MATTALA'Pl'A SH, MH) Terima kasih Pimpinan,

Kelihatannya ada dua permasolahan disini Pak, yang pertama hubungan antara definisi penyidikan denga.n definisi tida.k materil yang ada di da-lam bab b:,~rilrutny9..

Definisi penyidikan disini memakai pol a rumusan formal, sedungkan di da-lam perumusan tindak pidana di Bab VIII memakai rumusan pola materil, a~ tinya di dalam panyidikan dikatakan kalau sudah dik:tahui jumlah pajak terhutang, itu sudah memenuhi unsur penyidikan, apakah itu meru,~ikan ne-gara atau tidak, tidak dipersoalkan. Sedangkan di dalam bab berikutnya memakai pola materil artinya pajak yang terutang itu harus m2rugikan ke-uangan negara, ini dulu perlu kita cocokkan, kita pakai formal atau mate ril.

Aenapa ini saya kemukakan karena ada sebuah putusan peradilan ai bidang

tindak pidana korupsi, dia terbukti korupsi Rp. 25.000,-, secara formal

dia korupsi Rp. 25.000,- tetapi secara materil dia tidak merugikan ke -uangan negara karena itu dia bebas. Nah sekarang definisi penyidikan ini kelihatannya formal, padahal di belaka.ng kita rumuskan secara materil ha

rua menimbulka.n keuangan negara. Tidak semua paja.k terhutang itu merugi-kan keuan5an negara, kalau cuma seribu apa merugimerugi-kan pendapatan negara, aaya cuma mengikatkan per.nah ada yuris prodensi seperti itu, tetapi di bidang korupsi, ini perlu dipikirkan.

Yang kedua, yang sebenarnya yang menjadi masalah yang lebih menda -sar adalah apa yang dikatakan oleh rekan kami dari Fraksi ABRI tentang ruang lingkup panyidikan. Penyidikan itukan output nya kalau menurut RUU ini ada tiga, yang pertama ditemuk.an perbuatannya, yang kedua ditemukan orangnya, yang ketiga ditamukan jumlahnya. Artinya kalau ada sebuah penyJ dikan ditemukan orang, ditemukan perbuatan tetapi penyidik tidak mampu mengw1gkap berapa pajak terutang, dia tidak bisa dilanjutkan penuntutan, t id.ak bisa.

l"ienurut rekan kami dari Fraksi ABRI, kalau sudah ditemukan perbuatannya sudah ditemukan orangnya, dia sudah pa.ntas untuk dilanjutkan ke penuntu_i

an, dengan pertimbangan rekan kami dari Fraksi ABRI mengatakan tidak ae-mua tindak pidana perpajakan itu harua ada unsur ketiga. Tidak seae-mua

ti!!

dak pidana fiakal ha:ru.e ada unsur pajak terutang, tadi ada beberapa yang

(24)

23

dibaca oleh rekan kami dar! Fraksi A13RI, yang mengurigk:ap rahasia dan lain

sebagainya, itu tidak dibutuhkan unsur yang ketiga. Nab kalau penyidik:an

yang kita pa.kai dalam RUU in! harua memenuhi ketiga unsur ini, nah tindak pidana yang tidak menyangkut pajak terutang bagaimana menyidiknya Pak.

Nah ini yang diragukan oleh rekan kami dari Fraksi ABRI, adanya kemungkf!!

an tindak pidana perpajakan yang lolos dari penyidikan, kan tida.k mungkin

itu barang dituntut kalau tida.k diaidik ya, tidak mungkin ke pengadilan .

tanpa pe:nyidikan kan. Nah untuk lolos ke penyidikan menurut rekan kami da

zti Frakai ABRI tidak perlu dibulctikan adanya pajak terutang, karena. me

-mang tidak semua tindak pidana fiskal harua ada maaalah ini.

Saya kira kali in! kami memperjelas apa yang dikatak:an saudara kami dari Frakai ABRI. Bemiltian Pale.

KEJI'UA RAPAT :

Terima kasih Pak Andi,

Barangkali saya juga iku.t lebih jelas itu, tetapi silakan d.ari

Peme-rintah dengan, dar! Pak Andi tadi dari FKP, apakah memang tetap memang ~ musan aeperti ini, karena kalau rumusan ini barangkali isinya tida.k kon -eiaten lc:alau "'kita melihat di Bab VIII ayat ( 34) bah\-ra ada yang kena kare-na membocorkan, dia tidak bisa dibuktikan dia berapa.

Jadi saya kembalikan sekali lagi kepada Pemerintah ka.lau tidak akan kita

serahkan kepada Timua untuk menyele~aikan lebih lanjut.

JURU BICARA FPP (DRS. JUSUF SYAKIR) Sebelum ke Pemerintah apa boleh,

Saya tertarik penjelasan Mas Andi Ivlattalatta ini dari lilKP, jadi kalau menurut de£inisi tadi yang ditindak pidana adalah yang jelas tidak

memba-yar paja.k atau tidak sator, tetapi ini :pejabat yang merahasiakan di dalam pasal ini di dalam pasal pidana dimasukkan. Lalu pertanyaannya dua tadi itu, apa definis!nya yang dirubah sehingga pasal yang pejabat bisa kena

at~u mungkin definisi tetap seperti yang lama tetapi mungkin nggak dari segi hukum, ini p~~rtanyaan kepada para ahli hu.kum, para pajabat i'iskus yg

terkena ini, yang merahasiakan dan sebagainya-sebagainya itu bisa kena K1JHP nggak, kalau itu sudah bisa kena KUHP, bisa saja itu dikeluarkan,

i-ni harua dijawab oleh ahli hukum yang ahli KUHP bep'itulah ,,

Jadi ada dua alternatif, atau definisinya dirubah aekedar untuk bisa me -nindak pidana kapada pejabat yang membooorkan itu, sekedar untuk itu, a -tau karena tindak pid.ana perpajakan itu hubl.Ulgannya dengan paja.k, pajak

itu hubungannya dengan penerimaan negara, definisinya tetap seperti yang

(25)

lama itu dari Pemerintah, tetapi pasal yang ada hubungannya dengan peja-bat fiskus itu dikeluarkan dari itu asal di peraturan lain, umpamanya KU

HP audah terjaring.

Ini pertanyaa.n saya kira perlu dipelajari dahulu, saya juga tidak tahu _! ni.

Apa itu cukup umpamanya KUHP ada, cukup dieana apa harue masuk sini lagi, ini pertanyaan juag.

JURU BICARA FKP ( ANDI MATTALATTA, SH MH) : :Boleh kami jawab Pak,

Buka.n maaalah dirangkum dan ... tidak, Golkar itu stilalu memperhatikan kepentingan ralcyat kecil, bisa terjadi sangat sangat ketidakadilan, wa

-jib pajaknya dikenakan undang-undang khusus dengan ancaman pi dana yang tinggi, pejabatnya dibawa ke KUHP dengan pid.ana yang tidak terlalu berat. Disa timbul · kesan seperti itu Pale, wajib pajaknya karena melanggar tindak pidana fiskal dikenakan tindak: pidana khuaus dengan denda yang cukup tin:~

gi, tetapi pejabat kantor pajak yang ikut kerjaaama, ikut kolusi mungkin juga memberi petunjuk wajib pajak supaya melakukan tindak pidana pajak, tidak: dikenakan tindak pidana khusus, tetapi. dibawa ke tindak pidana umum yang kita tahu dendanya tidak begitu tinggi. Bisa timbul kesan seperti i-tu Pak, dan Golkar sangat tidak senang kalau ada perbedaan degradasi

war-ga newar-gara repu.blik: kit a. Rakyat kecilnya dihukum berat, pejabatnya ringan. Itu jawaba.nnya Pale.

JURU BICARA FPP (DRS. JUSUF SYAKIR) :

1 ,.

Jadi kalau )[alau !ftemang persoa.laml.ya seperti itu, kalau obyektifi tas persoalannya seperti itu dari segi hukum, ya memang perlu dipertim -bangkan sarm dari Fraksi A:BRI ini, kalau objektit persoalannya secara ilmiah aeperti itu. Ini pada para ahli hukum yang bisa mengetahui secara jelas.

Jadi memang fiskus harus kena tindakan itu, bukan hanya harus, saya kira itu wajib itu, sama wajibnya terhadap yang apa itu, ya wajib .pajak sama, cuma masalahnya kalau ini cuma mau bikin definisi saja kan. Jadi kalau mau bikin definisi itu sesungguhnya kenapa sih m(~sti terlalu diributkan, yang pentinc; kan isinya pasal nanti kan gitu lo. Karena itu bagaimana ~~

lau diskusi dcfinisi ini tidal<: usah berlarut-larut, lebih bagus bcrlaru!,

la~~t itu mengenai materi persoalannya, itu sampai dua malam juga nggak apa-apa, tctapi kalau cuma sekddar pengertian wnwn saja kok sampai kita

juga ikut pusing. Terima kasih.

(26)

25

Ki~UA RAPAT :

Terima kasih, barangkali memang dari Fraksi A.BRI kelihatannya mf:-:r:~~~g

hanya definisi, tetapi nampaknya di dalam definisi itu ada suatu nuansa yang kita itu ngeri. Namun demikian ailakan kalau Pernorintah juga r111.:ll'\31::.!i"'.

dengan adanya auatu masukan-masukan ini langsung mendapatkan bisa member_! kan auatu definisi yang kongkrit, kalau tidak akan kit a serahkan kepada Timus untuk menyelesaikan lebih lanjut. Ada tanggapan dari Pem~rintah ?. Silakan.

P.IMERD~'rAH (DR. MANSURY) :

Terima kasih Bapak Ketua,

Pertarna ingin kami menegaakan bahwa penyidikan tindakL.pidana di hi-dang perpajakan ini adalah penyidikan yang akan dilakukan oleh penyidik pajak, jadi oleh karena itu oleh penyidik yang khusus.

Memang di dalam Bab VIII ada tindak-tindak pidana yang di luarnya sebetul

nya tindak pidana fiskal yang biasa k~ta aebutkan, kami mempelajari seca-ra khusua pajak termaauk hukum paja.k di bidang tind.ak pidana fiskal. Oleh karena itu tindak pidana yang tercantum di dalam undang-undang pajak itu tidak aemuanya termaeuk tindak pidana fiskal, melainkan ada juga tinjak pidana jabatan, termasuk tindak pidana yang dilakukan .oleh pejabatpeja -bat, dan dengan sendir~a tindak pidana yang dilah~an oleh pejabat itu tidak disidik oleh pejabat pajak, tetapi oleh penyidik umum.

Itu penjelasan dari kami, dan oleh karena itu definisi yang khusus ini t~

tap kita memohon untuk diterima, begitu. Itu yang pertama, karena kita berpendapat ini khusus ol eh penyidik pajak, ol eh penyidik khusua.

Yang kedua, saya kira kalau aekiranya yang dapat diterima hanya

sam-pai usul Fraksi ABRI, ya itupun sudah memadai bagi kami karena sudah men-cakup tindak pidana fiskal yang biaaa kami makaudkan, tetapi tentu aaja tidak akan mencakup tindak pidana. jabatan yang juga tercantum dalam undan~

undang paja.k. Namun kalau aekiranya masih mau diteruskan ke Timus, ya apa salahnya kalau yang rwnusan Frakai ABRI itu diperjelas, yaitu karugian yg disebabkan oleh besarnya pajak yang tidak dibayar atau tidak diaetor. Na-mun andaikata tidak bisapun lanjuta:nnya itu, usul da:fi Fraksi ABRI sudah memadai bqi kami. Terima ka.sih.

Kf?.rUA RAPAT ;

Kalau demikian halnya, barangkali Frakai ABRI dulu ini, apakah bisa itu audah menunjukkan toleransi dari pihetk Ft:mt.r.il-n."-h•

(27)

26

JURU BICARA FABRI (DRS. SO:&.~IKNO)

Dari Fraksi ABRI memang karena itu usul.nya Frakai ABRI dengan eendi-rixlya ya kalau diterima ya terima kasih, tetapi bunyinya kami jelaskan la•

gi, jadi usul dengan tambahan yaitu serta mengetahui besar.nya kerugian p~ da pendapatan negara. Tap! apakah ini bisa diterima atau ndak.

Saya kira demikian,,·barangkali dari Frak:si yang lain •

.Bapak-bapak sekalian,

Apakah in! biaa kita aepakati apa yans d.at'i haksi .Allltl ini ta.mbahan

-nya ataukah perlu kita berikan tambahan tugas Timus ini.

JURU BICARA FKP (ANDI MATTALATTA1 SH MH) Interupsi Pak Ketua,

T imus dengan mempert imbangkan keeepakatan yang sudah dikemukakan ta-di oleh Pemerintah bahwa tid.ak keberatan dengan usul Fraksi ABRI,

sehing-ga Timus nanti tidak bekerja mulai dari nol lagi.

K~~UA RAPAT :

Terima kaaih Pak Andi,

Tentunya apa yang tadi sudah ada satu kesepakatan toleransi dari Pe-merinta.h, kemudian yang juga dari Fraksi ABRI, tentunya ini harua menjadi acuan Wltuk ini, jadi bukan punya suatu gagasan yang lain lagi. Terima k_! aih Pak And!.

Bapak-bapak Ibu aekalian,

Saya ki~~~aa~~- 1 dengan demiki~.telah kita eelesaikan semua dingan

'· . ' '' . .. . '•' .

.

catatan ... ~ yang masih.':Pe~diilg yaitu masalah pembukuan dengan harapan n&!!. ti siang seaudah istirahat maaalah pembukuan bisa kita cairkan, aedangkan

yang berkaitan dengan dengan maaalah penyidikan akan diaerahkan kepada Tim

Perumus dengan catatan tentunya hasil Timue mengacu kepada basil pembioar~ an pada siang hari ini.

Bapak-bapak dan Ibu aekalian,

Kita masih punya waktu setengah jam untuk iatirahat, maka kesempatan ini ak.an ki ta mulai dengan pembahaaan Pasal 2 yang akan ada satu peru.bahan. Silakan Pak Law!.

(28)

27

Kemarin aebelum ditundanya atau ditutupnya rapat yang kemarin, itu ada usulan yang akan menambahkan pa.da. ketentuan umum itu seperti yang diutarakan oleh rekan dari Golkar da.ri FKP, ada hal-hal yang patut di

-definisikan dalam ketentuan umum ini karena berulang-ulang disebutkan di pasal-:pa.sal, misalnya tentang Majelis Pertimbangan dan lain sebagai-nya atau mungkin ada usul lain yang kemungkinannya perlu ditiadakan pe-rumusan disini. Terima kasih.

Km'UA RAPAT :

Terima kasih Pak: Lawi,

Apakah kita tidak perlu mengadakan satu inventarisasi dulu oleh

Ti-mus, baru hal yang baru itu nanti kita ungkap kesempatan besok atau lusa jangan sampai kalau sekarang ini kita akan membicara.kan, ini mungkin be-lum siap sehingga lebih baik kita berikan satu keaempatan kepada Timus untuk mengadakan euatu inventarisasi hal-hal yang sebetulnya perlu

dita-rik lebih atas di ketentuan umum, seperti tadi contoh FPP atau mana lagi Kita serahkan saja kepada Timus.

JURU BICARA ~ (H .•. JUSUF .JI.'ALIB.,.~-SH) ~:

Saya kira, saya tid.ak kebaratan tetapi dengan catatan bahwa pengu -81ilan tentang satu butir baru di dalam ketentuan umum, kemarin sudah te_!: angkat dalam forum ini, yaitu pertama dar! rekan Fraksi PDI itu mengemu-kakan kata-kata yang berkaitan dengan berawal dari aalah satu butir dalam

(29)

28

Dari rekan FPDI menghendaki semua kata-kata

yang meny~

butkan Direktur Jenderal didalam konsep RUU ini dihapuskan

diganti dengan Menter! Keuangan atau pejabat yang ditunjuk

dan sedangkan

disini

cukup banyak barangkali berpuluh

peny~

butan ten tang Direktur

J

enderal Pajak 1

tu

FKP , mengemukakan

kemarin seyogyanya

tidak

terjadi

pengulangan.- ·

pengulangan

yang tidak perlu ini dalam satu Undans-undans jadi.

aebaik.-nya itu kita angkat sebagai satu butir baru didalam ketentu

-an umum yaitu y-ang menjelask-an tent-ang Direktur Jenderal Pa

-jak, sehingga didalam Batang Tubuh yang menyebutkan

Direk-tur Jenderal itu akan merujuk pengertiannya itu pada

keten-tuan baik yang ada di KUP

ini

maupun

yang

ada di PPH danPPN

di PPH dan PPN juga banyak sekali, karena Undang-Undang KUP

ini nantinya menjadi eabrela dari semua produk hukum dibi·

-bang perpajakan maka seyogyanya itu kita cantumkan jadi

k~

lau toh nanti ·

di ..

Timuskan supaya bahwa 1 tu bukan

seauatu

yang baru, jangan didalam Timus mengangkat sesuatu yang

ba-ru diluar apa yang sudah diangkat didalam foba-rum, terima

ka-sih.

KETUA PANJA

KUl?T :

OEDIYANTO,HS

Terima kasih Bapak Yusuf, saya kira apa

yang dikehend~

ki oleh Bapak dari FPDI tadi saya kira sama seperti member!

.

-kan contoh misal-kan MPP tadi

banyak

terulang maka ini akan

ditarik kedepan dar! kementuan umum sehingga tidak berulang

- ulang

sehingg~

kalau dicontobkan oleh rekan dar! FKP tad!

pengertian sangka Dirjen tad! juga diangkat kedepan sehin&

ga

tidak

terulang-ulang demikian, sehingga tidak akan

ada

sesuatu ·yang baru perlu diungkap didalam ketentuan

umum

ta-menarik apa yang ini supaya tidak berulang-ulang, saya kira

demikian pak law! yang dimaksud terima kasih.

sebelum kita berangkat ke pasal

a

kalau tidak ada,

Ba-pak-bapak dan Ibu sekalian seperti diawal telah saya jelaa.

kan mekanisme untuk beranjak ke pasal 2 ini kita coba, kita

ganti tidak prinsip hanya urutannya yang berbeda sebelumnya

kita kemarin membahas dar! FraksiFraksi dulu baru ditang

-gapi oleh Pemerintah, maka mula! dar! pasal 2 ini.kami

men~

harapkan pihak Pemerintah menjelaskan, mengapa apa dar!

vi-visi •••••••••••••

(30)

29

visi dar! perubahan pasal ini atau ayat-ayatnya dan mis1nya

apa apa, ada pengalaman

apa

dengan yang dulu dengan demiki•

an

kita mendapatkan satu latar belakang dari permasalahan

ini

dengan demikian

akan

lebih mudah

untuk

memberikan suatu

tanggapan seperapat dari Bapa-bapak tadisaya kira sudah

sa-ya

kira, saya serahkan kepada Pemerintah untuk memulai

de-ngan pasal

2.

PEMERINTAH : DRS. NURYADI,MA,MPA

Sapak Pimpinan, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak aekalian mengana1

pasal 2, pasal 2 ini dibentuk dari adanya beberapa

pasa,l

yang lama kita ubah, kita sesuaikan dengan adanya

PEIGAB

PPM

kita coba masukkan menjadi ayat

(2)

kemudian juga memb.!.

rikan dasar hukum yang lain misalnya dengan adanya

pelayan-an kpelayan-antor-kpelayan-antor, pelaypelayan-anpelayan-an kpelayan-antor

pajak

khusus misalnya Go

public Badgora

yang

mempunyai wilayahnya khusus pak

ya

kemudian juga

ada

perubahan redaksionil yang tadinya hanya

mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal

Pajak

tapi dalam

praktek

akan

lebih jelas kalau menc.attarkan dirinya kepada

Kantor Direktorat Jenderal

Pa~ak,

Kalau tadinya hanya satu

ayat maka dengan tambahnya

PPNJ

dan beberapa ketentuan baru

menarik hal-hal yang terjadidalam praktek maka pasal

2

ini

kemudian menjadi

11ma

ayat, sehingga penjelasan singkatnya

demikian terima kasih pak.

KETUA PANJA KUPT :

OEDIYANTO,HS

.Serima kasih saya ucapkan kepada pihak Eemerintah

se-lanjutnya kami harapkan mulai dari

FPP

untuk menanggapi

ma-salah pasal

2 yang

tadi telah diungkap oleh pihak ·

Pem&rif!

tah silakan. Barangkali dari

FABRI

FRAKSI

ABRI : DRS.

SOETIKNO

Terima kasih Pak

Ketua,

pasal

2

ini sudah kami

pelaj~

ri sebelumnya ternyata

kami sependapat

bahkan ayHt

(1)

sam-pai ayat

(S)kami~sependa~at

tidak. ada

masalah,

t~rima

ka-sih.

KETUA PANJA KUPT : OEDIYANTO,HS

'Jbarima

kasih

FKP.

(31)

30

E_RAKSI£KAllY.A_If.EMBA_tJGUNt~N : DRS·. THOMAS SQ.!ATNO

Baik.terima

kasih,

pada

prinsipnya kami tidak ada hal

yang

perlu ditanggap! lebih jauh hanya ini ruenyangkut

menK

ngenai masalah admlnistratit mohon penjelasan mengenai

wa~

layah

jadi

sebaiknya

dipertegas saja bahwa tempat

pelapor-an usaha bagi pengusaha itu

ya

tempat dimana kegiatan

US!!,

ha dilakukan tidak usah, harus meliputi tempat tinggal

a-tau tempat kedudukan pengusaba tin.ggal dan lain sebagainya

hanya 1 tu saja , .dus yang

menyan~~t

ayat 1 tu, terima

ka-IfETUA PANJA KTJPT : OEDIYANTO ,HS,

Terima kasih Pak Thomas, silkkan dari FPDie

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA : SETYADJI LAW! ,BA

·rerima kasih, ada dua hal yang

l~ami

sampaikan

yang

pertama seperti

yang

sudah kami

utarakan

didepan agar

per-kataan

Direkt1.1r

Jenderal Pajak ini diganti dengan Menteri

atau pejabat yang ditunjuk bagaimana forum saja yang akan

kita

bicarakan pada waktu Timus, kemudian

yang

kedua kami

mengusulkan judul in! bertambah tidak hanya nomor pkok

wa-jib

pajak

karena didalamnya juga menyangkut

tentang nomor

pengukuhan pengusaha kena pajak kalau itu alasan

karena di

sebut cuma

·satu.kali

tidak didalam pasal-pasal.berikutnya

1 tu

peagusaha

·yang

menjadi, pengukuhan pengusaha yang

m·en-dapat pengukUhan

pengusaha.kena

pajak itu sudah diucap kan

beberapa· kali

atau.rditulis berapa kali sehingga .

jela.~nya

judulnya,

nomor pokok wajib

pajak,

kemudian

nomor

penguk~

an pengusaha kena pajak,kemudian surat.pemberitahuan

dan

seterusnya hanya menambahkanjudul saja, terima kasih.

KETUA PANJA KUPT : OEDIYANTO,.HS

Silakan dari FPP, barangkal1 Pak Yusut Syakir.

FRAKSI PER.SATUAN PEMBANGUNAN : DRS. YUSUF SYAKIR

Dari FPP memang tidak ada masalah yang menonjol

dida-lam paaal 2 lnl namun

mungkin ada tambahan

dar1

Bapak

Ali-marwan,SH, a1l:akan.

FRAKSI····PE4.RSA.TUAN PEM~NGUtlAN :, · ALIMARWAN HANAN,SH. Sekedar' ·tehnis

yang

kami tanyakan ini aya t ( 5) jangka

waktu pendattaran hingga seterusnya ditetapkan oleh

(32)

.-31

Direktorat Jenderal Pajak

yang

berlaku selamaini sebelum

perubahan

inl

seperti ingat atau lain kalau sudah begini

juga tinggal mempermudah, tinggal memberikan

legalitas

saja, ya tetapi kalau memang belum akan lain mungkin

ce-ritanya ata diatur

dengan

cara lain, terima

kasih.

KETUA

PANJA

KUPT : OEDIYANTO,HS

Terima kasih Pak Ali,

silakan langsung dari Pemerin

-tah jawab terutama tadi masalah saran dari

FPDI

perlu

tambahan nomor pengukuhan dari FKP

barangkali tempat

pe~

daftaran, silakan pak.

PEMERINTAH : DRS. NURYADI,MA,MPA.

Nomor pengukuhan

saya

kima

dapat

kami

terima

ditam~

bahkan, kemudian

dari FKP

mengusulkan

untuk menghilang

-kan

tempat tinggal atau tempat kedudukan itu tidak dapat

diterima karena wajib

pajak

itu pada dasarnya didaftar

-kan oleh Kantor Pajek

yang

meliputi dom1s111 wajib pajak

dom611s1 itu untuk

or~

pribadi, tempat tinggalnya be£

be~tuk

badan

tempat kedudukannya,

jadi dimanapun dia

ada

usahanya diseluruh Indonesia itu

yang

harus

didaftar kan

didomisilinya, kalau pribadi tempat tinggal, kalau badan

tempat kedudukan untuk pajak pertambahan n1la1 pada da

-sarnya juga didomisilinya tapi kalau dia mempunyai

bebe-rapa cabang maka dia di cabang-cabang i tu juga

akan

dik.!!,

nakan,

jadi di tempat usahanya dia juga harus minta

pen&:!

kuban dan bahkan mungkin dia itu masih mau meminta

sentr~

lisasi berhubung dengan keadaan khusus perusahaan itu se

-hingga seluruhnya dikenakan didomisilinya juga walaupun

pada dasarnya dia kalau ada

cabang-cabang

untuk PPN itu

di

tempat

usaha

dengan

demikian, maka kami berpendapat m!.

sih tetap ada tempat tinggal, tempat

kedudukan

disampi~

nya

ada tempat usaha. Mengenai jangka waktu saya kira me

-mang hanya legalisasi saja jadi tidak ada perubahan teri

-ma

kasih Bapak Ketua.

KETUA . r.!UPT : OEDIYANTO,HS

Terima kasih, pihak Pemerintah bagaimana dari

FKP

kalau memang bisa berarti nampaknya, silakan dar! Fraksi

ABRI.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau terdapat hubungan yang bermakna diantara kedua variabel “prematur merupakan faktor risiko gangguan fungsi pendengaran pada

Prinsip metode ELISA untuk pemeriksaan prealbumin ini adalah Protein prealbumin pada sampel akan berikatan dengan anti-prealbumin yang telah dicoating pada permukaan

Yang kelima ayat (5) saya kira sama kalau kurang dari 3 bulan ini maka tidak perlu di isi memang mungkin ini maksudnya untuk efektifitas banyak kamu lihat di

8 JADWAL PEMBELAJARAN/KULIAH MINGGU KE CAPAIAN PEMBELAJARAN (Tujuan) BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) SUB BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) METODE PEMBELAJA RAN ALOKASI WAKTU

Wilmar Nabati Indonesia Dumai dengan judul “Gambaran Persepsi Pekerja tentang Risiko Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi dan Utility PT.. Wilmar Nabati Indonesia Dumai

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Tenaga Kerja Wanita (TKW) informal dengan tingkat pengangguran terbuka wanita di Indonesia dan menganalisis

Ini usul Pemerintah itu memang PAW itu kalau menyelesaikan masa jabatan sangat tidak menarik sebetulnya andai sudah mengalami 4 tahun setengah tinggal mengisi 6 bulan lagi,

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan membahas bagaimana memperoleh premi tahunan untuk asuransi berjangka -tahun dengan tingkat suku bunga diubah menjadi