• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum HAM dan demokrasi dalam Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum HAM dan demokrasi dalam Islam"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK DUA (KELAS C) :

MAHARANI SUKMADEWI

RAHMI RASYIDAH

HERDINA MEYLIFEPRI

DWI INDAYANI

REZA MAULANA

FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan

kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah

Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Hukum, HAM Dan Demokrasi Nasional.”

dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.

Tersusunnya karya ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak

yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami menghaturkan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam

pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang

membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak.

Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah

yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta

kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu

penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat

memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisanpenulisan mendatang. Dan apabila di dalam karya ilmiah ini terdapat hal-hal yang

dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Cimahi, 20 September 2015

(3)

Daftar isi

I. KONSEP HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI...4

A. Konsep hukum...4

III. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT...12

IV. KONSTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERUMUSAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA... 14

I. KONSEP HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI...16

A. Konsep hukum... 16

B. Konsep HAM...16

C. Konsep demokrasi...16

II. SUMBER HUKUM ISLAM...16

III. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT...17

IV. KONSTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERUMUSAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA...17

II. SARAN... 17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dewasa ini, sering kita jumpai maraknya perdebatan yang menyangkut kehidupan masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar negeri. Beberapa contoh perdebatan yang terjadi tidak lain mengenai hukum, HAM, dan juga demokrasi. Untuk itu, kami selaku mahasiswa yang berjiwa islam mencoba untuk mengkilas balik ilmu yang mengenai hukum, HAM, dan juga demokrasi yang berkaitan dengan konsep umum maupun agama.

Yang melatar belakangi topik bahasan kami adalah tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam mengenai hukum, HAM, dan juga demokrasi.

PERUMUSAN MASALAH

1. Apa itu konsep hukum, HAM, dan demokrasi itu? 2. Apasaja yang menjadi sumber hukum di dalam islam?

3. Bagaimana peran hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat?

4. Adakah konstribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesia?

TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam makalah ini adalah :

1. seluruh mahasiswa dapat memahami materi yang telah disajikan dalam bentuk makalah ini.

2. Diharapkan agar para mahasiswa mampu melaksanakan syari’at islam dengan sebaik-baiknya.

3. Diharapkan agar para mahasiswa dapat menyadari perannya sebagai mahasiswa yang berjiwa islam dan berjiwa kebangsaan.

(5)

MANFAAT

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI

A.

Konsep hukum

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.

Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

B. Konsep HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar demokrasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 dijabarkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

(7)

melainkan yang membedakan antara manusia satu dengan lainnya adalah dalam ketaqwaannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujarat: 13 sebagai berikut:

Artinya:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia antara lain:

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

Konsep demokrasi

Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.

(8)

sebagai sistem yang mengukuhkan prinsip dasar demokrasi Islam yang telah mengakar sejak dulu. Prinsip-prinsip Islami yang sudah lama berurat berakar yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’) dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad).

Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. 3. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

4. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.

II. SUMBER HUKUM ISLAM

A. Al-Qur’an

Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Qur’an diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan surat An Nas. Membaca Al Qur’an merupakan ibadah.

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup kaum muslimin. Sebab di dalamnya terkandung aturan da kaidah-kaidah kehidupan yang harus dijalankan oleh umat manusia. Allah swt. Menetapkan Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama bagi hukum Islam. Sebagaimana firman-Nya :

ههللا ككـررأك آمكبب سباننكلا نكييبك مككهحيتكلب قنبحكليابب بكتركبليا ككييلكإب آنكليزكنيأك آننكإب

اممييصبخك نكيينبئبآخكليلنب نيكهتكلكوك

Artinya : “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab )Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), membawa kebenaran agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penantang (orang-orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang bekhianat.

(9)

Berdasarkan tempat diturunkannya, surah dalam Al-qur’an dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Surah Makiyyah 2. Surah Madaniyah

B. Sunnah Nabi/Hadist

Menurut bahasa, hadits artinya baru, dekat dan berita. Sedangkan menurut istilah, hadits adalah perkataan (qaul), perbuatan (fi’il) dan ketetapan (taqrir) Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum. Hadits disebut juga Sunnah, yang menurut bahasa artinya jalan yang terpuji atau cara yang dibiasakan. Menurut istilah, sunnah sama dengan pengertian hadits, yaitu segala ucapan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad saw. yang harus diterima sebagai ketentuan hukum oleh kaum muslimin dan segala yang bertentangan dengannya harus ditolak.

Secara etimologi “sunnah” berarti “jalan yang biasa dilalui”, “cara yang senantiasa dilakukan”, “kebiasaan yang selalu dilaksanakan”. Secara terminology sunnah (menurut ulama ushul fiqh) adalah seluruh yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan atau penetapan (taqrir). Ada beberapa istilah yang mempunyai kesamaan makna dengan sunnah, antara lain:

- Hadis, biasa digunakan hanya terbatas kepada apa yang datang dari Nabi Muhammad SAW.

- Khabar, digunakan terhadap apa yang datang dari selain Nabi Muhammad SAW. - Atsar, apa yang datang dari sahabat, tabi’in, dan orang sesudahnya.

Sebagaimana Al-Qur’an, hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Derajatnya menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Hal ini merupakan ketentuan Allah swt. Sebagaimana firman-Nya :

(10)

Sebagai sumber hukum Islam yang kedua, Al-Hadits mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting bagi ditegakkannya hukum Islam, diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam Al-Qur’an.

2. Sebagai penjelas atas hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini, tiga fungsi yang diperankan Al Hadits adalah sebagai berikut :

- Menjelaskan dan merinci hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an secara global (ijmali).

- Memberi batasan atas hukum-hukum dalam Al-Qur’an yang belum jelas batasannya.

- Mengkhususkan hukum-hukum dalam AL-Qur’an yang masih bersifat umum.

3. Menetapkan hukum-hukum tambahan atas hukum-hukum yang belum terdapat di dalam Al-Qur’an.

Macam-macam Hadits

a. Hadits Qauliyah : Hadits yang didasarkan atas segenap perkataan dan ucapan Nabi Muhammad saw.

(

ملسمو ىراخبلا هاور تباينكننبلابب لهامكعيلكاي امكننكإب

)

“Segala amalan itu mengikuti niat (orang yang meniatkan)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

b. Hadits Fi’liyah : Hadits yang didasarkan atas segenap perilaku dan perbuatan Nabi Muhammad saw.

(

هاور ىراخبل ملسمو نع كلام

)

اووللص

ص امصك

ص ي

و ننووممتميوأ

ص رص يوللصصام

(11)

c. Hadits Taqririyah : hadits yang didasarkan pada persetujuan Nabi Muhammad saw. terhadap apa yang dilakukan sahabatnya.

للالكحك ههننكإبفك اويلهكه ،يمبويقك ضبرياك ىفب سكييلك ههننككبلكوك ،لك

“Tidak, hanya saja binatang ini tidak ada di negeriku (oleh karena itu aku tidak suka memakannya). Makanlah, sesungguhnya dia (dhab) halal”. (HR. Al-Bukhary dan

Muslim)

Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan ke dalam empat tingakatan yaitu:

· Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh perawi dari perawi yang lain hingga sampai pada Nabi Muhammad SAW.

· Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian tersebar luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.

· Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga sampai kepada nabi muhammad.

· Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah,se hingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Sunnah berkedudukan sebagai dalil hukum islam. Hal ini didasarkan kepada nash Al-quran yang artinya:

”Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah allah menjadi saksi”.(QS.annisa’:79)

(12)

selain dari kedua penggolongan hadits tersebut, hadits juga dapat dibedakan menjadi dua golongan. Yaitu :

1. Hadist shahih, yang kata-katanya bebas dari bahasa yang rendah (tidak pantas) serta maksudnya tidak bertetangga dengan ayat atau hadits dan yang meriwayatkannya orang-orang yang pantas dipercaya.

2. Hadits dha’if, atau bisa disebut dengan hadits cacat, yang bertentangan dengan nash al-quran.

Didalam ilmu hadist dikenal adanya ulama hadist yang masykur. Keenam ulama tersebut, ialah :

1. Al-Bukhari (194 - 256 H/810 - 870 M)

2. Muslim (204 - 261 H/817 - 875 M)

3. Abu Daud (202 - 275 /817 - 889 M)

4. An-Nasai (225 - 303 H/839 - 915 M)

5. At-Turmudzi (209 - 272 / 824 - 892 M)

6. Ibnu Majah 9207 - 273 / 824 - 887 M)

C. Ijtihad

(13)

Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi beberapa syarat berikut ini :

a) Mengetahui isi Al Qur’an dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan hukum b) Memahami bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al

Qur’an dan hadits

c) Mengetahui soal-soal ijma

d) Menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas (Syarifuddin, 2005).

Metode – Metode Ijtihad :

Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode atau cara berijtihad adalah:

a. Ijma’, adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat disuatu masa.

b. Qiyas, adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul karena persamaan illat-Nya.

c. Istidlal, adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan.

(14)

d. Masalin Al-Mursalah, adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab hadits, berdasarkan pertimabangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum.

Contoh : Pembenaran pemungutan pajak penghasilan untuk kemaslahatan, yang sama sekali tidak disinggung di dalam Al-Qur’an dan As Sunnah Rasul.

e. Istishan, adalah cara menentukan hukum dengan cara menyimpang dari ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan social. Istishan adalah suatu cara untuk mengambil keputusan yang tepat menurut suatu keadaan.

f. Adat-Istiadat atau ‘Urf, adalah yang tidak bertentangan hukum Islam dapat dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.

III. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu mengandung potensi terjadinya benturan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan menjadi pedoman setiap pemeluknya.

Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:

a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,

b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl),

c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).

(15)

dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi’), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.

Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi ibadah

Dalam QS Az-zariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka dengan dalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.

2. Fungsi amr ma’ruf naahi munkar (perintah untuk menegakkan kebaikan dan pencegahan dari kemungkaran).

Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.

3. Fungsi zawajir (penjeraan)

Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut melakukan kejahatan.

4. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)

Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan

pengorganisasian umat menjadi lebih baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social.

Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.

(16)

Konstribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesia nampak jelas setelah Indonesia merdeka. Sebagai hukum yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat, hukum islam telah menjadi bagian kedalam kehidupan bangsa Indonesiayang mayoritas beragama islam. Diantara nya :

1) UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 disahkan (diundangkan) sehari setelah proklamasi kemerdekaan (18 Agustus 1945) setelah melalui perjalanan yang patut dicatat dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Di mulai dari Rancangan-Undang-Undang Dasar oleh BPUPKI yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” dan diserahkan kepada PPKI untuk merumuskan bentuk, dasra dan tujuan negara RI menjelang kemerdekaan RI. Teuku Muhammad Radhi mengemukakan, salah satu syarat agar hukum dapat berlaku dengan baik dalam masyarakat antara lain, hukum tersebut harus sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Bisa dipahami bila masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam menghendaki agar dalam penyusunan hukum nasional hendaknya memperhatikan hukum islam dan tidak bertentangan dengan hukum Islam (Teuku M. Radhi, 1983).

2) Perundangan lainnya

Ada beberapa peraturan baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan / instruksi presiden dan lain-lain yang berisi tentang hukum islam. Diantara peraturan tersebut adalah:

a. Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959, menyatakan bahwa Piagam Jakarta menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945. Dalam Piagam Jakarta, redaksi sila pertama Pancasila adalah : “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

(17)

c. Instruksi Presiden nomor 13 Tahun 1980 ( pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960) tentang Perjanjian Bagi Hasil. Pada pasal 4 ayat 2 disebutkan adanya kewajiban mengeluarkan zakat sebelum dilakukan pembagian dalam perjanjian bagi hasil tersebut.

d. Undang-undang No.1 tahun 1974 yang membahas tentang pernikahan.

f. Undang-undang No. 38 tahun 1999 yang membahas tentang pengelolaan zakat.

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

I. KONSEP HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI

A. Konsep hukum

(18)

tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.

B. Konsep HAM

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

C. Konsep demokrasi

Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh

negara di dunia.

II. SUMBER HUKUM ISLAM

1. Al-qur’an 2. Hadits 3. Ijtihad

III. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT 1. Fungsi ibadah

2. Fungsi amr makruf naahi munkar 3. Fungsi zawajir (penjeraan)

4. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah

IV. KONSTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERUMUSAN DAN

(19)

a. Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959, Dalam Piagam Jakarta, redaksi sila pertama Pancasila adalah : “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

b. Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan dan tanah Milik (Peraturan pelaksanaan pasal 49 ayat 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960). c. Instruksi Presiden nomor 13 Tahun 1980 ( pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960) tentang Perjanjian Bagi Hasil. Pada pasal 4 ayat 2 disebutkan adanya kewajiban mengeluarkan zakat sebelum dilakukan pembagian dalam perjanjian bagi hasil tersebut.

d. Undang-undang No.1 tahun 1974 yang membahas tentang pernikahan.

e. Peraturan pemerintah No. 28 tahun 1977 tang membahas tentang pewakafan hak milik.

f. Undang-undang No. 38 tahun 1999 yang membahas tentang pengelolaan zakat.

II. SARAN

Lembaga pembuat undang undang dapat menggunakan seluruh hukum islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. DOC. Contoh Makalah Konsep ketuhanan dalam islam (download internet)

2.http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/hukum-ham-dan-demokrasi-dalamislam_6683.html

3. PPT. Hukum Ham dan demokrasi dalam islam (download internet)

4.http://aiiu474.blogspot.com/2013/06/makalah-hukum-ham-dan-demokrasidalam.html

(20)

6. PPT Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Indonesia (download internet) 7.

Referensi

Dokumen terkait

Norma-norma yang merupakan ungkapan dari nilai itu menentukan tingkah laku manusia dalam masyarakat, tetapi sebaliknya tingkah laku manusia dalam masyarakat itu,

Dasar dan kerangka dari hukum ini ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur mengenai hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga mengenai

Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri setiap manusia. Dilihat dari sejarahnya, umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM

Dari berbagai definisi Hukum sebagaimana tersebut di atas, maka secara sederhana dapat di kemukakan bahwa Hukum adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum merupakan peraturan yang mengatur tentang tingkah laku manusia yang di buat oleh badan berwenang dan bersifat

Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan menentukan tingkah laku manusia

Izin merupakan sarana yuridis untuk mengatur tingkah laku masyarakat. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang mengajukan permohonan untuk melakukan

dari gabungan dua kata ini maka bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam adalah Seperangkat aturan yang datang dari Allah dan Nabi Muhammad untuk mengatur tingkah laku