• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM DAN LI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM DAN LI (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KABUPATEN KUNINGAN SEBAGAI KABUPATEN KONSERVASI DI PROVINSI JAWA BARAT

Nurdini Lestari (nurdini_lestari@yahoo.com) Dr. Siti Fadjarajani, MT (sfadjarajani2000@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Siliwangi Tasikmalaya

2013

ABSTRACT

Background of the research is the amount of natural resources and environment is limite. It does not match with the human population which increse each time. With such conditions will arise out of balance condition and causes environmental damage. To overcome this issue, the government make the program Conservation District. In 2006, Kuningan Regency was proclaimed himself as a Conservation District, but the implementation is still having some problems, especially in matters of human resources policy and local government. Conservation of natural resources and environment environmentally indispensable in terms of commitment to succeed Kuningan Regency as Conservation District. Issues that were examined in this research are the potential of natural resources and the environment held by Kuningan Regency, and how is the efforts of natural resources and environment conservation environmentally in order to actualize Conservation District in Kuningan Regency of West Java Province. The method used in this research is descriptive quantitative data collection techniques through field observations, interviews, distributing questionnaires, literature review and study documentation. The analysis technique used is a simple statistical analysis. The population in this research is the Kuningan Regency located in 32 districts. Sampling in this study using sampling jugmental to the government, the sample clusters and quotas for protected areas, and simple random sampling technique to the public, with a sample of 121 respondents. Based on the analysis, it can be concluded that Kuningan Regency has the potential of natural resources such as forestry, farming, agriculture, livestock, fisheries, water, geothermal, tourism; forested protected areas of the city, the Kuningan Botanical Gardens, Ciremai Mountain National Park, and Natural Park. Efforts were made to preserve the natural resources and the environment in order to realize environmentally Conservation District is to disseminate to the public because of 86 respondents (71.07%) claimed to have never received counseling and socialization or result in respondents' knowledge about them, establish protected areas because it is one of the criteria for determining the status of Conservation District, and to make such regulations governing local Conservation District policy. Kuningan Regency has fill 65% the element criteria for determining the status of Conservation District.

(2)

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya sekitar 13000-an. Selain itu, Indonesia juga memiliki hutan tropis yang sangat luas dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brasil. Namun sangat disayangkan bahwa dibalik kekayaan alam yang melimpah tersebut Indonesia masih banyak mengalami masalah-masalah lingkungan hidup yang cukup parah. Masalah tersebut antara lain seperti kekurangan air bersih, polusi udara, penebangan liar, dan sebagainya. Bahkan hutan Indonesia yang diandalkan menjadi paru-paru dunia akhir-akhir ini mengalami kerusakan hutan yang tidak terkendali.

Permasalahan-permasalahan lingkungan hidup nampaknya akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu, hal ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia dalam melakukan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Seperti halnya penebangan hutan secara berlebihan akan memberikan dampak negatif yang sangat banyak, diantaranya mengurangi keanekaragaman hayati, dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan longsor, mengakibatkan tanah menjadi tandus, serta peningkatan suhu bumi (global warming) yang sedang terjadi bukan hanya di Indonesia saja melainkan hampir semua negara dan semakin hari akan semakin meresahkan masyarakat apabila tidak cepat diatasi. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem dan agar sumberdaya alam serta lingkungan masih dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya di masa yang akan datang.

(3)

3 Kabupaten Konservasi merupakan salah satu konsep yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang ada dengan tetap membuka peluang pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki secara lestari atau berwawasan lingkungan hidup. Namun dalam penetapat suatu Kota atau Kabupaten menjadi Kabupaten Konservasi diatur dengan kriteria tertentu.

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupetan yang telah berkomitmen untuk menjadi Kabupaten Konservasi. Kabupaten Kuningan mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Konservasi sejak tahun 2006. Untuk mewujudkan cita-cita Kabupaten Konservasi, Kabupaten Kuningan telah melakukan konsolidasi dan konsultasi dengan berbagai pihak terutama dengan Tim Kecil Kabupaten Konservasi yang dibentuk pada tahun 2005 (Bappeda Kabupaten Kuningan, 2012).

Meskipun Pemerintah Kabupaten Kuningan sudah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Konservasi secara sukarela (voluntary) sejak tahun 2006, tetapi sampai pada saat ini pelaksanaannya masih belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia yang masih kurang mengerti mengenai konservasi atau upaya pelestarian, dan belum adanya Peraturan Daerah (Perda) atau Surat Keputusan Bupati Kabupaten Kuningan yang dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam pelaksanaan program tersebut. Namun, rencana strategi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi telah tertuang dalam Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Kuningan nomor 4. Visi pembangunan Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut “Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam Lingkungan Lestari dan Agamis Tahun 2013”, dan isi misi nomor 4 adalah sebagai berikut “Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari”.

(4)

4 dan lingkungan hidup sangat penting dilaksanakan bukan hanya oleh pelaksana kebijakan (pemerintah/instansi terkait) saja tetapi oleh seluruh lapisan masyarakat juga harus diperkenalkan dalam upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya berbagai macam upaya untuk menggunakan dan mengolah sumberdaya alam serta lingkungan hidup secara bijaksana dan berwawasan lingkungan agar dapat menopang kehidupan secara berkelanjutan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi, dan untuk mengetahui upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.

2. METODE PENELITIAN

(5)

5 digunakan untuk menentukan jumlah responden dari wilayah kawasan konservasi yang dijadikan sampel.

3. PEMBAHASAN

3.1 Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

3.1.1 Sumberdaya Alam

3.1.1.1 Potensi sumberdaya kehutanan

Kabupaten Kuningan memiliki luas 511,53 km2. Dari hasil hutan itu menghasilkan berbagai macam jenis kayu, seperti kayu jati, mahoni, sonokeling, pinus, dan rawa campuran. Selain kayu hutan-hutan di Kabupaten Kuningan juga menghasilkan bambu, jamur dan madu. Sumberdaya kehutanan ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan.

3.1.1.2 Potensi sumberdaya perkebunan

Lahan perkebunan yang dimiliki Kabupaten Kuningan seluas 62,48 km2. Dengan komoditas utama hasil perkebunannya adalah kelapa cengkih, dan kopi. Perkebunan juga tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan. 3.1.1.3 Potensi sumberdaya pertanian

Kabupaten Kuningan memiliki lahan pertanian seluas 698,79 km2. Komoditas pertanian yang memiliki nilai produktivitas tinggi adalah padi sawah yang terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Kuningan dan ubi jalar yang tumbuh di Kecamatan Cilimus, Garawangi, jalaksana, Pancalang, dan Mandirancan.

3.1.1.4 Potensi sumberdaya perikanan

(6)

6 Lebakwangi merupakan kecamatan penghasil ikan paling banyak diantara kecamatan lainnya.

3.1.1.5 Potensi sumberdaya peternakan

Kabupaten Kuningan memiliki potensi peternakan berbagai jenis ayam dengan jumlah populasinya berkisar anatar 3346 – 50524 ekor, peternakan domba dengan jumlah papulasinya sebanyak 1554 – 11616 ekor, peternakan sapi perah dan pedaging dengan jumlah populasi terbesarnya 5167 ekor. Di Kabupaten Kuningan juga memilki peternakan itik, kambing, kerbau, kuda dan babi.

3.1.1.6 Potensi sumberdaya air

Kabupaten Kuningan memiliki 3 SWS, 43 sub DAS, 1 waduk, 102 situ dan embung, 523 sumber mata air dengan debit air rata-ratanya 23,65 liter per detik. Sumberdaya air di Kabupaten Kuningan sudah dapat mencukupi kebutuhan air domestik sehingga sumberdaya air Kabupaten Kuningan juga dapat dimanfaatkan oleh wilayah sekitarnya seperti Kabupaten Cirebon.

3.1.1.7 Potensi sumberdaya panas bumi

Kabupaten Kuningan memiliki sumber panas bumi di 4 wilayah, yaitu Pajambon, Sangkanhurip, Ciniru, dan Subang. Potensi Panas Bumi di Pajambon, Sangkanhurip, dan Ciniru memiliki potensi 235 MW dan akan dibangun Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi.

3.1.1.8 Potensi sumberdaya pariwisata

(7)

7 Kekayaan sumberdaya alam yang tersebar di Kabupaten Kuningan secara otomatis terdapat juga pada daerah-daerah yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu : Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan, Desa Pajambon Kecamatan Kramatmulya, dan Desa Linggarjati Kecamatn Cilimus. Berikut adalah analisis potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut. 1. Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur

Kelurahan Cigugur memiliki potensi sumberdaya alam yang beranekaragam baik dalam sumberdaya alam kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, perairan, serta sumberdaya pariwisata. Keberadaan sumberdaya alam di suatu daerah tentunya dipengaruhi oleh kondisi morfologi atau kondisi fisik daerah itu sendiri. Morfologi Kelurahan Cigugur berbukit-bukit dan ditanami beberapa jenis tanaman, bukit-bukit tersebut berfungsi sebagai daerah resapan air. Seiring berjalannya waktu bukit-bukit tersebut beralih fungsi sebagai tempat penambangan batu dan pasir, kawasan resapan air di Kelurahan Cigugur semakin terancam dan membutuhkan suatu penyelamatan dalam bentuk pembangunan kawasan lindung.

Pembangunan hutan kota di Kelurahan Cigugur dapat dijadikan suatu upaya penyelamatan lingkungan yang semakin lama semakin rusak apabila dibiarkan saja. Kini di Kelurahan Cigugur terdapat dua hutan kota, hutan kota pertamayang sudah selesai pembangunannya berada di sebelah timur dan berbatasan dengan Kelurahan Kuningan tepatnya di Bukit Bungkirit, sehingga hutan kota ini diberinama Hutan Kota bungkirit. Hutan kota kedua yaitu Hutan Kota Mayasih berada di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisantana. Hutan kota ini dibangun diatas lahan bekas galian batu yang dibiarkan, kemudian lahan tersebut direhabilitasi agar kembali produktif, sampai saat ini pembangunan hutan Kota Mayasih belum juga selesai.

2. Desa Padabeunghar Kecamatan Paswahan

(8)

8 cengkih, dan kelapa. Dalam potensi sumberdaya kehutanan Desa Padabeunghar menghasilkan kayu mahoni dan pinus, selain itu hutan di Desa Padabeunghar berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Keberadaan Desa Padabeunghar yang berada dekat dengan Gunung Ciremai menjadikan desa ini memiliki kondisi morfologi berbukit. Hal ini sama halnya dengan Kelurahan Cigugur, bukit-bukit di Desa Padabeunghar juga pemanfaatannya disalah gunakan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab, hal tersebut tercermin dari banyaknya tempat penambangan pasir dan batu yang illegal. Meskipun pemerintah sudah menutup tempat pertambangan tersebut, tindakan itu belum mampu menghentikan tindakan penambangan liar. Hal demikian tidak dapat didiamkan karena akan berdampak pada kerusakan hutan serta lingkungan.

Keberadaan Kebun Raya Kuningan walaupun berfungsi sebagai kawasan lindung flora secara ex situ, diharapkan juga dapat dijadikan sebagai sarana rehabilitasi lahan kritis atau dapat meminimalisir dampak negatif dari degradasi sumberdaya alam. Selain manfaat untuk lingkungan, Kebun Raya Kuningan juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat hal ini berkaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah dalam di waktu mendatang.

3. Desa Pajambon Kecamatan Kramatmulya

(9)

9 Potensi degradasi lingkungan di Kabupaten Kuningan selain disebabkan oleh pengolahan pertanian yang dilakukan secara tidak baik juga disebabkan oleh pengolahan hutan rakyat yang berada disekitar Taman Nasional Gunung Ciremai, oleh sebab itu keberadaan Taman Nasional Gunung Ciremai di Desa Pajambon diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya penyelamatan, pelindungan dan pengaweta lingkungan dan sumberdaya alam.

4. Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus

Secara umum Kecamatan Cilimus memiliki potensi wisata yang baik untuk dikembangkan. Sampai saat ini sudah ada beberapa tempat wisata yang terdapat di kecamatan ini, seperti objek wisata Curug Sidomba, Pemandian Sangkanhurip Alami, Wisata pedesaan Sayana, dan Linggarjati Indah. Khususnya Desa Linggarjati yang terkenal dengan potensi wisata baik wisata alam maupun wisata sejarahnya. Pengelolaan objek wisata harus dilakukan dengan baik dan ramah lingkungan. Apabila pengelolaan objek wisata dilakukan secara tidak benar dan tidak ramah lingkungan, lambat laun potensi wisata itu akan rusak dan tidak menarik lagi.

Keberadaan Taman Wisata Alam Linggarjati diharapkan dapat melindungi kawasan di sekitar dari kerusakan lingkungan akibat kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tanpa menghilangkan pemanfaatan dalam bidang pariwisata.

3.1.2 Kawasan Lindung

3.1.2.1 Hutan Kota

(10)

10 sisanya masih berupa titik-titik hutan kota yang belum dibangun tahap lanjut.

3.1.2.2 Kebun Raya Kuningan

Kebun Raya Kuningan (KRK) berlokasi di Desa Padabeunghar Kecamatan pasawahan. KRK memiliki luas 156,96 ha. KRK berfungsi sebagai kawasan konservasi ex situ,

sarana konservasi flora fauna, sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta sarana rekreasi alam dan wisata ilmiah. Di KRK terdapat berbagai macam koleksi flora khas Jawa Barat dan wilayah lainnya.

3.1.2.3 Taman Nasional Gunung Ciremai

Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki luas 15500 ha. 6800,13 ha berada di Kabupaten Majalengka, dan sisanya sebesar 8699,87 ha di Kabupaten Kuningan. Keberadaan TNGC memberi manfaat lingkungan berupa keasrian lingkungan, sumber mata air dengan debit airnya berkisar antara 5 – 2000 liter per detik, dan potensi wisata yang tersebar di Kawasan TNGC, seperti Lembah Cilengkrang yang di dalamnya terdapat curug sabuk, sawer, dan kembar. Di TNGC terdapat koleksi flora dan fauna yang dilindungi seperti elang jawa dan anggrek tanah.

3.1.2.4 Taman Wisata Alam Linggarjati

(11)

11

3.2 Upaya Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup yang Berwawasan Lingkungan dalam rangka Mewujudkan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi di Provinsi Jawa Barat

3.2.1 Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat

Upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan kabupaten konservasi di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi atau penyuluhan mengenai upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan serta komitmen Kabupaten Kuningan menjadi Kabupaten Konservasi, agar masyarakat ikut serta mensukseskan program tersebut, hal tersebut juga didasarkan atas pernyataan 86 orang responden (71,07%) menyatakan belum pernah mendapat sosialisasi/penyuluhan tentang kebijakan tersebut dan berdampak pada pengetahuan responden yang hanya 44,63% (54 orang) dari responden cukup menetahui mengenai kebijakan Kabupaten Konservasi.

3.2.2 Membangun Kawasan Lindung sebagai Kawasan Konservasi

Membangun kawasan lindung sebagai wahana konservasi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan Kabupaten Konservasi serta mengingat kawasan lindung merupakan salah satu syarat yang terdapat pada matriks prinsip kriteria dalam penetapan status Kabupaten Konservasi yang harus dimiliki oleh kabupaten yang menjalankan komitmen Kabupaten Konservasi, tindakan tersebut juga sesuai dengan pendapat 110 orang responden (90,91%) menyatakan bahwa pemerintah perlu meningkatkan pembanguann kawasan lindung.

3.2.3 Membuat Kebijakan yang Mendukung Kebijakan Kabupaten

Konservasi

(12)

program-12 program yang berkaitan dengan komitmen Kabupaten Konservasi. Selain itu, peraturan daerah tentang Kabupaten Konservasi juga sangat berguna untuk mengikat setiap instansi dan para pihak yang ada di lingkungan Kabupaten Kuningan dalam menyusun dan melaksaan program pembangunan kabupaten. Ketika Peraturan Daerah itu sudah diterbitkan, maka Pemerintah Derah juga harus membuat Surat Keputasn Bupati dan Kepala Dinas/Badan yang ditunjuk sebagai koordinator pelaksana program Kabupaten Konservasi yang merupakan turunan dari Peratudan Daerah itu sendiri.

Sejak mencanangkan diri sebagai Kabupaten Konservasi, Kabupaten Kuningan tentunya sudah memenuhi beberapa elemen kriteria Kabupaten Konservasi, namun hingga saat ini Kabupaten Kuningan masih berusaha untuk memeaksimalkan dan memenuhi seluruh elemen kriteria Kabupaten Konservasi sebagai gerbang menuju penetapan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi. Pemenuhan beberapa elemen kriteria Kabupaten Konservasi yang sudah atau pun yang belum dipenuhi oleh Kabupaten Kuningan akan dituangkan dalam Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Kesesuaian Elemen Kriteria Kabupaten Konservasi dan Persentasi Penilaian Progres Pelaksanaan

Kebijakan Kabupaten Konservasi

Kriteria Kesesuaian Penjelasan Persentasi

Penilaian

Memiliki kawasan konservasi dan kawasan lain yang mempunyai ekosistem dengan nilai konservasi tinggi

Sesuai

Hingga saat ini Kabupaten Kuningan sudah memiliki 11 hutan kota, Taman Nasional Gunung Ciremai, Kebun Raya Kuningan, dan Taman Wisata Alam yang berfunsi sebagai kawasan konservasi ex situ dan in situ. Selain

itu juga Kabupaten Kuningan

memiliki beberapa hutan, kawasan konservasi air, dan lain sebagainya yang bernilai konservasi tinggi baik konservasi sumberdaya alam dan

lingkungan hidup termasuk

keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Namun dalam hal ini Kabupaten Kuningan masih harus memaksimalkan pengelolaan dan pemnagunan beberapa kawasan yang memiliki fungsi lindung. lingkungan, hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat pengolahan dan pemanfaatan lingkungan yang tidak bijaksana

sedangkan kondisi lingkungan

(13)

13 pada pengembangan wilayah yang berbasis sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Kuningan adalah sebagai berikut

“Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam Lingkungan Lestari dan

Agamis Tahun 2013”.

misi nomor 4 adalah sebagai berikut

“Meningkatkan pelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan, pengawetan, dan Kabupaten Kuningan belum memiliki komitmen yang jelas dari pimpinan tertinggi, hal ini tercermin dari tidak adanya komitmen politik yang dituangkan dalam bentuk dokumen daerah seperti Peraturan Daerah (Perda) dan Surat Keputusan (SK) Bupati yang jelas dan mendukung konservasi, karena Perda dan SK dinilai memiliki peran penting sebagai acuan melaksakan program yang bersangkutan dengan konservasi.

Kabupaten Kuningan sudah memiliki beberapa organisasi pemerintah (instansi) yang mendukung konservasi dan bertugas dalam membuat rencana

pembangunan berkelanjutan,

implementasi, dan evaluasi bahkan memonitoring kegiatan pembangunan di Kabupaten Kuningan. Sedangkan organisasi kemasyarakatan yang mendukung konservasi Kabupaten Kuningan belum memilikinya, hal ini

disebabkan karena kurang

memasyarakatnya kebijakan

Kabupaten Konservasi.

10%

Jumlah Persentasi Penilaian Progres 65%

Sumber : Hasil Penelitian Penulis, 2013

(14)

14 Kabupaten yang mencanagkan diri sebagai Kabupaten Konservasi dan mampu membuktikan kinerja pembangunan wilayah berbasis konservasi patut mendapatkan feedback berupa penghargaan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya, lembaga-lembaga swadaya, maupun dunia internasional. Wujud penghargaan yang diberikan sangat beragam, baik berupa pengakuan atas eksistensi kabupaten dalam masyarakat global, promosi, bantuan bagi pembangunan wilayah dan penguatan kapasitas kabupaten, maupun bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Feedback yang sudah dan sedang diterima oleh Kabupaten Kuningan diantaranya yaitu : Kabupaten Kuningan terlibat dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang merupakan program kolaboratif antara pemerintah kota/kabupaten dengan komunitas hijaunya, yang difasilitasi oleh Pemerintah Pusat, selain program P2KH Kabupaten Kuningan juga terlibat dalam program Pengembangan Desa Berkelanjutan yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan, dan energi serta lingkungan yang lestari. Tidak hanya itu saja, Kabupaten Kuningan juga reward berupa insentif untuk pembangunan wilayah kabupaten yang berwawasan lingkungan. Namun pada kondisi tertentu, apabila kinerja kabupaten tersebut tidak sejalan dengan tujuan kabupaten konservasi, maka penghargaan yang diberikan pemerintah dapat dicabut.

4. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

4.1 Potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dalam rangka mewujudkan Kabupaten konservasi, adalah :

4.1.1 Sumberdaya alam yang terdiri dari : sumberdaya kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan, pertanian, air, panas bumi, dan pariwisata.

4.1.2 Kawasan lindung yang terdiri dari : hutan kota, Taman Nasional Gunung Ciremai, Kebun Raya Kuningan, dan Taman Wisata Alam Linggarjati. 4.2 Upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan

(15)

15 4.2.1 Melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat di setiap kalangan. 4.2.2 Membangun kawasan lindung sebagai wahana konservasi.

4.2.3 Membuat kebijakan yang mendukung kebijakan kabupaten konservasi. 4.3 Sejak tahun 2006 hingga saat ini Kabupaten Kuningan sudah mampu

memenuhi tiga dari lima elemen kriteria penetapan status Kabupaten Konservasi, dan dua elemen kriteria lainnya belum dapat dilaksanakan. Dari kinerja yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi dinilai sudah dapat menyelesaikan 65% dari elemen kriteria penetapan status Kabupaten Konservasi dan memiliki potensi untuk menyempurnakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius.

Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. (2010). Rencana Strategis Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010 2014. Kuningan : BTNGC. [Tidak diterbitkan]

Irwan, Zoer’aini Djamal. (2008). Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.

Jakarta : Bumi Aksara.

. (2010). Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta : Bumi Aksara. Kabupaten Kuningan Dalam Angka. (2012). Sumber : BPS Kabupaten Kuningan. Laporan Pengembangan Strategis Kabupaten Konservasi Kabupaten Kuningan. (2012).

Pemda Kabupaten Kuningan. [Tidak diterbitkan]. Nasution. (1987). Metode Research. Bandung : Jemmars.

Soemarwoto, Otto. (1997). Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan.a

Soerjani, M. et al. (1987). Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta : UI-Press.

Supardi, Imam. (2003). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni. Supartono W. (2004). Ilmu Alamiah Dasar. Bogor : Ghalia Indonesia.

Gambar

Tabel 1 Kesesuaian Elemen Kriteria Kabupaten Konservasi

Referensi

Dokumen terkait

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan

Me$asang spand% di depan apote dan plang na$a apote. Adanya dote" spesialis yang

Ketiga disiplin pelayanan ini adalah yang paling dikenal dan umum digunakan dalam model antrian, tapi tidak menutup kemingkinan alam sistem pelayanan, disiplin pelayanan tidak

Dalam industri pulp (bubur kayu) chemical plant adalah pabrik pendukung yang memproduksi bahan kimia untuk mendukung proses produksi pulp, Power Plants dan Effluent

kok pesanan full costing dan variable costing, metode harga pokok proses full costing dan variable costing, departementalisasi biaya overhead pabrik, biaya bahan baku, bi- aya

Berdasarkkan hasil tes MFT (Multistage Fitness Test) menunjukkan bahwa nilai signifikan (0,04) lebih kecil dari alpha (5%) atau 0,05. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pentingnya pendidikan di dalam kehidupan. Bahkan di era yang serba maju ini sudah banyak orang yang dapat menempuh

Berdasarkan evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode yang diusulkan menghasilkan citra tersegmentasi yang lebih baik daripada metode Lopes dan metode Otsu pada citra