• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR

KINERJA PADA PT SEPATU ASIA

Agus Darmawanto

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi – Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mohamad Mahsun, 2009: 25). Menurut Robertson dalam buku Mohamad Mahsun (2009: 25), pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Saat ini untuk mengukur kinerja suatu organisasi berdasarkan laporan finansial saja sangat tidak memadai lagi. Menurut Kaplan dan Cooper dalam buku Dermawan Wibisono (2006: 3-4), menyatakan bahwa aspek-aspek kekurangan sistem pengukuran kinerja konvensional yaitu kurang relevan, sistem ukurannya cenderung melaporkan kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, kurang fleksibel, tidak memicu proses perbaikan, dan sering rancu pada aspek biaya.

Balanced Scorecard adalah salah satu alat analisis pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1990. Menurut Atkinson, et al dalam buku Sony Yuwono, et al (2007: 8), Balanced Scorecard adalah pengukuran dan sistem manajemen peni laian kinerja dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan analisis

Balanced Scorecard. Objek penelitiannya adalah PT Sepatu Asia. Data yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi periode 2007-2009 dan hasil pengisian kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dikenal dengan analisa rasio untuk mengukur perspektif keuangan dan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan hasil seluruh perhitungan, menunjukan kinerja PT Sepatu Asia baik.

Kata Kunci:Balanced Scorecard, PT Sepatu Asia ABSTRACT

(2)

At present to measure the performance of an organization based on financial statements alone is not sufficient anymore. According to Kaplan and Cooper in the book Wibisono Benefactor (2006: 3-4), states that aspects of the lack of conventional performance measurement system that is less relevant, the system size tends to report on the past performance, short-term oriented, less flexible, do not trigger the repair process, and often ambiguous on the aspect of cost.

The Balanced Scorecard is one performance measurement analysis tool developed by Robert S. Kaplan and David P. Norton in 1990. According to Atkinson, et al in the book Sony Yuwono, et al (2007: 8), The Balanced Scorecard is a measurement of performance appraisal and management system with four perspectives: financial, customer, internal business processes, and learning and growth.

This study aims to measure the performance of the company based on analysis of the Balanced Scorecard. The object of research is PT Sepatu Asia. The data used are the balance sheet and statement of income for the period 2007-2009 and the results of questionnaire. The analysis method is known as quantitative analysis with ratio analysis to measure the financial perspective and descriptive statistical analysis using a Likert scale to measure customer perspective, internal business processes, learning and growth. Based on the results of all calculations, show the good performance of PT Sepatu Asia.

Keywords: Balanced Scorecard, PT Sepatu Asia

PENDAHULUAN

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalamstrategic planningsuatu organisasi (Mohamad Mahsun, 2009: 25).

Menurut Robertson dalam buku Mohamad Mahsun (2009: 25), pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Selama ini yang dipahami oleh orang awam untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dilihat dari laporan finansial perusahaan tersebut. Pada praktiknya hanya dengan mengukur kinerja berdasarkan laporan finansial saja sangat tidak memadai lagi karena dalam perusahaan itu sendiri terdapat berbagai perspektif yang penting. Perspektif tersebut akan saling berinteraksi agar semua visi dan misi perusahaan dapat tercapai. Interaksi yang dilakukan senantiasa memerlukan upaya dan pengorbanan dari semua perspektif.

(3)

sistem ukurannya cenderung melaporkan kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, kurang fleksibel, tidak memicu proses perbaikan, dan sering rancu pada aspek biaya.

Dengan demikian, dibutuhkan suatu sistem pengukuran kinerja yang baru sebagai pelengkap dari sistem pengukuran kinerja konvensional yang hanya berdasarkan pada laporan finansial semata, karena untuk menganalisis kinerja perusahaan yang hanya berdasarkan rasio finansial saja tidak lagi mencukupi pada era globalisasi ekonomi saat ini.

Dalam sistem pengendalian manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut denganBalanced Scorecard yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1990 (Thomas Sumarsan, 2010: 219).

Menurut Atkinson, et aldalam buku Sony Yuwono, et al(2007: 8), Balanced Scorecard

adalah “A measurement and management system that views a business unit’s performance from four perspectives:financial, customer, internal business process, and learning and growth”.

LANDASAN TEORI

Dengan munculnya berbagai paradigma baru, di mana bisnis harus digerakkan oleh

customer-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Sony Yuwono,et al, 2007: 29).

1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai dengan perspektif pelanggan.

2. Evaluasi atas berbagai aktivitas dengan menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang

customer-validated.

3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif.

4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan.

Menurut Lynch dan Cross dalam buku Sony Yuwono, et al (2007: 29), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut.

(4)

dalam upaya memberikan kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membantu suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkrit, sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.

SejarahBalanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang pertama kali dikemukakan oleh David P. Norton sebagai CEO Nolan Norton dan Robert S. Kaplan sebagai konsultan akademis dalam sebuah proyek penelitian yang berlangsung dalam satu tahun yang melibatkan berbagai perusahaan. Setiap wakil dari perusahaan-perusahaan tersebut mengadakan pertemuan tiap dua bulan sekali pada tahun 1990 dalam upaya mengembangkan suatu model pengukuran kinerja perusahaan yang baru.

Penelitian ini dimotivasi oleh suatu keyakinan bahwa berbagai pendekatan pengukuran kinerja perusahaan yang ada saat ini terutama yang didasarkan pada ukuran kinerja keuangan tidak membantu perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomis masa depan.

PerkembanganBalanced Scorecard

Menurut Mulyadi (2009: 4-8), pada tahap awal perkembangannya, Balanced Scorecard

ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990-an, eksekutif hanya diukur kinerja mereka dari perspektif keuangan. Sebagai akibatnya fokus perhatian hanya dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan, sehingga terdapat kecenderungan untuk mengabaikan kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan customers, produktivitas, dancost effectivitness process yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, keberdayaan dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasancustomers.

Hal ini disebabkan ukuran kinerja keuangan mengandalkan informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi berjangka pendek, maka pengukuran kinerja yang berfokus ke keuangan mengakibatkan eksekutif lebih memfokuskan perwujudan kinerjajangka pendek.

(5)

dalam Organisasi Masa Depan”. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutiftidak lagi memadai.

Definisi dan KonsepBalanced Scorecard

Menurut Atkinson, et al dalam buku Sony Yuwono,et al (2007: 8), Balanced Scorecard

adalah “A measurement and management system that views a business unit’s performance from four perspectives:financial, customer, internal business process, and learning and growth”, yang berarti pengukuran dan sistem manajemen penilaian kinerja dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Menurut Mulyadi (2001: 3),Balanced Scorecardterdiri dari dua kata yaitu

a. Balanced (berimbang) : menunjukan bahwa kinerja eksekutif diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.

b. Scorecard (kartu skor) : kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan personel dimasa depan.

Menurut Hansen dan Mowen dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009: 2), Balanced Scorecard adalah “A responsibility accounting system objectives and measures for fou r different perspective: the financial perspective, the customer perspective, the process perspective, and the learning and growth (infrastructure)perspective”.

Konsep Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja yang memberikan kerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Sasaran strategik yang komprehensif itu dapat dirumuskan ke dalam Balanced Scorecard, karena

Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan yang merupakan indikator pengukur kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab-akibat (Mulyadi, 2001: 7).

Balanced ScorecardSebagai Sistem Manajemen Strategis

(6)

tujuan yang ingin dicapai organisasi, ukuran dari tujuan, target yang diharapkan pada masa yang akan datang, serta program-program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan strategis.

Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh, memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan Norton, 2000: 9). Jika visi dan strategi dinyatakan dalam bentuk tujuan strategis, ukuran-ukuran dan target yang jelas, kemudian dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, sehingga diharapkan setiap anggota organisasi dapat mengerti dan melaksanakannya agar visi dan strategi organisasi tercapai. Hubungan Balanced Scorecard

dengan visi dan strategi perusahaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 HubunganBalanced Scorecarddengan Visi dan Misi Perusahaan Sumber : Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, Akuntansi Manajemen, hlm 324

Gambar 2.2 HubunganBalanced Scorecarddengan Pemikiran Strategis

Pelanggan (Kepuasan & Loyalitas)

Pembelajaran & Pertumbuhan (Produktivitas & Loyalitas

SDM) Finansial (BeberapaReturn Pemegang Saham)

Visi, Misi,Goals, Objektives

Proses Bisnis Internal (Bisnis yang Menguntungkan)

Evaluasi Kinerja, Umpan Balik Untuk Perbaikan

Menejermahkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran

Organ isasi

Membuat Kebijakan, Budget, Program Kerja,

Standar, dan Melaksanakan Balanced Scorecard

Mengkomunikasikan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

(7)

Sumber : Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, Akuntansi Manajemen, hlm 324

Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran operasional. Perusahaan yang inovatifmenggunakan scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, diantaranya:

1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi;

2. Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis;

3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis; 4. Meningkatkan pembelajaran strategis.

Pada umumnya, sistem manajemen tradisional berfokus pada anggaran (budgets), sehingga pelaksanaan strategi perusahaan sangat tergantung pada anggaran yang tersedia. Sistem manajemen tradisional semata-mata digunakan sebagai alat pengendalian (control reporting), sedangkan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard yang berfokus pada proses-proses manajemen strategis, sehingga strategi perusahaan diterjemahkan menjadi tindakan-tindakan yang terarah dan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard

digunakan sebagai alat strategis (strategis reporting) (Vincent Gaspersz, 2005: 9-1 1). Perbedaan kedua bentuk pelaporan ini ditunjukan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbedaan Pelaporan Pengendalian dan Pelaporan Strategis No Pelaporan Pengendalian

(Manajemen Tradisional)

Pelaporan Strategis

(ManajemenBalanced Scorecard)

1 Pengendalian melalui anggaran Umpan-balik dan pembelajaran 2 Berfokus pada fungsi-fungsi dalam

organisasi

Berfokus pada tim fungsional silang (cross-functional teams)

4 Informasi fungsional tunggal (hanya untuk keperluan satu fungsi dalam organisasi)

Informasi fungsional silang dan disebarkan ke seluruh fungsi dalam organisasi

Sumber : Vincent Gaspersz, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan Six Sigma, untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan, hlm 11

PerspektifBalanced Scorecard

(8)

mendapatkan aktiva tak berwujud yang dibutuhkan untuk pertumbuhan masa depan. Menyajikan keseimbangan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam bentuk sistem ukuran kinerja strategik yang mencakup empat perspektif sebagai berikut (Kaplan dan Norton, 2000: 52).

1. Perspektif Keuangan

Perspektif ini tetap digunakan dalam Balanced Scorecard karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran finansial ini memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya memberikan konstribusi atau tidak bagi peningkatan laba perusahaan.

Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda yaitu menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran perspektif lainnya. Balanced Scorecard membaginya menjadi tiga tahap, yaitu (Sony Yuwono,et al, 2007: 31)

1. Growth(Pertumbuhan)

Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan, di mana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

2. Sustain(Bertahan)

Tahapan kedua, di mana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

3. Harvest(Kedewasaan)

(9)

2. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi bagaimana kondisi pelanggan dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor. Segmen yang dipilih mencerminkan keberadaan pelanggan sebagai sumber pendapatan. Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu (Sony Yuwono,et al, 2007: 33)

1. Market Share(Pangsa Pasar)

Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.

2. Customer Retention (Pertumbuhan/Mempertahankan Pelanggan)

Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya persentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah pelanggan yang saat ini dimiliki perusahaan.

3. Customer Acquisition(Menarik/Perolehan Pelanggan Baru)

Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. Pengukuran dapat dilakukan melalui persentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan total penjualan baru dengan jumlah pelanggan baru yang ada.

4. Customer Satisfaction(Kepuasan Pelanggan)

Mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam

value proposition. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti survei melalui surat (pos),interviewmelalui telepon, ataupersonal interview.

5. Customer Profitabilitas (Keuntungan Pelanggan)

Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Setiap bisnis memiliki rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik. Balanced Scorecard membaginya dalam tiga model dari proses bisnis utama, yaitu (Sony Yuwono,et al, 2007: 37-39)

1. Proses Inovasi

(10)

dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R dan D, sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktivitas R dan D ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang.

2. Proses Operasi

Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses pembuatan produk dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja terkait dalam proses operasi dikelompokan pada: waktu, kualitas, dan biaya.

3. Layanan Purna Jual

Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahap ini, misalnya: penanganan garansi dan perbaikan; penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan; serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Menurut Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muchammad Ichsan (2007: 39-43), mengemukakan bahwa proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah sumber daya utama. Dalam berbagai kasus, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge-worker organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi.

(11)

Menurut Kaplan dan Norton “learning” lebih sekedar “training” karena pembelajaran meliputi pula proses “mentoring dan tutoring”, seperti kemudahan dalam komunikasi disegenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap membantu jika dibutuhkan. Tolak ukur dalam perspektif ini, yaitu

1. Capabilities Empolyee(Kemampuan Pekerja)

Tantangan bagi perusahaan adalah agar para pegawai dapat menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, serta meningkatkan kepuasan pelanggan. Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan yang tertinggi perlu dilayani oleh pekerja yang terpuaskan perusahaan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan, perusahaan perlu melakukan survei secara teratur. Beberapa unsur kepuasan karyawan yaitu keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan/penghargaan (reward and recognition) karena telah melakukan pekerjaan dengan baik, akses memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif, serta dukungan dari atasan. Produktivitas pekerja dapat diukur dengan total penjualan bersih dibagi dengan jumlah pekerja atau laba bersih setelah pajak dibagi denganjumlah pekerja (Thomas Sumarsan, 2010: 232).

2. Capabilities Information System(Kemampuan Sistem Informasi)

Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

(12)

Keempat perspektif dalam Balanced Scorecard memberi keseimbangan antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, dan antara ukuran objektif yang keras dengan ukuran subjektif yang lebih lunak. Sementara keberagaman ukuran pada Balanced Scorecard yang dibuat dengan benar mengandung kesatuan tujuan, karena semua ukuran diarahkan kepada pencapaian strategi yang terpadu.

KeunggulanBalanced Scorecard

Keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah pada kemampuan Balanced Scorecard dalam menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Mulyadi, 2009: 15-19).

1. Komprehensif

Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif lain: pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat berikut ini:

a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipatganda dan berkesinambungan, karena dalam perencanaan, perhatian, dan usaha personel difokuskan ke perspektif nonkeungan – perspektif yang di dalamnya terletak pemacu sesungguhnya kinerja keuangan.

b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks, karena

Balanced Scorecard menghasilkan rencana yang mencakup perspektif luas (keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan), sehingga rencana yang dihasilkan mampu dengan kompleks merespon perubahan lingkungan. 2. Koheren

Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab-akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Seimbang

(13)

demikian, nilai keempat perspektif tersebut dalamBalanced Scorecardadalah seimbang, di mana perspektif yang satu tidak melebihi perspektif yang lainnya.

4. Terukur

Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur. Sasaran strategik pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur. Namun, dalam pendekatan

Balanced Scorecard ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan demikian, keterukuran sasaran strategik pada ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipatganda dan berkesinambungan.

ManfaatBalanced Scorecard

Balanced Scorecardmempunyai beberapa manfaat sebagai berikut (Kaplan dan Norton, 2000: 17).

1. Mengklarifikasikan dan menghasilkan konsensus mengenai strategi. 2. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.

3. Menyelaraskan tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan. 4. Mengaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran

tahunan.

5. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategi. 6. Melaksanakan peninjauan ulang strategi secara periodik dan sistematis.

7. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.

Keuntungan PenggunaanBalanced Scorecard

Dalam penggunaan sistem pengukuran kinerja pada model Balanced Scorecard yang dipakai banyak perusahaan, dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu (Moeheriono, 2009: 128-129)

1. Menjelaskan dan Menerjemahkan Visi dan Strategi Organisasi

Proses perancangan manajemen kinerja dengan Balanced Scorecard diawali dengan penerjemahan strategi organisasi ke dalam sasaran strategik organisasi yang lebih operasional dan mudah dipahami.

(14)

Strategik dengan indikator kinerja dikembangkan untuk mengukur pencapaian sasaran strategik organisasi. Hal ini akan menjadi alat komunikasi bagi organisasi dengan cara memberikan indikasi bagaimana kinerja dalam mencapai sasaran strategik tersebut. Kinerja yang tinggi diperlukan pada sasaran apabila organisasi menginginkan tercapai dan terealisasinya misi organisasi.

3. Merencanakan, Menyiapkan Target, dan Menyesuaikan Inisiatif Strategik

Tahap awal dari proses manajemen adalah tahapan perencanaan dan penyiapan target kinerja terhadap setiap inisiatif strategik. Pada tahap ini, organisasi mengkuantifikasikan dari hasil yang ingin dicapai, mengidentifikasikan mekanisme dan sumber daya untuk mencapai hasil dari inisiatif strategik yang direncanakan akan dilaksanakan. Indikator kinerja yang tepat dipersiapkan untuk setiap inisiatif strategik.

4. Meningkatkan Umpan Balik Untuk Pengambilan Keputusan Strategik

Sistem pengukuran kinerja akan lebih bermanfaat apabila dipakai sebagai umpan balik sumber informasi yang berharga guna pengambilan keputusan strategik yang lebih baik pada masa mendatang. Balanced Scorecard menyediakan fungsi umpan balik karena model penilaian kinerja dirancang dengan mengaitkan indikator kinerja dengan strategi organisasi. Sistem pengukuran kinerja model Balanced Scorecard bermanfaat bagi organisasi sebagai alat penerjemahan strategi dan sebagai alat evaluasi, sehingga menyediakan informasi umpan balik bagi pengambilan keputusan yang lebih baik.

Faktor-Faktor KegagalanBalanced Scorecard

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi Balanced Scorecard adalah (Thomas Sumarsan, 2010: 240)

1. Tidak didefinisikan secara benar dalam Balanced Scorecard, khususnya perspektif nonkeuangan yang merupakan indikator utama yang memberikan kepuasan bagi

stakeholderdimasa yang akan datang.

2. Definisi pengukuran matriks terhadap perspektif nonkeuangan sangat minim, sehingga menyebabkan pengukurannya sulit dilakukan. Pada umumnya matriks finansial lebih mudah didefinisikan karena berhubungan dengan angka, sedangkan untuk nonfinansial tidak ada standar yang baku.

(15)

4. Tidak adanya sistem yang terintegrasi dari tingkat manajemen puncak kepada bawahan, sehingga tidak diketahui perbaikan kegiatan yang sebenarnya terjadi.

5. Tidak adanya metode dan sistem perbaikan yang baku dalam penerapanBalanced Scorecard.

6. Kurang mampu membuat hubungan kuantitatif antara perspektif keuangan dengan perspektif nonkeuangan.

METODE PENELITIAN

Perusahaan yang dijadikan objek penelitian adalah PT Sepatu Asia yang kantor pusatnya terletak di Jalan Pengukiran Raya No. 25B, Jakarta Barat. PT Sepatu Asia merupakan perusahaan keluarga berskala kecil yang memproduksi sepatu, sandal, dan selop dengan merek “ASIA”.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa wawancara langsung dengan bagian personalia PT Sepatu Asia, hasil observasi, hasil kuesioner; dan data sekunder berupa neraca dan laporan laba rugi PT Sepatu Asia periode 2007-2009. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara : menggunakan wawancara tak berstruktur, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

2. Observasi: menggunakan obseravasi partisipasi moderat, di mana peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3. Kuesioner: membuat kuesioner dengan tipe pertanyaan tertutup dan bentuk pertanyaannya berupa kalimat positif.

4. Sampel : bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. a. Alasan menggunakan sampel : biaya lebih rendah, hasil yang lebih akurat,

pengumpulan data yang lebih cepat, dan ketersediaan elemen populasi. b. Syarat sampel yang baik: akurasi dan presisi.

c. Teknik sampling: menggunakan simple random sampling yang merupakan teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2009: 118).

(16)

λ2

. N. P. Q s= d2(N–1) + λ2.P.Q

Keterangan:λ2dengan dk = 1, tarafkesalahan bisa 1%, 5%, dan 10% P = Q = 0,5 d = 0,05 N = populasi s =jumlah sampel

Sampel Pelanggan 0,052. 80. 0,5. 0,5 s = 0,052(80– 1) + 0,052. 0,5. 0,5 s = 65 responden Sampel Karyawan

0,052. 100. 0,5. 0,5 s = 0,052(100– 1) + 0,052. 0,5. 0,5 s = 78 responden

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengukur kinerja perspektif keuangan dengan menggunakan analisa rasio (rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas) dan analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk mengukur kinerja perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan kuesioner.

Instrumen yang digunakan dalam pembuatan kuesioner, peneliti mengadopsinya dari http://bahankuliah.wordpress.com dan menggunakan hasil penelitian beberapa orang yang sudah dipublikasikan sehingga validitas dan reliabilitas instrumen penelitiannya sudah teruji dan layak digunakan dalam penelitian ini guna memperoleh data yang valid dan reliabel. Berikut adalah tolok ukur yang digunakan untuk masing-masing perspektif nonkeuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tolok ukur (variabel penelitian), diantaranya:

1. Perspektifpelanggan : kepuasan pelanggan sebagai tolok ukurnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan : keandalan, ketanggapan, keyakinan, empati, dan berwujud.

2. Perspektifproses bisnis internal : layanan purna jual sebagai tolok ukurnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan purna jual : garansi, pengiriman, penggantian, proses penjualan kredit, dan proses pembayaran.

3. Perspektifpembelajaran dan pertumbuhan : kepuasan pekerja sebagai tolok ukurnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerja : pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan, rekan kerja, dan kondisi kerja.

(17)

mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat pada tahun 1932 yang sekarang terkenal dengan nama skala Likert (Moh. Nazir, 2009: 338).

Prosedur dalam membuat skala Likert yaitu (Sugiyono, 2009: 132)

a. Tentukan topik penelitian yang relevan dengan masalah yang akan diteliti; b. Tentukan dimensi yang menyusun sikap tersebut. Dimensi merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap;

c. Menyusun pertanyaan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi. Pertanyaan ini harus terdiri dari pertanyaan positif (pertanyaan yang mendukung topik) atau pertanyaan negatif (pertanyaan yang melawan topik);

d. Setiap item diberikan skor respon yang bersifat tertutup. Banyaknya pilihan respon biasanya 3, 5, 7, 9, dan 11. Dalam praktiknya yang biasa digunakan adalah 5 respon karena respon yang terlalu sedikit akan menyebabkan hasilnya terlalu kasar, tetapi jika terlalu banyak respon sulit untuk membedakannya. Kelima respon tersebut adalah sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas;

e. Setiap pilihan respon yang dipilih responden diberikan skor sesuai dengan kriterianya, yaitu sangat tidak puas = 1, tidak puas =2, cukup puas =3, puas =4, dan sangat puas = 5; f. Total skor tiap pertanyaan, yaitu hasil penjumlahan dari masing-masing jumlah respon

yang dipilih responden untuk setiap pertanyaan dikalikan dengan skor yang diberikan pada masing-masing respon tersebut;

g. Jumlah total skor, yaitu hasil penjumlahan dari total skor;

h. Skor rata-rata, yaitu jumlah total skor dibagi dengan jumlah pertanyaan;

i. Interval rentang skala dalam grafik skala Likert, yaitu skor yang diberikan pada masing-masing respon dikalikan dengan jumlah sampel penelitian.

PEMBAHASAN 1. Perspektif Keuangan

Berdasarkan hasil perhitungan analisa rasio keuangan perusahaan untuk mengukur kinerja perspektif keuangan perusahaan, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.27

Perbandingan Rasio Perusahaan dengan Rasio Industri Sepatu di Indonesia

No Rasio

(18)

b . C as h R ati o 18% 21% 16% 18% 17% 20%

c. Q uick Ratio 87% 77% 80% 74% 88% 85%

d . Working Capital to Total Assets Ratio 23% 26% 21% 23% 22% 24%

2 Rasio Leverage

a. Total Debt to Equity Ratio 105% 100% 107% 98% 104% 94%

b. Total Debt to Total Capital Assets

Ratio 45% 58% 49% 65% 44% 61%

c. Long Term Debt to Equity Ratio 22% 20% 20% 17% 22% 19%

d. Tangible Assets Debt Coverage 685% 185% 648% 148% 692% 192%

3 Rasio Aktivitas

a. Total Assets Turnover 0,8x 3,8x 0,8x 3,6x 0,8x 4,4x

b. Receivable Turnover 9 x 8 x 9,8 x 8,8 x 8,9 x 7,5 x

c. Average Collection Periode 40 hari 35 hari 37 hari 40 hari 41 hari 38 hari

d. Inventory Turnover 2,4 x 3,3 x 2,9 x 3,8 x 3,1 x 4,5 x

e. Average Day’s Inventory 147 hari 53 hari 122 hari 65 hari 116 hari 55 hari

f. Working Capital Turnover 3,2 x 3,8 x 4,2 x 3,2 x 3,5 x 3,5 x

4 Rasio Profitabilitas

a. Gross Profit Margin 31% 32% 29% 29% 31% 30%

b. Operating Income Ratio 19% 24% 17% 19% 19% 22%

c. Operating Ratio 81% 38% 83% 43% 81% 40%

d. Net Profit Margin 19% 23% 16% 19% 20% 25%

e. Rate of Return on Total Assets 19% 26% 18% 23% 20% 22%

f. Rate of Return on Investment 15% 20% 14% 18% 16% 19%

g. Rate of Return for The Owners 34% 31% 30% 29% 37% 34%

Sumber : Hasil Perhitungan PerspektifKeuangan, Bab IV, hlm 60 -80 (Rasio Perusahaan) dan Igb Rai Utama, Analisis Rata-Rata Rasio Industri Sepatu di Indonesia Periode 2007 -2009,

http://bahankuliah.wordpress.com (Rasio Industri)

Peneliti menggunakan rata-rata rasio industri sepatu di Indonesia periode 2007-2009 yang sejenis dengan perusahaan yang dijadikan objek penelitian ini, sebagai perbandingan untuk menganalisis dan mengetahui kinerja perspektif keuangan perusahaan. Berikut analisisnya, yaitu

a. Rasio Likuiditas

Pada tahun 2007-2009 hanya cash ratio dan working capital to total assets ratio

perusahaan saja yang berada di bawah rata-rata rasio industri. Hal ini disebabkan jumlah kas, efek, dan modal kerja perusahaan dinilai masih terlalu kecil dibandingkan industri sepatu lainnya yang sejenis dengan perusahaan.

b. Rasio Leverage

(19)

c. Rasio Aktivitas

Pada tahun 2007 hanyareceivable turnover perusahaan saja yang berada di atas rata-rata rasio industri. Hal ini disebabkan total assets turnover dan average day’s inventory

perusahaan jauh berada di bawah rata-rata rasio industri, sehingga mempengaruhi rasio-rasio aktivitas perusahaan lainnya. Tahun 2008total assets turnover,inventory turnover, dan average day’s inventory perusahaan berada di bawah rata-rata rasio industri. Hal ini disebabkan total assets turnover dan average day’s inventory perusahaan masih jauh berada di bawah rata-rata rasio industri. Tahun 2009 hanya receivable turnover

perusahaan saja yang berada di atas rata-rata rasio industri. Hal ini disebabkan tidak adanya perubahan yang signifikan dalam rasio aktivitas perusahaan.

d. Rasio Profitabilitas

Pada tahun 2007-2009rate of return for the owners perusahaan berada di atas rata-rata rasio industri, sedangkan tahun 2009 gross profit marginperusahaan berada di atas rata-rata rasio industri. Hal ini disebabkan operating ratio perusahaan jauh berada di bawah rata-rata rasio industri, sehingga mempengaruhi rasio-rasio profitabilitas perusahaan lainnya.

Dengan demikian, secara umum kinerja perusahaan dalam perspektif keuangan dinilai cukup baik. Karena rasio aktivitas dan profitabilitas perusahaan dinilai kurang baik yang disebabkan banyaknya rasio-rasio aktivitas dan profitabilitas perusahaan yang masih berada di bawah rata-rata rasio industri, sedangkan rasio likuiditas dan leverage perusahaan dinilai baik. 2. Perspektif Pelanggan

Penyebaran kuesioner dilakukan di counterPT Sepatu Asia yang terletak di ITC Mangga Dua Lantai I Blok A No. 55 Depan Toko Terminal 7, Jakarta Utara dengan jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 65 orang pelanggan PT Sepatu Asia. Berikut adalah hasil rekapitulasi kuesioner kepuasan pelanggan PT Sepatu Asia.

Tabel 4.22

Data Responden Pelanggan PT Sepatu Asia

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase

1 Pekerjaan: Karyawan 19 29%

Pedagang 26 40%

Lain-lain 20 31%

Jumlah 65 100%

(20)

Konsumsi 22 34%

Lain-lain 17 26%

Jumlah 65 100%

Sumber : Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pelanggan PT Sepatu Asia, Lampiran 6, hlm 103

Berdasarkan data responden kuesioner kepuasan pelanggan PT Sepatu Asia di atas, menunjukan bahwa sebagian besar responden pelanggan PT Sepatu Asia dalam penelitian ini rata-rata 40% memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan rata-rata 40% tujuan pembelian produk PT Sepatu Asia oleh pelanggan adalah untuk dijual kembali.

Tabel 4.23

Hasil Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pelanggan PT Sepatu Asia

No Pertanyaan Total

Skor 1 Karyawan selalu siap setiap saat diperlukan pelanggan 211 2 Ketepatan waktu pelayanan terhadap pelanggan 231 3 Tidak adanya pembedaan terhadap pelanggan yang satu dengan

yang lainnya 201

4 Ketanggapan karyawan atas keluhan pelanggan 209 5 Ketanggapan karyawan atas masalah pelanggan 215

6 Kecepatan dalam melayani pelanggan 190

7 Keramahan karyawan dalam melayani pelanggan 213 8 Kesopanan karyawan dalam melayani pelanggan 195 9 Karyawan memberikan pelayanan secara tuntas kepada pelanggan 274 10 Karyawan memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada

pelanggan 284

11 Karyawan memberikan penjelasan dengan baik atas produk yang

ditawarkan 251

12 Sikap karyawan dalam melayani pelanggan 197

13 Perhatian karyawan dalam melayani pelanggan 238 14 Perusahaan berlaku adil pada setiap pelanggan 254 15 Karyawan berpenampilan baik dalam memberikan pelayanan secara

individu kepada pelanggan 234

16 Perusahaan menyediakan tempat pelayanan yang nyaman bagi

pelanggan 240

17 Perusahaan menyediakan tempat pelayanan yang memadai bagi

pelanggan 250

18 Perusahaan menggunakan peralatan yang baik 218 19 Perusahaan menggunakan perlengkapan yang baik 230 20 Perusahaan memberikan prosedur pelayanan yang sama bagi setiap

pelanggan dalam menampilkan fasilitas fisik, peralatan, personel,

media komunikasi 265

Jumlah Total Skor 4600

(21)

Sumber : Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pelanggan PT Sepatu Asia, Lampiran 6, hlm 103

Interval Rentang Skala Likert = Skor Respon x Jumlah Sampel

=STP=1x65= 65 P= 4x 6 5= 26 0

TP =2x65=130 SP=5x65=325

CP =3x65= 195

Grafik 4.1 Rentang Skala Likert Kepuasan Pelanggan PT Sepatu Asia Keterangan: STP : Sangat Tidak Puas P : Puas

TP : Tidak Puas SP : Sangat Puas

CP : Cukup Puas

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner kepuasan pelanggan PT Sepatu Asia di atas, diperoleh skor rata-rata 230 yang menunjukan (grafik 4.1) pelanggan PT Sepatu Asia puas terhadap keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) yang diberikan PT Sepatu Asia. Dengan demikian, kinerja perusahaan dalam perspektif pelanggan dinilai baik karena perusahaan telah mampu memuaskan para pelanggannya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Penyebaran kuesioner dilakukan dicounter PT Sepatu Asia yang terletak di ITC Mangga Dua Lantai I Blok A No. 55 Depan Toko Terminal 7, Jakarta Utara dengan jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 65 orang pelanggan PT Sepatu Asia. Berikut adalah hasil rekapitulasi kuesioner layanan purna jual PT Sepatu Asia.

Tabel 4.24

Hasil Rekapitulasi Kuesioner Layanan Purna Jual PT Sepatu Asia

No Pertanyaan Total

Skor 1 Perusahaan memberikan garansi untuk setiap produk yang dijualnya 193

TP SP

STP CP P

230

(22)

2 Perusahaan memberikan garansi berupa fasilitas perbaikan secara

gratis 199

3 Ketepatan waktu dalam mengirimkan produk pesanan pelanggan 218 4 Kecepatan dalam mengirimkan produk pesanan pelanggan 218 5 Perusahaan memberikan penggantian produk terhadap produk cacat

yang sudah terlanjur dikirim 201

6 Perusahaan memberikan penggantian produk karena adanya

kekeliruan dalam pemesanan produk 213

7 Prosedur penjualan kredit yang mudah 208

8 Persyaratan pembelian secara kredit yang mudah bagi pembeli yang

ingin membeli secara kredit 212

9 Pemberian diskon bagi pelanggan yang membeli secara tunai dalam

jumlah banyak 174

10 Prosedur pembayaran yang mudah bagi pembeli yang membeli

secara kredit 195

11 Proses pembayaran dapat dilakukan secara tunai, menggunakan cek,

kartu kredit, maupunjasa perbankan lainnya 212 12 Perusahaan memberikansouvenirbagi pelanggan yang melunasi

utangnya sebelum jatuh tempo 217

Jumlah Total Skor 2460

Skor Rata-Rata 205

Sumber : Rekapitulasi Kuesioner Layanan Purna Jual PT Sepatu Asia, Lampiran 7, hlm 104

Interval Rentang Skala Likert = Skor Respon x Jumlah Sampel

=STP=1x65= 65 P= 4x 6 5= 26 0

TP =2x65=130 SP=5x65=325

CP =3x65= 195 205

Grafik 4.2 Rentang Skala Likert Layanan Purna Jual PT Sepatu Asia Keterangan: STP : Sangat Tidak Puas P : Puas

TP : Tidak Puas SP : Sangat Puas

CP : Cukup Puas

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner layanan purna jual PT Sepatu Asia di atas, diperoleh skor rata-rata 205 yang menunjukan (grafik 4.2) pelanggan PT Sepatu Asia puas

STP TP CP P SP

(23)

terhadap garansi, pengiriman, penggantian, proses penjualan kredit, dan proses pembayaran yang diberikan PT Sepatu Asia. Dengan demikian, kinerja perusahaan dalam perspektifproses bisnis internal dinilai baik karena pelanggan puas terhadap layanan purna jual yang diberikan perusahaan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Penyebaran kuesioner dilakukan di kantor pusat PT Sepatu Asia yang terletak di Jalan Pengukiran Raya No 25B, Jakarta Barat dengan jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 78 orang karyawan PT Sepatu Asia. Berikut adalah hasil rekapitulasi kuesioner kepuasan pekerja PT Sepatu Asia.

Tabel 4.25

Data Responden Pekerja PT Sepatu Asia

No Keterangan Responden Frekuensi Persentase

1 Jabatan: Staf Karyawan 15 19%

Karyawan Biasa 40 51%

Lain-lain 23 30%

Jumlah 78 100%

2 Lama Bekerja: 1-3 tahun 21 27%

3-5tahun 24 31%

>5tahun 33 42%

Jumlah 78 100%

Sumber : Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pekerja PT Sepatu Asia, Lampiran 8, hlm 105

Berdasarkan data responden kuesioner kepuasan pekerja PT Sepatu Asia di atas, menunjukan bahwa sebagian besar responden pekerja PT Sepatu Asia dalam penelitian ini rata-rata 51% karyawan biasa yang tidak memiliki jabatan dan rata-rata 42% sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun pada PT Sepatu Asia.

Tabel 4.26

Hasil Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pekerja PT Sepatu Asia

No Pertanyaan Total

Skor

1 Saya menyukai pekerjaan saya 321

2 Pekerjaan saya memberikan kesempatan untuk saya belajar 288 3 Pekerjaan saya memberikan peluang untuk menerima tanggung

jawab dari tempat saya bekerja 292

4 Perusahaan menetapkan gaji yang sesuai dengan tingkat pendidikan

karyawan 313

(24)

STP TP CP P

6 Perusahaan memberikan peluang naik jabatan bagi karyawan yang

telah lama bekerja di perusahaan 279

7 Perusahaan memberikan penghargaan bagi karyawan yang

berprestasi 268

8 Perusahaan memberikan pengarahan kepada setiap karyawan 302 9 Perusahaan memberikan perhatian kepada setiap karyawan 285 10 Perusahaan memberikan motivasi kepada setiap karyawan 309 11 Perusahaan memberikan sanksi bagi karyawan yang telah

melanggar tata tertib perusahaan 299

12 Rekan kerja saya sangat bersahabat 310

13 Rekan kerja saya bisa diajak bekerja sama 314 14 Tingkat solidaritas yang tinggi di antara rekan kerj a saya 316

15 Ruangkerjasayabersih 337

16 Ruang kerja saya menarik 324

17 Lingkungan kerja saya nyaman 338

18 Lingkungan kerja saya tenang 338

Jumlah Total Skor 5530

Skor Rata-Rata 307

Sumber : Rekapitulasi Kuesioner Kepuasan Pekerja PT Sepatu Asia, Lampiran 8, hlm 105

Interval Rentang Skala Likert = Skor Respon x Jumlah Sampel

=STP=1x78=78 P= 4x 7 8= 31 2

TP =2x78=156 SP=5x78=390

CP =3x78=234

307

Grafik 4.3 Rentang Skala Likert Kepuasan Pekerja PT Sepatu Asia Keterangan: STP : Sangat Tidak Puas P : Puas

TP : Tidak Puas SP : Sangat Puas

CP : Cukup Puas

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner kepuasan pekerja PT Sepatu Asia di atas, diperoleh skor rata-rata 307 yang menunjukan (grafik 4.3) pekerja PT Sepatu Asia puas terhadap pekerjaan itu sendiri (the work itself), gaji (pay), kesempatan promosi (promotion opportunities), pengawasan (supervision), rekan kerja (co-worker), dan kondisi kerja

SP

(25)

(working condition) yang ada pada PT Sepatu Asia. Dengan demikian, kinerja perusahaan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dinilai baik karena perusahaan telah mampu memuaskan para pekerjanya, sehingga diharapkan para pekerja tersebut dapat meningkatkan kemampuannya dalam bekerja.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan untuk masing-masing perspektif sebagai berikut.

1. Perspektif Keuangan

Dalam perspektif keuangan, secara umum kinerja perusahaan dalam perspektif keuangan dinilai cukup baik. Karena rasio aktivitas dan profitabilitas perusahaan dinilai kurang baik yang disebabkan banyaknya rasio-rasio aktivitas dan profitabilitas perusahaan yang masih berada di bawah rata-rata rasio industri, sedangkan rasio likuiditas dan leverage perusahaan dinilai baik.

2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, kinerja perusahaan dinilai baik. Karena berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner kepuasan pelanggan PT Sepatu Asia diperoleh skor rata-rata 230, di mana nilai skor rata-rata tersebut berada di antara interval 195-260 pada skala Likert yang berarti perusahaan telah mampu memuaskan para pelanggannya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif proses bisnis internal, kinerja perusahaan dinilai baik. Karena berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner layanan purna jual PT Sepatu Asia diperoleh skor rata-rata 205, di mana nilai skor rata-rata tersebut berada di antara interval 195-260 pada skala Likert yang berarti pelanggan puas terhadap layanan purna jual yang diberikan perusahaan.

4. PerspektifPembelajaran dan Pertumbuhan

(26)

Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan bahwa berdasarkan analisisBalanced Scorecardkinerja PT Sepatu Asia baik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar PT Sepatu Asia menerapkan konsep Total Performance Scorecard (TPS) di dalam perusahaan guna mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Hubert K. Rampersad dalam bukunya yang telah diterjemahkan (Edy Sukarno dan Vinsensius Djemadu, 2006: 9-10), mengemukakan Total Performance Scorecard meliputi penggabungan dan pengembangan konsep Balanced Scorecard,Total Quality Management, danCompetence Management.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. 2006.Metode Riset Bisnis. Volume 2. Edisi 9. Penerjemah Budijanto dan Didik Djunaedi. Jakarta: PT Media Global Edukasi.

Darmawanto, Agus. 2010.“Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PT Sep atu Asia”. Skripsi. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma, untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harahap, Sofyan Syafri. 2010.Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Kaplan, Robert S. & David P. Norton. 2000.Balanced Scorecard:Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kasmir. 2010.Analisa Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi:Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?.

Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Luthans, Fred. 2010. “6 Faktor Penting yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan”. Dalamhttp://bahankuliah.wordpress.com.

Mahsun, Mohamad. 2009.Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

(27)

Mulyadi. 2001.Balanced Scorecard:Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi 2. Jakarta: PT Salemba Emban Patria.

Mulyadi. 2009.Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Munawir, S. 2010.Analisa Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty.

Nazir, Moh.. 2009.Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia.

Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwanti. 2009.Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Prihadi, Toto. 2009.Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: Penerbit PPM.

Rampersad, Hubert K. 2006. Total Performance Scorecard Konsep Manajemen Baru: Mencapai Kinerja dengan Integritas. Penerjemah Edy Sukarno dan Vinsensius Djemadu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Riyanto, Bambang. 2008.Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

Shaharudin, Mohd Rizaimy dkk.. 2009. “Faktor_Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Dalam After Sales Service-of Malaysia Elektronik”. Ilmu Sosial. Volume 5. No 6. Kedah: Universitas Teknologi MARA.

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Bisnis(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsan, Thomas. 2010.Sistem Pengendalian Manajemen:Konsep, Applikasi, Pengukuran Kinerja. Medan: PT Indeks.

Utama, Igb Rai. 2010. “Analisis Rata-Rata Rasio Industri Sepatu di Indonesia Periode 2007-2009”. Dalamhttp://bahankuliah.wordpress. com.

Wibisono, Dermawan. 2006.Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Bandung: Penerbit Erlangga.

Widjaja Tunggal, Amin. 2009.Pokok-Pokok Balanced Scorecard. Jakarta: Harvarindo.

Yuliarmi, Ni Nyoman dan Putu Riyasa. 2007. “Analisis Faktor_Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan PDAM Kota Denpasar”. Buletin Studi Ekonomi. Volume 12. No 1. Denpasar: Universitas Udayana.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi dan Misi Perusahaan
Tabel 2.1Perbedaan Pelaporan Pengendalian dan Pelaporan Strategis
Tabel 4.27
Tabel 4.22Data Responden Pelanggan PT Sepatu Asia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kerana tidak dari satu atom pun dari langit yang tertinggi sampai kepada sempadan bumi, melainkan ada padanya tanda-tanda keajaiban yang menunjukkan kepada kesempurnaan qudrah

Manajemen Pertunjukan Musik “Kamar Ismail” Mahasiswa Seni Musik UPI Angkatan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu |

Tujuan disusunnya Rencana kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan APBD Provinsi Sumatera Utara

For major cities in dryland East Asia, they typically increase urban lands at the cost of other types of land, but have also a land conversion pattern “grass land =>

“Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

In this section, we analyze image fusion method that can be used for high-resolution satellite image fusion, such as those for fusion of panchromatic and multi-spectral

Penggunaan perspektif Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran kurang bisa maksimal, karena peserta didik cenderung kurang aktif (dalam lingkup topik materi)