• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TATA KELOLA DESA WISATA GAMPLONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN TATA KELOLA DESA WISATA GAMPLONG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TATA KELOLA DESA WISATA GAMPLONG

Audita Nuvriasari, Raswan Udjang

Universitas Mercu Buana Yogyakarta; Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta, (0275) 6498213 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

e-mail: audy_nuvriasari@ymail.com, raswan_udjang@yahoo.co.id

Abstrak

Tujian dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk: (1). Meningkatkan pengetahuan mitra mengenai tata kelola desa wisata, (2). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan Bahasa Inggris praktis bagi pemandu wisata, (3). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang outbound training, (4). Meningkatkan perluasan kegiatan pemasaran desa wisata, (5). Meningkatkan nilai jual desa wisata melalui kemasan produk desa wisata yang menarik dan informatif, dan (6). Meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan pendapatan bagi Desa Wisata Gamplong.

Metode pelaksanaan kegiatan adalah melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode tersebut meliputi: penyuluhan dan pelatihan keterampilan SDM baik softskill maupun hardskill, dan transfer teknologi melalui penyediaan peralatan pendukung pengembangan desa wisata.

Program yang dilaksanakan meliputi: (1).Studi Banding ke Desa Wisata Banjarasri Kulonprogo untuk mempelajari pengelolaan desa wisata, (2). Pengembangan outbound training, (3). Pelatihan bahasa inggris untuk pengelola desa wisata, (4). Pelatihan pemasaran berbasis sosial media, (5). Pengamasan produk desa wisata, (6). Pengembangan media promosi menggunakan CD Profile dan leaflet, dan (7). Penyerahan bantuan peralatan pendukung pengembangan desa wisata, yakni: peralatan outbound, handycam, dan infocus.

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan, mitra memperoleh tambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan desa wisata, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat desa wisata Gamplong.

Kata kunci—tata kelola, desa wisata, transfer pengetahuan, transfer teknologi

Abstract

The purpose of this community service activity is to: (1). Increase partner knowledge on village tourism governance, (2). Improve knowledge and skills in practical English mastery for tour guides, (3). Improving knowledge and skills in the field of outbound training, (4). Increasing the expansion of tourism village marketing activities, (5). Increase the selling point of tourist villages through the packaging of tourism village products that are interesting and informative, and (6). Increase tourist arrivals so that it can affect income increase for Gamplong Tourism Village.

Method of implementation of activities is through transfer of science and technology. These methods include: counseling and training of HR skills both softskill and hardskill, and technology transfer through the provision of equipment supporting the development of tourist villages.

(2)

Development of promotional media using CD Profile and leaflet, and (7). Delivery of support equipment for the development of village tourism, namely: outbound equipment, handycam, and infocus.

Based on the results of the implementation of the activities, partners gain additional knowledge and skills in the management of village tourism, so it is expected to encourage the economic growth of Gamplong village tourist community.

Keywords—governance, tourism village, knowledge transfer, technology transfer

1. PENDAHULUAN

Desa wisata merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan karakteristik khusus untuk menjadi destinasi wisata, antara lain: lingkungan bernuansa alami, tradisi dan budaya masih dipegang masyarakat, makanan khas, sistem pertanian dan sistem kekerabatan. Perkembangan desa wisata di Kabupaten Sleman, DIY tumbuh dengan pesat dikarenakan adanya dukungan potensi alam yang sangat besar. Jumlah desa wisata di Kabupaten Sleman tahun 2016 sejumlah 38 desa wisata yang terbagi dalam tiga kategori: Desa Wisata Tumbuh (12 ), Desa Wisata Berkembang (13) dan Desa Wisata Mandiri (13).Desa Wisata Gamplong merupakan desa wisatadalam kategori desa wisata berkembangyang terletakdi Pedukuhan Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ciri khas yang ditonjolkan adalah hasil kerajinan tenun serat alam yang diproses menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Dalam pengembangan desa wisata, masyarakat lokal berperan penting dan sangat bergantung pada karakteristik penduduk setempat yang meliputi: demografi, manfaat personal yang diperoleh dari desa wisata, keberadaan komunitas, dan sikap/perilaku untuk mengembangkan pariwisata[1]. Pengembangan desa wisata akan memberikan dampak positip seperti: menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal, sumber daya ekonomi bagi masyarakat lokal, mengurangi ketimpangan sosial, membuka kesempatan kerja,

menghidupkan kembali budaya lokal, melestarikan budaya dan alam, dan memberikan stabilitas dalam perekonomian [2].

Desa wisata Gamplong yang dikukuhkan oleh Pemetintah Kabupaten Sleman sebagai Desa Wisata Kerajinan, dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam kelompok Paguyuban TEGAR (Teguh, Ekonomis, Gigih, Aman dan Rajin), beranggotakan 22 UMKM yang secara bersama-sama mengelola kegiatan di Desa Wisata Gamplong.

Program kegiatan di Desa Wisata Gamplong dikemas dalam bentuk: wisata edukasi dengan belajar kerajinan tenun menggunakan ATBM, kunjungan langsung ke pengrajin untuk mengetahui proses produksi, wisata alam dengan kereta kelinci, wisata kuliner, dan homestay. Wisata edukasi diperkenalkan pada tahun 2007 kemudian tahun 2009 dikembangkan wisata kereta dan outbound. Tahun 2011 dengan adanya bantuan PNPM Mandiri bidang pariwisata digunakan untuk mengembangkan bidang kuliner dan homestay sebagai pendukung keberadaan desa wisata.

(3)

agresif terutama dengan pemanfaatan TI, produk desa wisata yang belum dikemas dengan baik, piranti promosi yang masih sederhana, kurang menarik dan kurang informatif, sehingga minat wisatawan untuk berkunjung masih rendah.

Pada dasarnya permasalahan yang seringkali dihadapi dalam pengembangan desa wisata adalah minimnya infrastuktur, rendahnya kunjungan wisatawan, tidak adanya perencanaan pariwisata, dan tidak adanya informasi untuk mengenalkan atraksi wisata [3]. Disamping permasalahan tersebut, terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangan desa wisata seperti: minimnya pengetahuan dan pendidikan tentang industri pariwisata, minimnya permodalan, dan kurangnya ide promosi untuk memulai bisnis desa wisata [4]. Kelemahan yang seringkali dihadapi dalam pengelolaan desa wisata di Indonesia adalah keterbatasan sarana dan prasarana, pelayanan, ketrampilan masyarakat terutama dalam penguasaan bahasa inggris, pengelolaan obyek wisata dan penataan lingkungan [5]. Keterbatasan dalam pengembangan desa wisata adalah belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata pedesaan, sistem pemasaran yang belum teroganisir dan keterbatasan modal [6]. Upaya untuk mengenalkan desa wisata dan desiminasi informasi kegiatan desa wisata dapat dilakukan dengan memanfaatkan internet [7]. Strategi pengembangan desa wisata dapat dilakukan dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) dengan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan politik [8].

Solusi untuk mengatasi permasalahan mitra dalam pengelolaan Desa Wisata Gamplong, dilakukan melalui program penyuluhan dan pelatihan keterampilan SDM baik hard skill maupun soft skill di bidang pengelolaan desa wisata dan pengembangan program pemasaran. Untuk mendukung agar mitra dapat secara nyata mempelajari tata kelola desa wisata yang lebih maju maka perlu dilakukan kegiatan studi banding.

2. METODE

Metode untuk mengatasi permasalahan mitra adalah melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang SDM dan pemasaran.

2.1. Metode Bidang SDM

Transfer Iptek melalui pengembangan hardskill dan softskill,dengan metode penyuluhan dan pelatihanketerampilan tata kelola desa wisata. Metode yang diimplementasikan dapat diuraikan sebagai berikut:

2.1.1Penyuluhan Manajemen Desa Wisata

(4)

Gambar 1. Penyuluhan Manajemen Desa Wisata

2.1.2. Studi Banding

Metode transfer pengetahun yang bersifat soft skill dilakukan dengan studi banding ke Desa Wisata Banjarasri, Kulonprogo, DIY. Mitra secara langsung menggali informasi mengenai tata kelola desa wisata dengan pengelola desa wisata Banjarasri dan belajar secara langsung dalam pengemasan paket wisata.

Gambar 2. Studi Banding Desa Wisata

2.1.3. Pelatihan Bahasa Inggris

(5)

Gambar 3. Pelatihan Bahasa Inggris

2.1.4. Pelatihan Outbound

Metode pelaksanaan program dengan metode pengajaran kepada mitra dan praktik langsung. Trainer dari Psikologi UMBY dengan melibatkan mitra dan masyarakat dalam praktik outbound. Praktik dilengkapi dengan peralatan outbound yang merupakan bantuan dari tim abdimas.

Gambar 4. Pelatihan Outbound

2. 2. Metode Bidang Pemasaran

2. 2.1Pelatihan Pemasaran Berbasis Sosial Media

(6)

Gambar 5. Pemasaran Berbasis Sosmed

2.2.2. Pengembangan Media Promosi

Melengkapi sarana promosi yang informatif melalui metode transfer teknologi dalam bentuk leaflet Desa Wisata Gamplong. Leaflet memuat paket desa wisata yang ditawarkan secara menarik.

Gambar 6. Leaflet Desa Wisata Gamplong

2.2.3. Pengemasan Profil dan Produk Desa Wisata

Dilakukan dengan metode transfer teknologi melalui pembuatan vedio profile, yang memuat gambaran desa wisata dan paket wisata yang ditawarkan. Dikemas dalam bentuk

CD, dan diupload di Youtube dengan title “Gamplong Istimewa” sehingga dapat

memperluas penyebaran informasi.

Gambar 7. Vedio Profile Desa Wisata

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

3.1. Hasil dan Luaran Bidang SDM

Tabel 1 Hasil Pra-Test dan Post-Test Bidang SDM

Program Sebelum Sesudah

Penyuluhan

Luaran dari program kegiatan di dibidang pengembangan SDM adalah sebagai berikut:

3.1.1. Luaran Penyuluhan Desa Wisata

Kegiatan diikuiti oleh pengelola dan anggota Desa Wisata Gamplong, dengan pemateri dari tim pengabdian masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang kepariwisataan. Luaran: Adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan mitra di bidang tata kelola desa wisata.

3.1.2. Luaran Studi Banding

(8)

wisata di Banjarasri. Luaran: Adanya peningkatan pemahaman mitra dalam pengelolaan desa wisata dan cara mengatasi kendala serta teknik pemasaran desa wisata.

3.1.3. Luaran Pelatihan Bahasa Inggris

Pelatihan diikuti oleh mitra yang telah memiliki kemampuan dasar bahasa Inggris. Materi yang disampaikan bersifat praktis dan sederhana yang dipandu oleh 2 instruktur. Luaran: (a). Adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mitra di bidang bahasa inggris praktis untuk pengenalan Desa Wisata Gamplong dan penyambutan wisatawan asing yang berkunjung, (b). Produk: Panduan Bahasa Inggris Praktis untuk Desa Wisata Gamplong.

3.1.4. Luaran Pelatihan Outbound

Outbound training diikuti oleh pengelola Desa Wisata Gamplong yang bertugas menjadi pemandu dan masyarakat sebagai peserta outbound. Trainer dari Biro Layanan Psikologi UMBY. Materi meliputi: membangun kerjasama, leadership, kepercayaan diri, membangun konsentrasi dan refreshing. Luaran:Adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mitra di bidang outbound, baik dari segi teknik, materi maupun keragaman, sehingga dapat mendukung penawaran paket desa wisata yang lebih menarik.

3.2. Hasil dan Luaran Bidang Pemasaran

Hasil pra-test dan post-test bidang pemasaran dapat ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 2 Hasil Pra-Test dan Post-Test Bidang Pemasaran

Program Sebelum Sesudah

Pelatihan

Program Sebelum Sesudah

(9)

Pengemasan

Luaran dari program kegiatan di dibidang pemasaran adalah sebagai berikut:

3.2.1. Luaran Pelatihan Pemasaran Berbasis Sosmed

Pelaksanaan pelatihan diikuti oleh mitra dengan instruktur tim abdimas. Dalam kegiatan ini diberikan penjelasan tata cara menggunakan media social untuk pemasaran dan praktek langsung oleh peserta pelatihan. Luaran:Adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan mitra di bidang pengelolaan dan pemanfaatan social media untuk pemasaran desa wisata.

3.2.2. Pengembangan Media Promosi

Pengembangan media promosi diwujudkan dalam bentuk hard media dan soft media. Hal ini ditujukan akan promosi dapat lebih menarik, informative, dan menjangkau pasar yang lebih luas. Luaran: produk yang berupa leaflet, Facebook: Dewata Gamplong, Fanspage: Desa Wisata Gamplong, Intasgram: dewatagamplong.

3.2.3. Pengemasan Profil dan Produk Desa Wisata

Tim abdimas dan tim Pusat Ilmu Komunikasi UMBY membuat vedio profil yang memuat informasi tentang desa wisata Gamplong dan paket produk yang ditawarkan. Pembuatan vedio profil didukung sepenuhnya oleh mitra dan masyarakat Desa Wisata Gamplong. Luaran: produk berupa vedio profil Desa Wisata Gamplong.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan abdimas di Desa Wisata Gamplong, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil pelaksanaan program penyuluhan dan pelatihan di bidang bahasa inggris pemandu

wisata, outbound training, tata kelola desa wisata dan pemanfaatan media sosial untuk pemasaran desa wisata, dapat memberikan dapak yang positip bagi mitra abdimas. Hal ini ditunjukkan dari semakin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mitra pada bidang pengelolaan desa wisata.

b. Hasil luaran abdimas yang berupa produk yakni: vedio profil, akun sosial media pada

(10)

c. Fasilitasi bantuan peralatan pendukung pelaksanaan program yang berupa peralatan

outbound, handycam dan infokus projector memberikan tambahan manfaat bagi pengelolaan Desa Wisata Gamplong. Peralatan tersebut semakin mempermudah pengelola dalam menjalankan sejumlah program kegiatan.

5. SARAN

Saran yang perlu direkomendasikan untuk mendukung pengembangan program, adalah sebagai berikut:

a. Perlunya motivasi yang kuat bagi pengelola Desa Wisata Gamplong dan masyarakat

setempat untuk membangun kekompakan dalam mengelola desa wisata sehingga semakin diminati oleh masyarakat. Sumber motivasi antara lain dapat diperoleh melalui kegiatan studi banding ke desa wisata yang lebih berkembang dan menggali informasi tentang prospek desa wisata melalui internet.

b. Perlunya peningkatan jaringan pemasaran dengan sejumlah pihak seperti: sekolah,

perguruan tinggi, biro tour and travel, perhotelan dan lain-lain untuk memperluas jangkauan pemasaran Desa Wisata Gamplong.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, yang telah memberi dukungan financial terhadap kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui program hibah Ipteks bagi Masyarakt (IbM).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Okech, R., Haghiri, M., dan Babu, P.G., 2012, Rural Tourism As A Sustainable Development Alternative: An Analysis With Special Reference To Luanda, Kenya,

Culture, No. 6, Vol. 3, Hal. 36-54.

[2] Smitha, S., 2015, Village Tourism In Kerala. International Journal Of Management And Commerce Innovation, No.2, Vol. 2, Hal. 15-20.

[3] Mahmuudi, B., R. Maleki, dan A. Haghsetan, 2011, Investigation Of Obstacle And Strategies Of Rutal Tourism Development Using SWOT Matrix, Jouranl Of Sustainable Development, No, 4, Vol. 2, Hal. 136-141.

[4] Saputra, E., dan Rinarsih, E., 2012, Participatory Planning And Village Tourism SMES: A Case Study Of Bantul Regency Yogyakarta-Indonesia, Malaysia Journal Of Society And Space, No. 8, Vol. 7, Hal. 54-64.

[5] Dharmawan, I.M.A.,Sarjana, I.M., dan Yudhari, I.D.A., 2014, trategi Pengembangan Desa Wisata Di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, No. 3, Vol. 1, Hal. 1-11.

(11)

[7] Soemardjo, S., 2014, Peran Pusat Layanan Internnet Kecamatan Dalam Upaya Menyetimuli Masyarakat Menuju Desa Wisata, Jurnal Penelitian Komunikasi, No. 17, Vol. 1, Hal. 15-28.

[8] Atmoko, P.H., 2014, Strategi Pengembangan Potensi Desa Wisata Brajan Kabupaten Sleman, Jurnal Media Wisata, No. 12, Vol. 2, Hal. 146-154.

Gambar

Gambar 1. Penyuluhan Manajemen Desa Wisata
Gambar 3. Pelatihan Bahasa Inggris
Gambar 6. Leaflet Desa Wisata Gamplong
Tabel 2 Hasil Pra-Test dan Post-Test  Bidang Pemasaran

Referensi

Dokumen terkait

Serayu.. Teridentifikasi sebanyak 12 stakeholder yang terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Stakeholder tersebut termasuk ke dalam kuadran key player,

lain (1) untuk memetakan dan menganalisis tata kelola kelembagaan BUM Desa Mardi Gemi melalui unit usaha Pasar Ekologis Argo Wijil; (2) untuk meningkatkan kapasitas pengelola BUM

Pedoman Tata Kelola Keuangan STAIT Yogyakarta adalah petunjuk umum tentang tata cara pengelolaan keuangan, berupa perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

Maka judul dalam penelitian ini yaitu ”TATA KELOLA PARAWISATA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE ( Stdi Dipemerintah Desa Tlekung Kota Batu )”. Bagaimana tata kelola

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintaatan, Kolaborasi Tata Kelola Pemerintahan Model Pentahelix dalam Pengembangan Wisata Haritage

Hasil dari pelatihan dan penyuluhan pengelolaan produk dan paket wisata adalah masyarakat desa mengetahui potensi alam apa saja yang dimiliki oleh desa mereka yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kinerja Kepala Desa dalam menyelenggarakan tata kelola pemerintahan di Pemerintahan Desa Trosemi, (2) Faktor-faktor

terkait dengan pengelolaan data dan informasi strategi tata kelola perusahaan maupun teknologi informasi dirasakan kurang memadai dalam konteks pengelolaan data dan