• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Larutan Ca(OH)2 Pada Air Filter Terhadap Peningkatan pH Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Delitua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Larutan Ca(OH)2 Pada Air Filter Terhadap Peningkatan pH Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Delitua"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa

penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.

(Sutrisno,C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

mahkluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan

oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi

kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi

kebutuhan air didalam tubuh manusia itu sendiri. (Mulia, R.M. 2005)

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya

di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah

penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan

penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah

satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat

sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan

dan minuman.

Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja

untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik

(2)

maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau

distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara

kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan

terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak

diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. (Sutrisno,

C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

2.1.1. Sumber Air

Sumber – sumber air :

1. Air laut

2. Air atmosfer, air meteriologik

3. Air permukaan

4. Air tanah

1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tidak

memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air atmosfir, air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya

pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri seperti

debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai

(3)

dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak

kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat korosif terutama terhadap

pipa–pipa penyalur maupun bak – bak reservoir, sehingga hal ini akan

mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai

sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun,

kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, untuk masing – masing air permukaan

akan berbeda – beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan

ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan

bakteriologi.

Air permukaan ada 2 macam yakni :

a. Air sungai

b. Air rawa/danau

4. Air tanah

Terbagi atas :

a. air tanah dangkal

b. air tanah dalam

(4)

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah

akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam – garam

yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur

kimia tertentu untuk masing – masing lapisan tanah. Lapis tanah disini

berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga

masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka

tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan

air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air

minum melalui sumur – sumur dangkal.

b. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah

dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus

digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu

kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air ini dapat menyembur keluar dan

dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak

dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk

membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

c. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh

(5)

Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas :

1. rembesan, dimana air keluar dari lereng – lereng,

2. umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran.

(Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

2.2. Kualitas Air

2.2.1. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan oleh (1) bahan padat keseluruhan, yang terapung maupun yang

terlarut, (2) kekeruhan, (3) warna, (4) bau dan rasa, dan (5) temperatur

(suhu) air.

a. Bahan padat keseluruhan. Koloid mempengaruhi kualitas air dalam proses

koagulasi dan filtrasi. Material layang dapat diukur dengan melakukan

penyaringan, sedangkan meterial terlarut dapat diukur dengan penguapan.

b. Kekeruhan. Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan

disebut keruh. Kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat, dan bahan

organik, dan mikroorganisme. Air sungai biasanya lebih keruh pada saat

terjadi hujan lebat dibandingkan pada kondisi normal. Kekeruhan

tergantung pada konsentrasi partikel – partikel padat yang ada didalam air.

Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut

turbidimeter.

c. Warna. Air murni tidak berwarna. Warna dalam air diakibatkan oleh adanya

material yang larut atau koloid dalam suspensi atau material. Air yang

(6)

dimungkinkan untuk mengambil warna material tersebut. Batas intensitas

warna yang dapat diterima adalah 5 mg/L.

d. Bau dan rasa. Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum

idealnya tidak berbau boleh berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya

garam – garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena

kehadiran mikroorganisme, bahan material, gas terlarut, dan bahan – bahan

organik.

e. Temperatur. Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya

dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan –

bahan pencemar serta pengangkutannya. Temperatur air tergantung pada

sumbernya. Temperatur normal air dialam (tropis) sekitar 20°C sampai

30°C. Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 5°C sampai

10°C.

2.2.2. Karakteristik Kimia

Kandungan bahan – bahan kimia yang ada didalam air

berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum

karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut,

dan kesadahan.

a. pH. Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan

nilai pH, yang didefinisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya

konsentrasi ion-hidrogen dalam mol per liter. Air murni pada 24°C

ditimbang berkenaan dengan ion – ion H+ dan ion – ion OH¯ masing –

(7)

murni adalah 7. Air dengan pH diatas 7 bersifat basa, dan pH dibawah 7

bersifat asam. Nilai pH air dapat diukur dengan potensiometer, yang

mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion – ion H+, atau dengan

indikator, misalnya methyl orange atau phenolphthalein.

b. Alkalinitas. Kebanyakan air bersifat alkaline karena garam – garam alkaline

sangat umum berada ditanah. Ketidakmurnian air ini akibat adanya karbonat

dan bikarbonat dari kalsium, sodium dan magnesium. Alkalinitas

dinyatakan dalam mg/liter ekivalen kalsium karbonat.

c. Kesadahan. Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam

penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih

banyak sebelum terbentuk busa. Air sadah mengandung karbonat dan sulfat,

atau klorida dan nitrat, dari kalsium dan magnesium, disamping besi dan

aluminium. Kesadahan air sementara akibat keberadaan kalsium dan

magnesium bikarbonat dapat dihilangkan dengan dididihkan atau

menambahkan kapur dalam air. Kesadahan air permanen akibat adanya

kalsium dan magnesium sulfat, klorida dan nitrat, dapat dilunakkan dengan

perlakuan khusus. Kesadahan air dinyatakan dalam mg/liter berat kalsium

karbonat.

2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi

Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang, sedangkan organisme mikroskopik memerlukan alat bantu

mikroskop untuk membedakan spesiesnya. Bakteri adalah organisme hidup

(8)

dengan alat bantu mikroskop. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit

disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan bagi

kesehatan disebut non-pathogen. Escherichia coli (colon bacili atau

coliform) adalah bakteri non-pathogen yang hidup dalam usus binatang

berdarah panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja,

sehingga keberadaannya didalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan

bakteri pathogen. Kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan atau

ketidakberadaan bakteri ini melalui E-coli Test. (Suripin.2002)

2.3. Pengolahan Air

Proses pengolahan air menjadi air bersih harus melalui beberapa

tahapan-tahapan, yaitu :

1. Screening

Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampah-sampah dalam

ukuran besar.

2. Tangki sedimentasi

Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran

berupa lumpur dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal. Ke

dalam tangki sedimentasi ini diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai

oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator klorin digunakan untuk

(9)

Gambar 2.1. Tangki Sendimentasi (intake)

3. Klarifier (clearator)

Klarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan

larutan Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada klarifier terdapat mesin agitator

yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada

klarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih ini

kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian

dipompakan ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang

dilengkapi dengan penyaring dan sekat. Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke

dalam primary reaction zone. Di dalam primary reaction zone dan secondary

reaction zone, air dan bahan kimia (koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat

agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan membentuk

butiran-butiran flokulasi.

Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi,

masuk melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang

(10)

yang akan terbuka setiap satu jam sekali dalam waktu 1 menit. Air yang

masuk ke dalam clarification zone sudah tidak dipengaruhi oleh gaya putaran

oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang berada dalam

clarification zone adalah air yang sudah jernih.

Gambar 2.2. Klerator (clearator)

4. Sand Filter

Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat).

Sand filter jenis ini berupa bak yang berisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk

menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air

yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan

tawas. Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa

dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media

tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan

air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui

(11)

Gambar 2.3. Sand Filter

5. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah

disaring melalui filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap

digunakan dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan

air minum.

2.3.1. Zat-zat kimia yang digunakan

1. Tawas

Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena

bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah

penyimpanannya.

Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air

baku. Semakin tinggi turbiditas air baku maka semakin besar jumlah tawas

yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang

(12)

Al2(SO4)3 2 Al

Selain itu akan dihasilkan asam :

3(SO4)

-2

+ 6H

+

3H2SO4

Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan

semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas

yang efektif antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak

seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas biasanya

ditambahkan larutan (Ca(OH)2) atau soda abu (Na2CO3).

Pengaruh penambahan larutan (Ca(OH)2 akan menaikkan pH dan bereaksi

dengan bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang

ditambahkan cukup banyak sehingga pH = 10,5 maka akan membentuk

endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada pH tinggi dapat diendapkan

(13)

Ca(OH)2 + Ca(HCO)3 2CaCO3 + 2H2O

2Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O

Ca(OH)2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaOH

3. Klorin

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah

sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk

menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi

Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III)

dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi

termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl

-), juga

beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin

(NHCl2) termasuk di dalamnya.

Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan

Ca(OCl)2. Klorin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik

anorganik maupun organik amoniak di dalam air dengan klorin.

Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang

didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan

turunnya pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi

penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan

(14)

hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi.

(Library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf)

2.3.2. Menaikkan pH Dengan Menggunakan Larutan Ca(OH)2

Akibat penambahan alum tersebut pH air turun, untuk itu dalam

pengolahan air selanjutnya ditambahkan larutan Ca(OH)2 sampai diperoleh pH

air yang diinginkan.

Sifat – sifat kapur :

1. Bahan yang sangat lembut

2. Spesifik gravity 3,24; dalam bentuk larutan 1,25

3. Melting point : pada 850°C akan kehilangan air

4. Dapat bereaksi dengan dalam kalsium oksida

5. Turunan dari reaksi air dengan kalsium oksida

6. Dapat disimpan dalam tong kayu, karung dan dalam mangkuk

7. Dapat dipergunakan sebagai bahan kimia, plaster, pencuci/pemutih,

pelunakan air, pemurnian gula, pembunuh kuman dan penggembut

tanah.

Dengan adanya penambahan larutan Ca(OH)2 pada air yang masih

bersifat asam dapat menetralkan atau menaikkan pH air dan juga dapat

menghilangkan bau air. Dimana larutan asam yang dimasukkan kedalam air

dapat melepaskan ion OH¯ memperbanyak ion H+ akibatnya [H+] > [OH¯ ].

Oleh karena itu ditambahkan larutan kapur yang bersifat basa untuk

(15)

membentuk garam – garam karbonat yang larut sampai batas kejenuhan yang

mengakibatkan pH air tersebut menjadi netral. Bila penambahan kapur terlalu

banyak mengakibatkan pengendapan garam karbonat dan membentuk kerak

dan dapat dilihat pada reaksi dibawah ini :

CaO + H2O Ca(OH)2

Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O

2Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O

Gambar

Gambar 2.1. Tangki Sendimentasi (intake)
Gambar 2.2. Klerator (clearator)
Gambar 2.3. Sand Filter

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitaian atas pengelolaan barang/aset daerah pada Pemerintah Kabupaten Sampang tersebut diketahui hal-hal: (1) Secara umum, masih banyak Pengguna Barang

Led terdiri dari delapan buah yang disusun dengan secara common katoda, di mana led tersebut berfungsi sebagai indicator cahaya yang mengindikasikan pintu tersebut dalam keadaan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dynaplast, Tbk, dan untuk menganalisa perencanaan kapasitas produksi agar dapat diketahui hubungan antara perencanaan kapasitas produksi dengan tingkat ko-efisiensi, serta

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana

Tujuan penulisan ini adalah untuk membandingkan metode Konvensional yang digunakan oleh perusahaan dengan metode Activity Based Costing (ABC) yang diterapkan oleh penulis,

Dalam era yang semakin maju, perusahaan-perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang bermutu namun dengan harga yang terjangkau, karena mutu dan harga produk akan

19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional dan Dukungan Biaya Operasional Pada fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik