• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR aplikasi gadai RAHN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP DASAR aplikasi gadai RAHN (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR RAHN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer Perbankan

Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun Oleh:

Ema Sartika 141261810

Kelas D

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

(2)

A. PENDAHULUAN

Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan sebagai suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu Negara modern, tak luput juga Negara Indonesia yang mayoritas muslim. Hampir semua perjanjian ekonomi termasuk perbankan dikaitkan dengan dengan bunga. Banyak Negara, termasuk Indonesia dapat mencapai kemakmurannya dengan sistem bunga.

Pada Bank Konvensional pembiayaan gadai emas merupakan hal yang lumrah untuk memberikan pinjaman kredit bagi para nasabahnya. Bahkan beberapa Bank Konvensional dapat meningkatkan pendapatannya dengan mengeluarkan gadai emas tersebut karena pembiayaan gadai emas merupakan suatu produk yang dapat memberikan nilai jual yang cukup tinggi bagi bank tersebut. Akan tetapi dalam bank yang berbasis syariah hal tersebut berbeda dari bank konvensional yang melakukan proses transaksi dengan sistem riba’(pengambilan keuntungan dengan mengenakan bunga).

Bank syari’ah dalam usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu berlandaskan pada prinsip syariah, antara lain dengan tidak menggunakan sistem bunga untuk aktivitas perbankannya karena bunga merupakan jenis riba’ yang diharamkan dalam Islam.

Pembiayaan gadai syariah atau Rahn dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI), tetapi adapula yang menggunakan mudharabah (bagi hasil). Pembiayaan gadai syariah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lainnya.

(3)

yang berhubungan dengan pembiayaan gadai syariah. PSAKini berlaku sejak 1 Januari 2008. Penerapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSN-MUI/III/2002 dengan akad pendamping dari gadai syariah yaitu akad ijarah (PSAK 107) untuk pembiayaan dengan gadai syariah akan memberikan konstribusi terhadap pencapaian target pertumbuhan perbankan syariah karena peraturan (JAAKFE, Desember 2013) dapat menambah kepercayaan masyarakat dalam memanfaatkan produk pembiayaan gadai syariah.1

1

(4)

B. KONSEP DASAR RAHN

1. Definisi Rahn

Menurut bahasa (etimologi), gadai (al-rahn) berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Adapula yang menjelaskan bahwa rahn adalah terkurung atau terjerat.2

Sedangkan menurut istilah (terminologi), gadai adalah penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.3

Beberapa ulama mendefinisikan rahn sebagai harta yang oleh pemiliknya digunakan sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Rahn juga diartikan sebagai jaminan terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran kepada pemberi utang baik seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berutang tidak mampu melunasinya.4

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gadai syariah merupakan aktivitas pinjam meminjan dengan menyerahkan barang jaminan yang memiliki nilai ekonomis dimana barang jaminan tersebut dapat digunakan untuk melunasi pinjaman apabila peminjam tidak dapat membayarnya5

Produk rahn dalam bank dapat dipakai sebagai produk pelengkap sebagai jaminan dalam pembiayaan, ataupun sebagai produk tersendiri atau yang biasa dikenal dengan gadai.

Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “ Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang

2

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), h. 105.

3Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah

, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 159.

4

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 209.

5

Galis Kurnia Afdhila, “Analisis Implementasi Pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Syariah)

(5)

menggadaikannya. Baginya adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian (atau biaya)”. (H.R Syafi’idan Daruqutni)6

Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan ( rahun), namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai (murtahn) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, misalnya mobil maka pihak yang menerima barang gadai boleh memanfaatkannya atas seizin pihak yang menggadaikan sebaliknya ia berkewajiban memelihara barang gadaian. Untuk barang gadaian berupa emas tentu tidak ada biaya pemeliharaan, yang ada adalah biaya penyimpanan. Penentuan besarnya biaya penyimpanan dilakukan dengan akad ijarah.

Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang menerima gadai (pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya. Dengan kata lain fungsi rahn ditangan mutahin (pemberi utang) hanya berfungsi sebagai jaminan utang dari rahin (orang yang berutang). Namun, barang gadaian tetap milik orang ang berutang.7

6

Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2012),

h.55.

7

(6)

2. Dasar Hukum Rahn a. Al- Qur’an:

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang.” (QS. Al-Baqarah 2:283)

b. As-Sunnah:

“Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menjaminkan sebuah baju besi kepadanya”. (H.R. Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah) “Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang menggunakan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya perawatan dan pemeliharaan.” (H.R.Jamaah kecuali muslim dan An-nisa’i)8

3. Rukun dan Syarat Rahn a. Rukun Rahn

1) Rahin, orang yang menggadaikan jaminan atau orang yang menggadaikan

2) Murtahin, yaitu orang yang menerima jaminan 3) Marhun, yaitu barang yang dijadikan jaminan

4) Marhun bih, yaitu uang yang dijadikan sebagai utang 5) Sighat, yaitu akad ijab kabul dari rahin dan murtahin.9 b. Syarat Rahn

(7)

2) Barang yang digadaikan harus:

a) Berupa barang yang sesuai dengan syarat

b) Tidak boleh rusak sebelum masa jatuh tempo utang c) Tidak boleh digadaikan lagi untuk utang yang lain

d) Murtahin hanya berhak menyimpan, tidak memanfaatkan atau memiliki

e) Jika utangnya sudah jatuh tempo, maka murtahin boleh menjualnya dengan didampingi rahin untuk membayar utangnya.

f) Murtahin wajib mengganti kerusakan jika ia ceroboh dalam menyimpannya.

3) Utang. Syaratnya:

a) Berupa tanggungan utang. Jika bukan utang, seperti barang curian, pinjaaman, titipan, modal mudharabah dan lainnya b) Utang yang sudah jadi tidak dapat dibatalkan lagi

c) Maklum jumlahnya bagi kedua pihak 4) Shigat. Syaratnya:

a) Seperti syarat dalam jual beli

b) Tidak mencantumkan syarat yang merugikan salah satu pihak seperti:

(1) Marhun boleh mengambil keuntungan dari barang gadai (2) Rahin mensyaratkan tidak boleh dijual saat utang jatuh

tempo.10

Menurut ulama Hanafiah, syarat barang yang digadaikan harus barang yang berharga jelas, dapat diserahterikakan, dapat disimpan tahan lama, terpisah dari barang lainnya baik benda bergerak maupun tidak. Secara lebih rinci syarat-syarat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

10

Andi Ali Akbar, Prinsip-Prinsip Dasar Transaksi Syariah, ( Blogagung, Karangdoro,

(8)

1. Barang yang digadaikan harus dapat diperjualbelikan, harus pada waktu akad dan dapat diserahterimakan

2. Barang yang digadaikan harus berupa harta (kekayaan) yang bernilai

3. Barang yang digadaikan harus halal dan digunakan atau dimanfaatkan, sekiranya barang tersebut dapat untuk melunasi utang

4. Barang harus jelas, sfesifikasinya, ukuran, jenis jumlah, kualitas dan seterusnya

5. Barang harus milik pihak yang menggadaikan secara sempurna 6. Barang yang digadaikan harus menyatu, tidak terpisah-pisah 7. Barang harus tidak ditempeli sesuatu yang tidak ikut digadaikan 8. Barang yang digadaikan harus utuh, tidak sah menggadaikan mobil

hanya seperepat atau separuh

Rahn dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat sebagaimana dijelaskan di atas. Apabila salah satu rukun atau syarat tidak terpenuhi, maka rahn tidak sah.11

11

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(9)

C. Kesimpulan

gadai syariah merupakan aktivitas pinjam meminjan dengan menyerahkan barang jaminan yang memiliki nilai ekonomis dimana barang jaminan tersebut dapat digunakan untuk melunasi pinjaman apabila peminjam tidak dapat membayarnya12

Produk rahn dalam bank dapat dipakai sebagai produk pelengkap sebagai jaminan dalam pembiayaan, ataupun sebagai produk tersendiri atau yang biasa dikenal dengan gadai.

Dasar Hukum Rahn terdiri Al- Qur’an Surat Al-Baqarah 2:283 dan As-Sunnah, H.R. Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah dan H.R.Jamaah kecuali muslim dan An-nisa’i.

Adapun Rukun Rahn adalah:

1. Rahin, orang yang menggadaikan jaminan atau orang yang menggadaikan

2. Murtahin, yaitu orang yang menerima jaminan 3. Marhun, yaitu barang yang dijadikan jaminan

4. Marhun bih, yaitu uang yang dijadikan sebagai utang 5. Sighat, yaitu akad ijab kabul dari rahin dan murtahin

Menurut ulama Hanafiah, syarat barang yang digadaikan harus barang yang berharga jelas, dapat diserahterikakan, dapat disimpan tahan lama, terpisah dari barang lainnya baik benda bergerak maupun tidak. Secara lebih rinci syarat-syarat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Barang yang digadaikan harus dapat diperjualbelikan, harus pada waktu akad dan dapat diserahterimakan

2. Barang yang digadaikan harus berupa harta (kekayaan) yang bernilai 3. Barang yang digadaikan harus halal dan digunakan atau dimanfaatkan,

sekiranya barang tersebut dapat untuk melunasi utang

12

Galis Kurnia Afdhila, “Analisis Implementasi Pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Syariah)

(10)

4. Barang harus jelas, sfesifikasinya, ukuran, jenis jumlah, kualitas dan seterusnya

5. Barang harus milik pihak yang menggadaikan secara sempurna 6. Barang yang digadaikan harus menyatu, tidak terpisah-pisah 7. Barang harus tidak ditempeli sesuatu yang tidak ikut digadaikan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Afif muhammad. Fikih (edisi 3). PT Grafindo Media Pratama.2006.

Andi Ali Akbar,.Prinsip-Prinsip Dasar Transaksi Syariah, Blogagung, Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi. Jawa Timur: Yayasan PP Darussalam. 2014.

Galis Kurnia Afdhila. “Analisis Implementasi Pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Syariah) Pada Kantor Pegadaian Syariah Cabang Landungsari Malang”.

Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2002.

Imam Mustofa. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2016.

Ira Ikasa Putri. “Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai Syariah (Rahn) Pada PT. Bank Syariah Mandiri. Tbk. Cabang Pontianak “,Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 2. No. 2. Desember 2013.

Ismail, Perbankan Syariah. Jakarta. Kencana. 2011.

Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung. Alfabeta, 2012.

Rachmat Syafe’i. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Tingkat Kadar Asam Urat Pada Lansia di Posyandu Lansia Werdha Pratama Kalirandu Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta, ditunjukkan

Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi (R) sebesar 0.748 dengan signifikansi sebesar 0.000 yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel

Jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara pada Februari 2014 mencapai 6,77 juta orang atau bertambah sekitar 124 ribu orang bila dibanding angkatan kerja Februari 2013, yaitu

Bobot prioritas tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ). Keluaran sistem ini berupa total nilai kualitas

Sehubungan dengan hasil dari penelitian bahwa persepsi guru Sekolah Dasar Negeri Terakreditasi A terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah adalah cukup

Penggalian pentingnya menyampaikan pengetahuan nilai-nilai budaya khususnya seni gamelan jawa ke generasi berikutnya dengan menggunakan media informasi dan model

Ukuran perbaikan dalam hal kesetaraan dan keadilan juga diperhatikan dalam penelitian tentang kebijakan penanggulangan HIV/AIDS, dan secara teori kesetaraan dan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan anatara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik