• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme

menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28).

2.2 Persepsi

Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009).

Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

(2)

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

c. Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.

2.3 Sikap

Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu sumber pembentukan sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang yang memilikki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memilikki kepercayaan diri. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen sikap, yaitu :

(3)

2.4 Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat tidak selalu di dikte dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau keputusan dalam pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang luas, dan penting, karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program.

2.5 Kemiskinan

2.5.1 Pengertian Kemiskinan

Mencher (2001) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Siagian, 2012: 5). Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yg berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. ( Siagian, 2012: 10).

(4)

2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan

Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya.

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2. Angka ketergantungan penduduk.

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memilikki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi.

(5)

kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.

3. Kekurangan gizi.

Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.

Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.

4. Pendidikan yang rendah.

(6)

Hampir disemua sektor, termasuk sektor informal memerlukan pengetahuan. Sektor pertanian pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi (Siagian, 2012: 15).

2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut

Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.

2. Kemiskinan Relatif

(7)

kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut (Rp. 1.250.000) di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin. Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari Rp. 1.250.000.(Siagian, 2012: 49)

3. Kemiskinan Massa

(8)

Kemiskinan massa biasanya terjadi disebabkan daya dukung wilayah terhadap kehidupan manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau desa itu.

4. Kemiskinan Non Massa

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia mempunyai harkat dan martabat.

5. Kemiskinan Alamiah

(9)

orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu, akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).

6. Kemiskinan Kultural

Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik.

Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan upaya mempertahankan hidup.

Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya menghasilkan suatu konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut sepertinya sering justru tidak atau kurang mendukung keberhasilan hidup manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang rendah, yang pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya justru dapat menjadi suatu beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang mengindikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri (Myrdal, dalam Siagian, 2012: 58).

(10)

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu :

a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang esensial, dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkan.

b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak ( Lipton, dalam Siagian, 2012: 60).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang sudah semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental.

(11)

8. Kemiskinan Struktural

Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).

Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan pembangunan. Dengan demikian adalah sangat antagonis, jika kita mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah justru mengakibatkan masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris membuktikan bahwa kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat tertentu.

Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa-menyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan sistem upah disektor pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani makin power less.

(12)

Istilah kemiskinan situasional juga ditemukan jika kajian kemiskinan menjadikan penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak. 10. Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah.

2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan

2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.

(13)

e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha formal.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural adjustment program).

(14)

k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dikemukakan memang pada awalnya berupaya memberikan sajian sistematik, namun jika kita dalami, tidaklah keliru jika kita menyatakan bahwa kandungan sajian itu justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian berkategoris tersebut memang berupaya melakukan kajian dan mencoba menyajikannya secara sistematik. Kompleksitas masalah kemiskinan pada umumnya dan masalah faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan konsistensi dalam sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga menunjukkan pada umumnya faktor penyebab kemiskinan tidak bekerja sendiri, melainkan berinteraksi dan terintegrasi dengan faktor-faktor lain. Bahkan tidak jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks sehingga tidak jelas mana pangkal dan ujungnya.

2.5.4.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Massa dan Non Massa

(15)

2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya

Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut tidak memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.

Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya.

Namun, anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara Jepang miskin. Jepang, yang negerinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa jumlah penduduknya.Demikian juga halnya dengan Taiwan. Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara-negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin di Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan kesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.

(16)

dari kondisi miskin yang sedang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep ini diilhami oleh suatu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memilikki kemampuan, bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.6 Pemberdayaan Masyarakat

2.6.1 Konsep Arti dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan semua potensi. Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak, saling menghormati tanpa ada merasa asing dalam komunitasnya. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui pemberdayaan masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia. Konsep pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif.

(17)

melibatkan masyarakat dalam menyusun program pembangunan yaitu alasan intristik dan alasan pragmatis (Sewell Coppock dalam Suhendra, 2006: 76). Secara intristik,setiap anggota masyarakat berhak mengetahui dan menyampaikan pendapatnya terhadap issue pembangunan, sedang secara pragmatis, pemerintah selaku perencana dapat menggali aspirasi masyarakat.

Pemberdayaan menurut Ife (dalam Suhendra, 2006: 77) adalah meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung “empowerment aims to increase the power of disadvantages”.

2.6.2 Metode dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat

Banyak sekali teknik-teknik pemberdayaan masyarakat yang telah dihasilkan. Semuanya sangat bermanfaat dan membantu efektivitas dan efisiensi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Setiap teknik pemberdayaan mempunyai karakteristik tersendiri tinggal memilih untuk diaplikasikan sesuai faktor-faktor “endegenous”, faktor-faktor setempat yang tepat. Dengan karakteristik tersebut maka dapat dikemukakan beberapa teknik (hanya beberapa) pemberdayaan masyarakat diantaranya :

1. Participatory Rural Appraisal (PRA)

(18)

2. Metode Partisipatori dan Assesment

Rencana ini sebenarnya sejalan bahkan hampir sama dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari dua sumber yaitu Field Book WSLIC – 2 Project World Bank dan Partisipatory Analysis Techniques DFID – World Bank masing-masing Januari 2002 (Bambang Rustanto, dalam Suhendra, 2006: 109). Metode Partisipatori Assesment (MPA) terdiri dari empat langkah :

a. Menemukan masalah b. Menemukenali potensi

c. Menganalisis Masalah dan Potensi d. Memilih solusi Pemecahan Masalah

3. Metode Loka Karya

Metode loka karya efektif untuk memotivasi anggota peserta menyampaikan aspirasi dan kreativitas. Lokakarya bermanfaat untuk mengambil keputusan untuk sesuatu fokus permasalahan secara musyawarah dan ditemukannya suatu konsensus.

4. Teknik Brainstorming

Teknik ini mula – mula disampaikan oleh Alex F.Osborne yang dapat memotivasi untuk munculnya kreativitas anggota dalam memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi. Teknik ini merupakan wujud dari “bottom up” hingga dapat memunculkan rasa memilikki dari rasa tanggung jawab.

Adapun operasionalisasi dari teknik Brainstorming adalah sebagai berikut:

a. Kumpulkan kelompok – kelompok sekitar 10 orang dan ajukan fokus yang akan dibahas.

(19)

c. Seorang berperan sebagai sekretaris selalu mencatat inti pembicaraan. d. Resumekan dan refleksikan kembali pada peserta.

e. Temukan konsensus alternatif dan ambil suatu keputusan.

5. CO – CD (Community Organization – Community Development)

Community Organization (CO) : “Merupakan suatu proses untuk mewujudkan dan membina suatu penyesuaian yang bertambah lama bertambah efektif diantara sumber-sumber kesejahteraan sosial dan kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan sosial di lingkungan suatu daerah geografis atau bidang fungsional. Tujuannya sesuai dengan tujuan pekerjaan sosial yaitu difokuskan pada kebutuhan – kebutuhan orang serta penyediaan sarana untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan ini dengan cara yang sesuai dasar kehidupan demokrasi” (Neil dalam Suhendra, 2006: 112).

Community Development (CD)

Untuk teknik CD, PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa ) menyampaikan defenisi (dalam Suhendra, 2006: 113) :

(20)

2.7 Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

2.7.1 Defenisi Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah program pemberian bantuan dana simpanan dari Pemerintah dalam rangka membangun keluarga produktif untuk memberdayakan dan melindungi masyarakat miskin.

2.7.2 Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Untuk mendorong akses terhadap sistem keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan, serta menjaga stabilitas sistem keuangan.

2.7.3 Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi BBM. Pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat menurun terutama masyarakat miskin.

2.7.4 Mekanisme Penyaluran dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Saat ini mayarakat miskin sekitar 25% (15,5 juta) telah mempunyai KPS (Kartu Perlindungan Sosial). Pemberian bantuan dana PSKS dari Pemerintah akan disalurkan dalam 2 cara, yaitu : Disalurkan dalam bentuk simpanan Giropos sebanyak 14,5 juta RTS (Rumah Tangga Sasaran) melalui PT. Pos Indonesia (Persero).Disalurkan dalam bentuk mandiri e-Cash sebanyak 1 juta RTS melalui Bank Mandiri, yang penguangannya hanya dapat dilakukan di Kantorpos Bayar. Untuk RTS sebanyak 1 juta tersebut akan disertai pembagian:

a. KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) yang akan menggantikan KPS. b. SIM Card untuk mandiri e-Cash.

(21)

d. KIS (Kartu Indonesia Sehat).

2.7.4.1 Mekanisme penyaluran dana PSKS dalam bentuk Simpanan Giropos dengan alur Data Simpanan Giropos dan KP.bayar Online Alur Data Simpanan Giropos

a. Data RTS penerima PSKS melalui Simpanan Giropos akan dikirim dari Kementerian Sosial RI ke Pos Indonesia.

b. TIM Satgas PSKS akan melakukan verifikasi dan validasi data sesuai format Daftar Nominatif. (Daftar Nominatif PSKS adalah Daftar penerima bantuan dana yang ditetapkan oleh Pemerintah, yang secara administratif berfungsi sebagai bukti pembukaan rekening kolektif, specimen tandatangan, pengganti slip penarikan dan bukti penyerahan dana kepada RTS).

c. Data PSKS yang sudah di verifikasi dan divalidasi sesuai format Daftar Nominatif selanjutnya diupload/disimpan di Sistem Pos Indonesia.

d. Selanjutnya Kantor Pos Bayar akan mengambil dan mencetak Daftar Nominatif tersebut menggunakan aplikasi yang ditentukan.

Adapun masa pencairan dana PSKS tersebut direncanakan di Bulan November 2014 (tanggal masih menunggu instruksi dari Pemerintah). Pencairan Simpanan Giropos dilakukan sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan oleh Tim Satgas PSKS Pos Indonesia. Penyusunan jadual disetiap Kantor Pos disesuaikan dengan kondisi dan kapasitan masing-masing Kantor Bayar. Adapun jadual tersebut merupakan masa bayar utama, setelah masa bayar utama RTS masih dapat menguangkan dana Simpanan Giroposnya.

2.7.4.1.1 Ketentuan dan syarat Pembayaran Simpanan Giropos

a. Pembayaran PSKS hanya dapat dilakukan kepada RTS yang memiliki KPS dan tercantum pada Data Bayar/Daftar Nominatif PSKS;

(22)

c. RTS yang tidak memiliki KPS tetapi terdapat dalam aplikasi FDPOS/Daftar Nominatif PSKS, maka RTS tersebut diminta untuk mengikuti prosedur KPS hilang.

d. RTS harus membawa dan mengunjukan KPS dan Kartu Identitas pada waktu hendak menguangkan Simpanan Giropos;

e. Pembayaran Simpanan Giropos dapat dilakukan di Kp Bayar Online (KPRK/KPC) dan di komunitas/Kp Bayar Offline.

2.7.4.1.2 Ketentuan Pembayaran di Kp Bayar Online :

a. Menggunakan Daftar Nominatif Pembayaran PSKS yg harus ditandatangani/Cap Jempol oleh RTS;

b. Melakukan scan/input data barcode yg tertera pada KPS. c. Ketentuan Pembayaran di Komunitas/Kp Bayar Offline :

d. Dapat dilakukan bilamana Daftar Nominatif PSKS telah di terima di KP Bayar;

e. Menggunakan Daftar Nominatif Pembayaran PSKS yg harus ditandatangani / Cap Jempol oleh RTS;

f. Melakukan scan/input data barcode yg tertera pada Kupon PSKS dilakukan di KPRK atau di Kp Bayar Online;

g. Bila nama RTS tidak tercantum dalam Daftar Nominatif di suatu lokasi kantor bayar offline/komunitas, maka RTS diminta untuk datang ke KPRK terkait untuk mendapat ijin pembayaran.

h. RTS tidak boleh mengambil dana di lokasi selain Kantor Bayar yang ditetapkan atau. i. Bila fasilitas KP Bayar terbatas dapat dilakukan pengalihan lokasi KP Bayar.

(23)

Untuk dapat melakukan penguangan Simpanan Giropos di Kantor Pos Bayar, RTS datang ke Kantor Pos Bayar untuk melakukan penguangan PSKS dengan membawa dan mengunjukan KPS dan kartu identitas diri asli ke Petugas Pencocokan yang ada di Kantor Pos.

Untuk lebih memudahkan masyarakat dalam pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, PT Pos Indonesia (Persero) bekerjasama dengan sekitar 10 ribu komunitas (jumlah bisa bertambah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Pemda setempat). Petugas Pos Indonesia akan mendatangani lokasi-lokas komunitas untuk melakukan pembayaran PSKS kepada para anggota komunitas.

2.7.4.2 Mekanisme penyaluran dana PSKS melalui Mandiri E-Cash

Penguangan Mandiri e-Cash dimulai tanggal 3 November 2014, penguangan Mandiri e-Cash dilakukan sesuai dengan penjadualan. Penyusunan jadual dilakukan sesuai dengan kondisi dan kapasitas masing-masing Kantor Bayar. Jadual Penguangan merupakan masa bayar utama, setelah masa bayar utama RTS masih dapat menguangkan dana Mandiri e-Cash.

2.7.4.2.1 Ketentuan dan syarat Penguangan Mandiri e-Cash

a. Penguangan Mandiri e-Cash hanya dapat dilakukan kepada RTS yang tercantum dalam data mandiri e-Cash dan/atau kartu HP.

b. Penguangan Mandiri e-Cash tidak dapat dikuasakan

c. Dilakukan di Kp Bayar Online (KPRK/KPC) yang telah ditentukan sesuai Daftar Nominatif.

d. Tidak diperkenankan penguangan di Komunitas/Kp Bayar Offline.

e. Penguangan tidak boleh mengganggu aktivitas layanan reguler dan dibuatkan user khusus.

(24)

Pelaksanaan penguangan Mandiri e-Cash, RTS harus melakukan penukaran KPS dengan KKS, SIM Card (Kartu Hp) KIS, dan KIP di tempat yang sudah ditentukan. RTS datang ke Kantor Pos Bayar untuk melakukan penguangan PSKS dengan membawa dan mengunjukan KKS, Kartu HP dan kartu identitas diri asli ke Petugas Pencocokan. (http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/107-pt-pos-indonesia-persero-distribusikan-program-simpanan-keluarga-sejahtera-psks diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 11.00 WIB).

2.7.5 Hak dan Syarat Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

2.7.5.1 Hak Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Peserta Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat melakukan pengambilan dana bisa kapan saja dan besar uang yang diambil bisa bertahap sesuai dengan keinginan Rumah tangga Sasaran (RTS), dengan maksimal Rp. 600.000,- berhubung saldo rekening masing-masing RTS saat ini mendapat alokasi dana untuk bulan Januari, Februari, dan Maret 2015 masing-masing per-bulan per-RTS @ Rp. 200.000,- atau total jumlah Rp. 600.000, (enam ratus ribu rupiah).

2.7.5.2 Syarat Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

1. Pembayaran hanya dapat dilakukan kepada RTS yang memiliki Kartu KPS dan namanya tercantum dalam Daftar Nominatif.

(25)

3. Pembayaran tidak dapat dikuasakan.

4. Pembayaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan

5. Bagi RTS yang Kartu KPSnya hilang/rusak masih dapat dibayarkan dengan membawa surat keterangan kehilangan Kartu KPS dari Lurah dan namanya sudah terdaftar dalam rekapitulasi KPS hilang yang dibuat oleh petugas TKSK pada pembayaran PSKS Tahun 2014 serta namanya tercantum dalam daftar Nominatif.

6. Bagi RTS pemilik Kartu KPS yang telah meninggal dunia masih dapat dibayarkan kepada anggota keluarganya yang namanya tercantum dalam Kartu KPS dengan membawa surat keterangan meninggal dunia dari Lurah dan namanya sudah terdaftar dalam Rekapitulasi KPS meninggal dunia yang dibuat oleh petugas TKSK pada pembayaran PSKS Tahun 2014, serta namanya tercantum dalam daftar nominatif. (http://www.psks.sapa.or.id diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 11.55 WIB)

2.8 Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Fahrudin, 2012: 10).

(26)

2.9 Kerangka Pemikiran

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disebabkan karena terjadinya pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga – harga kebutuhan bahan pokok yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam keperluan sehari – hari. Kenaikan harga tersebut jelas mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat Indonesia, terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Untuk tetap menjaga dan mencegah penurunan daya beli terhadap BBM serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor keluarga dibentuklah oleh Pemerintah yaitu Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini. Masyarakat juga berharap melalui program ini, dana yang disalurkan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik dan cukup atas kenaikan harga BBM tersebut.

Adapun respon masyarakat meliputi 3 hal, yaitu persepsi masyarakat, sikap masyarakat dan partisipasi masyarakat, yang kemudian akan menghasilkan respon positif, netral, maupun negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep – konsep atau variabel – variabel peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011: 132).

(27)

Gambar 2.1

a. Pengetahuan masyarakat tentang PSKS

b. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan PSKS

c. Atensi masyarakat terhadap PSKS

SIKAP

a. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap PSKS

(28)

2.10 Defenisi Konsep dan Operasional 2.10.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Peneliti dapat memberikan batasan mengenai konsep – konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Adapun batasan konsep di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan dalam bentukperilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.

2. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

(29)

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat.

5. Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan yg dialami seseorang maupun sekelompok orang sehingga ia tidak dapat hidup diatas standar kebutuhan hidup minimum.

6. Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah program pemberian bantuan dana simpanan dari Pemerintah dalam rangka membangun keluarga produktif untuk memberdayakan dan melindungi masyarakat miskin.

7. Menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2.10.2 Defenisi Operasional

(30)

Respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dapat di ukur dari :

a. Persepsi masyarakat mengenai pelaksanaan Progam Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dapat diukur dengan :

1. Pengetahuan masyarakat tentang Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.

2. Pengetahuan masyarakat tentang bagaimana pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

3. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan dan manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

4. Atensi masyarakat terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

b. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan :

1. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimilikki masyarakat tentang Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

2. Penolakan atau penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang masyarakat terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang dilaksanakan oleh PT.Pos Indonesia.

3. Masyarakat mengharapkan atau tidak mengharapkan adalah kesiapan masyarakat dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

c. Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan :

(31)

2. Melaksanakan adalah masyarakat berperan serta dalam melaksanakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dengan persiapan, perencanaan, pemahaman, dan evaluasi agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan baik.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alir Pikir

Referensi

Dokumen terkait

LAMA 1 TAHUN KETERANGAN DATA USULAN PROPOSAL PENGABDIAN TAHUN 2014 DI DANAI TAHUN 2015. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI

Dengan adanya Media Pembelajaran Multimedia Interaktif ini yang telah di uji coba sebagai media pembelajaran di Madrasah Aliyah SYAROFUL MILLAH sehingga

Mengambil langkah - - langkah untuk langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut. menindak lanjuti

Bentuk Roman merupakan perkembangan dari huruf teks, tetapi dengan diilhami oleh naskah Italia yang bercirikan sapuan lebih ringan dan anggun.. Pada tahun 1524, Claude Garamond,

2) Hubungan pelanggan adalah hubungan yang baik terhadap pelanggan yang direalisasikan dengan melayani complain pelanggan dengan baik, pengiriman barang yang tepat

Selanjutnya, permen merupakan salah satu makanan yang disukai oleh semua orang dari berbagai tingkatan usia, maupun tingkat ekonomi sehingga akan meningkatkan peluang usaha

Berdasarkan masalah diatas , maka penulis mencoba merancang suatu alat Simulasi Sistem Lapangan Parkir Dengan Kapasitas 20 Mobil yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mobil

[r]