• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dosa islam dan kristian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep dosa islam dan kristian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Kenyataan yang ada bahwa keanekaragaman agama di muka bumi ini merupakan sebuah identitas religius bagi manusia. Kitab suci yang menjadi pedoman setiap agama menjadi sesuatu yang sakral sebagai landasan dalam memahami ajaran agama

masing-masing. Pemahaman yang beranekaragam tentang keberagamaan sudah tentu menjadi sesuatu yang pasti terjadi. Baik diantara ajaran agama maupu tentang agama itu sendiri.

Agama adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh manusia sebagai penganut agama tersebut. Di Indonesia sendiri terdapat beragam agama dan memiliki ideologi yang sangat berbeda-beda bahkan ada yang bertolak belakang antar agama, sementara salah satu sifat manusia adalah berinteraksi dengan mahluk lain. Secara tidak langsung antar manusia beragama pasti memiliki hubungan baik dalam pengenmbangan ideology, pendidikan, sosial dan lain- lainnya. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas munusia di dunia ini, Islam dan Kristen merupakan agama yang selalu di sandingkan dan diperbandingkan ajarannya. Karena dalam Islam sendiri menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Kristen. Mulai dari masalah keTuhanan, Nabi, dan kitab sucinya umat Kristen.

Kejadian ataupun ajaran yang ada dalam Injil bisa kita temukan di dalam al-Qur’an, walapun antara pandangan al-Qur’an dan Injil tentang hal-hal tersebut kadang berbeda. Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah masalah dosa yang terdapat dalam Islam dan Kristen. Konsep dosa tersebut dijelaskan dalam kitab suci kedua agama tersebut.

Dalam Kristen masalah dosa merupakan bagian pokok ajaran yang harus diimani, karena hal tersebut terkait dengan lahirnya Yesus sebagai anak Tuhan, sebagai penyelamat manusia, dan pengorbanan Yesus di tiang salib atas dosa asal manusia yang ditimbulkan oleh Adam dan Hawa. Sedangkan Islam memandang dosa lebih sederhana karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia merupakan tanggungjawab individu masing-masing di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan membahas bagaimana konsep dosa dalam Islam dan Kristen yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Injil, serta akan membandingkannya.

A. Konsep Dosa dalam Kristen

Permasalahan dosa dalam agama Kristen merupakan satu pokok ajaran yang wajib diimani oleh setiap umat Kristiani. Ajaran pokok ini adalah “Pengakuan Iman Rasuli”, yang

(2)

Pertama, keadilan Tuhan yang merupakan keadilan alamiah. Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosa tanpa memungut ganti rugi, sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang inilah kemudian membuat penting bagi Kristen tentang dosa, khususnya penebusan dosa. Kedua, manusia berdosa karena Adam dan Hawa telah melakukan dosa. Sebagai akibatnya anak turunan mereka mulai memperoleh dosa warisan, seolah-olah dosa-dosa itu telah ditanamkan dalam gen-gen mereka, semenjak itu, semua anak adam lahir sebagai penanggung dosa turunan. Ketiga, seorang manusia berdosa tidak dapat menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, hanya seorang yang tidak berdosalah yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa menurut pemahaman Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta

akibat-akibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan, yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh ajaran tersebut[1].

Dalam hal ini, dosa warisan yang diwariskan oleh Adam dan Hawa ketika di taman Firdaus ditanah Eden melanggar larangan Tuhan, yaitu memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sejak saat itu Adam dan Hawa diusir Tuhan ke dunia karena telah berbuat dosa, yang mengakibatkan anak cucunya juga ikut berdosa yaitu memikul “dosa warisan”. Demi untuk menyelaraskan antara sifat Keadilan Tuhan dan sifat belas kasihan Tuhan, maka Tuhan lalu menyuruh anak-Nya Yesus turun ke dunia menjelma menjadi manusia untuk disalibkan sebagai pengantara (korban Penebus Dosa) tersebut. Dengan demikian manusia bisa terbebas dari Dosa Warisan beserta hukuman-hukumannya. Permasalahan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam al-Kitab, antaralain; Kitab Kejadian (2):15-17;

Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Kitab Kejadian (3):23-24;

Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

(3)

Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”

Kejadian ini, pada dasarnya telah diketahui oleh Tuhan sejak awal. Tuhan telah mengetahui bahwa suatu saat manusia sangat rendah nilainya sehingga tidak dapat berkomunikasi sewajarnya dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan (Tri Tunggal) membuat kesepakatan untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika terpenuhi syarat-syarat penyelamatan tersebut. Syarat tersebut adalah terjadinya perjanjian antara Tuhan Bapa yang memberikan jalan dan syarat penyelamatan dan Allah anak yang sanggup untuk

memenuhi syarat penyelamatan tersebut. Sedangkan Roh kudus yang akan menyampaikan penyelamatan tersebut pada seluruh manusia. Tanpa kerjasama dari ketiga Tuhan tersebut manusia tidak mungkin bebas dari dosa.[2]

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa peran Yesus sebagai Tuhan Anak sangatlah penting dalam proses penyelamatan dosa manusia. Tuhan Anak yang disebut juga sebagai anak-Nya yang tunggal tersebut, sengaja dikirim ke dunia untuk menjadi kasih bagi umat manusia. Hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Yohanes (3): 16 ;

“Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Dia telah menganugrahkan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasah melainkan memperoleh hidup yang kekal.”

Dalam Iman Rasuli, karya penyelamatan Yesus adalah karya penyelamatan yang dilakukan dalam kehinaannya dan karya penyelamatn yang dilakukan dalam kasus ketinggiannya atau kemuliaannya. Hal ini dapat disaksikan dalam perjalnan hidup Yesus dari mulai permulaan hidunya sampi dinaikkan ke surga oleh Allah Bapa. Karya penyelamatan kristus yang dilakukan di dalam status kerendahanNya, ialah yang didalam pengakuan Iman Rasuli disebutkan antara lain ketika dilahirkan, menderita sengsara, disalib, mati, dan dikuburkan. Adapun karya penyelamatan Kristus yang dilakukan di dalam status ketinggiannya adalah yang di dalam iman rasuli disebutkan antara lain ketika dibangkitkan, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa.[3]

Karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus tersebut sangat erat hubungannya dengan kematian Yesus di tiang salib. Kurban yang dipersembahkan Yesus dengan kematianNya di hubungkan dengan penebusan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam markus (10):45 ; “Tuhan Yesus berkata, bahwa kedatangannya perlu untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi orang banyak.”

(4)

Setelah perbuatan Adam dan Hawa yang menimbulkan dosa turunan bagi umat manusia, maka kehadiran Isa al-Masih (Yesus) sebagai Tuhan Anak, merupakan anugrah Tuhan Bapa untuk penyelamatan manusia dari dosa dan penderitaan abadi. Dan sebagaimana kita ketahui, bahwa jalan penyelamatan tersebut dengan penyeliban Yesus di tiang salib. Yesus merelakan dirinya disalib dan mati karena dosa-dosa manusia, ini karena kecintaan dan kasih Yesus pada manusia sehingga Dia rela disalib. Yesus sengaja dikorbankan untuk pengampunan dosa-dosa manusia, baik yang terdahulu, sekarang, dan yang akan datang. Di dalam kitab efesus (5): 2, disebutkan;

“Dan hiduplah didalam kasih, sebagaiman Kristus Yesus telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Ajaran Paulus tentang penebusan dosa oleh kematian Yesus di tiang salib adalah untuk memenuhi kembali neraca keadilan dan kebenaran Tuhan. Manusia telah berdosa sehingga hubungan manusia dengan Tuhan terganggu, perdamaian hanya dapat dipulihkan apabila hukuman ditimpakan atas dosa manusia. Maka Yesuslah yang memenuhi tuntutan keadilan itu, yaitu dengan memikul penderitaan berupa hukuman sebagai pengganti hukuman yang harus ditimpakan kepada seluruh manusia, karena seluruh manusia berdosa.[4]

Oleh sebab itu, dalam kepercayaan Kristen hal ini merupakan suatu yang tertanam dalam hati dan keimanan yang kuat tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus tersebut. Berhubungan dengan ajaran Kristen tentang dosa warisan yang terdapat dan melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan menjadi suci selama tidak menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan dirinya diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya dengan pengakuan ini, seseorang dapat menuju pada pembersihan diri yang sebenarnya dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha membangun hubungan spiritual dengan Yesus Kristus. Dengan demikian, roh manusia akan mendapat limpahan dari roh Yesus Kristus yang penuh dengan rahmat, kebaikan, serta kasih sayang.[5] Rasul Paulus mengakatakan bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan orang sekalian[6]. Dari sini tampak bahwa Tuhan Allah telah menjadi sekutu ummat-Nya karena telah mempersembahkan Yesus, anak-Nya yang tunggal untuk kepentingan manusia. Sisi hati Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya dinyatakan dalam firman dan karya penyelamatan Yesus Kristus.[7] Untuk menciptakan dunia baru Allah bekerja melalui Roh kudus dan firman-Nya. Dan Yesus Kristus adalah puncak firman tuhan Allah (Yohanes [1]:1). Barang siapa yang mendengar firmannya dan percaya dengan segenap hati, maka Roh Kudus akan menciptakan suatu hati yang baru dalam hati seseorang.[8]

Dari uraian ini jelas bahwa Kristen dengan gereja reformasinya meyakini bahwa pembenaran yang berakibat pada penghapusan dosa bukan dikodrati, pembenaran adalah soal percaya. Dibenarkan artinya percaya, bahwa oleh pekerjaan Allah dalam Kristus, manusia

(5)

pertaubatan yang harus terus menerus dilakukan tiap-tiap saat membutuhkan pengulangan yang menempatkan manusia kembali dalam peristiwa pembenaran.[9]

Dengan demikian, umat Kriten harus mengimani bahwa kehadiran Yesus ke dunia sebagai penyelamat akan dosa manusia yang telah ditimbulkan oleh Adam dan Hawa. Yang kemudian penyaliban Yesus sebagai pengorbanan untuk menebus dosa manusia tersebut. Jadi dengan keimanan ini, pengampunan dosa secara penuh akan didapatkan oleh manusia dan juga mendapatkan kebahagiaan dan kasih Tuhan. Akan tetapi, harus dipahami juga bahwa dalam Kristen terdapat dosa perbuatan, inilah yang harus dibedakan dengan dosa turunan yang telah dibahas diatas. Dosa perbuatan adalah dosa yang ditimbulkan oeleh manusia itu sendiri atas kesalahan-kesalahan yang dia lakukan di dunia ini,seperti membunuh, mencuri, dan lain-lain. Dosa perbuatan ini menjadi tanggung jawab masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang anak tidak akan ditanggung oleh orang tuanya. Dosa orang tuanya, tidak ditanggung oleh anaknya ataupun oleh cucunya. Oleh sebab itu, dosa perbuatan yang dilakukan oleh manusia di dunia dan dalam kehidupannya, akan mendapat pengampunan dengan jalan bertaubat. Untuk mendapatkan pengampunan, umat Kristen selalu mengkaitkan dengan belas kasih Yesus sebagai juru selamat.

Pertaubatan adalah sikap dasar dalam kehidupan umat Kristen, sikap dasar yang harus selalu ada. Pertama-tama ia harus mengakui perbuatan dosanya, tidak membenarkan diri, dan tidak mencari dalih. Serta dia juga harus mengakuiketidak mampuannya untuk keluar dari

perbuatan dosa tersebut dan kebutuhan yang mutlak akan kuasa penyelamatan Allah yang dinyatakan dalam Yesus.[10] Pertaubatan bukan saja sebagai sebuah rasa bersalah dan penyesalan akan dosa-dosa. Akan tetapi, benar-benar harus kemabali pada kecintaan diri dan kasih Tuhan. Meninggalkan seluruh ksalahan dan mengikuti segala petunjuk dan bimbingan Tuhan karena rasa cinta kasih yang tulu dan murni. Pertaubatan ini merupakan sesala manusia, yang merupakan jalan untuk mendapatkan pengampunan atas dosa perbuatan tersebut. Akan tetapi dalam pertaubatan tersebut, sesorang yang telah melakukan dosa harus percaya bahwa dengan penyelamatan yesus seseorang dapat diterima pertaubatannya. Jika tidak disertai keyakinan atas penyelamatan diri yesus, maka seseorang tidak akan

mendapatkan keselamatan. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Roma (10): 9 ;

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulut mu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati mu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”

(6)

“pembenaran karena iman berarti menerima karya Kristus yang mendamaikan dan menebus, dengan keyakinan yang serius.”

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa selain konsep dosa turunan yang diwariskan Adam dan Hawa, yang kemudian Yesus datang sebagai penyelamat manusia dari dosa-dosa tersebut. Juga terdapat dosa perbuatan, yaitu dosa yang merupakan tanggungjawab pribadi atas segala kesalahannya yang manusia perbuat di dunia ini. Dan harus dilalui dengan pertaubatan, agar mendapat pengampunan dan cinta kasih Tuhan. Jadi ajaran Kristen tidak dapat dipisahkan antara dosa warisan dan dosa perbuatan dengan pengampunan melalui pengorbanan Yesus sebagai syarat untuk terlaksananya ketentuan Tuhan demi terwujudnya pengampunan atas dosa manusia.

B. Konsep Dosa dalam Islam

Islam meyakini bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, putih ruhaninya dan tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa yang diriwayatkan dari Abu

Hurairah r.a. :

. :

ههنهاسسججهمسييوس ههنهارسصجهنسييوس ههنهادسوجههسيي هياوسبسأسفس ةهرسططفهلطا ىلسعس ديلسوطيي لجسإه ددوطليوطمس نطمه امس ملسو هيلع هللا ىلص ههللا ليوطسيرس لساقس. Terjemahannya :

“Rasulullah SAW bersabda: setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR. Bukhari)

Fitrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah bersih suci tanpa dosa, jiwa yang fitrah memiliki kelembutan hati, mengenal Tuhannya dengan benar, takut kepada Allah, mudah menerima kebenaran, cendrung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa, dan merasa tenang hidupnya. Seiring dengan bertambahnya umur manusia semua perbuatan manusia tersebut berdampak kepada baik dan buruk, yang kemudian menimbulkan dosa dan pahala. Dalam ajaran Islam terdapat juga akibat dari perbuatan manusia yang disebut pahala dan dosa. Dengan dua akibat tersebut manusia dimungkinkan selalu bertindak dan berbuat sesuai dengan ajaran dan aturan agama. Dengan mengikuti petunjukNya diharapkan manusia mendapatkan pahala serta meraih kebahagiaan yang dianugerahkanNya. Akan tetapi, tidak semua manusia selalu menjalankan dan mengikuti semua petunjuk Tuhan. Tidak sedikit manusia yang berbuat dan melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan dalam

syariatNya. Mungkin saja karena khilaf manusia bisa berdosa, tetapi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu manusia berani melanggar larangan dan syariat yang telah ditetapkan. Oleh sebab itulah, manusia mendapatkan pridikat dosa.

(7)

menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada yang baik dan ada yang buruk, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Begitu juga dengan manusia, tidak semua manusia selalu baik, akan tetapi peran manusia dalam kehidupan di dunia ini yang akan menetukan baik dan buruknya manusia tersebut di hadapan Sang Pencipta. Dalam artian lahirnya manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya dalam kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Manusia di beri pengetahuan oleh Allah, sebagai pembeda manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya di bumi ini. Pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah bagian dari potensi yang menjadi alat manusia untuk melakukan dosa disamping kebaikan. Maka manusia dengan pengetahuannya diberikan peluang untuk menentukan pilihannya dalam menggunakan potensinya itu. Jika pengetahuan yang dimilikinya itu digunakan untuk kebaikan, maka kebaikan pula yang akan diterima oleh manusia. Demikian juga jika pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk kejahatan, maka keburukanlah yang akan menimpanya.[11] Sebagaimana yang di jelaskan dalam al-Qur’an bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun selain apa yang telah dia usahakan.

br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4ÓtëyŠž Terjemahannya:

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS. An-Najm [53] : 39)

Demikianlah penjelasan al-Qur’an tentang perbuatan manusia, bahwa seseorang sangat tergantung dengan perbuatannya sendiri. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya sendiri, begitu juga dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya sendiri. Dari keterangan al-Qur’an tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dosa dalam Islam sangat terkait dengan individu manusia itu sendiri. Sebagaiman disebutkan juga dalam ayat lain, yaitu;

Ç`¨B 3ŠyŠtF÷d$# $yJ¯RÎ*sù ŠÏŠtGökuŠ ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù Š@ÅÒtŠ $pkö n=tæ 4 Šwur âŠÌŠs? ×ouŠÎŠ#ur uŠøŠÍr 3ŠtŠ÷zé& 3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/ÉjŠyèãB 4Ó®Lym Ž y]yèö6tR ZwqߊuŠ

Terjemahannya :

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al-Isra’ [7]: 15)

(8)

dosa merupakan sebab utama kesengsaraan manusia, dan perbuatan dosa dilarang di dalam setiap agama karena mngandung bahaya bagi pelakunya, baik kesehatannya, akalnya atau pekerjaannya. Disamping baahaya yang menimpa pelakunya sendiri, perbuatan dosa juga membahayakan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya nilai persatuan dan melahirkan keguncangan serta keributan. Karena adanya perbuatan dosa, pasti akan mendatangkan amarah Allah. Kemudian Allah akan menurunkan siksaannya terhadap umat manusia.[12] Jadi dosa dapat didefinisikan secara sederhana sebagai pelanggaran manusia terhadap hukum atau perintah dan larangan Allah.

Dalam al-Qur’an terdapat beberapa term tentang dosa yang mengakibatkan turunnya siksaan Allah dengan istilah yang berbeda-beda, diantaranya; al-Khati’ah (Penyelewengan), adz-dzanb ( perbuatan salah), as-sayyiah (perbuatan jelek), al-itsm (perbuatan dosa), al-fusuq (fasik), al-‘ishyan (maksiat), al-‘utuw (sombong), dan al-fasad (perbuatan merusak). Al-Qur’an menyebutkan semua istilah tersebut dengan pengertian yang hampir bersamaan. Disamping itu al-Qur’an menerangkan juga tentang siksaan-siksaan yang akan menimpa seseorang yang melakukan dosa tersebut, baik di dunia maupun di akhirat kelak.[13]

Walaupun manusia bedosa bukan berarti manusia tidak bisa terbabas dari predikat tersebut. Dengan berusaha untuk menyadari akan perbuatan dosanya tersebut, manusia diberi

kesempatan untuk menuju keluhuran harkat dan martabatnya di hadapan Allah. Dalam hal ini al-Qur’an mengajarkan agar selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Atas segala dosa yang dilakukannya. Dan al-Qur’an juga memberitahukan bahwa Allah Maha Pengampun dan maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-nisa’ ayat 110 ;

`tBur ö@yJ÷ètŠ #¹äþqߊ ÷rr& öNÎ=ôàtŠ ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ̊ÏÿøótGó¡oŠ ©!$# ϊÉftŠ ©!$# #YŠqàÿxî $VJŠÏm§Š

Terjemahannya :

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa’ [4]: 110)

Permohonan ampun seseorang kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, berarti pengakuan bersalah pelaku dosa dihadapan Allah. Dalam islam juga mengajarkan konsep taubat, yaitu sebagai permohonan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Bukan saja mengakui dan menyesal atas perbuatan dosanya saja, akan tetapi harus dibarengi dengan tidak mengulangi perbuatannya tersebut, dan selalu menjalankan perintah-perintah Allah agar dapat menutupi kesalahan-kesalah yang pernah diperbuat. Taubat adalah penyesalan yang benar, dan jika taubat dilakukan dengan benar-benar akan mampu

mendorong seseorang untuk merubah tingkah lakunya yang dipenuhi dengan dosa dan

(9)

$pkŠŠr’¯»tŠ ŠúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? Šn<Î) «!$# Zpt/öqs? %·nqÝÁ¯R 4Ó|¤tã öNä3Š/uŠ br& tŠÏeÿs3㊠öNä3Ytã öNä3Ï?$t«ÍhŠyŠ öNà6n=ÅzôŠãŠur ;M»¨Zy_ ŠÌŠøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㊻yg÷RF{$# tPöqtŠ Šw ŠÌŠøŠäŠ ª!$# ¢ÓÉ<¨Z9$# z`ŠÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB ( öNèdâŠqçR 4Ótëó¡oŠ Šú÷üt/ öNÍkŠÉŠ÷Šr& öNÍkÈ]»yJ÷Šr’Î/ur tbqä9qà)tŠ !$uZ/uŠ öNÏJø?r& $uZs9 $tRuŠqçR öŠÏÿøî$#ur !$uZs9 ( y7¨RÎ) 4Šn?tã Èe@à2 &äóÓx« ֊ŠÏŠs% Terjemahannya :

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka

mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim [66]: 8)

Dalam hal ini, Allah telah membagi orang-orang yang berbuat dosa menjadi dua kategori, yaitu orang-orang yang telah bertaubat dan orang-orang yang dzhalim. Orang-orang yang dzhalim adalah orang-orang yang tidak pernah mau bertaubat. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an ;

`tBur öN©9 ó=çGtŠ y7Í´¯»s9’ré’sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# Terjemahannya :

“Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Hujurat [49]: 11)

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa konsep dosa dalam Islam, merupakan dosa yang dikarenakan perbuatan melanggar ketentuan dan ajaran-ajaran Allah oleh individu manusia itu sendiri. Dan perbuatan dosa yang diperbuat merupakan tanggungan pribadi manusia tersebut, karena segala sesuatu yang diperbuat akan kembali pada dirinya sendiri, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik. Hanya dengan jalan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, manusia tersebut mendapat pengampunan dari Allah Swt. dan kembali menjadi bersih dan baik di hadapan Allah.

C. Analisis Perbandingan Dosa dalam Islam dan Kristen

Dari uraian yang telah dikemukakan dan dijelaskan sebelumnya, maka dapat

(10)

kepercayaanNya, maka konsep dosa di dalam kedua agama ini merupakan sesuatu yang penting.

Pandangan Kristen tentang dosa merupakan persoalan penting dalam ajaran agamanya, bahkan sebagai pokok ajaran yang harus diimani. Yang menjadi persoalan adalah dosa abadi atau yang dikenal juga dosa warisan. Menurut kepercayaan Kristen semua anak cucu Adam berdosa. Dosa yang telah dipebuat oleh nenek moyang manusia yaitu Adam dan Hawa yang berakibat manusia menjadi berdosa secara keseluruhan. Mereka telah menjadi manusia yang kotor karena pelanggaran yang telah dilakukannya terhadap peraturan yang telah ditetapkan Tuhan atas dirinya. Dengan demikian Adam dan Hawa lah yang bertanggungjawab terhadap seluruh kesalahan dan dosa-dosa keturunannya. Tidak ada jalan yang harus mereka perbuat untuk menebus dosanya karena mereka tidak memiliki sarana penebus dosa. Oleh sebab itu karena Tuhan memiliki cinta kasih kepada manusia, maka diutuslah anakNya sebagai penyelamat dan penebus dosa manusia yaitu Yesus, dengan pengorbanannya di tiang salib sebagai perantara penebusan dosa-dosa manusia tersebut. [14]

Dalam hal ini Islam bepandangan lain, bahwa kesalahan yang telah dilakukan oleh Nabi Adam tidaklah turun temurun sampai ke anak cucunya, tetapi hanya Adam lah yang

bertanggungjawab atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Kesalahan tersebut ketika Adam memakan buah pohon yang dilarang oleh Allah, setelah itu Nabi Adam menyesali

perbuatannya dan meminta ampun kepada Allah. Selanjutnya, nabi Adam meneri wahyu yang berupa kalam-kalam Allah utuk dijadikan pedoman melakukan do’a dan meminta ampun kepada Allah. Kemudian Adam melakukan do’a dengan menggunakan kalam-kalam tersebut, dan taubat Nabi Adam ini diterima Allah Swt.[15] Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh al-Qur’an tentang kisah Nabi Adan dan Hawa ketika di surge, yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35-39.

Islam melihat persoalan dosa yang telah dilakukan Adam dan Hawa telah selesai ketika mereka berdo’a dan memohon ampun kepada Allah. Karena sebelum Adam dan Hawa terusir dari surga dan turun ke dunia Allah telah mengampuni dosa mereka. Lalu mereka hidup di dunia yang terlepas dari dosanya masa lalu. Anak keturunannya pun tidak menanggung sedikitpun dosa yang telah merka perbuat. Kalaupun pada akhirnya manusia berdosa itu karena perbuatannya masing-masing akibat melanggar perintah Allah, bukan diwariskan dari kesalahan Adam dan Hawa. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seorang yang berdosa tidak mungkin menanggung dosa orang lain.

(11)

Kematian Yesus di atas tiang Salib merupakan perantara penebusan dosa manusia. Maka barangsiapa yang mengimaninya, maka dia akan terhapus dosanya.

Doktrin yang terkait dengan dosa waris, penyelamatan dan pengampunan dosa ini menjadi kotroversial ketika dalam perkembangannya peran penghapus dosa bisa digantikan oleh orang lain. Yang awalnya hanya sebagai konsekuensi penerimaan terhadap kebenaran Yesus dan imbalan dari kebaikan yang dilakukan dalam menjalankan syariatnya, kemudian menjadi peraktik pengampunan dosa yang dapat dilakukan orang lain, yakni dengan do’a Bapa-bapa digereja. Karena merkalah pengganti Tuhan yesus di bumi, maka merekalah pemegang rahasia langit yang membukakan pintu rahmat dan ampunan Tuhan di bumi.[16] Jika proses penghapusan dosa dipahami sebagai penebusan dosa seseorang oleh orang lain atau dosa seseorang dilimpahkan kepada orang lain, atau dosa seseorang kepada Tuhan bisa diampuni oleh seorang yang lain, maka hal tersebut bertentangan dengan doktrin Islam. Menurut al-Qur’an, setiap orang hanya akan memikul dosanya sendiri dan balasan atas dosa seseorang tidak akan menimpa orang lain, kecuali pelakunya sendiri. Sebagaimana firman Allah; ö@è% u öŠxîr& «!$# ÓÈöö/r& $|/uŠ uqèdur Š>uŠ Èe@ä. &äóÓx« 4 Šwur Ü=Å¡õ3s? Š@à2 Ž C§øÿtR wÎ) $pkö n=tæ 4 Šwur âŠÌŠs? ×ouŠÎŠ#ur uŠøŠÍr 3ŠtŠ÷zé& 4 §NèO 4Šn<Î) /ä3În/uŠ ž Ž ö/ä3ãèÅ_óŠ£D /ä3ã¥Îm7t^ãŠsù $yJÎ/ öNçFZä. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tGøŠrB

Terjemahannya:

Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [maksudnya; masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri]. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu

perselisihkan.“ (QS. Al-An’am [6] : 164)

Dari ayat tersebut dan penjelasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa dalam pandangan Islam tidak ada penebusan dosa oleh oaring lain. Dengan demikian tampak pandangan yang

berbeda antara Islam dan Kristen. Dalam pandangan Islam dosa seseorang tidak terampuni oleh Tuhan, kecuali seseorang benar-benar memohon ampun kepadaNya. Persolan dosa bukan masalah kecil atau besarnya dosa yang diperbuat. Oleh karena itu, setiap orang yang merasa berdosa harus memohon ampun kepadaNya, dan tidak sampai disni saja kecuali dibarengi dengan bukti nyata akan pengakuannya tersebut, dalam artian dosa yang telah diperbuat tidak akan diulangi dan dilakukan lagi. Serta selalu diimbangi dengan amal perbuatan yang baik dan menjalani perintah Allah, yang dapat meringankan dosa tersebut. Sekalipun Nabi Muhammad sebagai hamba-hamba yang shaleh dan utusan Allah tidak mempunyai hak dalam pengampunan dosa.

(12)

kemudian diaplikasikan dalam kehidupan. Baik Islam maupun Kristen tentunya percaya dan yakin akan kebenaran yang terdapat dalam kitab sucinya masing-masing. Bagaimanapun permasalahan dosa adalah persoalan tentang kesalahan manusia atas perintah Tuhan, dosa yang di lakukan oleh Adam sebagai manusia pertama pun merupakan kesalahan karena tidak mematuhi larangan dan perintah Tuhan. Setiap agama pasti mengakui ini, hanya saja cara memahami dan menyikapinya yang berbeda, karena semua agama khususnya Islam dan Kristen, merujuk kepada pedoman agama masing-masing yaitu al-Qur’an dan Injil.

Terlepas dari adanya kesamaan dan perbedaan tentang konsep dosa dalam Islam dan Kristen, tentunya tujuan yang diusung oleh kedua agama tersebut menuju pada sebuah pengharapan, bahwa dosa yang telah diperbuat dan melekat pada diri manusia harus dibersihkan dengan jalan memohon ampun dan berataubat kepada Tuhan, dengan tidak melakukannya kembali dan selalu mematuhi perintahNya. Dengan demikian manusia akan terlepas dari dosa dan mendapatkan ampunan serta kasih saying Tuhan.

KESIMPULAN

1. Semua agama bertujuan mengajarkan kebaikan dan kedamaian, dan masing-masing agama memiliki konsekwensi logis dari pelanggaran yang merusak tujuannya menuju kebaikan dan kedaamaian tersebut, yang disebut dengan “dosa”. Perbuatan dosa merupakan sebab utama kesengsaraan manusia, dan perbuatan dosa dilarang di dalam setiap agama. Dosa dapat didefinisikan secara sederhana sebagai pelanggaran manusia terhadap hukum atau perintah dan larangan Allah.

2. Pandangan Kristen tentang dosa merupakan persoalan penting dalam ajaran agamanya, bahkan sebagai pokok ajaran yang harus diimani. Persoalan dosa dalam Kristen tidak dapat dipisahkan antara dosa warisan yang dtimbulkan oleh Adam dan dosa perbuatan manusia, hanya dengan perantara pengampunan melalui pengorbanan Yesus sebagai syarat untuk terlaksananya ketentuan Tuhan demi terwujudnya pengampunan atas dosa manusia. 3. Dalam Islam lahirnya manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya dalam kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya sendiri, begitu juga dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya sendiri. Tidak ada dosa warisan dalam Islam dan semua dosa ditanggung oleh pribadi masing-masing.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Drs. Abu, Dosa dalam Islam, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1991).

Ali Zenjibari, Muhammad, Islam and Christianity: A Comparatve Study, (Iran: Ansariyan Publication, 2005).

Ch.Abineno, J.L, Pokok-pokok Penting dalam Iman Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Semarang: CV. Toha Putra 1989). ___________________, Al-Kitab, (Jakarta: Penerbit Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2007). Hadiwiyono, Harun, iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973).

Hashem, M., Misteri Darah dan Penebusan Dosa; di Mata Agama Purba, Yahudi, Kristen, dan Islam, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006).

J. Suharyo, (ed.), Hidup Dihadirat Allah, (Jogjakarta: Kanisius, 1993).

Muhammad, Hasyim, M.Ag, Kristologi Qur’ani; Telaah Kontekstual Doktrin Kekristenan dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Muhammad Sadiq, Dr. Mufti,D.D, LL.D, S.S.P, Penebusan Dosa dalam Kristen, Terj. R. Ahmad Anwar, (Bogor: Yayasan Wismai Damai, 1992).

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1995). Senduk, H.L., Iman Kristen,(tt,tp,th).

Soedarmo, R., Ikhsar Dogmatik, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996).

Tahir Ahmad, Mirza, Ajaran Kristen dariKenyataan ke Khayalan, Terj. Abu Thavryiba (Bogor: Jemaat ahmadiyah Indonesia, 1998).

[1] Mirza Tahir Ahmad, Ajaran Kristen dariKenyataan ke Khayalan, Terj. Abu Thavryiba (Bogor: Jemaat ahmadiyah Indonesia, 1998), Program E-Book, dalam Bab II tentang Dosa dan Penebusan Dosa.

(14)

[3] Harun Hadiwiyono, iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), hlm.235

[4] M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa; di Mata Agama Purba, Yahudi, Kristen, dan Islam, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006), hlm. 246, lihat juga dalam: Muhammad Ali Zenjibari, Islam and Christianity: A Comparatve Study, (Iran: Ansariyan Publication, 2005), hlm. 159

[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1995), hlm. 68

[6] Harun Hadiwiyono, iman Kristen, hlm. 235 [7] Harun Hadiwiyono, iman Kristen,hlm. 259 [8] H.L.Senduk, Iman Kristen,(tt,tp,th), hlm.17

[9] J.L Ch.Abineno, Pokok-pokok Penting dalam Iman Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989), hlm.167

[10] J. Suharyo (ed), Hidup Dihadirat Allah, (Jogjakarta: Kanisius, 1993), hlm. 133

[11] Hasyim Muhammad, Kristologi Qur’ani; Telaah Kontekstual Doktrin Kekristenan dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 147-148

[12] Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1991) hlm. 6 [13] Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam, hlm. 7

[14] Mufti Muhammad Sadiq, Penebusan Dosa dalam Kristen, Terj. R.Ahmad Anwar, (Bogor: Yayasan Wismai Damai, 1992), hlm. 1

[15] Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam, hlm. 24

Referensi

Dokumen terkait

(BERBASIS PENGELOLAAN YAYASAN KINDERLAND) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

---Pada waktu dan tempat sebagai tersebut diatas, pada awalnya terdakwa bersama dengan saksi FEBRIANSYAH ALIAS APET, saksi BASTIAR ALIAS TIAR (dilakukan penuntutan

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan penyusunan skripsi yang berjudul

Jenis tanaman pokok yang ditanam pada lahan kering seluas 8 ha akan menggabungkan beberapa jenis tanaman yang dapat menunjang keberlanjutan konservasi serta

Sekilas tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kaliurang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi mengenai kegiatan penelitian yang dikelola

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK BOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Sampah organik kota yang dihidrolisis dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum akan diperoleh biobutanol dengan hasil samping aseton dan etanol

Mereka juga memberi nasihat kepada Kudi agar menjadi anak yang sopan supaya tidak ada lagi orang tua yang melarang anaknya bermain dengan Kudi.. Kudi