• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA

MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI

Irwan Setiawan

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245

e-mail: irwan@tiunhas.net

Abstrak

Pendistribusian semen curah PT Semen Tonasa 80 % melalui jalur laut yang menggunakan kapal sewaan ke packing plant yaitu Bitung, Banjarmasin, Ambon, Makassar, Celukan Bawang dan lainnya serta untuk kebutuhan ekspor. Saat kedatangan kapal di pelabuhan muat di Biringkassi, kapal mengidentifikasi keadaan dermaga, apabila dermaga muat sedang melayani kapal lain, maka kapal harus menunggu sampai dermaga berada dalam keadaan kosong. Hal ini menyebabkan waktu tunggu kapal yang besar untuk masing-masing kelas kapal yang memiliki kapasitas yang berbeda-beda menyebabkan tidak tercapai jumlah target pengiriman semen yang diinginkan perusahaan, akibatnya pasokan semen untuk daerah tujuan pemasaran tidak terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengoptimalkan pendistribusian semen curah PT. Semen Tonasa menuju packing plant. Dengan ini diberikan tiga alternatif skenario untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah dianalisa maka didapatkan bahwa simulasi dari skenario ketiga merupakan alternatif yang paling optimal. Dengan menggunakan skenario ini bisa meningkatkan realisasi pengiriman semen sebesar 251.436 ton dan mengurangi jumlah armada 33% dari jumlah armada sebelumnya. Selain itu dari hasil analisis, skenario ini memiliki biaya distribusi dan waktu tunggu kapal yang paling rendah.

Kata kunci: distribusi, optimalisasi, target pengiriman, metode simulasi, jumlah armada

PENDAHULUAN

Perkembangan industri di Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini mendorong timbulnya persaingan antarperusahaan dalam memasarkan hasil produksinya. Sehingga strategi distribusi menjadi hal yang sangat penting. Begitupun halnya bagi industri semen seperti PT. Semen Tonasa. PT. Semen Tonasa merupakan pabrik semen terbesar di kawasan Indonesia Timur. Hingga saat ini PT. Semen Tonasa telah memiliki empat pabrik yang memiliki kapasitas produksi sebesar 3.480.000 / tahun. (Pramita dan Sahar, 2010)

Strategi distribusi yang dilakukan PT. Semen Tonasa adalah distribusi darat 20% dan distribusi laut 80%. Jalur laut di tempuh guna memenuhi permintaan dari luar Sulawesi Selatan dan mancanegara melalui pelabuhan Biringkassi, maka dari itu PT. Semen Tonasa memprioritaskan penjualan melalui jalur laut untuk meningkatkan penjualannya (Materi Diklat PT. Semen Tonasa).

Angkutan kapal yang dipakai untuk memasok fasilitas pengantongan tersebut adalah kapal untuk semen curah dan kapal untuk semen bag, dengan kapasitas dan tipe kapal yang berbeda-beda. Kondisi ini menyebabkan biaya pendistribusian sangat bergantung pada keakuratan pengaturan operasional kapal.

Pendistribusian semen curah untuk kebutuhan daerah pemasaran dengan menggunakan kapal sewaan PT Semen Tonasa. Pemuatan semen curah di Pelabuhan Biringkassi memiliki dua Dermaga . Sistem pelayanan di Dermaga Semen Tonasa adalah sistem first come first served dimana kapal yang datang lebih dulu maka kapal tersebut yang akan dilayani terlebih dahulu.

Namun dalam proses pemuatan semen, jadwal yang direncanakan bisa saja berubah dikarenakan adanya gangguan-gangguan yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Sehingga berakibat besarnya waktu tunggu kapal di pelabuhan muat dan tidak tercapainya target pengiriman semen. Adapun contoh dari gangguan yang dapat dikendalikan adalah mesin rusak, shifting, stok silo kurang, tunggu buruh dan kapal rusak. Sedangkan gangguan yang tidak dapat dikendalikan adalah cuaca. Dengan tingginya waktu tunggu masing-masing kapal, mengakibatkan waktu siklus yang besar sehingga jumlah pendistribusian semen yang ditargetkan tidak tercapai. Mengubah proses layanan dapat dilakukan dengan cara menambah fasilitas layanan, mengalokasikan beberapa kapal ke daerah yang bisa di tempuh oleh kapal tersebut menjadi prioritas dalam perancangan simulasi penjadwalan.

(2)

Optimalisasi Distribusi Semen Curah… Irwan Setiawan

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Untuk mengoptimalkan pendistribusian semen curah dari Pelabuhan Biringkassi ke packing plant yang berada di luar Sulawesi Selatan, maka perlu diadakan perencanaan distribusinya dari segi penjadwalan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan beberapa asumsi dasar antara lain:  Kapal yang digunakan dalam kondisi baik.

 Stok silo di pelabuhan muat selalu dalam keadaan penuh.  Proses pendistribusian semen berjalan normal.

Definisi Distribusi

Distribusi adalah kegiatan penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia. Produsen artinya orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang menggunakan atau memakai barang/jasa dan pihak yang melakukan kegiatan distribusi disebut distributor. Pengertian distribusi tidak jauh beda dengan pemasaran dimana kegiatannya sama-sama memperkenalkan dan menyalurkan barang yang diproduksi guna memenuhi kebutuhan konsumen (Galuh, 2011).

Distribusi melakukan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi, barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.

Dari apa yang diuraikan di atas, tampaklah bahwa distribusi turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility) dan menurut waktunya (time utility).

Fungsi Distribusi

Ada pun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi secara garis besar menjadi dua yaitu: 1. Fungsi Pokok Distribusi

Yang dimaksud dengan fungsi pokok adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi meliputi:

Pengangkutan (Transportation)

Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar sehingga membutuhkan alat transportasi (pengangkutan).

Penjualan (Selling)

Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut.

Pembelian (Buying)

Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.

Penyimpanan (Stooring)

Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan).  Pembakuan Standar Kualitas Barang

Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standardisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.

 Penanggung Resiko

Resiko kerusakan dan cacat barang akibat proses distribusi mungkin saja terjadi dan akan ditanggung oleh distributor. Pada zaman sekarang untuk menanggung resiko yang muncul bisa dilakukan kerjasama dengan lembaga/perusahaan asuransi.

2. Transportasi

Sejak dahulu kala transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat, hanya saja alat angkut yang digunakan pada saat tersebut bukan seperti sekarang ini. Transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan

(3)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatau Negara (Pramita dan Sahar, 2010).

Untuk dapat mempelajari transportasi lebih mendalam, perlu diketahui makna dari sistem transportasi (transportation system). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam transportasi ada dua unsur terpenting yaitu :

Pemindahan/pergerakan (movement).

 Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain (AM Sinaga,2011). Dalam sistem transportasi terdapat unsur pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alat angkut ataupun pengangkutan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Selanjutnya menurut Tamin (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan tiga elemen dasar dalam sistem transportasi sebagai berikut:

 Sistem prasarana (penunjang), misalnya jaringan jalan raya atau jalan rel;

 Sistem manajemen transportasi, misalnya undang-undang, peraturan dan kebijakan; dan  Beberapa jenis moda transportasi dengan berbagai macam operatornya.

Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi

Secara tradisional kita mengenal manajemen distribusi dan transportasi dengan berbagai sebutan. Sebagian perusahaan menggunakan istilah manajemen logistik, sebagian lagi menggunakan istilah distribusi fisik (physical distribution). Manajemen transportasi dan distribusi mencakup baik aktivitas fisik yang secara kasat mata bisa kita saksikan, seperti menyimpan dan mengirim produk, maupun fungsi non-fisik yang berupa aktivitas pengolahan informasi dan pelayanan kepada pelanggan yang bisa dilihat dari tingkat servie level yang dicapai, kecepatan pengiriman, kesempurnaan barang sampai ke tangan pelanggan, serta pelayanan purna jual yang memuaskan (Pujawan, 2005).

Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan oleh perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/transportasi tersendiri atau diserahkan ke pihak ke tiga. Dalam upayanya untuk memenuhi tujuan-tujuan di atas, siapapun melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar (Pujawan, 2005) yang terdiri dari:

1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level

Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena konstribusi mereka pada revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Dari segi revenue, sering kali hukum Pareto 20/80 berlaku di sini. Artinya, hanya 20% dari pelanggan atau area penjualan menyumbang sejumlah 80% dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan tidak bisa menomorsatukan semua pelanggan. Dengan memahami perbedaan karakteristik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan. Misalnya, pelanggan Kelas I, yang menyumbangkan pendapatan terbesar, memilki target service level yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan kelas 2 atau kelas 3 yang konstribusinya jauh lebih rendah. 2. Menentukan mode transportasi yang digunakan

Tiap mode tranportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Sebagai contoh, tranportasi laut memiliki keunggulan dari segi biaya yang lebih rendah, namun lebih lambat dibandingkan dengan transportasi udara. manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan /mendistribusikan produk–produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi. 3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman

Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi ataupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribusi center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau ritel yang berbeda dalam sebuah truk. Dengan cara ini, truk ini bisa berjalan lebih sering tanpa harus membebankan biaya lebih pada pelanggan / klien yang mengirimkan produk tersebut.

4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman

Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Aabila jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang.

(4)

Optimalisasi Distribusi Semen Curah… Irwan Setiawan

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Moda Transportasi serta Keunggulan dan Kelemahannya

Dalam manajemen transportasi/pengiriman, kita biasanya membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya untuk dikirim biasanya disebut shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman, (misalnya perusahaan jasa pengiriman) dinamakan carieer. Mode transportasi mana yang paling baik digunakan bisa berbeda apabila ditinjau dari sudut berbeda (sudut carrier vs sudut shipper). Beberapa hal yang biasa dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam mengevaluasi mode tranportasi (Pujawan, 2005) adalah:

 Dilihat dari sudut pengiriman atau carrier, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terlibat, mulai dari biaya sewa alat transportasi sendiri (bisa berupa biaya beli atau sewa alat transportasi), biaya operasional tetap ( biaya terminal atau bandara yang besarnya tidak tergantung pada volume barang yang dikirim), dan biaya operasional variabel (seperti biaya bahan bakar) di mana besarnya biaya tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh dalam pengiriman. Biaya-biaya lain seperti biaya overhead juga harus menjadi pertimbangan. Di sisi lain, beberapa aspek tidak langsung terkait dengan biaya, seperti kecepatan, volume yang bisa diangkut,maupun fleksibilitas dalam melakukan pengiriman.

 Dari sisi shipper, pertimbangannya bisa didasarkan pada berbagai ongkos yang timbul pada supply chain, termasuk ongkos selain yang terkait langsung dengan transportasi, namun sebagai konsekuensi dari pemilihan mode transportasi tersebut. Jadi, disamping biaya transportasi yang harus ditanggung, perusahaan juga harus mempertimbangkan biaya persediaan, biaya loading-unloading, dan biaya fasilitas (seperti gudang, dll). Konsekuensi lain, seperti tingkat service level yang diperoleh dan ketidakpastian waktu pengiriman penting untuk dipertimbangkan oleh shipper. Tradeoff antar berbagai ongkos tersebut harus dicari dalam menentukan mode trandportasi yang akan dipilih. Misalnya, ada mode transportasi yang mahal, namun cepat dan mengakibatkan penurunan inventory secara signifikan.

Secara umum, tiap transportasi memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri ditinjau dari berbagai pertimbangan tersebut. Sebagai contoh, volume yang bisa diangkut kereta jauh lebih besar dibandingkan truk, namun fleksibilitas truk jauh lebih tinggi, baik fleksibilitas rute maupun fleksibilitas waktu pengiriman. Table 1 memberikan evaluasi umum dari berbagai mode transportasi ditinjau dari beberapa kriteria supply chain. Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon sangat mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila semua order harus dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada permintaan order diterima, maka sering kali pengiriman dilakukan dengan volume kecil dan tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan penggabungan (agregasi) pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga pengirman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi tiap dua atau tiga hari. Praktek melakukan agregasi waktu dalam proses pengiriman ini biasanya dinamakan dengan istilah temporal aggregation (Pujawan, 2005).

Tabel 1. Evaluasi Umum Berbagai Moda Transportasi Mode

Transportasi Vol.

Fleksibilita waktu

Fleksibilitas

rute Kecepatan Biaya

Inventory (in transit)

Truk Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedikit

Kereta Sangat

Banyak Rendah

Sangat

rendah Sedang Rendah Banyak

Kapal Sangat

Banyak Rendah

Sangat

rendah Rendah Rendah

Sangat Banyak

Pesawat Banyak Rendah Sangat

rendah

Sangat

Tinggi Tinggi Rendah Paket Sangat Sedikit Tinggi Sangat tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Sumber : Pujawan, 2005

Antrian

1. Teori Antrian

Siagian (1987) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan antrian adalah suatu garis tunggu dari pelanggan (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelanggan (fasilitas layanan). Studi matematikal dari kejadian atau garis tunggu ini disebut Teori Antrian Quencing Theory. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan

(5)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pelanggan yang tiba bisa segera mendapat pelayan yang disebabkan kesibukan pelayanan.

Sistem ekonomi dunia usaha (bisnis) sebagian besar beroperasi dengan sumber daya yang relatif terbatas. Sering terjadi orang-orang, barang, komponen atau kertas kerja harus menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan. Garis-garis tunggu ini sering disebut dengan antrian (queues). Berkembang karena fasilitas pelayanan (server) adalah relatif mahal untuk memenuhi permintaan pelayanan sangat terbatas (Pramita dan Sahar, 2010)

Teori antrian diciptakan pada tahun 1909 oleh ahli matematika dan insinyur berkebangsaan Denmark yang bernama A. K. Erlang. Dia mengebangkan model antrian untuk menentukan jumlah optimal dari fasilitas

telephone switching yang digunakan untuk melayani permintaan pengguna saat itu dan penggunaan model

tersebut semakin meluas tepat sejak akhir Perang Dunia II (Pramita dan Sahar, 2010).

Tujuan dalam mempelajari pengoperasian sebuah pelayan dalam kondisi acak adalah untuk memperoleh beberapa karakteristik yang mengukur kinerja sistem yang sedang dipelajari tersebut. Misalnya, satu ukuran yang logis dari kinerja adalah seberapa lama seorang pelanggan diperkirakan harus menunggu sebelum dilayani. Satu ukuran lain adalah persentase waktu sarana pelayanan tersebut tidak digunakan. Ukuran pertama memandang sistem dari sudut pandang pelanggan , sementara ukuran kedua mengevaluasi derajat pemanfaatan sarana tersebut. Secara intuitif terlihat bahwa semakin lama seorang pelanggan menunggu, semakin kecil persentase waktu sarana tersebut tidak dipergunakan, dan sebaliknya. Maka kedua ukuran kinerja ini dipergunakan untuk memilih tingkat pelayanan atau laju pelayanan yang akan menghasilkan keseimbangan yang wajar antara kedua situasi yang bertentangan ini (Pramita dan Sahar, 2010).

2. Sistem Antrian

Taha (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan pelanggan tiba dengan laju tetap atau tidak tetap untuk memperoleh pelayanan pada fasilitas layanan. Bila pelanggan yang dapat masuk ke dalam fasilitas pelayanan, maka itu akan ia lakukan. Tetapi kalau harus menunggu, maka mereka akan membentuk suatu antrian hingga tiba waktunya untuk dilayani. Mereka akan dilayani dengan laju yang tetap atau tidak tetap. Setelah selesai, mereka pun keluar dari sistem antrian. Dari penjelasan di atas ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan yaitu:

 Tersedianya Pelayanan

Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam pertunjukkan bioskop, loket penjualan karcis masuk hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukkan dengan pertunjukkan dengan pertunjukkan berikutnya, sehingga pada saat loket ditutup, mekanisme pelayanan terhenti dan petugas pelayanan istirahat.

 Kapasitas Pelayan

Kapasistas dari mekanisme pelayan diukur berasarkan jumlah pelanggan (satuan) yang dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas pelayanan tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada juga yang berubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memilki satu atau lebih saluran disebut saluran tunggal atau sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang mempengaruhi lebih dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan ganda.

 Lamanya pelayanan

Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani seorang pelanggan atau satuan dalam suatu sistem. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua layanan atau lebih juga tanpa variabel acak. Umumnya untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap sebagai variabel acak (Mawengkang,2011).

Berdasarkan ketiga sifat ini dan kombinasi daripadanya membentuk bermacam-macam sistem antrian diantaranya.

3. Disiplin Antrian

Kebiasaan ataupun kebijaksanaan dalam suatu sistem antrian di mana para pelanggan dipilih unutk dapat dilayani oleh server, disebut disiplin pelayanan. Taha (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan ada 3 (tiga) bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan dalam praktek yaitu:

First Come First Served (FCFS)

Disiplin pelayanan FCFS yang biasa juga disebut first in first out (FIFO) adalah pelayanan yang mengutamakan pelayanan pada pelanggan yang tiba terlebih dahulu. Pelayanan ini paling banyak digunakan sebab asumsi ini digunakan bila pada disiplin pelayanan tanpa keterangan dan dapat digunakan baik itu pada pelayanan dengan single server maupun multi server.

Last Come First Served (LCFS)

Disiplin pelayanan LCFS yang biasa disebut last in first out (LIFO) adalah pelayanan yang melayani pelanggan yang tiba terakhir, pertama dilayani server. Pelayanan ini sangat jarang digunakan karena

(6)

Optimalisasi Distribusi Semen Curah… Irwan Setiawan

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

pelayanan ini diberlakukan pada barang yang sangat sensitif dan utama, misalnya bahan pangan, ikan segar dan lain sebagainya.

Service In Random Order (SIRO)

Disiplin pelayanan SIRO biasa juga disebut disiplin pelayanan random atau pelayanan secara acak. Pelayanan ini sangat jarang digunakan karena sistem yang diberikan tidak menjanjikan bahwa pelayanan dapat dilakukan tepat waktu.

Ketiga disiplin pelayanan ini adalah yang paling dikenal dan umum digunakan dalam model antrian, tapi tidak menutup kemingkinan alam sistem pelayanan, disiplin pelayanan tidak digunakan, contoh paling jelas, yaitu pada sistem antrian ruang operasi rumah sakit, mereka selalu mendahulukan yang gawat, artinya ketiga disiplin tersebut tidaka dapat diterapkan, disiplin pelayanan itu biasa disebut Priority Service, artinya pelayanan diutamakan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi (Pramita dan Sahar, 2010)

Simulasi

Simulasi merupakan salah satu cara untuk memodelkan suatu sistem. Simulasi adalah sekumpulan metode dan aplikasi yang menirukan tingkah laku sistem nyata, biasanya pada sebuah komputer dan menggunakan suatu software yang cocok. Beberapa jenis simulasi yaitu:

1. Sistem dan Pemodelan sistem

Menurut Schmidt & Taylor (1970) di dalam Pramita an Sahar (2010) sistem adalah suatu kumpulan entity, misalnya orang atau mesin, yang didalamnya teradapat aksi dan reaksi antar atribut komponen tersebut untuk mencapai suatu hasil akhir yang logis. Dari definisi tersebut terlihat bahwa sistem dibentuk oleh komponen-komponen dan terdapat interaksi yang terjadi menurut cara tertentu sehingga dapat dibedakan dengan interaksi-interaksi lain di luar sistem, untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen-komponen yang sama mungkin berinteraksi dengan cara yang berbeda jika tujuan yang harus dicapai berbeda pula.

Law & Kelton (1991) dalam Pramita an Sahar (2010)menyatakan bahwa studi mengenai sistem diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam tentang hubungan antara komponen-komponen sistem yang beragam, atau untuk memprediksi performansi sistem terhadap kondisi-kondisi baru yang dipertimbangkan.

Pada gambar diatas dapat dilihat cara mempelajari sistem itu ada dua yaitu melalui eksperimen dengan sistem aktual dan eksperimen dengan model sistem. Jika mungkin (dan biaya ada) untuk mengubah sistem secara fisik dan membuatnya beroperasi pada kondisi baru, maka akan lebih baik untuk melakukannya. Namun bagaimanapun juga percobaan seperti itu sering membutuhkan biaya yang besar atau akan sangat mengganggu sistem.

Model fisik disebut juga model ikonik dan tidak dapat digunakan untuk penelitian operasional dan analisis sistem, namun berguna untuk mempelajari sistem manajemen dan teknik. Model matematika menggambarkan sistem dalam bentuk hubungan logika dan kuantitatif, yang kemudian dimanipulasi dan diubah untuk melihat bagaimana reaksi model dan bagimana sistem bereaksi jika model matematika valid. Jika model yang dibuat merupakan model matematika, maka ada dua pendekatan yang digunakan untuk mneghasilkan model yaitu dengan pendekatan solusi analitik dan simulasi. jika Model yang dibuat tersebut juga mudah atau sederhana,

Sistem Eksperimen dengan Sistem aktual Eksperimen dengan model sistem Model Fisik Model Matematika Simulasi Solusi Analitik Gambar 1. Cara Mempelajari Sistem

(7)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

maka solusi analitik dapat digunakan uhtuk menyelesaikan model matematika tersebut. untuk kasus seperiti ini model harus dipelajari dengan menggunakan simulasi.

2. Model Simulasi

Simulasi menggambarkan persoalan atau penyelesaian dalam kehidupan nyata tanpa harus mengalami keadaan nyata/sesungguhnya. Simulasi merupakan upaya untuk melakukan pendekatan terhadap sistem yang nyata dengan menggunakan model. Dengan model tersebut dilakukan percobaan beberapa kali untuk mengetahui perilaku sistem yang sebenarnya.

Ide dasar simulasi adalah membangun alat peraga sebagai percobaan yang hampir menyerupai dari sistem yang sesungguhnya, sehingga dapat mempelajari respon tiap-tiap variabel dalam waktu yang lebih cepat, dengan biaya yang lebih murah.

Model matematika yang digunakan untuk simulasi dibagi menjadi dua (berdasar pengaruh waktu), yaitu:  Model statis, yaitu menunjukkan perilaku sistem secara spesifik pada kondisi tertentu saja, tidak

terpengaruh oleh waktu.

 Model dinamis, perilaku sistem untuk beberapa kondisi, dipengaruhi oleh perubahan waktu. Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan simulasi diperlukan antara lain:

 Terdapat masalah/kasus yang sangat sulit (kompleks) pada saat diimplementasikan  Terdapat masalah/kasus yang perlu biaya sangat besar jika langsung diimplementasikan

 Terdapat masalah/kasus yang perlu data dalam jumlah yang sangat besar (sulit dan mahal untuk memperoleh data)

 Terdapat masalah/kasus yang sangat berbahaya (beresiko tinggi) pada saat diimplementasikan  Terdapat masalah/kasus yang perlu waktu yang lama untuk menyelesaikannya

Suatu masalah dapat memiliki lebih dari satu sifat (alasan-alasan) tersebut diatas. Untuk menghindari atau meminimalkan dari terjadinya keadaan sulit (kompleks), biaya besar, data besar, berbahaya (beresiko), waktu lama, pada saat mengimplementasikan suatu sistem atau pembuatan produk maka perlu melakukan simulasi. Simulasi berhubungan erat dengan proses pemodelan, pembuatan prototype, pemanfaatan komputer untuk melakuan komputasi atau pembuatan program simulasi (Bernardus,2011).

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam pengolahan data dibagi menjadi beberapa tahapan sehingga membentuk suatu kerangka yang sistematis. Adapun masing-masing tahapan tersebut:

1. Tahap Identifikasi Variabel / Indikator

Pada tahap ini dilakukan identifikasi indikator yang akan dijadikan tolak ukur bagi proses pendistribusian semen curah yang optimal.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengambilan / pengumpulan data yang dibutuhkan untuk tugas akhir ini ke perusahaan yang menjadi tempat penelitian. Adapun proses pengambilan / pengumpulan data tersebut dilakukan melalui wawancara ke karyawan perusahaan mengenai data yang dibutuhkan dan juga melalui data milik perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data yang sudah didapatkan. Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka dibuatlah beberapa skenario atau alternatif proses pendistribusian semn curah. Ada tiga skenario simulasi dalam perancangan proses pendistribusian ini, Perbedaan mendasar dari ketiga alternatif secara umum dijelaskan sebagai berikut:

 Skenario 1

Merupakan pensimulasian sistem distribusi semen curah ke masing-masing packing plant yang sesuai keadaan sekarang. Dimana pengisian kapal dilakukan dengan sistem first come first serve dari tiga unit loader.

 Skenario 2

Merupakan pengembangan dari skenario satu, akan tetapi unit loader kapal curah ditambah menjadi 6 unit loader. Penambahan ini dengan tujuan meminimumkan antrian agar target dapat tercapai.

(8)

Optimalisasi Distribusi Semen Curah… Irwan Setiawan

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Pada skenario ini, simulasi dijalankan dengan menambah satu buah pelabuhan muat yaitu Makassar. Kondisi ini dicapai apabila kondisi dermaga Pelabuhan Biringkassi sedang berisi maka kapal akan dialihkan ke dermaga Makassar.

Setelah dirancangkan beberapa skenario atau jalur alternatif dari proses pendistribusian tersebut, selanjutnya membuat simulasi dari ketiga alternatif tersebut dengan menggunakan Microsoft Excel. Input dari simulasi ini adalah waktu loading, waktu berlayar, waktu unloading dan rencana produksi packing plant. Outputnya simulasi berupa panjadwalan kapal selama satu tahun untuk tiap skenario.

PEMBAHASAN

Proses simulasi yang dilakukan diawali dengan melihat kebutuhan packing plant yang paling besar, kemudian kapal dengan tonase yang paling besar yang dapat ke packing plant tersebut yang akan ditugaskan terlebih dahulu dibandingkan kapal yang lain. Untuk selanjutnya dalam simulasi penjadwalan ini, aliran pelayan dimulai dengan kedatangan kapal. Kapal yang tiba di packing plant kemudian akan mengantri untuk diisi. Sebelum dilakukan pengisian kapal, diperhatikan terlebih dahulu packing plant apa yang lebih membutuhkan asupan semen dalam waktu dekat. Setelah itu dilihat kapal apa yang dapat menuju packing plant tersebut dan tiba di palabuhan muat paling awal, maka kapal tersebutlah yang akan segera diisi dan mengantarkan semen menuju

packing plant yang telah ditentukan. Setelah tiba di packing plant kapal tersebut akan bongkar muatan semenya

dan kembali ke pelabuhan muat untuk mengantri.

Setelah simulasi penjadwalan dilakukan, tahap selanjutnya adalah menganalisa hasil simulasi pendistribusian semen dari aspek, ketercapaian target pengiriman semen, biaya distribusi, dan waktu tunggu kapal.

Analisa Pencapaian Target Pemenuhan Kebutuhan Packing Plant

Dari hasil simulasi pada bab sebelumnya dapat dilihat nama-nama kapal serta muatan kapal yang berlayar menuju masing-masing packing plant PT. Semen Tonasa. Perbandingan target dan hasil akumulasi muatan kapal untuk masing-masing packing plant tersebut antara lain: Dimana penentuan biaya distribusi untuk pembahasan penelitian ini yaitu biaya yang dibayar oleh pihak PT. Semen Tonasa pada pihak pemilik kapal atas sejumlah semen yang diangkutnya menuju packing plant. Sedangkan, yang dimaksud waktu tunggu kapal adalah interval waktu dari waktu kedatangan dan waktu pengisian kapal. Serta, yang dimaksud pencapaian target pengiriman semen dalam penelitian ini adalah seberapa besar kesesuaian realisasi pengiriman semen dengan target pengiriman semen yang ditentukan perusahaan.

Jika data sekunder dari PT. Semen Tonasa dibandingkan dengan tiga data hasil simulasi maka tampak bahwa 3 data hasil simulasi lebih mendekati target pengiriman semen menuju packing plant yang telah direncanakan sebelumnya oleh pihak perusahaan. Akan tetapi jika membandingkan data hasil tiga skenario yang di buat maka tampak penggunaan 6 ship loader dalam sistem distribusi semen curah lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan 3 ship loader dan 4 ship loader. Perbandingan target dan realisasi pengiriman semen untuk skenario 1 adalah 30.119 ton; skenario 2 adalah 18.419 ton dan untuk sekenario 3 adalah 21.917 ton. Perbandingan ini menunjukkan bahwa skenario 2 dengan enam ship loaderlah yang paling mendekati target.

(9)

PROSIDING 20 12© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Analisis Biaya Distribusi

Dari hasil simulasi berdasarkan jumlah muatannya dan jumlah trip yang dilakukan kapal, dapat dihitung biaya distribusi untuk tiap skenario. Biaya distribusi didapatkan dengan mengalikan muatan kapal, jumlah trip dan harga/ton untuk tiap packing plant.

Dari hasil akumulasi biaya distribusi untuk tiap skenario di atas, diperoleh bahwa biaya terendah adalah biaya yang dihasilkan oleh skenario 3 yaitu sebesar Rp 246.789.047.250 sedangkan untuk skenario 1 dan 2 menghasilkan biaya distribusi yang sama yaitu sebesar Rp247.748.920.500 dan Rp 249.655.014.000 Sehingga biaya distribusi yang paling optimal adalah pada skenario 3.

Analisa Waktu Tunggu Kapal

Waktu tunggu kapal merupakan salah hal yang penting dalam analisa distribusi ini karena waktu tunggu kapal menunjukkan seberapa besar penggunaan kapal dan keefisienan jumlah kapal yang digunakan. Dimana waktu tunggu merupakan interval waktu kedatangan kapal ke pelabuhan muat dan waktu pengisian kapal. Melihat kondisi aktual bahwa kapal yang digunakan untuk pendistribusian semen curah ini ternyata memilki waktu tunggu yang cukup besar maka simulasi yang disusun mencoba meminimasi jumlah kapal yaitu yang dahulunya menggunakan 15 buah kapal menjadi 10 buah kapal.

Dari hasil simulasi pada bab sebelum dihitung waktu tunggu kapal yaitu waktu sejak kapal tiba di pelabuhan muat sampai kapal diisi kembali untuk dialokasikan ke packing plant adapun waktu tunggu kapal untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Waktu Tunggu Kapal

Nama Kapal Kapasitas Waktu Tunggu 3 SL 6 SL 4 SL KM LT. V 6250 162 191 169 KM LT. XVI 7000 227 166 233 MV. Gembira 8000 167 193 165 KM TL. VI 4000 95 90 92 KM TL. IX (Tomar) 3500 70 67 69 KM TL. XII (Tiffany) 4000 135 148 121 KM TL. XV (Tomaru) 6300 161 136 154 KM TL. XI (Valerine) 3500 73 74 72 MV. Hebat 4000 118 117 119 KM Parnaraya 18 6250 162 191 169 TOTAL 1324 1312 1307

Berdasarkan table diatas perbandingan waktu tunggu di atas terlihat bahwa jumlah waktu tunggu yang terendah adalah pada skenario 3 yaitu sebesar 1307 hari, sedangkan untuk skenario 1 dan 2 menghasilkan rata-rata waktu tunggu 1324 dan 1312 hari tiap kapal. Sehingga waktu tunggu paling optimal adalah pada skenario 3.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 Sistem distribusi PT. Semen Tonasa belum optimal karena ditemukan beberapa kendala seperti:

 Adanya waktu tunggu kapal besar yakni waktu kapal tiba di Pelabuhan Biringkassi hingga kapal diisi kembali untuk dialokasikan ke salah satu packing plant.

 Penggunaan armada yang terlalu banyak dibandingkan dengan unit pengisian dan target distribusi

packing plant.

 Target distribusi yang tidak terpenuhi.

 Berdasarkan simulasi penjadwalan maka skenario distribusi penjadwalan yang optimal adalah skenario ketiga dengan alasan:

 Memiliki realisasi pengiriman semen yang mendekati target distribusi perusahaan setelah skenario 2.  Memilki estimasi biaya distribusi yang paling kecil.

(10)

Optimalisasi Distribusi Semen Curah… Irwan Setiawan

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

 Berdasarkan simulasi penjadwalan skenario kedua di dapatkan pengalokasian kapal sebagai berikut lima kapal ke Bitung, empat kapal ke Palu, tiga kapal ke Samarinda, dua kapal ke Banjarmasin, dua kapal ke Pontianak, tiga kapal ke Celukan Bawang, tiga kapal ke Ambon dan dua kapal ke Makassar.

DAFTAR PUSTAKA

AM Sinaga, 2011, Chapter II, repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /24226/3/Chapter%2011.pdf, diakses tanggal 20 Juni 2011.

Bernadus Budi Hartono, 2009, Teknik Simulasi, http://pakhartono.word press.com/2009/09/08/teknik-simulasi/, diakses tanggal 20 Juni 2011.

E. Fitri, 2009, Simulasi Antrian dan Implementasinya, repository.usu.ac.id

/bitstream/123456789/14072/1/09E02904.pdfz, diakses tanggal 12 April 2011

Galuh, 2011, Struktur Produksi, http://galuhlistya.blogspot.com./2011_03_ 01_ar chive.html, diakses tanggal 23 April 2011.

H Mawengkang, 2011 Chapter II, repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/26702/3/Chapter%2011.pdf, diakses tanggal 20 Juni 2011.

Materi Diklat PT. Semen Tonasa (2010)

Pramita, Anidya. 2009. Pemodelan Sistem Transportasi Semen Curah PT. Semen Tonasa Unit V dari Plant Site ke Pelabuhan Biringkassi (Studi kasus PT. Semen Tonasa). Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri, Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Gambar

Tabel 1. Target dan Realisasi Pengiriman Semen/Tahun untuk Skenario 3

Referensi

Dokumen terkait

• Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasan dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi penilaian

Winataputra (2013) yang merupakan salah satu tokoh pendidikan nasional yang terlibat langsung dalam perumusan kurikulum 2013, dalam suatu pertemuan Rapat Perumusan

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Sumbangsih Pembelajaran PPKn terhadap Pelajaran Aqidah Akhlak pada MA Ampah dan MAN Dusun Timur

Makalah masalah ekonomi dan

Laju korosi tertinggi terjadi pada spesimen paduan Fe-1,52Al-1,44C yang dilakukan dengan proses hardening 900 o C g yaitu 0,927 mm/tahun, hal ini disebabkan munculnya

2009 : 5 ). Hal ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya

Näiden kahden kaupunkiseudun kasvusopimus- ja INKA-haun valmistelua tarkastelemalla saadaan rakennettua kuvaa näistä uusista sopimusinstrumenteista sekä niiden vastaanotosta

Mikäli Ilmari- hanketta analysoidaan Koskisen ympäristökansalaisuutta tukevan ympäristökasvatuksen mallin avulla, voidaan todeta, että hankkeesta puuttuu elementtejä, jotka