BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Menopause (Klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan
wanita, dimana Ovarium (Indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas
menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti serta pembentukan hormon wanita
(estrogen dan Progesteron) berkurang. Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi
berhenti secata tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap (baik jumlah maupun
lamanya) dan jarak antara 2 siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang.
Ketidakteraturan ini bisa berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus
akan berhenti (Nugroho & Utama, 2014).
Gangguan psikologis pada masa menopause sering terjadi, seperti halnya
gangguan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cara-cara
baru membuat masa pubertas dan remaja menjadi masa sulit. Perubahan psikologis
pada masa menopause seperti kehilangan sesuatu yang dibayangkan tentang
kehidupan dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidak
teraturan haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik
seksual dan fisiknya berkurang dan dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai
akhir dari kehidupannya. Emosi negatif tentu saja hanya berlangsung sementara
(Marmi & Margayati, 2013).
Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya, wawasan
mengenai menopause akan menentukan berat ringannnya seseorang menghadapi
masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif,
maka akan berakibat tidak baik. Wanita tersebut akan menjadi tidak percaya diri,
merasa tidak diperhatikan, tidak berguna, tidak dihargai, khawatir berkepanjangan
tentang perubahan fisiknya dan terjadi ketidakstabilan emosi. Kepedulian dan
dukungan keluarga terutama dukungan suami sangat dibutuhkan seorang istri dalam
menghadapi masa menopause (Vikar, 2009 dalam Zuliawati 2010).
Perhatian dan dukungan keluarga ini akan menumbuhkan kepercayaan diri
dan harga diri sebagai seorang istri maupun sebagai seorang ibu. Menurut Indie
(2009), berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara
melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga meimbulkan ketenangan
batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi
kecemasan wanita tersebut.
Melihat dari data WHO ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit
sekali dibendung. WHO memperkirakan ditahun 2030 nanti ada 1,2 milyar wanita
yang berusia 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80%) tinggal dinegara
berkembang. Usia lanjut di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 5,53% (Dinkes
Indonesia, 2007 dalam Hastuti, 2014). Dan setiap tahunnya populasi wanita
menopause meningkat sekitar tiga persen. Perkiraan kasar menunjukan akan
terdapat sekitar 30 - 40 juta kaum wanita usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah
penduduk Indonesia yang sebesar 240- 250 juta (Achadiat, 2007 dalam Widari,
2014). Data BPS (proyeksi penduduk 2008), 5.320.000 wanita Indonesia memasuki
masa menopause setiap tahun. 68 persen mengalami gejala klimakterik, 62 persen
hormon (TSH), 1 persen yang menggunakan TSH, 47 persen mengerti kaitan gejala
awal menopause dengan peningkatan tekanan darah, 2 persen mengetahui TSH bisa
mengurangi resiko tekanan darah. (Baziad, 2008 dalam Widari, 2014).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003
menganai menopause akan terdapat wanita seluaruh jumlah penduduk Indonesia
yang sebesar 240-250 juta pada tahun 2010. Dalam kategori wanita tersebut (usia
lebih dari 60 tahun) hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat
serta dampak yang menyertainya (Arhadiat, 2009 dalam Dewi, 2013).
Penelitian Agoestina (1982) dalam Wigniosastro dkk (1994) di bandung
menunjukkan bahwa 50 % perempuan Indonesia telah mengalami menopause pada
usia 48 tahun. Bagi perempuan Indonesia, Usia menopause sekitar 49 tahun pada
tahun 2000 (Pinem, 2014)
Pada Tahun 1985 umur harapan hidup wanita Indonesia adalah 52,7 tahun,
pada tahun 2000 menjadi 67 tahun dan apada tahun 2010 sekitar 40% penduduk
Indonesia akan mencapai usia lebih dari 67 tahun dan separuhnya adalah kaum
wanita. Bila jumlah penduduk Indonesia 300 juta jiwa (dengan asumsi KB tetap
berhasil) maka akan terdapat sekitar 50-60 juta wanita berusia lebih dari 60 tahun
(Dinkes RI, 2007 dalam Hastuti, 2014).
Usia rata-rata menopause adalah 51,4 tetapi 10% wanita berhenti menstruasi
pada usia 40 tahun dan 5% tidak berhenti menstruasi samapai usia 60 tahun
(Janiwarty & Pieter, 2013). Hutapea dalam Irmawati (2003) dari hasil penelitiannya
di Medan pada tahun 1998 menjumpai usia rata-rata wanita menopause 48,3 tahun.
dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun
2005. Kemudian naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015 (Susanto dalam Khasanah,
2009 ; Zuliawati, 2010).
Menurut hasil penelitian Departemen Obsetri dan Ginekologi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh wanita menopause terkait dengan rendahnya kadar
estrogen di dalam sirkulasi darah, sehingga muncul keluhan nyeri senggama
(93,33%), keluhan pendarahan pasca senggama (84,44%), vagina kering (93,33%),
dan keputihan (75,55%), keluhan gatal pada vagina (88,88%), perasaan panas pada
vagina (84,44%), nyeri berkemih (77,77%), inkontenensia urin (68,88%), selain itu,
rendahnya kadar estrogen dapat menyebabkan osteoporosis (Zuliawati, 2010 dikutip
dari Hadrians, dkk, 2005 dalam Rosalina, 2008)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sindrom menopause dialami oleh wanita
yang mengalami menopause, yaitu perubahan-perubahan baik fisik maupun
psikologis yang labil. Antara lain, dengan melihat faktor hormonal, maka dengan
berkurangnya hormon estrogen akan memicu adanya kelemahan fisik dan diikuti
oleh beberapa penyakit yang munculnya secara tiba-tiba tanpa mereka ketahui
sebelumnya. Tulang akan menipis yang menyebabkan keropos tulang (osteoporosis),
yang lebih parah lagi tulang bisa patah. Selain itu, wanita yang mengalami
menopause rawan menderita penyakit Alzheimer, penyakit jantung Koroner (PJK),
stroke, kanker, dan sebagainya (Sulisetiyawati,2011). Sedangkan Penelitian
sebelumnya yang dilakukan pada kalangan wanita menopause di Mesir dan Saudi
Arabia menunjukkan adanya korelasi negatif antara gejala menopause terhadap
penyakit kronis akan lebih meningkat yang selanjutnya dapat berdampak kondisi
fisik dan mental mereka sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka (Putri,
2014). Itulah sebabnya dari penelitian diatas wanita yang mengalami menopause
merasa cemas.
Dari data survey awal yang dilakukan di kelurahan harjosari 1 pada tanggal 04
Juni 2015 terdapat 520 wanita yang umunnya 45 s/d 55 tahun yang dimana ada yang
menopause dan ada yang sedang menghadapi menopause sehingga penelitian ini
penting untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan
istri dalam menghadapi masa menopause di Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan
Medan Amplas.
Wanita yang sedang mengalami menopause akan mengalami kecemasan
dalam hidupnya. Dampak yang ditimbulkan apabila kecemasan tetap ada dalam
wanita menopause adalah seperti ledakan subyektif dari ketegangan, ketakutan dan
ketidakmampuan individu dalam mengatasinya, respon perilaku seperti penolakan
terhadap situasi yang menakutkan, gangguan bicara dan fungsi motorik, dan
gangguan pada tugas-tugas motorik, serta respon fisik dan ketegangan otot,
peningkatan detak jantung, tekanan darah, pernafasan bertambah cepat, mulut
kering, diare, sakit kepala serta pusing (Ari & Febriana, 2008 dikutip dari
Kurniawati, 2001)
Dari wawancara singkat yang dilakukan pada 5 orang ibu-ibu pegawai
Puskesmas Medan Amplas yang berusia 48- 50 tahun tentang menopause, mereka
mengatakan, bahwa menopause ini sangat mengganggu kehidupan mereka dan
berkeriput, pada saat melakukan hubungan intim timbulnya rasa nyeri dan adanya
perasaan ditolak keluarga karena tidak bisa produktif lagi dan juga terkadang
menarik diri dari teman sebaya atau masayarakat sekitarnya karena akibat penuaan
yang berlangsung dalam dirinya. Dari hasil wawancara yang singkat mereka
mengatakan bahwa mereka mengalami kecemasan dalam hidupnya.
Dalam beberapa kasus, wanita yang mengalami menopause mulai menarik
diri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak ada harganya dan merasa tidak
berguna lagi. Seperti membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun
dengan keluarga. Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian (Larasati,
2009).
Beberapa teori menegaskan bahwa dengan adanya dukungan sosial yang kuat
baik dari keluarga maupun orang lain akan berpengaruh terhadap kesehatan,
khususnya dalam mengatasi kecemasan. Namun bagaimana pengaruh dukungan
sosial keluarga terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause? Secara
khusus belum pernah diidentifikasi di Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan
Amplas.
Melihat fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan istri saat mengahadapi menopause di
Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini adalah Pengaruh
Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kecemasan Istri saat Menghadapi Menopause di
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap
kecemasan istri saat menghadapi menopause di Kelurahan Harjosari 1
Kecamatan Medan Amplas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga terhadap istri dalam menghadapi menopause di Kelurahan Harjosari 1, Kecamatan
Medan Amplas.
1.3.2.2Mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi menopause di Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
1.3.2.3Mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan istri menghadapi menopause di Kecamatan
Panyabungan Utara.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi praktek
keperawatan, dan penelitian keperawatan selanjutnya.
1.4.1 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya di kelurahan
harjosari 1 kecamatan Medan amplas, mengenai cara mengatasi
kecemasan pada ibu yang sedang mengalami menopause dan yang akan
1.4.2 Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan
maternitas berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap
kecemasan istri saat menghadapi menopause.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan penulis terutama tentang pengaruh dukungan
sosial keluarga terhadap kecemasan istri saat menghadapi menopause.
1.4.4 Bagi penelitian keperawatan selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data tambahan
untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang berbeda
tentang pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan istri saat