FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh Sit Asysyifa
132013015
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh Sit Asysyifa
132013015
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
1
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
Oleh: Siti Asysyifa
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW) Pembimbing
Drs. Sumardjono Pm., M.Pd dan Yustinus Windrawanto, S.Pd, M.Pd (Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penelantaran anak. Metode Penelitian yang di tempuh adalah Studi Kasus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitalif. Subjek penelitian ini adalah Ibu R berusia 35 tahun seorang ibu yang bekerja di salah satu pabrik konveksi di Tengaran, Pak I suami dari Ibu R berusia 40. Kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan anak terlantar. Faktor dominan pada penelitian ini adalah : (1) kesibukan orang tua yang setiap pulang malam, (2) kondisi ekonomi, (3) kurangnya kesadaran tentang pendidikan, (4) minuman keras yang di lakukan Pak I, (5) kesehatan. Dengan diangkatnya kasus ini sebagai suatu karya ilmiah maka penulis dapat memberikan sumbangsih kepada objek penelitian, dalam hal menjadi tempat berbagi cerita, curahan hati, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Kata kunci: Faktor Penelantaran Anak, Penelitan kualitatif, Akibat kesibukan orang tua pada anak.
PENDAHULUAN
Penelantaran anak adalah praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim atas keturunan dengan cara illegal (John Boswell. 1998). Saat ini banyak kasus yang memberitakan tentang kekerasan pada anak, termasuk penelantaran pada anak oleh keluarganya sendiri. Masalah dalam kehidupan ternyata tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Anak-anak pun menghadapi banyak masalah dalam perkembangan mereka. Anak-anak menjadi korban kekerasan, dalam bentuk apapun, biasanya mengalami stres dan trauma, bahkan jika ia mengalami kasus yang berat, trauma yang muncul dapat bertahan dalam waktu cukup lama.
Akibatnya, anak tidak hanya mengalami gangguan jiwa dan mental, tapi juga menyebabkan perkembangnnya terhambat, termasuk perkembangan fisik, bahkan dapat menyebabkan cacat mental dan keterbelakangan mental.
Dampak dari penalantaran pada anak sangat beragam dan memerlukan penanganan yang tepat sebelum anak meniru
perilaku orang tua yang
2 Namun, faktor-faktor penelantaran
tidak hanya berasal dari masalah orang tua sendiri, tapi juga ada pengaruh dari luar yang menyebabkan orang tua tega menelantarkan anaknya sendiri. Baik dari faktor lingkungan, ekonomi, dan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak. Semua masalah pada orang tua yang tidak dapat terselesaikan dengan baik, dapat memicu kemarahan atau ketidak nyamanan dalam hidup, hingga pelampiasannya pada anak.Padahal, anak tidak mengetahui apapun permasalahan yang dihadapi orang tuanya.
Disinilah dibutuhkan dukungan dari semua pihak, agar anak sebagai korban penelantaran dan juga orang tua sebagai pelaku, dapat kembali kekehidupan normal yang penuh kasih sayang, dan tidak berlanjut kegenerasi selanjutnya.Maka dari itu, Penulis mencoba menjabarkannya dalam penulisan ini ini, berupa faktor-faktor penyebab penelantara.
Masa depan anak, kesuksesan maupun kegagalan banyak dipengaruhi oleh peranan orang tua di masa kecil anak. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada G siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD), G ini merupakan anak dari Ibu R dan Pak I. Kesehariannya Ibu R bekerja di salah satu pabrik konveksi di daerah Tengaran, sedangkan Pak I yang bekerja serabutan namun jarang di rumah. Penelantaran anak ini sudah berlangsung lama, apalagi sejak ibunya bekerja. Ibu R yang setiap harinya berangkat kerja pukul 07.00-20.00 WIB membuatnya tidak ada waktu lagi dalam hal mengawasi anaknya, karena setiap kali pulang dari kerja Ibu R langsung tidur dan perlu diketahui bahwa suami dari Ibu R sendiri setiap hari mulai jam 10 pagi berangkat dan pulang pukul 20.00 WIB.
Mengacu paparan di atas menggugah penulis untuk meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan penelantaran anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya penelantaran anak.
LANDASAN TEORI
Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun sosial. Penelantaran anak adalah di mana orang dewasa yang bertanggung jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan makanan yang cukup, pakaian, atau kebersihan), emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan atau kasih sayang), pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkan anak di sekolah) , atau medis (kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter). (John Boswell. 1998)
Penelantaran anak merupakan hal yang sudah berlangsung sejak jaman Yunani dan Romawi kuno. Anak perempuan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyiksaan dan penelantaran yang berhubungan dengan status mereka di masyarakat pada saat dewasa nanti. Kasus-kasus penelantaran anak sungguh memberi pelajaran yang sangat berharga untuk kita. Bagaimana cara kita menghadapi masalah ini ketika kita dihadapkan pda masalahnya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi orang tua menelantarkan anaknya
Keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang membangun kreatifitas anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang mendapat pendidikan dari keluarga, akan timbul berbagai dampak negatif bagi anak. (Riamin. 2016)
Faktor-faktor penyebab orangtua menelantarkan anak:
3 Salah satu faktor kelalaian tersebut
adalah kesibukan orang tua dan kurang harmonisnya keadaan keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan anak terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik, serta pendidikan anak menjadi terabaikan. Orangtua kebanyakan menganggap kebutuhan memenuhi materi anak dan keluarga adalah yang paling utama dan segalanya. Sehingga waktu yang ada sebagian besar, bahkan seluruhnya, tersita tanpa sisa untuk yang namanya mencari uang.
Saat ini kehidupan disebuah keluarga sudah banyak berubah. Kebanyakan keduanya dari mereka berkarir dan sibuk dengan usahanya hingga mereka lupa akan kewajibannya sebagai orangtua. Anak merasa kurang perhatian dan kasih saying dari orangtua yang sibuk. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kesempatan bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya yaitu melalui keluarga. Namun, kenyataan yang terjadi ialah perhatian orangtua berkurang terhadap anaknya. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi antara orangtua dengan anak. Meninggalkan anak dalam waktu lama bukanlah hal yang baik. Kebanyakan anak yang ditinggalkan dalam waktu lama biasanya tidak peduli dengan orangtuanya. Anak menjadi nakal karena kurangnya perhatian dari orangtua. Jadi, sebagai orangtua karir harus bisa mengatur dan membagi waktu dengan baik, sehingga tidak perlu mengorbankan anak demi pekerjaan atau sebaliknya. Karena ada banyak wanita di luar sana yang tidak hanya sukses dalam karir mereka saja, namun dengan keluarga mereka juga.
2. Broken home
Merupakan salah satu faktor yang banyak terjadi dan mengakibatkan orang tua kurang perhatian terhadap anaknya. Sehingga pendidikan anak pun ikut terpengaruhi.
Mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kasih saying merupakan kebahagiaan tak terkira bagi seorang anak. Karena selain menjadi tempat paling nyaman untuknya berbagi cerita serta kebahagiaan, keluarga juga menjadi tempat pembentukan karakter yang pertama dan utama bagi anak. Sehingga baik buruknya perilaku anak lebih banyak dipengaruhi oleh hasil didikan orangtua.
Bagi orangtua, kehadiran anak merupakan amanah besar dari Tuhan kepada hamba yang telah dipercayai-Nya. Dengan demikian menjaga anak dengan sebaik-baiknya merupakan kewajiban mutlak bagi setiaptua. Salah satunya ialah dengan menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga agar anak-anak mereka bisa mendapatkan apa yang telah menjadi haknya. Akan tetapi, sayangnya tidak semua keluarga bisa memenuhi harapan tersebut. Banyak juga keluarga yang awalnya baik-baik saja kemudian menjadi berantakan seiring munculnya permasalahan daam rumah tangga mereka. Hal ini ditandai dengan mulai sering terjadinya pertengkaran oragtua, hubungan keluarga yang tidak lagi harmonis, hingga berakhir dengan perceraian atau bahkan penelelantaran anak. Broken home menjadi istilah umum yang banyak dikenal untuk menyebut keadaan ini. Dengan berbagai latar belakang yang menjadi penyebab terjadinya broken home tersebut, anak selalu saja menjadi pihak yang paling dirugikan.
3. Kondisi ekonomi kurang
4 membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lainlain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga tersebut berkecukupan dan mempunyai banyak uang.
Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, sehingga kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak akan terganggu. Akibat lain anak akan selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman-temannya yang lain. Hal ini pasti mengganggu belajar anak, bahkan mungkin anak harus membantu orangtuanya mencari nafkah walaupun sebenarnya anak belum saatnya bekerja. Hal yang seperti ini juga akan mengganggu belajar anak walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita.
4. Kurangnya kesadaran orangtua terhadap pendidikan
Sampai saat ini masih banyak orangtua yang kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya. Padahal dukungan terhadap pendidikan anak sangatlah penting dan merupakan hal utama yang harus di perhatikan oleh orangtua. Pada dasarnya orangtua merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarga sangat penting bagi masa depan anak itu sendiri, karena akan menentukan sifat dan karakter anak pada masa yang akan datang. Keterlibatan orangtua pada masa yang akan datang, Kesadaran orangtua pada pendidikan sangat penting, hal ini terbukti dari banyaknya dampak positif pada anak. Dalam keluargalah anak dipersiapkan untuk membangun pengetahuan tentang perkembangan sebelum memasuki tingkatan-tingkatan perkembangannya dunia
lainnya seperti dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan kebudayaan.
Keluarga adalah pendidikan yang pertama yang membangun kreatifitas anak anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang mendapat pendidikan dari keluarga, akan timbul berbagai dampak negatif bagi anak seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan social, pada saat memasuki bangku sekolah anak akan mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh orangtua. Karena itulah orangtua dituntut untuk kesadaran dalam memberikan pendidikan kepada anak sedini mungkin, mungkin saat anak mulai beradaptasi dengan dunia luar anak tidak akan mudah terbawa kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi di lingkungan sosial, namun demikian masih banyak juga keluarga yang tidak terlalu memikirkan pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga tidak sedikit orangtua yang melalaikan tanggungjawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan sedini mungkin kepada anak.
5. Kecanduan obat atau alkohol
Kecanduan obat atau alkohol adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa lepas dari penggunaan zat tersebut dengan tidak mengenal situasi. Pecandu akan menghabiskan banyak waktunya dengan minum alkohol dan secara otomatis kebiasaannya ini menjadikan kadar alkohol yang dikonsumsi menjadi tidak terkontrol, kondisi itulah yang menyebabkan orangtua lupa akan tanggungjawabnya terhadap anak.
5 membuat seseorang kehilangan kendali
terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul dalam dirinya. Adiksi terhadap obat-obatan membuat seorang pecandu menjadikan obatan-obatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya. Obat-obatan adalah pusat kehidupannya, dan semua hal atau aspek lain dalam hidupnya berputar di sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari obat-obatan, dan pecandu menaruh kepentingannya untuk menggunakan obat-obatan diatas segala-galanya. Obat-obat-obatan menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak, orangtua, pekerjaan, dan lain sebagainya.
6. Kesehatan
Kesehatan fisik dan emosional ibu ketika membesarkan anak-anaknya berpengaruh erat terhadap kesehatan anak. Studi menemukan, ibu yang depresi akan memengaruhi perubahan perilaku anak. Anak-anak yang masih dalam usia sekolah dasar dan dibesarkan oleh ibu yang depresi cenderung akan terlibat dalam masalah perilaku seperti mengonsumsi minuman keras dan narkoba ketika anak tersebut sudah remaja.
Disebutkan, masa menengah kanak-kanak adalah periode peningkatan kognitif, perkembangan sosial dan emosional. Anak-anak dalam kelompok usia ini memulai sekolah, memperbaiki kemampuan bahasa mereka dan semakin terlibat dalam hubungan sebaya sosial. Dalam pengasuhan ibu yang depresi dan perilaku orangtua yang negatif dapat membahayakan perkembangan anak sendiri. Colma mengatakan bahwa tidak mudah meminta bantuan, tetapi bahkan hanya berbicara tentang apa yang di rasakan kadang-kadang bisa menjadi awal bantuan sebenarnya dalam perjalanan menuju pemulihan bagi seorang ibu yang sakit (depresi). “Jangan lupa bahwa apa yang baik
bagi ibu terkadang juga baik untuk anak-anak mereka”(Eva Ervaina. 2014)
Masalah kesehatan merupakan masalah utama yang harus menjadi perhatian serius dalam setiap kehidupan manusia. Artinya, seseorang akan menentukan aktivitas kesehariannya dan dapat berperan secara terpadu. Seseorang yang dikatakan sehat adalah mampu melakukan segala aktivitas kesehariannya dan dapat berperan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari tergantung dari kesehatannya. Kesehatan seseorang tidak hanya bisa dilihat dari kondisi fisik saja, tetapi harustetapi harus dilihat secara terpadu.
7. Hamil diluar nikah
Salah satu faktor anak terlantar adalah dikarenakan orangtua yang melahirkan anaknya diluar nikah. Orangtua menganggap anaknya tersebut sebagai aib dan seringkali menyembunyikan keberadaan anaknya untuk tidak diketahui oleh orang lain. Meskipun saat ini sudah mulai terjadi pergeseran nilai di Indonesia, sebagian besar masyarakat kita masih berpegang pada nilai-nilai ketimuran sehingga bukanlah hal yang wajar perempuan hamil tanpa menikah sebelumnya. Tentu saja hal tersebut akan memicu datangnya stigma negatif dari masyarakat. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, perempuan hamil di luar nikah akan di kucilkan oleh masyarakat sebagai sanksi sosial. Hal tersebut bukanlah hal yang ringan. Stigma negatif yang diterima tentu menjadi tekanan tersendiri bagi keluarga, khususnya perempuan yang sedang mengandung anak di luar nikah. Bukan hanya perempuan yang hamil diluar nikah yang akan dikucilkan, melainkan keluarga akan terkena dampaknya.
8. Orang tua yang jiwanya terganggu
6 mengalami permasalahan pada tahap
perkembangannya, status mental orangtuanya yang dianggap masyarakat memiliki stigma yang buruk terhadap perkembangan anak sedangkan pada masa ini anak juga harus dapat melalui tugas perkembangan yakni mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar unuk membaca, menulis dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingah nilai, mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga dan mencapai kebebasan pribadi.
Orangtua terutama ibu memiliki peran dalam pembentukan Potensial self anak melalui ruang psikologis (holding
environment) dan relasi mendalam (centered
relating) agar anak memiliki true self
sehingga anak dapat berkembang dengan baik dan menjadi pribadi yang matang. Namun jika keluarga tidak mampu memberikan ruang psikologis (holding
environment) dan relasi mendalam (centered
relating) akan mengakibatkan gangguan
pada fungsi sosial anak yang berpotensi terhadap defisit sosial yang amat besar. Hasil Penelitian yang Berhubungan
“Keluarga dan Siswa Berprestasi”, oleh Maslani, Guru SMPN 4 Pelaihari (Bpost, 29/03/16), memaparkan pentingnya keluarga dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Cerita nyata yang memperlihatkan betapa peran keluarga dalam keberlangsungan pendidikan ternyata sangat besar. Seorang siswi yang pada awalnya hanya jarang masuk sekolah, dalam
waktu berikutnya justru tidak pernah lagi hadir. Pihak sekolah sudah mengupayakan berbagai pendekatan kepada anak, dari bimbingan konseling, wali kelas, kunjungan rumah dan lain-lain untuk memotivasi anak rajin berangkat sekolah. Dari kunjungan rumah diketahui bahwa anak tinggal sendirian, ayahnya telah meninggal, ibunya bekerja di daerah lain dan saudara satu-satunya yang sebelumnya menemani tinggal di rumah kini sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya.
Dalam kondisi demikian tidak ada yang memberikan pengawasan kepada anak terutama dalam urusan pendidikannya. Jangankan untuk berprestasi, hadir ke sekolahpun tidak, dan berujung pada putus sekolah karena jumlah absensi yang sudah melebihi kriteria kenaikan kelas. Anak mengambil keputusan sendiri dan pihak keluarga pun sepertinya membiarkannya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitalif. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian Studi Kasus. Definisi studi kasus ini dikemukakan Nisbet & Watt dalam (Loekmono, JT Lobby.2005) sebagai teknik penelitian. Namun demikian, penulis menganggap bahwa definisi tersebut relevan dalam bidang bimbingan dan konseling pada hakekatnya suatu kegiatan
meneliti individu secara mendalam agar
dapat memahami individu tersebut.
7
1. Observasi
Tabel Pedoman Observasi
No Topik Waktu Keterangan
1. Kesibukan Orang tua Observasi
dilakukan sejak tanggal 17-31 Januari 2017
2. Kondisi Lingkungan 3. Kondisi Sosial 4. Kondisi Kesehatan 5. Kondisi Kejiwaan
2. Wawancara Pedoman Wawancara
No Topik Indikator Keterangan
1. Kesibukan orangtua 1. Waktu pergi dan pulang kerja 2. Kegiatan setelah pulang kerja 2. Kondisi ekonomi 3. Sehari makan berapa kali
4. Jumlah pakaian (berapa pasang) 5. Mainan anak
6. Perlengkapan sekolah anak 3. Kesadaran orang tua tentang
pendidikan
7. Tingkat pendidikan orang tua 8. Kursus/latihan yang pernah diikuti 4. Kecanduan obat 9. Minuman keras
5. Kesehatan 10.Riwayat kesehatan
Didalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu, pengamatan (observasi) dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengacu pada konsep Milles & Huberman (2007) yaitu
interactive model (model interaktif) yang
mengklarifikasikan analisi data dalam tiga langkah, yaitu:(1) reduksi data (data
reduction) merupakan proses pemilahan,
pemusatan perhatian pada penyederhana, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Pada penelitian ini proses reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan dan memilah hasil penelitian sesuai dengan
kebutuhan, (2) penyajian data (display data) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan pada penelitian ini adalah dalam bentuk teks naratif, (3) penarikan kesimpulan
(verifikasi), dalam penelitian ini dimulai dari
8
HASIL PENELITIAN
Hasil Observasi
No Topik Hasil
1. Kesibukan orangtua Ibu R berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang kerja jam 8 malam setiap hari. Pak I berangkat kerja jam 10 pulang jam 8 malam. Baik Ibu R maupun Pak I saat pulang rumah langsung tidur karena capek
2. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan tidak ramai, agak sepi. Tidak banyak kendaraan bermotor dan masih bernuansa pedesaan
3. Kondisi social Baik Ibu R maupun Pak I kurang bergaul dengan tetangga karena sibuk bekerja. Demikian juga halnya dengan G, dia bermain sendiri, makan sendiri, belajar sendiri, nonton sendiri. Demikian pula dengan kehidupan agama, ibu R dan Pak I hampir tidak pernah beribadah berjemaah dan jarang juga mengikuti kegiatan –kegiatan sosial di kampungnya
4. Kondisi kesehatan Kesehatan ibu R dan Pak I dan G baik-baik saja. Mereka jarang sakit dam tidak pernah ke dokter
5. Kondisi kejiwaan Ibu R dan Pak I tidak kelihatan sebagai orang yang tertekan atau stress, depresi. Mereka happy saja
Hasil Wawancara
No Item Ibu R Pak I Keterangan
1. Jam berapa Ibu dan Bapak berangkat dan pulang dari kerja?
Saya berangkat jam 7 pagi dan pulang jam 8 malam
Saya berangkat jam 10 pagi dan pulang jam 8 malam
Ibu dan Pak I berangkat kerja pagi jam 7 dan 10 dan pulang rata2 jam 8 malam. Kondisi ini menyebabkan Ibu R dan Pak I capek dan tidak punya waktu untuk memperhatikan anak mereka G
2. Kegiatan apa yang Ibu dan Bapak lakukan di rumah sepulangnya dari kerja?
Sepulang kerja saya langsung tidur
Sepulang kerja saya langsung tidur
Karena kelelahan, maka Ibu R dan Pak I langsung tidur. Kondisi ini menunjukkan bahwa Ibu R dan Pak I tidak peduli dengan kondisi anak mereka G
3. Ibu dan bapak makan berapa kali sehari?
Saya makan 2 kali sehari
Saya makan 2 kali sehari
Rata-rata orang desa di sruwen makan 2 kalai sehari . kondisi ini membuktikan bahwa keluarga Pak I dan Ibu R adalah keluarga yang secara ekonomi cukup 4. Berapa pasang pakaian Ibu
dan Bapak?
Pakaian saya 10 pasang
Pakaian saya 5 pasang
Kondisi pakaian Pak I dan Ibu R cukup untuk ukuran orang desa. Artinya secara ekonomi mereka kondisi mereka cukup baik
9 dimiliki anak? dimiliki anak,
mobil-(sepeda, mobil-mobilan, kelerengm ketapel) menunjukkan bahwa mereka cukup mampu secara ekonomi
6. Apa saja perlengkapan sekolah yang dipunyai anak?
Perlengkapan sekolah yang dimiliki anak mereka cukup baik seperti pelajar2 lain. (seragam, sepatu, buku, tas, pena pensil, penggaris dll)
7. Ibu dan Bapak lulusan apa? SMA STM Mereka cukup berpendidikan tapi kurang menyadari perannya sebagai orang tua 8. Ibu dan Bapak pernah
mengikuti kursus atau latihan apa? sesuai dengan kursus yang pernah diikuti
9. Apakah Ibu dan Bapak minum minuman keras?
Tidak pernah Kadang-kadang
Bisa dikatakan bahwa kedua orang tua G tidak meminum minuman keras
10. Apa riwayat kesehatan Ibu pernapasan dan bukan penyakit yang membahayakan
PEMBAHASAN
1. Faktor Orangtua terlalu sibuk pada pekerjaannya
Saat ini kehidupan disebuah keluarga sudah banyak berubah. Kebanyakan keduanya dari mereka berkarir dan sibuk dengan kerja. Ibu R berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang kerja jam 8 malam hingga ia lupa akan kewajibannya sebagai orangtua. Anak merasa kurang perhatian dan kasih saying dari orangtua yang sibuk. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kesempatan bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya yaitu melalui keluarga. Namun, kenyataan yang terjadi ialah perhatian orangtua berkurang terhadap anaknya. Hal tersebut
mengakibatkan terbatasnya interaksi antara orangtua dengan anak.
Faktor orangtua terlalu sibuk pada pekerjaanya dapat menyebabkan anak terlantar. Seperti pernyataan dari subjek pertama:
10 Seperti ini pernyataan subjek kedua:
“Saya juga jarang menyiapkan makanan dirumah, jadi ya sering jajannya daripada makan dirumah. saya kalau berangkat jam 10.00 WIB sampai rumah sudah larut malam, tidak jarang anak saya protes pas saya pulang bekerja.”
Uraian di atas didukung dengan hasil observasi yang penulis lakukan, yakni bahwa Ibu R berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang kerja jam 8 malam. Demikian juga pak I berangkat kerja jam 10 pagi dan pulang jam 8 malam. Keluarga ini memang tidak pernah memberikan perhatian terhada putra mereka G dalam bermain, makan, belajar, nonton dan bahkan tidur.
2. Kondisi ekonomi kurang
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlengkapan sekolah, alat permainan, perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga tersebut berkecukupan dan mempunyai banyak uang.
Faktor kondisi ekonomi tidak menyebabkan anak terlantar. Hal ini dibuktikan dengan makan minum, pakaian, perlengkapan bermain anak, perlengkapan sekolah, kondisi rumah yang cukup baik. Selain itu .Hal ini dipertegas oleh Ibu R bahwa ia jarang berbelanja seperti kebanyakan ibu-ibu di tempat saya,
Hal tersebut di atas didukung oleh hasil observasi yang penulis lakukan yaitu bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga ibu R dan Pak I cukup baik karena keduanya bekerja.
3. Faktor kurangnya kesadaran orangtua terhadap pendidikan
Kesadaran orangtua pada pendidikan sangat penting, hal ini terbukti dari banyaknya dampak positif pada anak. Dalam keluargalah anak dipersiapkan untuk membangun pengetahuan tentang perkembangan sebelum memasuki tingkatan-tingkatan perkembangannya dunia lainnya seperti dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan kebudayaan.
Faktor Kurangnya kesadaran orangtua terhadap pendidikan dapat menyebabkan anak terlantar. Seperti pernyataan dari subjek pertama:
Mestinya dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas dan STM, keluarga Ibu R dan Pak I memiliki kesadaran akan pendidikan anak. Tapi ternyata mereka tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk anak tunggalnya. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang penulis lakukan yakni bahwa kedua orang tua G cukup pernah mengikuti kursus.
4. Faktor minuman keras
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa ibu R tidak pernah minum minuman keras, sementara Pak I sekali-sekali minum. Artinya minuman keras bukan merukan kebutuhan kedua orang tua G. Biasanya minuman keras menyebabkan anak ditelantarkan tapi dalam keluarga ini penelantaran tidak disebabkan oleh minuman keras. Hal ini didukung oleh hasil observasi bahwa kedua orang tua G tidak pernah mabuk dan mereka merupakan anggota masyarakat yang baik.
5. Kesehatan
11 kndisi kesehatan kedua orang G baik-baik
saja. Dari kondisi obyektif ini dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan tidak dapat menyebabkan penelantaran anak.
PENUTUP
SimpulanBerdasarkan hasil pembahasan di Bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan penelantaran anak(G) sebagai berikut:
1. Faktor orangtua terlalu sibuk pada pekerjaannya
Faktor kesibukan orang tua dalam bekerja menyebabkan penelantaran anak 2. Faktor kondisi ekonomi
Faktor ekonomi tidak merupakan faktor yang menyebabkan penelantaran anak.
3. Faktor kurangnya kesadaran orangtua terhadap pendidikan
Faktor kurangnya kesadaran orang tua dapat menyebabkan penelantaran anak, Pendidikan yang tinggi tidak otomatis menyebabkan orang memiliki kesadaran tentang pendidikan anak.
4. Fakktor Minum minuman keras
Faktor minuman keras tidak menyebabkan penelentaran anak
5. Kesehatan
Faktor kesehatan tidak menyebabkan penelantaran anak
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka akan dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Program Studi
Melalui penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran-pemikiran terhadap pengkajian-penkajian terhadap kasus-kasus yang serupa. Dengan demikian pemahaman mahasiswa terhadap satu kasus tertentu dapat dilakukan dengan hasil yang maksimal. Melalui penelitian ini
diharapkan juga aada mahasiswa yang tertarik untuk melakukan pendampingan dan konseling secara intensif dan mendalam terhadap kasus yang serupa.
2. Bagi Masyarakat Luas
Melalui penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat luas dan secara khusus terhadap keluarga-keluarga supaya lebih memperhatikan dalam hal pendampingan belajar terhadap anak-anaknya. Sehingga bila ada kasus serupa diharapkan para orangtua dan masyarakat dapat memberikan pengertian kepada anak-anaknya.
DAFTAR RUJUKAN
AchmadSholahuddin. 2012. Pengertian, Definisi, Sejarah, dan Tujuan
Pedagogi,(online)http://aleachmad
.blogspot.co.id/2013/09/pengertia
n-definisi-sejarah-dan-tujuan.html, di akses 10 Juni 2016 Ahmiranil Khaerat. 2012. Pola asuh
orangtua dan implikasinya terhadap
pendidikan,(online)http://ratuwithl ovelygirl.blogspot.co.id/2012/03/p
ola-asuh-orangtua-dan-implikasinya.html, di akses 03 Juli 2016
Andri Ismail. 2016.Akibat Kurangnya Perhatian Orang Tua Pada Anak, (online)http://www.zaleyza.com/201 6/01/akibat-kurangnya-perhatian-orang-tua.html, di akses 15 Mei 2017 Ann Zeise.2017. educational neglect,
12 ssues/&prev=search, di akses 15
Mei 2017
Azizah Fitriah. 2012. Stop Kekerasan Pada
Anak, (online),
http://ngobrolpsikologi.blogspot.c om/2012/04/stop-kekerasan-pada-anak.html, di akses 11 Juni 2016 Candra Widanarko. 2015. TanpaDisadari,
Ini5 PenelantaranAnak yang
SeringDilakukanOrangtua, (online)
http://tabloidnova.com/Keluarga/ Anak/Tanpa-Disadari-Ini-5- Penelantaran-Anak-Yang-Sering-Dilakukan-Orangtua, di akses 03 Juli 2016
D.GunarsaSinggih,1980.
PsikologiAnakBermasalah.Jakarta
: BPK Gunung Mulia
Farida Afifah. 2012. Mengatasi
Problematika Anak Bangsa,
(online),
http://dreamlandaulah.wordpress.c
om/2010/06/19/mengatasi-problematika-anak-bangsa, diakses 09 Juni 2016
Ismar Patrizki. 2015. Kasus Penelantaran
Anak, (online),
http://www.antarafoto.com/peristiw
a/y1265281201/kasus-penelantaran-anak, di akses 12 Juni 2016
Kartadinata, Sunaryo. 2011. Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai
Upaya Pedagogis. Bandung: UPI
Press KartonoKartini,
1979.PsikologiAnak.Bandung: Penerbit Alumni
Ken LaMance. 2014. Educational Neglect, (online),
https://translate.google.co.id/transla te?hl=id&sl=en&u=http://www.leg
almatch.com/law-
library/article/educational-neglect.html&prev=search, di akses 15 Mei 2017
Loekmono, JT Lobby. 2005. Studi Kasus. Salatiga: Widya Sari
Moore Blatch. 2017.
EducationalNegligence, (online),
https://translate.google.co.id/transla te?hl=id&sl=en&u=https://www.m ooreblatch.com/individual/educatio n/negligence/&prev=search, di akses 15 Mei 2017
Nisbet, J. & Watt, J. 1994. Studi Kasus
(Sebuah Panduan Praktis). Disadur
oleh L.
Nugroho Riant. 2013. Metode Penelitian
Kebijakan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ormond Jeanne Ellis, 2008.
PsikologiPendidikan.Ed. ke-6.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Piaget Jean, 2010.
PsikologiAnak.Yogyakarta:
PustakaPelajar
Riamin. 2016. Kurangnya Peran Orangtua
Terhadap Pendidikan Anak,
(online),
http://www.kompasiana.com/riamin
/kurangnya-peran-orang-tua-
13 Setyadin. 2005. “Metode Penelitian
Kualitatif: Teori dan Praktik”. Jakarta: BumiAkasra.
Umbu Tagela, 2006, Pengantar Pendidikan, Widyasari Press, Salatiga
Vessy Frizona. 2015. Faktor Orangtua
Tega Telantarkan Anak, (online),
http://lifestyle.okezone.com/red/20 15/05/15/196/1150356/faktor-orangtua-tega-telantarkan-anak, di akses 11 Juni 2016
Yin, Robert. K. 1996. Studi kasus desain
dan metode. Jakata: PT Raja