• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pelayanan Publik di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kota Padang Sidimpuan dalam Peningkatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pelayanan Publik di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kota Padang Sidimpuan dalam Peningkatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan umum

yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah

daerah, lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa. Pelayanan ini

diselenggarakan baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

sebagai pelaksanaan ketentuan perundang–undangan. Pelaksanaan pelayanan

publik merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan negara yang

menjadi tanggungjawab Pemerintah (eksekutif) Pasal 4 UUD 1945. Pelayanan

yang berkualitas merupakan bentuk dari sebuah janji pelayanan yang tercermin

dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menghasilkan produk

yang bermutu/berkualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ndraha (1997) yang menyatakan bahwa, “Hubungan antara

pemerintah dan rakyat adalah hubungan antara janji dan percaya”.

Apabila aspek pelayanan yang telah dibuat pemerintah dapat direalisasikan

dengan baik maka akan berdampak postif terhadap kepuasan masyarakat. Jika

hasil evaluasi masyarakat menunjukkan adanya peningkatan kualitas pelayanan

yang diberikan, maka hasil evaluasi tersebut akan menjadi positif, demikian pula

apabila hasil evaluasi masyarakat menunjukkan tidak adanya peningkatan kualitas

pelayanan maka pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat dikatakan tidak

(2)

dapat dijadikan masukan kepada unit kerja pemerintahan yang melaksanakan

fungsi pelayanan tersebut. Dengan demikian, masukan itu dapat dijadikan

pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Dari gambaran tersebut, pemerintah dituntut untuk lebih proaktif, aspiratif

dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menuntut kemampuan

aparat pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk memiliki kemampuan dalam

merancang dan melaksanakan strategi-strategi perubahan sesuai dengan

perkembangan tuntutan dan kebutuhan yang ada. Dengan strategi perubahan

tersebut diharapkan aparatur dapat memberikan pelayanan cepat, murah dengan

prosedur yang jelas dan menyentuh kehidupan masyarakat, sebagaimana yang

dikemukakan Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Tjahya Supriatna (2000), bahwa pelayanan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tangibles, yaitu fasilitas secara fisik, peralatan dan penampilan dari personil

2. Reliability, yaitu kemampuan untuk merealisasikan apa yang telah dijanjikan

oleh penyedia jasa secara mandiri dan akurat.

3. Responsivines, yaitu adanya keinginan untuk membantu konsumen dan

pelayanan yang cepat.

4. Assurance, yaitu pemahaman dan sikap karyawan dan kemampuan mereka untuk

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan konsumen.

5. Emphaty, yaitu dapat merasakan apa yang konsumen rasakan sehingga

dapat melayani dengan baik.

Pelayanan publik merupakan mandat bagi Negara dalam memberikan

pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Terdapat 3 (tiga) pertimbangan

(3)

infrastruktur transportasi, pemberian layanan administrasi negara, perizinan dan

lain-lain. Kedua, sebagai kewajiban Negara karena posisi Negara sebagai penerima mandat. Dan ketiga, biaya pelayanan publik didanai dari uang masyarakat, baik melalui pajak maupun mandat masyarakat kepada negara untuk

mengelola sumber kekayaan negara.

Pelayanan publik menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No: 63/Kep/M.PAN/7/2003 adalah segala kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara layanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Menteri Pendayagunaan Aparat Negara dalam Keputusan No. 6 Tahun

2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menyatakan

bahwa “Hakikat layanan publik adalah pemberian layanan prima kepada

masyarakat yang merupakan perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat”. Pernyataan ini menegaskan bahwa pemerintah melalui

instansi-instansi penyedia layanan publiknya bertanggung jawab memberikan

layanan prima kepada masyarakat. Pernyataan layanan prima perlu digarisbawahi

karena ini menyangkut standar kualitas layanan yang harus dipenuhi oleh

penyedia layanan publik haruslah berkategori “prima”. Dalam rangka

melaksanakan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004,

bahwa pemberian otonomi kepada daerah kabupaten/kota didasarkan atas azas

desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Pemberian kewenangan atas dasar azas desentralisasi tersebut, menyebabkan

semua bidang pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka

(4)

pemerintah daerah kabupaten dan kota sepenuhnya, baik yang menyangkut

penentuan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan

evaluasi.

Menurut Syaukani (2002) dikatakan bahwa kebijaksanaan tentang otonomi

daerah, memberikan otonomi yang sangat luas kepada daerah, khususnya

kabupaten dan kota. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka mengembalikan

harkat dan martabat masyarakat di daerah, memberikan peluang pendidikan

politik dalam rangka peningkatan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan

efisiensi pelayanan publik di daerah, peningkatan percepatan pembangunan di

daerah, dan pada akhirnya diharapkan pula penciptaan cara berpemerintahan yang

baik (good governance).

Pemberian dan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam

undang-undang tersebut (UU No.32 Tahun 2004), harus diimbangi dengan

pembagian sumber-sumber pendapatan yang memadai yang mampu dan

mendukung pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Di era

otonomi saat ini,upaya untuk tetap mengandalkan sumbangan dan bantuan dari

Pemerintah Pusat atau tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi sudah tidak bisa

dipertahankan lagi. Otonomi menuntut kemandirian daerah di berbagai bidang,

termasuk kemandirian di dalam mendanai dan pelaksanaan pembangunan di

daerahnya. Oleh karena itu, daerah dituntut agar berupaya untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), guna mengurangi ketergantungan terhadap

Pemerintah Pusat.

Setelah adanya pemberlakuan undang-undang tentang Pemerintahan

(5)

perubahan paradigma system tata Pemerintahan Daerah. Tatanan kehidupan

pemerintahan daerah di masa lalu, daerah lebih banyak hanya sebagai objek

perolehan pendapatan daerah mulai ditinggalkan. Kedepan, pemerintah daerah

dalam kabupaten dan kota mewakili kewenangan yang besar untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri. Tanpa adanya otonomi keuangan daerah tidak

akan pernah ada otonomi bagi pemerintah daerah. Jelas hal ini merupakan sesuatu

yang dapat dikatakan baru sama sekali, karena selama ini tidak ada kasual yang

setegas ini dalam Undang-Undang pemerintahan daerah yang pernah diberlakukan

di Indonesia. Pemberlakuan Undang-Undang tersebut menambah kewenangan

yang dimiliki daerah, maka tanggung jawab yang diemban oleh Pemerintah

Daerah juga akan bertambah banyak.

Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004, yang menjadi sumber

pendapatan daerah adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu :

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Secara alamiah, potensi ekonomi atau potensi sumber daya alam (SDA)

dan sumber daya manusia (SDM) antar daerah tidaklah sama. Sehingga

menghasilkan perbedaan dalam perolehan jumlah PAD masing-masing daerah.

(6)

yang rendah akan mendapatkan DAU (Dana Alokasi Umum) sesuai dengan UU

32 tahun 2004 pasal 161 ayat 1 dan ayat 2.

Dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2012

dari target Rp. 23.187.392.532,- yang terealisasi adalah Rp. 23.622.308.246,- dan

tahun 2013 target Rp. 42.180.400.000,- yang terealisasi adalah Rp.

35.018.175.219,- , maka kota Padangsidempuan dituntut agar berupaya untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), guna mengurangi ketergantungan

terhadap Pemerintah Pusat. Berdasarkan data serta pengamatan yang peneliti

lakukan, peneliti menemukan ada beberapa permasalahan dilakukan Dinas

Pendapatan Pengolahan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kota

Padangsidempuan sebagai Dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pemantuan di

bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah. dengan demikian

peneliti mencari tahu bagaimana” Kinerja Pelayanan Publik Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) kota Padangsidimpuan

dalam meningkatkan PAD”.

1.2.

Perumusan Masalah

Adapun tugas-tugas pokok Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan

Asset Daerah (DPPKAD) Kota Padangsidimpuan adalah melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang

Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Sedangkan fungsi-fungsi

DPPKAD yang digariskan dalam peraturan daerah yang tersusun dalam

(7)

tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset

Daerah meliputi 2 (dua) fungsi yaitu :

1. Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

2. Pengkoordinasian dan perencanaan dalam upaya

pendapatan,anggaran,akuntansi dan perbendaharaan serta pembiayaan

dan pengelolaan asset daerah

Berdasarkan tugas dan fungsi-fungsi tersebut, maka Dinas ini mempunyai

peranan yang sangat penting dalam peningkatan penerimaan ataupun pendapatan

daerah. Keberhasilan DPPKAD dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah akan

banyak ditentukan oleh kinerja DPPKAD dalam menjalankan tugas dan fungsi

nya sesuai kinerja berdasarkan pelayanan publik yang berkualitas sehingga akan

dapat terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Dengan melihat latar

belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikemukakan yaitu

Bagaimana Kinerja Pelayanan Publik Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Asset Daerah (DPPKAD) kota Padangsidimpuan dalam meningkatkan PAD?

“.

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk Mengetahui Kinerja

Pelayanan Publik Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

(8)

1.4.

Manfaat Penelitian

1. Secara pribadi penelitian ini bermanfaat bagi penulis yaitu memperluas

dan memperdalam pemahaman dan melatih penulis dalam membuat

sebuah karya ilmiah.

2. Kegunaan akademis: yaitu sebagai khasanah ilmu pengetahuan dan

penelitian.

3. Hasil Penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan perkembangan internet, teknologi web dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang pesat sehingga pengguna informasi membutuhkan informasi yang tepat dan akurat

--- Pada hari ini, Senin tanggal lima bulan September tahun dua ribu enam belas pukul sepuluh Waktu Indonesia Tengah, berdasarkan Keputusan Kabid Dokkes Polda

Dalam kemampuan membaca, siswa kelas V SD diharuskan memiliki kompetensi untuk mampu membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat. Hal ini dikarenakan

Sebagai contoh, dalam belajar menjumlahkan angka biasanya melihat dari buku atau papan tulis tapi sekarang dengan adanya komputer maka dapat menggunakannya sebagai salah satu

ULP Biddokkes Polda Bali akan melaksanakan Pelelangan Sederhana Sistem Harga Satuan dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang secara elektronik

[r]

Dari uraian tersebut, penulis sebagai calon pendidik sangat tertarik untuk meneliti dengan mengambil judul “MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MENYEKOLAHKAN PUTRA DAN

Sistem ini dirasa cukup aman untuk pengguna dengan ketentuan ramp yang < 7 o atau sesuai dengan kenyamanan pengguna dalam