• Tidak ada hasil yang ditemukan

25 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEHAMILAN USIA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "25 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEHAMILAN USIA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BELANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEHAMILAN USIA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BELANG Windy Loviany Anthonie*, F. J. O. Pelealu*, Franckie R. R. Maramis*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Kehamilan pada masa remaja mencapai proporsi tingkat krisis dalam dekade akhir ini, dengan satu dari sepuluh wanita muda hamil setiap tahun. Kehamilan remaja berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu dan anak. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja antara lain kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kemudian faktor yang berasal dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi dikumpulkan dari 8 orang informan yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru, remaja yang mengalami kehamilan, siswa, teman dekat, dan orang tua dengan menggunakan metode Triangulasi. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, alat perekam suara dan alat tulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab kehamilan usia remaja di SMA Negeri 1 Belang karena adanya perilaku seksual siswa ketika berpacaran. Pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi dan akses media informasi teknologi dalam mengakses situs pornografi sehingga menyebabkan adanya perilaku seksual terhadap remaja di SMA Negeri 1 Belang sehingga menyebabkan terjadinya kehamilan usia remaja. Faktor lingkungan keluaraga dan lingkungan pergaualan dapat mempengaruhi remaja dalam pertumbuhannya sebagai remaja. Penyebab kehamilan usia remaja pada siswa SMA Negeri 1 Belang karena adanya perilaku seksual, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, lingkungan yang mempengaruhi perilaku remaja, akses media informasi yang semakin cepat untuk mengakses informasi apa saja termasuk pornografi dan seks, dan perilaku teman sebaya yang tidak baik. Saran kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Belang untuk memberikan pendidikan seks kesehatan reproduksi kepada remaja yang ada di sekolah SMA Negeri 1 Belang.

Kata Kunci : Kehamilan, Remaja, SMA Negeri 1 Belang

ABSTRACT

Pregnancy in adolescence reaches the proportion of crisis levels in the last decade, with one in ten pregnant young women each year. Teen pregnancies contribute greatly to maternal and child mortality. Some factors that cause pregnancy is not desirable in adolescents, among others, lack of knowledge about reproductive health and then factors that come from within adolescents themselves who do not understand their obligations as students.The type of this research is descriptive research using qualitative approach. Information was collected from eight informants consisting of principals, teachers, adolescents who had pregnancies, students, close friends, and parents using the Triangulation method. Research instruments include interview guides, voice recorder and stationery. The results showed that the cause of teenage pregnancy in SMA Negeri 1 Belang because of the sexual behavior of students when dating. Lack of knowledge about reproductive health and access to information technology media in accessing pornographic sites so as to cause sexual behavior towards adolescents in SMA Negeri 1 Belang thus causing the teen age pregnancy . Environmental factors of outages and social environment can affect adolescents in their growth as adolescents. The causes of teenage pregnancy at SMA Negeri 1 Belang because of sexual behavior, lack of knowledge about reproductive health and sexuality, the environment that affects adolescent behavior, access to information media faster to access any information including pornography and sex, and peer behavior not good. Advice to the Principal of SMA Negeri 1 Belang to provide reproduction health education to teenagers in SMA Negeri 1 Belang.

(2)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari

anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja

merupakan kehidupan yang sangat menentukan

bagi kehidupan masa depan. Kehamilan remaja

adalah kehamilan yang terjadi pada remaja

yang merupakan akibat perilaku seksual baik

disengaja (sudah menikah) atau tidak

disengaja (belum menikah). Kehamilan pada

masa remaja mencapai proporsi tingkat krisis

dalam dekade akhir ini, dengan satu dari

sepuluh wanita muda hamil setiap tahun.

Menurut Statistik Kesehatan Dunia (World

Health Statistic) tahun 2014 data angka

kelahiran global pada populasi umur 15-19

tahun sebesar 49 per 1000 remaja putri. Angka

kelahiran tersebut memiliki rentang yang cukup

luas, yaitu antara 1-299 kelahiran per 1000

remaja putri di masing-masing negara.

Kehamilan remaja berkontribusi besar terhadap

angka kematian ibu dan anak. Kehamilan

remaja berdampak negatif pada kesehatan

remaja dan bayinya (WHO, 2014). Berdasarkan

proyeksi penduduk pada tahun 2015

menunjukan bahwa jumlah remaja (usia 10-24

tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta

atau 25 % dari jumlah Penduduk Indonesia 255

juta (Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Seiring

dengan berkembangnya zaman arus informasi

global telah membanjiri bangsa hingga ke

pelosok negeri. Setiap harinya pengaruh budaya

yang berbeda dari budaya tradisional asli

bangsa masuk melalui saluran informasi. Tanpa

disadari pengaruh tersebut merubah pola pikir

dan ada kecenderungan untuk meniru apa saja

yang terkesan modern tanpa memahami latar

belakang di balik apa yang sedang ditiru. Dalam

hal perilaku seks sebagian dari masyarakat telah

berkiblat secara mentah-mentah pada budaya

Barat yang mengizinkan remaja melakukan

seks pranikah (Widyarini, 2009, 59). Budaya ini

secara tidak

langsung mengubah pola pikir remaja tentang

seks pranikah. Menurut penelitian Pawestri, dan

Dewi Setyowati yang dilakukan pada sebuah

Universitas di Semarang didapatkan hasil yang

cukup mengejutkan. Dalam penelitian tersebut

disebutkan bahwa remaja menganggap proses

kissing dan petting adalah hal yang biasa

dilakukan oleh teman sebaya sedangkan

intercouse boleh dilakukan apabila suka sama

suka dan sebesar 12% responden yang dalam

hal ini remaja telah melakukan hubungan seks

dengan pasangannya yang dinilai telah

berkomitmen untuk menikah. Beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak

diinginkan pada remaja antara lain kurangnya

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

kemudian faktor yang berasal dari dalam diri

remaja sendiri yang kurang memahami

kewajibannya sebagai pelajar. Faktor luar

seperti lingkungan pergaulan bebas tanpa

kendali orang tua menyebabkan remaja merasa

bebas untuk melakukan apa saja yang

diinginkan serta perkembangan teknologi

media komunikasi yang semakin canggih yang

memperbesar kemungkinan remaja mengakses

apa saja yang termasuk hal-hal negatif

(Kusmiran, 2014:36). Berdasarkan data awal

tanggal 3 April 2017 di Puskesmas Belang

Kecamatan Belang Kab Minahasa Tenggara

(3)

tahun yaitu terdapat 34 remaja dan pada tahun

2016 terdapat 37 remaja yang mengalami

kehamilan, d anada beberapa remaja yang

masih dalam status siswa di di SMA Negeri 1

Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Hal

inilah yang melatar belakangi penulis tertarik meneliti dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Kehamilan Usia Remaja pada siswa SMA

Negeri 1 Belang Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di

SMA Negeri 1 Belang Kecamatan Belang

Kabupaten Minahasa Tenggara. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai

Agustus 2017. Pemilihan informan berdasarkan

asas kesusuaian (appropriatness) yang artinya

informan yang memiliki pengetahuan yang

berkaitan dengan topik penelitian dan asas

kecukupan (adequacy) yang artinya informan

yang dapat menggambarkan seluruh fenomena

yang berkaitan dengan topik penelitian.

Sehingga informan dalam penelitian ini

berjumlah 8 orang, terdiri dari Remaja yang

mengalami kasus kehamilan usia remaja

berjumlah dua orang, Guru sekolah SMA

Negeri 1 Belang berjumlah dua orang, Siswa

SMA Negeri 1 Belang berjumlah satu orang,

Teman dekat berjumlah satu orang, dan Orang

tua berjumlah dua orang. Data yang

dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara

mendalam dengan para informan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian Faktor-Faktor Penyebab

Kehamilan Usia Remaja di SMA Negeri 1

Belang, peneliti hanya membahas tentang

penyebab kehamilan usia remaja pada siswa

SMA Negeri 1 Belang tersebut. Terdapat

keterbatasan dan kekurangan dan kekurangan

dalam menganilisis data disebabkan karena

salah satu informan yang dipilih awalnya tidak

bersedia untuk diwawancarai, namun setelah

diberikan penjelasan mengenai maksud

dipilihnya informan tersebut dalam penelitian,

akhirnya informan tersebut bersedia walaupun

sangat terbatas dalam menjawab beberapa

pertanyaan. Pertanyaan yang tidak terjawab

disebabkan juga karena beberapa informan

memiliki keterbatasan pengetahuan dalam

menjawab.

Perilaku Seksual Pranikah

Budiarjo mendefinisikan seksualitas

merupakan aspek-aspek dari individu yang

membuatnya mudah untuk berperilaku seksual

dan juga membuatnya tertarik dengan lawan

jenis. (Luthfie, 2002). Sementara itu menurut

Thornburg menjelaskan seksualitas meliputi

karakteristik fisik dan kapasitas untuk

berperilaku seks yang dipadukan dengan hasil

proses belajar psikoseksual (nilai, sikap dan

norma) sehubungan dengan perilaku tersebut.

Dari hasil observasi peneliti selama penelitian

di SMA Negeri 1 Belang, memang siswa-siswa

di sana banyak yang berpacaran, bahkan ketika

(4)

mereka duduk bersama, makan bersama di

kantin dan ada juga yang sampai bolos sekolah

bersama ketika tidak ada guru yang masuk di

kelas. Menurut Deagnova & Rice (2005) bahwa

pacaran yang dilakukan remaja lebih

berorientasi seksual dengan adanya

peningkatan jumlah kaum muda yang semakin

tertarik untuk melakukan hubungan intim,

bahkan tak jarang perilaku pacaran

dipertontonkan remaja ditempat-tempat umum.

Dengan demikian perilaku seks pranikah di

kalangan siswa SMA Negeri 1 Belang di

temukan hal-hal yang berkaitan dengan

perilaku seks pranikah pada remaja di tersebut

yaitu aktivitas seksual pranikah, partner

berhubungan seksual, intensitas hubungan

seksual pranikah dan tempat melakukan

hubungan seksual prankah.

Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

dan Seksualitas

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah

suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana

manusia dapat menikmati kehidupan

seksualnya serta mampu menjalankan fungsi

dan proses reproduksinya secara sehat dan

aman (Fatimah, 2006). Pada penelitian yang di

lakukan oleh peneliti, di temukan bahwa

hampir semua informan tahu harusnya

hubungan seksual itu dengan siapa boleh

dilakukan, dengan kapan dan megapa. Begitu

pula dengan dengan kegunaan alat kontrasepsi

(Kondom) dalam melakukan hubungan seksual.

Dua informan menjawab menjawab dengan

baik tentang kegunaan kondom dalam

melakukan hubungan seksual, yaitu guru dan

kepala sekolah SMA negeri 1 Belang. Dua

informan hanya mengetahui kegunaan kondom

adalah alat kontrasepsi yang digunakan selama

melakukan hubungan seksual pranikah. Satu

informan tidak menggunakan selama

melakukan hubungan seksual dengan

pasangannya. Berbeda lagi dengan satu

informan yang tidak tahu apa itu kondom,

bagaiaman bentuknya dan apa kegunaannya.

Pengetahuan seksual yang benar dapat

memimpin seseorang ke arah perilaku seksual

yang rasioal dan bertanggung jawab serta dapat

membantu membuat keputusan pribadi yang

terkait seksualitas. Sebaliknya, pengetahuan

seksual yang salah dapat mengakibatkan

kesalahan persepsi tentang seksualitas yang

selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual

yang salah dengan segala akibatnya

(Kumalasari, 2013). Oleh karena itu,

pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi dan seksualitas sangat penting untuk

dapat mencegah terjadinya kehamilan pada

remaja.

Akses Media Informasi

Menurut Nugraha (2010: 215) pornografi

adalah tulisan, gambar, televisi, atau bentuk

komunikasi lain yang melukiskan orang,

sebagian besar perempuan, laki-laki dan

anak-anak, dalam pose yang erotis (menggairahkan

secara seksual) atau aktivitas seksual yang

(5)

normal. Membaca dan menyaksikan pornografi

merangsang atau menyebabkan orang terbiasa

atau berperilaku agresif secara seksual.

Membicarakan seks juga harus dalam konteks

ilmiah atau belajar untuk memahami diri dan

orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan

benar sesuai dengan fungsi dan tujuan sakralnya

(Kusmiran, 2014: 30). Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ari Pristiana Dewi (2012). Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa remaja yang

sering terpapar pornografi beresiko berperilaku

seksual 1,3 kali dibandingkan remaja yang tidak

pernah mengakses pornografi. Sedangkan

remaja yang kadang-kadang mengakses

pornografi berisiko berperilaku seksual 1,1 kali

dibandingkan remaja yang tidak pernah

mengakses pornografi. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa remaja yang terpapar

pornografi lebih beresiko berperilaku seksual

berisiko dibandingkan dengan remaja yang

tidak terpapar pornografi. Makin meningkatnya

remaja yang terpapar pornografi merupakan

suatu masalah besar yang berkontribusi

terhadap meningkatnya jumlah remaja yang

berperilaku seksual aktif. Dengan demikian

perilaku seksual aktif ini akan mendorong

remaja untuk melakukan hubungan seksual

pranikah yang salah satu dampaknya kehamilan

tidak diinginkan pada remaja. Pada penelitian

yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa

empat informan sering membicarakan seks dan

pornografi bersama dengan teman-teman

mereka dan pacar mereka masing-masing. Apa

yang dialami informan sebagai dampak dari

media informasi yang mengandung informasi

seksual sesuai dengan hasi penelitian Sekarrini

(2011) yang menyatakan bahwaperkembangan

hormonal pada remaja dipacu oleh paparan

media masa yang mengundang rasa ingin tahu

dan keinginan untuk bereksperimen dalam

aktifitas seksual. Sebagaimana dijelaskan oleh

Bungin (2001) dalam Sekarrini (2011) sifat

media informasi mengandung nilai manfaat,

tetapi selain itu tidak sengaja menjadi media

informasi yang mampu untuk menyebarkan

nilai-nilai baru yang muncul di masyarakat.

Lingkungan

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah unit kesatuan sosial terkecil

yang mempunyai peranan sangat penting dalam

membina anggota-anggota keluarganya

(Rahayu, 2009). Secara prinsip keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas dua orang atau lebih berdasarkan

pada ikatan perkawinan dan pertalian darah,

hidup dalam satu rumah tangga di bawah

asuhan seorang kepala rumah tangga,

berinteraksi di antara anggota keluarga, setiap

anggota keluarga memiliki peranannya

masing-masing dalam menciptakan dan

mempertahankan budaya keluarga. Dari hasil

wawancara oleh para informan, diketahui

bahwa perhatian orang tua sangat dibutuhkan

ketika seseorang berada dalam proses

pertumbuhan remaja.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang

suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup

termasuk manusia dan perilakunya yang

(6)

dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainnya (Munib, 2005:76). Sekolah adalah

wahana kegiatan dan proses pendidikan

berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004:18). Dari hasil wawancara oleh para

informan, diketahui bahwa kurangnya

informasi tentang kesehatan reproduksi dan

seksualitas. Empat informan menyatakan

bahwa jarang mendapatkan informasi disekol

tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Hasil observasi dilapangan juga menunjukkan

bahwa guru-guru disekolah jarang memberikan

informasi tentang kesehatn repsroduksi dan

seksualitas.

c. Lingkungan Pergaulan

Lingkungan pergaulan adalah tempat

berkembanganya perilaku terhadap kebiasaan

yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan

yang kurang baik akan berpengaruh pada

perkembangan jiwa seseorang. Berdasarkan

hasil penelitian mengenai tempat biasanya

remaja berkumpul, ditemukan hampir semua

informan menyatakan bahwa tempat mereka

berkumpul berada di dermaga belang dan

rumah teman mereka. Tempat pelabuhan belang

atau deramaga belang merupakan salah satu

tempat favorit bagi remaja yang ada di wilayah

Kecamatan Belang. Kebanyakan remaja datang

untuk melihat sunset di sore hari dan

mengahbiskan malam bersama teman-teman

mereka atau pacar mereka sendiri.

Perilaku Teman Sebaya

Teman sebaya atau peers adalah anak-anak

dengan tingkat kematangan atau usia yang

kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting

dari kelompok teman sebaya adalah untuk

memberikan sumber informasi dan komparasi

tentang dunia di luar keluarga. Melalui

kelompok teman sebaya anak-anak menerima

umpan balik dari teman-teman mereka tentang

kemampuan mereka. Dari hasil observasi

peneliti selama di lapangan bahwa dalam

suasana belajar ataupun waktu istrahat sedang

berlangsung, baik siswa laki-laki maupun

perempuan menghabiskan banyak waktunya

bersama dengan teman-temannya. Peran teman

sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat

menonjol.

KESIMPULAN

1. Perilaku Seksual Pranikah

a. Dari hasil observasi peneliti selama di

lapangan bahwa dalam suasana belajar ataupun

waktu istrahat sedang berlangsung, baik siswa

laki-laki maupun perempuan menghabiskan

banyak waktunya bersama dengan

teman-temannya. Peran teman sebaya dalam pergaulan

remaja menjadi sangat menonjol.

b. Hubungan seksual pranikah ketika berpacaran atas dasar suka sama suka.

2. Pengetahuan tentang Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan Reproduksi dan

Seksualitas

a. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dan seksualitas.

b. Kesadaran terhadap hubungan seksual

pranikah yang harus dilakukan dengan

pasangan yang sudah sah secara hukum dan

(7)

c. Pengetahuan yang terbatas terhadap

kegunaan alat kontrasepsi (Kondom) dalam

melakukan hubungan seksual.

3. Akses Media Informasi

a. Media televisi dan internet paling sering digunakan dalam mengakses informasi

tentang seks dan pornografi.

b. Selalu membicarakan hal-hal mengenai seksualitas dan pornografi bersama

teman-teman dan pasangan ketika lagi bersama.

4. Lingkungan

Lingkungan Keluarga

a. Kurangnya pendekatan dan perhatian

orang tua terhadap anak dalam keluarga.

b. Keterbatasan pengetahuan orang tua

tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Sehingga anak tidak pernah diberi tahu tentang

kesehatan reproduksi dan seksualitas.

c. Orang tua menanamkan nila-nilai yang

berisi nilai agama dan moral yang baik terhadap

anak.

Lingkungan Sekolah

a. Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas yang terbatas. b. Tidak ada program khusus tentang pendidikan seks kesehatan reproduksi

disekolah.

Lingkungan Pergaulan

a. Berkumpul dan berjalan bersama teman-teman merupakan kegiatan yang

dilakukan ketika berada di luar rumah. Bahkan

setiap malam bisa bersama sama untuk

berpacaran dengan pasangan masing-masing.

b. Memilih dermaga, gunung dan rumah

teman sebagai tempat untuk berkumpul dengan

teman-teman.

5. Perilaku Teman Sebaya

a. Mengetahui perilaku seksual teman

sebaya ketika berpacaran, di mana perilaku

seksua teman sebaya ketika berpacaran sudah

melakukan kissing, necking hingga intercourse.

b. Kebanyakan teman sebaya sudah

pernah melakukan hubungan seksual pranikah

ketika berpacaran.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, (2012), Generasi Berencana

Kesehatan Reproduksi remaja, Jakarta

Sarwono

Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa

Tenggara (2016). Profil kesehatan Dinas

Kabupaten Minahasa Tengagara. Minahasa

Tenggara

Purwoastuti, E. & Walyani, E. (2015). Perilaku

& Softskills Kesehatan Panduan Untuk Tenaga

Kesehatan (Perawat Dan Bidan).

Pustakabarupress, Yogyakarta. Syafrudin &

Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. EGC,

Jakarta.

Surbakti, E.B. (2009). Kenalilah Anak Remaja

Anda. PT Elex Media komputindo Kelompok

Gramedia, Jakarta

Nirwana, A.(2012) Psikologi Wanita. Elex

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia menunjukan gejala dinamis mengikuti perkembangan jaman, teknologi dan masyarakatnya. Disamping itu, banyak kota kondisinya

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri ini semua pengunaan nama Departemen Pendidikan Nasional pada kepala surat, cap dinas/cap jabatan, papan nama, tanda pengenal,

[r]

Kata hubung yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah….. “ Aku puas mendapat nilai seratus.” Antonim kata puas

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syam dan Djalil (2006) tentang pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran: interaksi antara partisipasi anggaran dan

The scope of this study is only conducted to know the effect of picture crossword English vocabulary size, in particular of seventh grade students of

Pengembangan Program Parent Support Group (PSG) untuk Meningkatkan Kualitas Cara Pengasuhan Orangtua terhadap Anak dengan Gangguan Autisme di SLB X Kota Bandung Universitas