GURU DAN JENIS-JENIS POTENSI YANG DIMILIKINYA
Oleh :
Marinasari Fithry Hasibuan, S.Ag., M.Pd. Widyaiswara Muda BDK Medan
ABSTRAK
Tugas seorang guru di dalam pengelolaan pembelajaran merupakan sebuah tugas yang sangat berat karena selain dituntut untuk menguasai materi pembelajaran secara substantif (penguasaan materi) guru juga dituntut keahliannya agar materi pelajaran yang akan disampaikan itu dapat dengan mudah difahami dan disenangi oleh peserta didik (kemampuan menyajikan materi). Untuk melaksanakan hal itu maka guru harus bekerja secara professional yaitu dengan terus menerus mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki oleh para guru itu berbeda antara seorang guru dengan guru lainnya karena disebabkan oleh tiga faktor yaitu : 1. faktor pendidikan formal yang berbeda, 2, Faktor kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan yang tidak merata dan 3, adalah faktor motivasi kerja yang menuntut kepada ketulusan hati guru di dalam menghadapi peserta didik. Berdasarkan ketiga faktor tersebut diatas maka jenis-jenis guru dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu guru potensial-potensal, guru potensial-impotensi, guru impotensi-potensial dan guru impotensi-impotensi.
Kata Kunci : Guru, Jenis-Jenis Potensi
I. Pendahuluan
Salah satu pepatah yang sangat lazim kita kenal di dunia pendidikan berbunyi “ Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pepatah ini sangat ekstrim kedengarannya tetapi
memang seperti itulah realitanya. Artinya semakin baik potensi yang diltularkan oleh seorang
guru kepada peserta didik baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas tentu semakin
baik dan semakin berkembang pula potensi peserta didik secara maksimal. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Namun sayangnya potensi yang dimiliki oleh guru di
Indonesia pada umumnya belum merata secara standar sesuai dengan harapan permendiknas
Kalaupun memiliki standar kualifikasi yang sama itu baru secara administrasi saja seperti
kesamaan dalam hal jenjang pendidikan yang harus dimiliki tetapi jika dikaji tentang kualitas
guru secara substantif masih perlu dianalisis. Apalagi jika berbicara mengenai aspek transfer
knowledge (ilmu alat) agar bagaimana anak dapat dengan mudah menerima dan memahami
ilmu yang diberikan oleh guru seperti penggunaan media dan alat peraga, pemahaman
terhadap perbedaan peserta didik secara individual itu lebih sangat bervariatif antara seorang
guru dengan guru lainnya baik itu dalam sebuah sekolah yang sama maupun dalam sebuah
sekolah yang berbeda.
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan potensi guru dan berdasarkan
perbedaan itu kemampuan guru dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis yang akan
diuraikan pada bab berikutnya.
II. Pembahasan
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Potensi Guru
Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa potensi yang dimiliki oleh guru di
Indonesia baik dari aspek Content Knowledge mapun dari aspek Transfer Knowledge pada
umumnya masih bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang menunjukkan bahwa
potensi guru yang sama-sama berasal dari kota-kota besar saja masih memiliki kemampuan
yang berbeda apalagi jika kita membandingkan antara potensi guru yang ada di kota dengan
guru yang ada di desa tentu sangat jauh berbeda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan-perbedaan kemampuan seorang guru dengan guru lainnya menurut analisis
penulis adalah sebagai berikut :
a. Latar Belakang Pendidikan Formal yang berbeda.
Berbedanya latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh seseorang
tentu sangat mempengaruhi kepada aspek ilmu pengetahuan yang.
dimilikinya. Latar belakang pendidikan formal ini juga dapat dibedakan lagi
ke dalam perbedaan jenjang pendidikan dan perbedaan alma mater. Perbedaan
pengetahuan dan wawasan seseorang. Artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang tentu semakin tinggi pula pengetahuan dan wawasan
yang dimilikinya. Begitu juga dengan perbedaan alma mater sangat
berpengaruh pada kualitas keilmuan seseorang. Kita boleh berbangga kalau
saat ini secara kuantitas hampir semua tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di Indonesia memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan
permendiknas nomor 16 tahun 2007 yaitu mimimal memiliki pendidikan SI
(sarjana). Tetapi secara kualitas kita harus meninjau ulang tentang mutu
kesarjanaan yang dimiliki oleh guru-guru di Indonesia.
b. Kesempatan Memperoleh Pendidikan dan Pelatihan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan
Kementerian Agama menjelaskan bahwa ada lima tujuan diadakannya diklat
dan adapun yang menjadi tujuan pertamanya adalah meningkatkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan
tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan kode etik
pegawai sesuai dengan kebutuhan Kementerian Agama. Namun sayangnya
tidak semua guru mendapat pendidikan dan pelatihan ini secara merata.baik
bagi guru-guru dikalangan PNS apalagi bagi guru-guru yang berstatus
honorer, tentu kesempatan diklat sangat minim sekali.
c. Motivasi Kerja
Selain dari faktor pendidikan formal yang ditempuh dan kesempatan
memperoleh pendidikan dan pelatihan secara kedinasan maka faktor lainnya
yang mempengaruhi pada perbedaan potensi yang dimiliki oleh guru dalam
tugasnya sebagai pengelola pembelajaran adalah motivasi bekerja. Banyak
guru yang kita lihat sudah memiliki pendidikan dan pangkat yang tinggi dan
bekerja dikota-kota besar tetapi kemampuan mengajarnya masih biasa-biasa
saja. Tetapi sebaliknya banyak pula guru yang masih berstatus honorer dan
dari segi keilmuan maupun dari segi skill yang dimiliki.Perbedaan itu tentu
sangat dipengaruhi oleh motiavasi kerja yang dimiliki oleh guru itu sendiri.
Motivasi kerja hanya akan muncul dari guru yang bekerja dengan ketulusan
hati dan panggilan jiwa yang dalam. Tipe guru seperti ini akan berusaha untuk
terus mengembangkan dirinya baik secara formal, informal maupun non
formal. Sebaiknya guru yang bekerja tidak diiringi dengan panggilan jiwa
yang paling dalam tentu sulit untuk dapat mengembangkan diri secara
maksimal. Motivasi kerja ini sangat diperlukan sekali bagi seorang guru
mengingat tugas guru yang begitu berat sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, Nomor 74 Tahun 2008, tentang guru pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
B. Jenis-Jenis Guru Ditinjau dari Potesnsi yang Dimilikinya
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan potensi guru, maka
jenis-jenis guru dapat dikelompokkan ke dalam empat bahagian :
1. Guru Potensial-Potensial yaitu guru yang memiliki keluasan ilmu dari segi
penguasaan materi dan memiliki keluasan ilmu dari segi kemampuan menyajikan
materi seperti ilmu psikologi belajar, ilmu pendidikan, dan media-media
pembelajaran yang dapat mendukung kepada pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Guru Potensial- Impotensi yaitu guru yang memiliki keluasan ilmu dari segi
penguasaan materi tetapi kurang memiliki keluasan ilmu dari cara menyajikan materi
3. Guru Impotensi-Potensial yaitu guru yang kurang menguasai materi tetapi memiliki
potensi dalam hal penyajian materi terutama kemampuan dalam penguasaan IT.
4. Guru Impotensi-Impotensi yaitu guru yang tidak memiliki keluasan ilmu dari segi
penguasaan materi dan tidak pula memiliki keluasan ilmu dari cara penyajian materi
Sebuah potensi sebaik dan sehebat apapun potensi itu tidak akan dapat
berkembang dengan baik bahkan bisa tidak berkembang jika tidak lakukan
usaha-usaha untuk mengembangkannya. Salah satu usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan potensi itu adalah dengan memperoleh kesempatan mengikuti
pendidikan baik formal, informal maupun non formal secara merata.
Selain memperoleh kesempatan secara merata untuk mengikuti pendidikan
formal, informal mapun pendidikan non formal, motivasi kerja juga sangat memiliki
perananan yang sangat penting di dalam pengembangan potensi guru sebagai seorang
pengelola pembelajaran sebab hanya dengan motivasi kerja guru dapat melaksanakan
tugasnya dengan ketulusan hati dan panggilan jiwa yang paling dalam.sehingga ia
dapat memahami perbedaan peserta didik secara individual dan mencintai peserta
didik seperta mencintai anak sendiri dan dengan demikian ia akan terus menerus
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya karena guru yang baik akan berusaha
untuk dapat melayani peserta didiknya sebaik mungkin.
IV. Daftar Pustaka
1. Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 Tahun 2008