• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi bersaing Gula Rafinasi (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi bersaing Gula Rafinasi (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI

(Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)

OLEH

SITI FAJAR ISNAWATI H34066114

PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI

(Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)

OLEH

SITI FAJAR ISNAWATI H34066114

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi

masyarakat Indonesia. Sebagian besar gula dikonsumsi oleh masyarakat sebagai

sumber energi, pemberi cita rasa dan sebagai bahan baku industri makanan dan

minuman. Gula merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat dan sumber

energi atau tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam Pedoman Pola

Pangan Harapan (PPH), tercantum energi yang dianjurkan yang berasal dari gula

sebesar enam persen dari total kecukupan energi atau 110 kalori per kapita per hari

setara dengan 30 gram gula pasir. Selain itu, gula termasuk bahan pemanis alami

yang tidak membahayakan kesehatan bagi pemakainya jika dikonsumsi secukupnya

(Wiryastuti, 2002).

Gula yang dikenal masyarakat adalah gula berbahan baku tebu, yang dikenal

dengan gula putih atau gula pasir. Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu gula mentah (raw sugar), gula kristal putih (plantation white

sugar) dan gula kristal rafinasi (refined sugar). Jenis gula berbahan baku tebu yang

diperuntukkan konsumsi langsung oleh masyarakat adalah gula kristal putih

(plantation white sugar) atau lebih dikenal dengan gula pasir atau gula putih.

Sedangkan raw sugar digunakan sebagai bahan baku utama produksi gula rafinasi

dan penggunaan gula rafinasi diperuntukkan sebagai bahan baku industri makanan,

(4)

Gula Rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw

sugar kemudian mengkristalkannya kembali. Di Indonesia, penggunaan gula rafinasi

dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau antara melalui industri makanan,

minuman dan farmasi, karena untuk konsumsi langsung di sektor rumah tangga masih

dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri (Sub Dinas Bina

Produksi).

Tahun 2008, Industri Gula Rafinasi terdiri dari empat perusahaan yang

mendapat izin pemerintah dan memiliki status Importir Produsen (IP) dan juga

tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), sebagai berikut :

1. PT. Angels Product Bojonagara, Serang- Banten

2. PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten

3. PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon - Banten

4. PT. Permata Dunia Sukses Utama Cilegon - Banten

Kapasitas produksi keempat perusahaan anggota AGRI dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas Terpasang Per Produsen Gula Rafinasi yang Tergabung Dalam AGRI

No Perusahaan

Kapasitas Terpasang (ton/tahun)

1 PT. Angels Product (PT. AP) 500.000

(5)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Sentra Usahatama Jaya memiliki

kapasitas sebesar 540.000 ton/tahun dan merupakan kapasitas terbesar diantara

kelima pabrik gula rafinasi. Kemudian menyusul PT. Angels Product dan PT.

Jawamanis Rafinasi yang memiliki kapasitas yang sama yaitu 500.000 ton/tahun, PT.

Permata Dunia Sukses Utama dengan kapasitas 390.000 ton/tahun.

Kelima produsen gula rafinasi dengan total kapasitas terpasang sesuai izin

industri sejumlah 1.930.000 ton/tahun dan realisasi produksi tahun 2004 sebesar

380.500 ton, tahun 2005 mencapai 722.000 ton, tahun 2006 realisasi mencapai

1.100.000 ton sedangkan realisasi produksi tahun 2007 mencapai 1.350.000 ton dan

tahun 2008 sebesar 1.550.000 ton (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI,

2007). Data produksi gula rafinasi per perusahaan tahun 2004 sampai dengan tahun

2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Empat Perusahaan Gula Rafinasi Tahun 2004 sampai Tahun 2008

Produksi/Tahun (Ribu Ton) Perusahaan

2004 2005 2006 2007 2008

PT.AP 110 208 326 375 400

PT.JMR 76,5 139 222 240 320

PT.SUJ 102 194 292 375 430

PT.PDSU 95 180 260 360 400

Total

Produksi 380,5 722 1.100 1.350 1.550

(6)

Tabel 3 menunjukkan besarnya kebutuhan industri pengguna gula rafinasi

pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah kebutuhan industri pengguna

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi peningkatan kebutuhan

industri pengguna cenderung menurun. Pada tahun 2007, jumlah peningkatan

kebutuhan turun sebesar 150 ribu ton.

Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk Industri Tahun 2004-2008 Tahun (Ribu ton/Tahun)

Keterangan

2004 2005 2006 2007 2008

Kebutuhan Industri 1.000 1.300 1.600 1.750 1.900

Sumber : AGRI, 2008

Pemenuhan kebutuhan gula rafinasi untuk industri dilakukan oleh empat

perusahaan gula rafinasi dengan produktivitas yang berbeda – beda. Tidak semua dari

usaha produksi gula rafinasi mendapatkan pasar yang baik dikalangan industri

penggunanya, apalagi untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. Kondisi ini

disebabkan oleh munculnya perusahaan baru yang ikut tergabung dalam industri gula

rafinasi. Tahun 2009, terjadi penambahan jumlah perusahaan yang memproduksi gula

rafinasi yaitu PT. Dharmapala Usaha Sukses yang berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah

dengan kapasitas terpasang 250.000 ton/tahun, PT. Labintan yang berlokasi di

Lampung dengan kapasitas terpasang 250.000 ton/tahun dan PT. Duta yang berlokasi

di Lampung dengan kapasitas produksi 300.000 ton/tahun (AGRI, 2008).

Didalam perkembangan pasar gula rafinasi dalam negeri ini, beberapa

(7)

produksi gula rafinasi dalam negeri belum dapat memenuhi syarat yang dibutuhkan

oleh industri pengguna gula rafinasi, diantaranya kualitas yang tidak stabil,

ketidakpastian waktu penyerahan, jumlah pesanan tidak selalu terpenuhi dan harga

gula rafinasi dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula rafinasi asal impor

sehingga beberapa industri pengguna lebih memilih untuk mengimpor gula rafinasi.

(Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia atau ASRIM, 2008).

Perkembangan industri gula rafinasi menunjukkan adanya persaingan yang

begitu ketat karena batas ruang gerak pasar yang hanya terbatas pada industri

makanan, minuman dan industri farmasi dan penambahan jumlah perusahaan sejenis.

Selain persaingan terjadi diantara produk gula rafinasi dalam negeri, adanya gula

rafinasi impor yang dilakukan oleh industri pengguna mengakibatkan produk gula

rafinasi domestik diharuskan bersaing dengan produk gula rafinasi impor. Dengan

kondisi demikian, dituntut kemampuan adaptasi yang tinggi agar perusahaan tetap

bertahan dan mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi perubahan lingkungan dan

kondisi kompetisi yang ketat.

1.2 Perumusan Masalah

PT. Jawamanis Rafinasi (PT. JMR) merupakan salah satu perusahaan

manufaktur swasta nasional yang bergerak dibidang industri gula rafinasi. PT. JMR

berdiri pada tahun 1999 yang berstatus PMA (Penanaman Modal Asing) dan mulai

(8)

Angels Product yang memproduksi gula rafinasi di Indonesia. Produk gula rafinasi ini

digunakan untuk industri makanan, minuman dan farmasi.

Sejak mengawali bisnisnya pada tahun 2002, PT. JMR senantiasa berhadapan

dengan berbagai macam rintangan dan hambatan. Di pasar domestik, PT. JMR

menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis dan persaingan akan meningkat

seiring dengan penambahan perusahaan yang memproduksi gula rafinasi. Sementara

itu, PT. JMR harus menghadapi situasi politik dan ekonomi Indonesia yang langsung

maupun tidak langsung ikut mempengaruhi perusahaan.

Mulai awal berdirinya, PT. JMR memiliki kapasitas terpasang 500.000

ton/tahun tetapi pada awal mulai berproduksi hingga tahun 2008 jumlah produksi

yang dihasilkan masih dibawah kapasitas terpasang. Jumlah produksi PT. JMR yang

masih undercapacity ini mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar industri

penggunanya karena berpengaruh terhadap penetapan harga produk yang lebih tinggi

bila dibandingkan perusahaan sejenis yang memiliki produktivitas yang tinggi.

Produksi yang undercapacity ini juga mempengaruhi tingkat pelayanan perusahaan

terhadap industri penggunanya dalam hal kontiuitas pasokan, perusahaan kadang kala

tidak dapat memenuhi pemesanan sesuai dengan kontrak pemesanan ataupun

pembelian yang dilakukan secara tiba - tiba oleh industri pengguna gula rafinasi.

Kondisi persaingan yang ketat dan produksi yang masih undercapacity

merupakan masalah yang dihadapi oleh PT. JMR. Untuk itu, PT. JMR harus dapat

merumuskan strategi yang tepat agar dapat menghadapi permasalahan yang sesuai

dengan kondisi perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengevaluasi

(9)

peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Mengacu

pada permasalahan yang dihadapi perusahaan, maka permasalahan yang akan

dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa perumusan, sebagai

berikut :

1. Faktor – faktor lingkungan eksternal dan internal apakah yang dapat menjadi

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan?

Kondisi lingkungan yang dihadapi oleh PT. JMR selalu berubah karena terjadi

perubahan – perubahan dalam berbagai aspek yang terdapat didalamnya. Perubahan –

perubahan tersebut menciptakan tantangan besar bagi PT JMR sehingga dibutuhkan

analisis perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan proses penyusunan

perencanaan jangka panjang yang bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara

obyektif kondisi – kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat

mengantisipasi perubahan lingkungan perusahaan dan meningkatkan efisiensi

operasi. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor – faktor lingkungan eksternal dan

internal apa sajakah yang berpengaruh terhadap posisi persaingan PT. JMR.

2. Bagaimanakah posisi perusahaan dalam persaingan?

PT JMR harus bersiap – siap untuk menghadapi kompetisi yang semakin ketat

karena jumlah perusahaan sejenis yang semakin bertambah. Perusahaan – perusahaan

yang ada dalam industri akan saling mempengaruhi dalam hal persaingan, dimana

masing – masing pesaing memiliki kemampuan intern yang berbeda yang dapat

menjadi kekuatan dan kelemahan relatif bergantung pada strategi yang dipilih. PT.

JMR harus membandingkan kemampuan internal dengan yang dimiliki oleh para

(10)

3. Alternatif - alternatif strategi apa saja yang sesuai dengan kondisi perusahaan?

Kondisi persaingan dalam industri gula rafinasi dalam negeri sangat

mempengaruhi perkembangan PT. JMR sebagai salah satu perusahaan manufaktur

swasta nasional yang bergerak dibidang industri gula rafinasi. Untuk menghadapi

persaingan yang ketat dalam industri, perusahaan membutuhkan alternatif - alternatif

strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga perusahaan dapat

berkembang dan bertahan dalam industri.

4. Alternatif strategi mana yang paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan

sesuai dengan kondisi perusahaan?

Kondisi persaingan yang semakin ketat dalam industri gula rafinasi menjadikan

manajemen PT. JMR harus bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien supaya

dapat berkembang dan bertahan yaitu dengan mengetahui alternatif strategi yang

paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan sesuai dengan kondisi perusahaan.

Dimana perusahaan harus memilih prioritas terbaik untuk jangka pendek terlebih

dahulu.

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor – faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat

menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan.

(11)

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI

(Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)

OLEH

SITI FAJAR ISNAWATI H34066114

PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI

(Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten)

OLEH

SITI FAJAR ISNAWATI H34066114

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi

masyarakat Indonesia. Sebagian besar gula dikonsumsi oleh masyarakat sebagai

sumber energi, pemberi cita rasa dan sebagai bahan baku industri makanan dan

minuman. Gula merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat dan sumber

energi atau tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam Pedoman Pola

Pangan Harapan (PPH), tercantum energi yang dianjurkan yang berasal dari gula

sebesar enam persen dari total kecukupan energi atau 110 kalori per kapita per hari

setara dengan 30 gram gula pasir. Selain itu, gula termasuk bahan pemanis alami

yang tidak membahayakan kesehatan bagi pemakainya jika dikonsumsi secukupnya

(Wiryastuti, 2002).

Gula yang dikenal masyarakat adalah gula berbahan baku tebu, yang dikenal

dengan gula putih atau gula pasir. Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu gula mentah (raw sugar), gula kristal putih (plantation white

sugar) dan gula kristal rafinasi (refined sugar). Jenis gula berbahan baku tebu yang

diperuntukkan konsumsi langsung oleh masyarakat adalah gula kristal putih

(plantation white sugar) atau lebih dikenal dengan gula pasir atau gula putih.

Sedangkan raw sugar digunakan sebagai bahan baku utama produksi gula rafinasi

dan penggunaan gula rafinasi diperuntukkan sebagai bahan baku industri makanan,

(14)

Gula Rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw

sugar kemudian mengkristalkannya kembali. Di Indonesia, penggunaan gula rafinasi

dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau antara melalui industri makanan,

minuman dan farmasi, karena untuk konsumsi langsung di sektor rumah tangga masih

dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri (Sub Dinas Bina

Produksi).

Tahun 2008, Industri Gula Rafinasi terdiri dari empat perusahaan yang

mendapat izin pemerintah dan memiliki status Importir Produsen (IP) dan juga

tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), sebagai berikut :

1. PT. Angels Product Bojonagara, Serang- Banten

2. PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten

3. PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon - Banten

4. PT. Permata Dunia Sukses Utama Cilegon - Banten

Kapasitas produksi keempat perusahaan anggota AGRI dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas Terpasang Per Produsen Gula Rafinasi yang Tergabung Dalam AGRI

No Perusahaan

Kapasitas Terpasang (ton/tahun)

1 PT. Angels Product (PT. AP) 500.000

(15)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Sentra Usahatama Jaya memiliki

kapasitas sebesar 540.000 ton/tahun dan merupakan kapasitas terbesar diantara

kelima pabrik gula rafinasi. Kemudian menyusul PT. Angels Product dan PT.

Jawamanis Rafinasi yang memiliki kapasitas yang sama yaitu 500.000 ton/tahun, PT.

Permata Dunia Sukses Utama dengan kapasitas 390.000 ton/tahun.

Kelima produsen gula rafinasi dengan total kapasitas terpasang sesuai izin

industri sejumlah 1.930.000 ton/tahun dan realisasi produksi tahun 2004 sebesar

380.500 ton, tahun 2005 mencapai 722.000 ton, tahun 2006 realisasi mencapai

1.100.000 ton sedangkan realisasi produksi tahun 2007 mencapai 1.350.000 ton dan

tahun 2008 sebesar 1.550.000 ton (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI,

2007). Data produksi gula rafinasi per perusahaan tahun 2004 sampai dengan tahun

2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Empat Perusahaan Gula Rafinasi Tahun 2004 sampai Tahun 2008

Produksi/Tahun (Ribu Ton) Perusahaan

2004 2005 2006 2007 2008

PT.AP 110 208 326 375 400

PT.JMR 76,5 139 222 240 320

PT.SUJ 102 194 292 375 430

PT.PDSU 95 180 260 360 400

Total

Produksi 380,5 722 1.100 1.350 1.550

(16)

Tabel 3 menunjukkan besarnya kebutuhan industri pengguna gula rafinasi

pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah kebutuhan industri pengguna

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi peningkatan kebutuhan

industri pengguna cenderung menurun. Pada tahun 2007, jumlah peningkatan

kebutuhan turun sebesar 150 ribu ton.

Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk Industri Tahun 2004-2008 Tahun (Ribu ton/Tahun)

Keterangan

2004 2005 2006 2007 2008

Kebutuhan Industri 1.000 1.300 1.600 1.750 1.900

Sumber : AGRI, 2008

Pemenuhan kebutuhan gula rafinasi untuk industri dilakukan oleh empat

perusahaan gula rafinasi dengan produktivitas yang berbeda – beda. Tidak semua dari

usaha produksi gula rafinasi mendapatkan pasar yang baik dikalangan industri

penggunanya, apalagi untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. Kondisi ini

disebabkan oleh munculnya perusahaan baru yang ikut tergabung dalam industri gula

rafinasi. Tahun 2009, terjadi penambahan jumlah perusahaan yang memproduksi gula

rafinasi yaitu PT. Dharmapala Usaha Sukses yang berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah

dengan kapasitas terpasang 250.000 ton/tahun, PT. Labintan yang berlokasi di

Lampung dengan kapasitas terpasang 250.000 ton/tahun dan PT. Duta yang berlokasi

di Lampung dengan kapasitas produksi 300.000 ton/tahun (AGRI, 2008).

Didalam perkembangan pasar gula rafinasi dalam negeri ini, beberapa

(17)

produksi gula rafinasi dalam negeri belum dapat memenuhi syarat yang dibutuhkan

oleh industri pengguna gula rafinasi, diantaranya kualitas yang tidak stabil,

ketidakpastian waktu penyerahan, jumlah pesanan tidak selalu terpenuhi dan harga

gula rafinasi dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula rafinasi asal impor

sehingga beberapa industri pengguna lebih memilih untuk mengimpor gula rafinasi.

(Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia atau ASRIM, 2008).

Perkembangan industri gula rafinasi menunjukkan adanya persaingan yang

begitu ketat karena batas ruang gerak pasar yang hanya terbatas pada industri

makanan, minuman dan industri farmasi dan penambahan jumlah perusahaan sejenis.

Selain persaingan terjadi diantara produk gula rafinasi dalam negeri, adanya gula

rafinasi impor yang dilakukan oleh industri pengguna mengakibatkan produk gula

rafinasi domestik diharuskan bersaing dengan produk gula rafinasi impor. Dengan

kondisi demikian, dituntut kemampuan adaptasi yang tinggi agar perusahaan tetap

bertahan dan mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi perubahan lingkungan dan

kondisi kompetisi yang ketat.

1.2 Perumusan Masalah

PT. Jawamanis Rafinasi (PT. JMR) merupakan salah satu perusahaan

manufaktur swasta nasional yang bergerak dibidang industri gula rafinasi. PT. JMR

berdiri pada tahun 1999 yang berstatus PMA (Penanaman Modal Asing) dan mulai

(18)

Angels Product yang memproduksi gula rafinasi di Indonesia. Produk gula rafinasi ini

digunakan untuk industri makanan, minuman dan farmasi.

Sejak mengawali bisnisnya pada tahun 2002, PT. JMR senantiasa berhadapan

dengan berbagai macam rintangan dan hambatan. Di pasar domestik, PT. JMR

menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis dan persaingan akan meningkat

seiring dengan penambahan perusahaan yang memproduksi gula rafinasi. Sementara

itu, PT. JMR harus menghadapi situasi politik dan ekonomi Indonesia yang langsung

maupun tidak langsung ikut mempengaruhi perusahaan.

Mulai awal berdirinya, PT. JMR memiliki kapasitas terpasang 500.000

ton/tahun tetapi pada awal mulai berproduksi hingga tahun 2008 jumlah produksi

yang dihasilkan masih dibawah kapasitas terpasang. Jumlah produksi PT. JMR yang

masih undercapacity ini mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar industri

penggunanya karena berpengaruh terhadap penetapan harga produk yang lebih tinggi

bila dibandingkan perusahaan sejenis yang memiliki produktivitas yang tinggi.

Produksi yang undercapacity ini juga mempengaruhi tingkat pelayanan perusahaan

terhadap industri penggunanya dalam hal kontiuitas pasokan, perusahaan kadang kala

tidak dapat memenuhi pemesanan sesuai dengan kontrak pemesanan ataupun

pembelian yang dilakukan secara tiba - tiba oleh industri pengguna gula rafinasi.

Kondisi persaingan yang ketat dan produksi yang masih undercapacity

merupakan masalah yang dihadapi oleh PT. JMR. Untuk itu, PT. JMR harus dapat

merumuskan strategi yang tepat agar dapat menghadapi permasalahan yang sesuai

dengan kondisi perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengevaluasi

(19)

peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Mengacu

pada permasalahan yang dihadapi perusahaan, maka permasalahan yang akan

dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa perumusan, sebagai

berikut :

1. Faktor – faktor lingkungan eksternal dan internal apakah yang dapat menjadi

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan?

Kondisi lingkungan yang dihadapi oleh PT. JMR selalu berubah karena terjadi

perubahan – perubahan dalam berbagai aspek yang terdapat didalamnya. Perubahan –

perubahan tersebut menciptakan tantangan besar bagi PT JMR sehingga dibutuhkan

analisis perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan proses penyusunan

perencanaan jangka panjang yang bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara

obyektif kondisi – kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat

mengantisipasi perubahan lingkungan perusahaan dan meningkatkan efisiensi

operasi. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor – faktor lingkungan eksternal dan

internal apa sajakah yang berpengaruh terhadap posisi persaingan PT. JMR.

2. Bagaimanakah posisi perusahaan dalam persaingan?

PT JMR harus bersiap – siap untuk menghadapi kompetisi yang semakin ketat

karena jumlah perusahaan sejenis yang semakin bertambah. Perusahaan – perusahaan

yang ada dalam industri akan saling mempengaruhi dalam hal persaingan, dimana

masing – masing pesaing memiliki kemampuan intern yang berbeda yang dapat

menjadi kekuatan dan kelemahan relatif bergantung pada strategi yang dipilih. PT.

JMR harus membandingkan kemampuan internal dengan yang dimiliki oleh para

(20)

3. Alternatif - alternatif strategi apa saja yang sesuai dengan kondisi perusahaan?

Kondisi persaingan dalam industri gula rafinasi dalam negeri sangat

mempengaruhi perkembangan PT. JMR sebagai salah satu perusahaan manufaktur

swasta nasional yang bergerak dibidang industri gula rafinasi. Untuk menghadapi

persaingan yang ketat dalam industri, perusahaan membutuhkan alternatif - alternatif

strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga perusahaan dapat

berkembang dan bertahan dalam industri.

4. Alternatif strategi mana yang paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan

sesuai dengan kondisi perusahaan?

Kondisi persaingan yang semakin ketat dalam industri gula rafinasi menjadikan

manajemen PT. JMR harus bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien supaya

dapat berkembang dan bertahan yaitu dengan mengetahui alternatif strategi yang

paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan sesuai dengan kondisi perusahaan.

Dimana perusahaan harus memilih prioritas terbaik untuk jangka pendek terlebih

dahulu.

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor – faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat

menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan.

(21)

3. Merumuskan alternatif – alternatif yang sesuai dengan kondisi perusahaan

4. Menentukan alternatif strategi utama yang tepat untuk dijalankan dan sesuai

dengan kondisi perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penyusunan penelitian ini adalah :

1. Bagi PT. JMR

Memberikan masukan kepada pihak manajemen PT. Jawamanis Rafinasi

mengenai kondisi umum perusahaan dan bahan pertimbangan dalam perencanaan

strategi yang tepat, alternatif strategi dan kebijakan perusahaan yang berkaitan

dengan pengembangan bisnis perusahaan.

2. Bagi Penulis

Berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah serta

menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai industri gula rafinasi.

3. Bagi Pembaca

Memberikan bahan acuan dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan pembanding untuk

penelitian selanjutnya, khususnya mengenai industri gula rafinasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dengan judul Analisis Strategi Bersaing Gula Rafinasi ini tidak

membahas secara mendalam proses produksi gula rafinasi dan dibatasi hanya pada

(22)

formulasi dimaksudkan untuk memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan

bagi manajemen dalam melakukan perencanaan, sedangkan tahap implementasi dan

tahap evaluasi strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh manajemen

(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis – Jenis Gula Berbahan Baku Tebu

Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

gula mentah (raw sugar), gula kristal putih (plantation white sugar) dan gula kristal

rafinasi (refined sugar). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3140.2-2006),

bahwa definisi ketiga jenis gula sebagai berikut :

1. Gula mentah (raw sugar) adalah gula kristal sakarosa yang terbuat dari tebu

melalui proses defikasi, yang tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia

sebelum diproses lebih lanjut.

2. Gula kristal putih (plantation white sugar) adalah gula kristal sakarosa kering

dari tebu yang dibuat melalui proses sulfitasi atau karbonatasi sehingga langsung

dapat dikonsumsi.

3. Gula kristal rafinasi (refined sugar) adalah gula kristal sakarosa kering yang

dibuat dari kristal gula mentah (raw sugar) melalui proses rafinasi.

Perbedaan diantara ketiga jenis gula tersebut dapat juga dilihat dari spesifikasi

teknis gula berdasarkan teknologi proses seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Spesifikasi Teknis Gula Berdasarkan Teknologi Proses Tahun 2008

Uraian Raw Sugar Gula Putih Gula Putih Gula Rafinasi

Proses Defiktasi Sulfitasi Karbonatasi Refined Purity (% Pol) Min 96.0 Min 99.50 Min 99.60 Min 99.70 ICUMSA UNIT

(IU) 1.000 – 7.000 137 - 370 60 – 150 < 45

Ash Content (%) 0,3 max 0.03 – 0,14 0,02 – 0,12 0,002–0,008

(24)

Moisture (%) 0,5 max 0,02 – 0,04 0,02 – 0,04 0,02 – 0,04 Sumber : AGRI (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia), 2008.

Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu yang diperuntukkan konsumsi

langsung oleh masyarakat adalah gula kristal putih (plantation white sugar) atau lebih

dikenal dengan gula pasir atau gula putih. Sedangkan penggunaan raw sugar

digunakan sebagai bahan baku utama industri gula rafinasi dan gula rafinasi

digunakan untuk industri makanan, minuman dan farmasi. Secara teknis perbedaan

gula rafinasi dengan gula putih atau gula pasir (plantation white sugar), dapat

diketahui secara visual dengan melihat warna gula. Tabel 1 menunjukkan bahwa gula

rafinasi memiliki keunggulan dibandingkan dengan raw sugar dan gula putih.

Keunggulan tersebut dapat dilihat dari kadar kemurnian atau Purity yang dimiliki

oleh gula rafinasi lebih tinggi dibandingkan dengan raw sugar dan gula putih , yaitu

sebesar minimal 99.70 % Polarisasi.

Besarnya kadar abu atau ash content (%) menunjukkan jumlah bahan-bahan

non organik (Al, Ca, Mg dan Fe) yang ada di dalam gula. Bahan-bahan tersebut akan

membawa sukrosa, sehingga tidak dapat diambil menjadi refined sugar. Banyaknya

kandungan abu akan menyebabkan tingginya molasses yang dihasilkan sekaligus

akan meningkatkan kehilangan gula. Kandungan ash content (%) yang dimiliki gula

rafinasi lebih kecil sehingga molasses yang dihasilkan rendah dan dapat menurunkan

kehilangan gula.

Semakin kecil Invert Sugar (%) suatu gula maka semakin mudah dikristalkan

(25)

bila dibandingkan dengan raw sugar dan gula putih yaitu sebesar 0,015 max .

Semakin tinggi kadar moisture artinya semakin basah gula, maka akan mudah terjadi

penggumpalan. Untuk daya simpan, gula putih dan gula rafinasi memiliki daya

simpan yang sama karena memiliki besaran kadar moisture yang sama yaitu 0,02 –

0,04% .

Makin kecil angka ICUMSA maka makin putih warna gula atau

kejernihannya dan sebaliknya makin besar angka ICUMSA makin suram tingkat

kejernihannya. Gula rafinasi lebih jernih karena memiliki nilai ICUMSA paling

rendah dibandingkan dengan raw sugar dan gula putih yaitu < 45 IU.

Spesifikasi gula yang dibutuhkan industri makanan, minuman dan farmasi

untuk bahan bakunya yaitu gula yang memiliki kadar purity 99,90 % dan ICUMSA

<45 IU. Diantara ketiga jenis gula berbahan baku tebu yang memenuhi persyaratan

spesifikasi industri makanan, minuman dan farmasi adalah gula rafinasi. Di

Indonesia, penggunaan gula rafinasi dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau

antara melalui industri makanan, minuman dan farmasi, karena untuk konsumsi

langsung di sektor rumah tangga masih dilarang untuk kepentingan perlindungan

industri gula dalam negeri (Sub Dinas Bina Produksi).

2.2 Pengertian Gula Mentah (Raw Sugar)

Raw Sugar dikenal dengan nama Gula Kristal Merah (GKM) atau gula mentah

yang diproduksi dari tebu dan merupakan butiran-butiran padat yang berwarna

(26)

zat pengotor organik maupun non organik yang sangat tinggi, sehingga memiliki

kualitas yang rendah. Penggunaan gula kristal mentah (raw sugar) ini adalah untuk

bahan baku industri gula rafinasi.

2.2.1 Karakteristik Raw Sugar

Gula mentah yang dikirim ke pabrik rafinasi merupakan campuran dari

bermacam-macam ukuran kristal gula yang dikelilingi atau dilapisi oleh tetes yang

berasal dari kristalisasi atau masakan terakhir di pabrik gula mentah. Lapisan tetes ini

merupakan media pertumbuhan mikroba, yang akan menyebabkan kerusakan sukrosa

dan selanjutnya berhubungan langsung dengan kehilangan atau penurunan polarisasi

selama penyimpanan.

Spesifikasi gula mentah yang dibutuhkan adalah yang memiliki kandungan

invert rendah. Gula mentah dengan kandungan gula invert yang tinggi akan menjadi

lembek, sulit mengalir dan akan sulit ditangani oleh bucket elevator. Bagasillo dan

bahan yang tidak larut lainnya akan mengikat air (moisture) dan menjadi tempat

perkembangbiakan mikroba. Bila bahan yang tidak larut dalam jumlah yang

berlebihan akan menyebabkan kemampuan filtrasi atau penyaringan yang rendah.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk karakteristik gula mentah adalah

bebas dari bahan yang tidak larut, misalnya bagasillo dan tanah, kristal kuat (tidak

lembab), ukuran kristal seragam, ukuran kristal 0.9-1.0 mm, kadar air rendah dan

(27)

Secara umum spesifikasi raw sugar yang digunakan untuk bahan baku gula

rafinasi adalah sebagai berikut moisture≤ 0.4 %, polarisasi ≥ 98 %, colour 3821 IU,

reductionsugar≤ 0.2 % dan ash≤ 0.5 %.

2.3 Pengertian Gula Rafinasi

Raw sugar yang diolah dalam pabrik gula rafinasi akan menghasilkan gula

yang lebih putih, bersih dan higienis untuk dikonsumsi oleh manusia, yaitu gula

rafinasi. Gula rafinasi didefinisikan sebagai gula hasil peleburan gula mentah (raw

sugar) dan dimurnikan, dihilangkan warnanya dan dikristalkan kembali dan wajib

memenuhi standar kualitas tertentu. Beberapa hal yang melatarbelakangi pengadaan

produksi gula rafinasi di Indonesia (AGRI, 2008) yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman yang tidak dapat dipenuhi

dari bahan baku industri gula (tebu) dalam negeri yang mengolah tebu yang

menghasilkan gula dengan kualitas plantation whitesugar atau gula pasir.

2. Mencukupi kebutuhan gula domestik baik untuk konsumsi langsung maupun

tidak langsung yang setiap tahunnya meningkat.

3. Dibangun pada saat harga gula dunia relatif sangat rendah dan diperkirakan

produksi gula dalam negeri akan menurun dan makin jatuh di bawah kebutuhan

karena tidak mampu bersaing dengan gula impor sehingga terdorong untuk

(28)

2.3.1 Spesifikasi Gula Rafinasi

Untuk spesifikasi gula rafinasi secara umum yang dipasarkan kepada industri

penggunanya adalah:

1. Pol ≥ 99,9 %

Purity (Polarisasi atau Pol) merupakan kandungan atau konsentrasi gula

(sukrosa) yang terdapat di dalam material, baik berupa kristal gula maupun larutan.

Semakin besar angka pol akan menunjukkan semakin tingginya kandungan sukrosa

dan semakin sedikitnya bahan-bahan non gula yang terkandung dalam kristal.

2. Abu (Ash) ≤ 0,02

Besarnya kadar abu atau ash content (%) menunjukkan jumlah bahan-bahan

non organik (Al, Ca, Mg dan Fe) yang ada di dalam gula. Bahan-bahan tersebut akan

membawa sukrosa, sehingga tidak dapat diambil menjadi refined sugar. Banyaknya

kandungan abu akan menyebabkan tingginya molasses yang dihasilkan sekaligus

akan meningkatkan kehilangan gula.

3. Gula invert≤ 0,04 %

Gula reduksi atau Invert Sugar (%), Secara kimiawi yang kita kenal sebagai

zat gula adalah senyawa sukrosa yang merupakan senyawa disakarida. Sukrosa dapat

terpecah secara kimiawi menjadi dua senyawa monosakarida yaitu glukosa dan

fruktosa. Dua senyawa inilah yang dikenal sebagai gula reduksi. Keduanya tidak

dapat dikristalkan dan akan terbawa bersama-sama molasses. Sehingga dalam

pengolahan gula, harus dihindari terjadinya inversi atau perpecahan senyawa sukrosa,

maka semakin kecil Invert Sugar (%) suatu gula maka semakin mudah dikristalkan

(29)

4. Moisture ≤ 0,06%

Moisture menunjukkan kandungan air yang ada dalam gula. Sifat ini

berhubungan dengan daya simpan produk gula. Semakin tinggi kadar moisture

artinya semakin basah gula, maka akan mudah terjadi penggumpalan.

5. Colour≤ 45 ICUMSA

Kebersihan gula pada umumnya diukur dengan warna. Untuk mengetahui

tingkat warna digunakan ukuran satuan standar warna atau ICUMSA UNIT (IU),

makin kecil angka ICUMSA maka makin kecil putih warna atau kejernihannya dan

sebaliknya makin besar angka ICUMSA makin suram tingkat kejernihannya.

2.3.2 Kualitas Gula Produk

Gula rafinasi yang dihasilkan di Indonesia diharuskan sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) untuk kualitas gula rafinasi, hal ini dapat dilihat pada

Tabel5.

Tabel 5. Kualitas Gula Rafinasi Menurut SNI Tahun 2006

No Parameter Satuan I II

1 Polarization % Min 99.80 Min 99.70

2 Gula reduksi % 0.04 0.04

3 Susut pengeringan % 0.05 0.05

4 Warna larutan IU 45 80

5 Abu % 0.03 0.05

6 Sedimen mg/kg 7.0 10

7 SO2 mg/kg 2.0 5.0

8 Timbal (Pb) mg/kg 2.0 2.0

9 Tembaga (Cu) mg/kg 2.0 2.0

10 Arsen (As) mg/kg 1.0 1.0

11 Kapang Koloni/10g 10 10

12 Khamir Koloni/10g 10 10

(30)

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang membahas mengenai Analisis Strategi Bersaing Gula Rafinasi

(Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten) belum pernah dilakukan

sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor. Namun, penelitian

tentang strategi bersaing sebelumnya pernah dilakukan oleh Etriya (2001)

menganalisis Strategi Bersaing Komoditi Sayuran di PT. X, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. PT. X merupakan perusahaan agribisnis sayuran dengan teknik budidaya

hidroponik dan melakukan penjualan di dalam dan di luar negeri, negara tujuan

ekspornya adalah Taiwan, Hongkong dan Jepang.

Faktor – faktor utama yang menjadi kekuatan internal perusahaan adalah

loyalitas karyawan yang tinggi dan hubungan kekeluargaan yang erat, besarnya

pangsa pasar dalam negeri dan produk berkualitas dan kontinu. Faktor kelemahan

perusahaan diantaranya adalah dominasi pimpinan dalam mengambil keputusan dan

kecilnya pangsa pasar di negara tujuan ekspor. Analisis lingkungan eksternal

menunjukkan bahwa terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan diantaranya

adalah permintaan akan sayur yang tinggi, adanya trend pola hidup sehat, hubungan

baik serta kepercayaan tinggi dari pelanggan. Faktor eksternal yang menjadi ancaman

bagi perusahaan adalah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, persaingan di

pasar bebas dan pemberlakuan PPN 10 persen untuk pertanian.

Hasil matriks IE PT. X berada pada sel IV dengan strategi grow and build.

Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan PT. X

(31)

Prioritas pertama strategi PT. X adalah ekspansi pasar dalam negeri ke kota besar dan

daerah tujuan wisata.

Natalia (2002) menganalisis Strategi Bersaing Perusahaan Lettuce di PT.

XYZ, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Hasil analisis lingkungan eksternal

menunjukkan bahwa faktor – faktor yang menjadi peluang diantaranya adalah

permintaan akan lettuce yang tinggi, serta peluang pasar domestik dan ekspor masih

terbuka luas. Faktor ancaman adalah persaingan ketat dalam pasar bebas (AFTA) dan

kondisi politik serta keamanan yang tidak stabil.

Faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah kekuatan tawar menawar

perusahaan yang cukup kuat, loyalitas karyawan serta produk yang berkualitas dan

kontinu. Faktor kelemahan PT. XYZ adalah daerah pemasaran yang masih terbatas

dan juga kualitas Research and Development (R&D) yang terbatas. Hasil matriks IE

menunjukkan bahwa posisi perusahaan saat ini ada pada kuadran IV atau pada posisi

tumbuh dan bina.

Pendekatan matriks SWOT pada PT. XYZ menghasilkan 12 alternatif strategi

yang kemudian disederhanakan menjadi tujuh strategi yang benar – benar relevan

dengan kondisi dan kemampuan perusahaan saat ini. Berdasarkan matriks QSPM,

strategi yang menjadi prioritas utama adalah menjalin kerjasama dengan distributor

untuk memperluas daerah pemasaran.

Okta (2004) meneliti tentang Analisis Strategi Formulasi Bersaing Minuman

Sari Buah Sirsak pada PT minuman SAP dalam Menghadapi Persaingan Industri

Minuman Ringan. Akar masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah terjadinya

(32)

maka dilakukan analisis peluang dan ancaman dari lingkungan internal dan eksternal

perusahaan. Analisis dilakukan dengan matriks IFE, EFE dan IE. Matriks IE

dilengkapi dengan matriks SWOT dalam mencari alternatif – alternatif strategi.

Untuk memperoleh prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM.

Hasil analisis memberikan gambaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman. Kekuatan yang dimiliki seperti produk yang berkualitas, lokasi bisnis

yang strategis, kapasitas produksi yang cukup besar, pengiriman yang tepat waktu,

SDM berkualitas, modal yang memadai, akses bahan baku kuat dan harga produk

yang bersaing. Kelemahan yang diperoleh dari analisis adalah promosi rendah,

penguasaan teknologi kurang, kapasitas produksi yang tidak digunakan secara

optimal, merek belum terkenal dan jaringan distribusi belum luas.

Peluang yang ada bagi perusahaan seperti meningkatnya konsumsi minuman

sari buah adalah adanya subsidi BBM, turunnya suku bunga kredit, kondisi ekonomi

dan politik pendukung dan hambatan masuk industri tinggi. Ancaman meliputi

kebijakan pemerintah daerah untuk menaikkan tarif air bersih, perkembangan

teknologi yang mudah diikuti pesaing, jumlah pesaing semakin banyak, produk

subsitusi yang sudah dikenal masyarakat dan karakteristik pesaing yang agresif dan

inovatif.

Pembobotan dilakukan pada analisis IFE, menghasilkan skor 3,02 dan matriks

EFE 2,063. Analisis matriks IE memberikan posisi perusahaan pada sel IV yaitu

strategi tumbuh dan bina. Analisis SWOT menghasilkan tujuh alernatif strategi

dilanjutkan dengan analisis QSPM. Hasil analisis memberikan prioritas strategi

(33)

pengemasan dalam meningkatkan keunggulan bersaing serta memperluas jaringan

distribusi.

Budiman (2004) menganalisis Strategi Bersaing Obat Tradisional di Taman

Sringganis Desa Cimanengah Cipaku, Kota Bogor, Jawa Barat. Kekuatan internal

yang dimiliki oleh Taman Sringganis adalah kualitas produk yang baik, produk

inovatif sesuai kebutuhan, produk yang informatif, harga relatif murah, citra baik di

mata konsumen, manajemen kebersamaan dan keterbukaan, loyalitas dan rasa

memiliki dari karyawan, kapasitas produksi yang meningkat, penjualan yang semakin

meningkat, penggunaan modal pribadi, hubungan baik dengan pemasok dan mitra

tani dan hubungan baik dengan instansi pemerintah.

Faktor kelemahan Taman Sringganis adalah manajemen yang sederhana,

terjadi tumpang tindih jabatan, misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba,

pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas, peningkatan total biaya produksi, sistem

pembukuan yang belum baik dan keterbatasan tingkat pendidikan karyawan. Nilai

total skor IFE (Internal Factor Evalution) Taman Sringganis adalah 3,1703 yang

menunjukkan bahwa Taman Sringganis berada dalam kondisi internal yang kuat.

Hasil analisis lingkungan eksternal Taman Sringganis mengidentifikasikan

tujuh faktor peluang dan sembilan faktor ancaman. Faktor peluang yang dihadapi

Taman Sringganis adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik,

peningkatan nilai konsumsi yang rumah tangga, pertumbuhan jumlah penduduk,

Undang – Undang Otonomi Daerah, perkembangan teknologi informasi, peluang

ekspor yang semakin besar dan trend back to nature. Faktor ancaman bagi Taman

(34)

substitusi dan kenaikan BBM, peningkatan jumlah pelaku industri, fluktuasi harga

dan kontinuitas bahan baku, ancaman pendatang baru, kekuatan pembeli untuk

memilih dan bertambahnya produk impor. Berdasarkan matriks EFE menunjukkan

bahwa Taman Sringganis memiliki kemampuan rata – rata dalam memanfaatkan

peluang dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal.

Hasil matriks CPM menunjukkan bahwa Karyasari lebih unggul dibandingkan

dengan Taman Sringganis, namun tidak dapat diartikan bahwa Karyasari 80 persen

lebih bagus daripada Taman Sringganis. Matriks IE menggambarkan posisi Taman

Sringganis saat ini yaitu pada kotak IV di kuadran matriks IE. Strategi yang

dilakukan perusahaan dalam posisi kuadran IV adalah strategi pertumbuhan dengan

alternatif strategi berupa strategi insentif dan strategi integratif. Berdasarkan analisis

– analisis diatas strategi yang dapat dilakukan Taman Sringganis untuk mengimbangi

strategi yang telah dilakukan Karyasari sebagai pesaing utama adalah dengan cara

membuka cabang baru ditempat – tempat strategis.

Somantri (2005) menganalisis Strategi Bersaing (Competitive Strategy)

Manajemen Hero Supermarket dalam Industri Ritel. Akar masalah yang diangkat dari

penelitian ini adalah pesatnya perkembangan industri ritel yang diikuti dengan

ketatnya persaingan diantara perusahaan – perusahaan ritel yang ada. Kondisi

persaingan yang semakin ketat tersebut memaksa perusahaan yang berkaitan harus

bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien supaya dapat bertahan dalam industri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor – faktor penyusun strategi

(35)

bertujuan merumuskan dan memilih prioritas strategi berdasarkan faktor – faktor

penyusun strategi bersaing Hero Supermarket dalam industri ritel.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan teori keputusan yaitu teknik

pengambilan keputusan dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA). Data

yang dianalisis meliputi data struktur hirarki keputusan berdasarkan hasil wawancara

dan kuesioner dengan pendekatan PHA yang menggunakan analisis komparasi

berpasangan. Dalam analisis ini dilakukan dengan komputer menggunakan program

Expert Choice Version 2000. Prioritas menyeluruh alternatif strategi bersaing pada

hirarki keputusan adalah pelayanan. Pelayanan merupakan aspek yang sangat penting

bagi perusahaan dalam meraih keuntungan. Pelayanan yang baik bagi perusahaan

menjadi modal untuk menjalin hubungan harmonis dengan para pelanggannya.

Perusahaan berprinsip bahwa pelanggan adalah raja yang harus dilayani dan

diberikan kepuasan. Saran yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah agar

perusahaan lebih meningkatkan kinerja manajemen perusahaan. Kinerja manajemen

perusahaan yang penting untuk diperhatikan adalah dengan menitikberatkan pada

strategi pelayanan, mengingat banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak dalam

industri supermarket.

Muttaqien (2007) menganalisis Strategi Bersaing Agrowisata Vin’s Berry

Park Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua-Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa

Barat. Perumusan strategi bersaing dilakukan dengan pendekatan manajemen

strategis. Analisis matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui faktor eksternal

(36)

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diketahui bahwa peluang utama bagi

Vin’s Berry Park adalah tren back to nature (0,2241), sedangkan ancaman utama bagi

Vin’s Berry Park adalah tingkat persaingan yang tinggi (0,1802). Analisis matriks

IFE menunjukkan bahwa unggul dalam budidaya stroberi (0,2173) adalah kekuatan

utama Vin’s Berry Park, sedangkan kelemahan utamanya adalah promosi belum

optimal (0,1030).

Analisis matriks CPM membandingkan kekuatan Vin’s Berry Park relatif

terhadap enam pesaing utamanya yakni Little Farmers, Kavling Stroberi, Rumah

Stroberi, Spirit Camp, Pesona Strawberry dan Strawberry Land. Hasilnya

menunjukkan bahwa Vin’s Berry Park memiliki keunggulan dalam jasa agro dan

kelemahan dalam harga jika dibandingkan dengan pesaing – pesaingnya. Secara total

Vin’s Berry Park masih berada di bawah Little Farmers, Rumah Stroberi dan Spirit

Camp.

Analisis matriks IE menunjukkan bahwa Vin’s Berry Park berada pada

kuadran V yakni “pertahankan dan pelihara”. Strategi yang cocok adalah strategi

pengembangan produk dan penetrasi pasar. Dari analisis matriks EFE, IFE, CPM dan

IE didapatkan strategi bersaing total yakni “menjadi agrowisata stroberi dengan

muatan edukasi dan entertainment yang dapat diperoleh dengan harga terjangkau”.

Strategi ini akan memberi dasar dan arah bagi pengembangan strategi pada matriks

TOWS dan matriks QSPM. Dari analisis TOWS dan QSPM, maka strategi bersaing

yang dipilih adalah menciptakan paket agrowisata dengan muatan edukasi yang lebih

(37)

Mayasari (2008) menganalisis Strategi Bersaing Industri Kecil Makanan

Tradisional Khas Kota Payakumuh (Studi Kasus: Industri Kecil “Erina”, Kota

Payakumuh, Propinsi Sumatera Barat). UKM mengalami perkembangan yang pesat

setiap tahunnya. Salah satu bentuk UKM yang berkembang pesat dan memberikan

kontribusi yang besar terhadap Pendapat Daerah Regional Bruto (PDRB) yang

bergerak dalam bidang agribisnis. Industri yang bergerak dibidang pengolahan

makanan tradisional khas Kota Payakumuh sangat banyak sehingga berimplikasi

terhadap meningkatnya persaingan antar industri tersebut dalam merebut pangsa

pasar. Dalam menjalankan usaha makanan tradisional khas Kota Payakumuh, industri

“Erina” mengalami persaingan yang cukup ketat dengan industri sejenisnya, terutama

industri sejenis yang berskala mikro dan kecil.

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi faktor eksternal

peluang dan ancaman yang mempengaruhi posisi persaingan “Erina”, melakukan

identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi posisi

persaingan “Erina”, mengetahui posisi bersaing “Erina” bila dibandingkan dengan

pesaing utamanya dan menentukan alternatif strategi yang dapat dipilih oleh “Erina”

untuk menjalankan usahanya.

Perumusan strategi bersaing dilakukan dengan menggunakan alat – alat

analisis yaitu matriks EFE, matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor eksternal

dan internal yang mempengaruhi posisi persaingan “Erina”, matriks CPM digunakan

untuk mengetahui posisi bersaing “Erina” saat ini relatif terhadap pesaing utamanya.

Terakhir analisis matriks IE, SWOT dan QSPM untuk mendapatkan strategi bersaing

(38)

Tiga alternatif strategi terbaik bagi “Erina” berdasarkan hasil analisis matriks

QSPM adalah (1) menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam

mengembangkan pasar dan menarik investor untuk mengembangkan usaha (2)

melakukan inovasi rasa produk, kemasan dan mesin – mesin industri melalui

kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan (3) menggencarkan promosi

produk. Kesimpulan utama yang dihasilkan adalah keunggulan bersaing yang akan

dibangun “Erina” yakni mempertahankan harga yang terjangkau serta inovasi rasa

dan kemasan produk.

Kristiyani (2008) menganalisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery Kota

Bogor. Kota bogor tidak terlepas dari perkembangan roti. Tidak semua dari usaha

produksi roti mendapatkan pasar yang baik dikalangan konsumen, apalagi untuk

mendapatkan pangsa pasar yang besar. Merdeka bakery adalah salah satu perusahaan

bakery yang mengusahakan produksi dan pemasaran roti. Sehubungan dengan

persaingan dalam industri bakery yang semakin tinggi, Merdeka bakery memerlukan

strategi bersaing yang tepat untuk menghadapi persaingan serta mempertahankan dan

meningkatkan pangsa pasarnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor

internal yang dihadapi Merdeka bakery, menganalisis posisi bersaing Merdeka bakery

dan merumuskan alternatif strategi bersaing yang dapat dilakukan oleh Merdeka

bakery untuk menjalankan usahanya. Analisis strategi bersaing Merdeka bakery ini

menggunakan alat analisis matriks EFE, matriks IFE, matriks CPM dan matriks IE

untuk mengetahui posisi Merdeka bakery dalam persaingan, matriks SWOT

(39)

meningkatkan kualitas/mutu produk dan memperluas wilayah distribusi produk, (2)

memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3) memperbaiki sistem

dan fungsi manajemen perusahaan , (4) meningkatkan pelayanan kepada konsumen,

(5) meningkatkan diferensiasi produk bakery yang berkualitas dengan terus

melakukan upaya inovasi dan pengembangan produk untuk menghadapi pesaing dan

pendatang baru, (6) meningkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk

kosong di toko, (7) meningkatkan kegiatan promosi, (8) melakukan efisiensi biaya

dan (9) melakukan riset pasar memantau perkembangan pemasaran dan tingkat

persaingan dalam industri.

Berdasarkan hasil PHA, strategi yang terpilih sebagai prioritas strategi

bersaing Merdeka bakery secara berturut – turut adalah (1) melakukan riset pasar

memantau perkembangan pemasaran dan tingkat persaingan dalam industri, (2)

memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3) mempertahankan dan

meningkatkan kualitas/mutu produk dan memperluas wilayah distribusi produk, (4)

meningkatkan kegiatan promosi, (5) meningkatkan pelayanan kepada konsumen, (6)

meningkatkan diferensiasi produk bakery yang berkualitas dengan terus melakukan

upaya inovasi dan pengembangan produk untuk menghadapi pesaing dan pendatang

baru, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8) meningkatkan

produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko (9) melakukan efisiensi

biaya.

Berdasarkan penelitian – penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan matriks

(40)

perusahaan dianalisis dengan menggunakan Eksternal Factor Analysis (EFE).

Selanjutnya tahap pencocokan dianalisis dengan menggunakan Matriks Internal

Eksternal (IE). Strategi keputusan dapat dirumuskan dengan TOWS Matriks,

sementara Budiman (2004) merumuskan strategi dengan menggunakan SPACE

Matriks. Al Muttaqien (2007), Mayasari (2008), dan Kristiyani (2008) menggunakan

CPM untuk menganalisis informasi persaingan yang dihadapi perusahaan. Kebijakan

pada tahap akhir dapat dirumuskan dengan menggunakan QSPM matriks. Sementara

Etriya (2001), Somantri (2005) dan Kristiyani (2008) merumuskan keputusan akhir

dengan menggunakan PHA.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan kuantitatif, dimana kekuatan dan kelemahan perusahaan dianalisis

dengan matriks IFE, peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dianalisis

dengan matriks EFE. Posisi perusahaan dalam faktor – faktor strategis relatif terhadap

pesaing- pesaingnya dianalisis dengan menggunakan matriks CPM seperti metode

yang digunakan oleh Al muttaqien (2007), Mayasari (2008) dan Kristiyani (2008).

Perumusan strategi bersaing perusahaan dianalisis dengan menggunakan matriks IE,

SWOT dan PHA.

Beberapa penelitian yang relevan dengan topik penelitian analisis strategi

(41)

Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu dengan Topik Strategi Bersaing Nama

Peneliti/

Tahun Judul

Metode

Penelitian Hasil Penelitian Etriya/ 2001 Analisis

Strategi

Langkah operasional yang dapat dilakukan adalah : memperbaiki teknik penetapan target penjualan dengan memperhatikan perubahan situasi eksternal yang terjadi, tetapkan tujuan tahunan dan alokasikan sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan ekspansi pasar, melakukan riset pasar secara mendalam didaerah pemasaran saat ini dan daerah potensial pemasaran dan membudayakan penggunaan sistem informasi komputer perlu diadakan pelatihan yang intensif

Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang menjadi prioritas utama yang sebaiknya dijalankan oleh PT. XYZ adalah menjalin kerjasama dengan distributor untuk memperluas daerah pemasaran.

(42)

Nama Peneliti/

Tahun Judul

Metode

Penelitian Hasil Penelitian Imelda

Strategi yang dapat dilakukan: membuka cabang baru ditempat yang strategis, menjual melalui sarana pengobatan/klinik yang memiliki misi dan tujuan yang sama, mengoptimalkan penggunaan situs internet dan pemasangan iklan di majalah dan tabloid kesehatan sebagai sarana promosi, menjaga dan meningkatkan hubungan dengan konsumen dan instansi pemerintah dan melakukan uji laboratorium.

Prioritas menyeluruh alternatif strategi bersaing pada hierarki keputusan adalah pelayanan. Pelayanan sangat penting dalam meraih keuntungan karena sebagai modal dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan pelanggan

Strategi bersaing : menjadi agrowisata stroberi dengan muatan edukasi dan edutainment dengan harga terjangkau. Strategi bersaing utama adalah menciptakan paket agrowisata dengan muatan edukasi yang lebih baik dan menarik.

Tiga alternatif strategi terbaik bagi “Erina” berdasarkan hasil analisis adalah (1) menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam mengembangkan pasar dan menarik investor untuk mengembangkan usaha (2) melakukan inovasi rasa produk, kemasan dan mesin – mesin industri melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan (3) menggencarkan promosi produk. Kesimpulan utama yang dihasilkan adalah keunggulan bersaing yang akan

dibangun “Erina” yakni mempertahankan harga yang terjangkau serta inovasi rasa.

(43)

Nama Peneliti/

Tahun Judul

Metode

Penelitian Hasil Penelitian Dian

Strategi yang terpilih sebagai prioritas strategi bersaing Merdeka Bakery secara berturut – turut adalah (1) melakukan riset pasar memantau perkembangan pemasaran dan tingkat persaingan dalam industri, (2) memperluas pasar untuk meningkatkan

volume penjualan, (3) mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk dan memperluas wilayah distribusi produk, (4) meningkatkan kegiatan promosi, (5) meningkatkan pelayanan kepada konsumen,(6) meningkatkan diferensiasi produk bakery yang

berkualitas dengan terus melakukan upaya inovasi dan pengembangan produk untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8) meningkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko (9) melakukan efisiensi biaya.

(44)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Konsep Strategi

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya,

konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya

perbedaan konsep mengenai strategi.

Secara sederhana Dirgantoro (2004) membagi elemen dari berfikir strategik

menjadi dua elemen generik, yaitu considerable factors (direct dan indirect) dan

strategi. Considerable factors merupakan faktor – faktor yang menjadi pertimbangan

atau menjadi masukan bagi proses berfikir yang biasanya merupakan hal – hal yang

baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh bagi proses

berfikir, sehingga considerable factors berdasarkan sifatnya dapat dibedakan

menjadi:

1. Direct considerable factors merupakan faktor – faktor yang secara langsung akan

memberikan pengaruh atau menjadi masukan dalam berfikir.

2. Indirect considerable factors merupakan faktor – faktor yang secara tidak langsung

akan memberikan pengaruh atau menjadi masukan dalam berfikir.

3. Considerable factors tersebut baik yang direct maupun indirect akan berbeda –

beda untuk setiap pengambil keputusan dan kombinasi dari faktor – faktor tersebut

yang akan menjadi pemicu sekaligus bagian internal dari strategi.

Elemen kedua dari berfikir strategik adalah strategi. Strategi adalah hal

(45)

bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan

keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar.

Definisi strategi mengandung dua komponen yaitu future intentions atau tujuan

jangka panjang dan competitive advantage atau keunggulan bersaing.

Future intentions atau tujuan jangka panjang diartikan sebagai pengembangan

wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya. Sumber

keunggulan adalah pengembangan pemahaman tentang pemilihan pasar dan

pelanggan oleh perusahaan yang menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi

dengan pesaing di dalam pasar. Future intentions dan advantage harus berjalan

bersama – sama. Future intentions hanya bisa ditetapkan bila advantage atau

keunggulan dapat dicapai. Menurut Porter (1980), strategi sebagai alat yang sangat

penting untuk mencapai keunggulan bersaing.

Menurut teori manajemen strategis, strategi perusahaan dapat diklasifikasikan

atas dasar tingkatan tugas. Strategi – strategi yang dimaksud adalah strategi generik

(generic strategy), strategi utama atau induk (grand strategy) dan strategi fungsional.

Strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka

mengungguli pesaing dalam usaha sejenis. Porter dalam Hunger dan Wheelen (2003)

menyatakan bahwa terdapat tiga strategi generik, yaitu strategi kepemimpinan biaya

(Overall Cost Leadership), strategi diferensiasi (Differentiation) dan fokus. Strategi

(46)

Keunggulan Kompetitif

Jangkauan Bersaing

Gambar 1. Strategi generik Porter dalam Hunger dan Wheelen (2003)

Terdapat tiga pendekatan strategi generik Porter yang secara potensial akan

berhasil untuk mengungguli perusahaan lain dalam suatu industri yaitu :

1. Strategi Kepemimpinan Biaya

Strategi bersaing biaya rendah yang ditujukan untuk pasar luas dan

mengharuskan membangun secara agresif fasilitas skala efisien, pengurangan harga

yang gencar, pengendalian biaya dan ongkos yang ketat, penghindaran pelanggan –

pelanggan marjinal dan minimisasi biaya seperti R&D, pelayanan, tenaga penjual,

iklan dan sebagainya.

2. Strategi Diferensiasi

Perusahaan mengambil keputusan untuk membangun persepsi dasar potensial

terhadap suatu produk atau jasa yang unggul agar tampak berbeda dengan produk

yang lain. Diharapkan calon konsumen mau membeli dengan harga mahal karena

adanya perbedaan tersebut.

3. Strategi Fokus

Biaya rendah Diferensiasi Target Luas Kepemimpinan biaya Diferensiasi

(47)

Perusahaan mengkonsentrik pada pangsa pasar yang sempit untuk menghindar

dari pesaing dengan menggunakan strategi kepemimpinan biaya atau diferensiasi.

Sedangkan strategi generik menurut David (2004) dapat dikelompokkan atas

dasar empat kelompok strategi, yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi

diversifikasi dan strategi bertahan.

1. Strategi Integrasi

a. Integrasi ke depan (Forward Integration). Integrasi diartikan melakukan

upaya akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau

pengecer. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak

masalah dengan pendistribusian barang atau jasa mereka, sehingga

mengganggu stabilitas produksi.

b. Integrasi ke belakang (Backward Integration). Backward Integration

merupakan strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat

lebih ditingkatkan, apalagi para pemasok dinilai sudah tidak lagi

menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan dalam pengadaan bahan

baku, kualitas bahan yang menurun dan biaya yang meningkat sehingga tidak

lagi dapat diandalkan.

c. Integrasi horizontal (Horizontal Integration). Integrasi horizontal diartikan

sebagai strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atau

pesaing perusahaan.

(48)

a. Strategi Penetrasi Pasar. Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar

untuk produk atau jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Hal

ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun,

korelasi positif antara biaya pemasaran dan sales serta kemampuan untuk

bersaing yang meningkat.

b. Strategi Pengembangan Pasar. Pengembangan pasar melibatkan perkenalan

produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Jadi, tujuan strategi ini

adalah untuk memperbesar pasar. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki

jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba yang

sesuai harapan serta adanya pasar yang baru atau pasar yang belum jenuh.

c. Strategi Pengembangan Produk. Pengembangan produk diartikan sebagai

strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau

memodifikasi produk atau jasa saat ini. Hal ini dapat dilakukan jika produk

sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang

lebih baik dan/atau lebih murah, memiliki kemampuan untuk

mengembangkan produk dan berada pada industri yang sedang tumbuh.

3. Strategi Diversifikasi

a. Strategi Diversifikasi Konsentrik. Tujuan strategi ini untuk menambah produk

baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika

bersaing pada industri yang pertumbuhannya lambat.

b. Strategi Diversifikasi Horizontal. Tujuan strategi ini adalah menambahkan

produk baru yang tidak berhubungan dengan tujuan memuaskan pelanggan

(49)

lama, persaingan pada produk lama berjalan ketat, distribusi produk baru

kepada pelanggan lancar dan pada tingkat yang lebih dalam adalah bahwa

musim penjualan dari kedua produk relatif beda.

c. Strategi Diversifikasi Konglomerat. Menambahkan produk atau jasa baru

yang tidak berkaitan untuk pasar yang berbeda disebut diversifikasi

konglomerat. Hal ini dapat dilakukan, jika industri disektor ini telah

mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak

berkaitan yang masih berkembang baik, serta memiliki sumber daya untuk

memasuki industri tersebut.

4. Strategi Bertahan

a. Retrenchment Strategy, terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang

melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba

yang menurun. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui reduksi biaya dan aset

perusahaan.

b. Joint venture Strategy, terjadi saat dua atau lebih perusahaan membentuk

suatu perusahaan temporer atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi modal.

Hal ini dapat dilakukan, jika mereka merasa tidak mampu untuk bersaing

dengan perusahaan lain yang lebih besar atau bermaksud dalam rangka

mendapatkan kemudahan – kemudahan lain.

c. Divestiture Strategy. Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi

disebut divestasi. Strategi ini sering digunakan dalam rangka penambahan

modal dari suatu rencana investasi atau untuk menindaklanjuti strategi

(50)

berupa bagian dari strategi Retrenchment untuk mengganti aktivitas

perusahaan yang sudah tidak menguntungkan dengan aktivitas perusahaan

lainnya.

d. Liquidation Strategy. Likuidasi berarti menjual seluruh aspek perusahan,

secara terpisah – pisah untuk nilai riilnya. Hal ini dapat dilakukan jika

perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya. Dengan menjual

harta perusahaan, maka pemegang saham akan dapat memperkecil

kerugiaannya.

3.2 Manajemen Strategi

Konsep manajemen strategi terdiri dari definisi, tahapan – tahapan, pemaduan

antara intuisi dan analisis serta penyesuaian pada perubahan. Definisi manajemen

strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003) adalah serangkaian keputusan dan

tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi

(perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi dan

evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan

evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan

perusahaan.

Kotler (2003) membuat filosofi tentang strategi “lebih baik secara strategi

benar daripada melakukan hal yang benar”. Definisi tentang manajemen strategi

Gambar

Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu dengan Topik Strategi Bersaing Nama
Tabel 6. Lanjutan 1
Tabel 6. Lanjutan 2
Gambar 1. Strategi generik Porter dalam Hunger dan Wheelen (2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari prosedur penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan perusahaan, yaitu pada langkah penyusunan rencana produksi dan penyusunan anggaran penjualan

Penetrasi pasar dilakukan perusahaan karena perusahaan saat ini sedang mengalami peningkatan penjualan dan permintaan akan produk, dengan adanya peningkatan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelaporan segmen dengan pendekatan variabel costing yang meliputi langkah-langkah: (1) mengidentifikasi penjualan

Hal ini dapat dilihat dari prosedur penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan perusahaan, yaitu pada langkah penyusunan rencana produksi dan penyusunan anggaran penjualan

Dari posisi Internal Eksternal (Matriks IE), menyatakan bahwa posisi strategis PT XYZ adalah berada di Kuadran I dengan strategi Grow and Build yang

Selain dalam hal analisis internal, analisis eksternal, dan kualitas pelayanan ada beberapa program yang bisa dilakukan oleh pemilik SuperWash Laundry dari hasil

Proses analisis SWOT dilakukan untuk menguji sifat permintaan dan tekanan pihak eksternal, mengidentifikasi peluang dan kendala, sumber daya dan menilai kapasitas

Selain dalam hal analisis internal, analisis eksternal, dan kualitas pelayanan ada beberapa program yang bisa dilakukan oleh pemilik SuperWash Laundry dari hasil