• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUHANAN DAN RELASI AGAMA DAN NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETUHANAN DAN RELASI AGAMA DAN NEGARA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGERTIAN

NEGARA

ASAL KATA :

Staat

(Belanda Jerman),

Etat

( Prancis),

Status

atau

Statum

(Latin) yang memiliki pengertian tentang

keadaan tegak dan tetap, yang dalam bahasa

Inggris dikenal dengan

standing

atau

station

(Kedudukan). Istilah ini juga sering dihubungkan

dengan istilah status civitatis atau status

republicae.

TERMINOLOGI

:

Negara merupakan organisasi tertinggi di antara

satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita

untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan dan

memiliki pemerintahan yang berdaulat. Karena

(3)

PENGERTIAN NEGARA MENURUT PARA AHLI

Roger H. Soltau: Negara merupakan

perpaduan antara alat (agency) dan

wewenang (authority) yang mengatur dan

mengendalikan persoalan-persoalan

bersama.

Harold.J. Laski: Negara merupakan suatu

masyarakat yang diintegrasikan karena

(4)

Macam Tujuan Negara

1. Memperluas kekuasaan

2. Menyelenggarakan ketertiban hukum

3. Mencapai kesejahteraan umum

Plato :

Tujuan Negara adalah memajukan

kesusilaan manusia, sebagai individu dan

sebagai mahluk sosial.

(5)

Tujuan negara dalam ISlam

Ibnu Arabi

: Tujuan negara adalah

agar manusia dapat menjalankan

kehidupannya dengan baik. Jauh

dari sengketa dan menjaga

intervensi pihak-pihak asing.

Ibnu Khaldun :

Tujuan negara untuk

mengusahakan kemaslahatan

(6)

Hukum tata negara

Negara hukum

: Tujuan negara adalah

menyelenggarakan ketertiban hukum,

dengan berdasarkan dan berpedoman

pada hukum.

Negara Indonesia

: Tujuan negara

tercantum pada pembukaan UUD 45

adalah untuk memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia berdasarkan kemerdekaan,

(7)

Unsur-Unsur Negara

Rakyat

: Sekumpulan manusia yang

dipersatukan oleh suatu rasa persamaan

dan bersama-sama mendiami suatu

wilayah tertentu.

Wilayah

: Tempat yang memiliki batas

teritori yang jelas dan diakui oleh

perundangan internasional yang dapat

berupa daratan, perairan ataupun udara.

Pemerintah

: Alat kelengkapan negara

yang bertugas memimpin organisasi

(8)

Unsur negara lanjutan

Pengakuan negara lain: Unsur hanya

(9)

Teori terbentuknya negara

Social contract

: Negara dibentuk atas

perjanjian-perjanjian masyarakat dalam

tradisi sosial masyarakat Eropa. Tokoh

Thomas Hobbes, Jhon Locke, JJ. Rousseau.

Thomas Hobbes

: Kehidupan manusia

terpisah dalam dua zaman yakni keadaan

selama belum ada negara (

state of nature/

status naturalis

), atau keadaan alamiah

dan keadaan setelah ada negara.

Jhon Locke

(1632-1704) : Keadaan awal

alamiah yang damai dan penuh komitmen

baik, saling menolong antara individu

(10)

Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Jika Hobbes hanya mengenal

pactum subjections

dan Jhon Locke

menggabungkan dua jenis

perjanjian dalam hubungan antara

warga negara dengan institusi

negara (

pactum subjections

&

pactum unionis

)

, Jean Jacques

Rousseau hanya mengenal satu

jenis perjanjian saja, yaitu hanya

(11)

TEORI KETUHANAN

1. Doktrin ketuhanan berkembang di Timur

dan Barat, tetapi mendapatkan bentuknya

yang sempurna dalam tulisan-tulisan

sarjana Eropa pada abad pertengahan yang

menggunakan teori itu untuk membenarkan

kekuasaan mutlak para raja

.

2. Doktrin ini berpandangan bahwa hak

memerintah yang dimiliki para raja berasal

dari Tuhan. Mereka mendapat mandat

(12)

TEORI KEKUATAN

Secara sederhana teori ini dapat diartikan

bahwa negara terbentuk karena adanya

dominasi negara kuat, melalui penjajahan.

Menurut teori ini, kekuatan menjadi

pembenaran (

raison d’etre

) dari terbentuknya

negara.

Dengan kata lain terbentuknya negara karena

pertarungan kekuatan dimana sang pemenang

memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah

negara.

Teori ini berawal dari kajian antropologis atas

pertikaian yang terjadi di kalangan suku-suku

primitif, dimana si pemenang pertikaian menjadi

penentu utama kehidupan suku yang

(13)

Bentuk-Bentuk Negara

Negara Kesatuan : Bentuk negara

merdeka dan berdaulat, dengan satu

pemerintah pusat yang berkuasa dan

mengatur seluruh daerah (baik dengan

sistem sentralisasi ataupun desentralisasi)

Negara Serikat atau Federasi merupakan

bentuk negara gabungan yang terdiri dari

beberapa negara bagian dari sebuah

negara serikat (yang menyerahkan

(14)

Pelaksanaan Negara

1.

Negara Monarki

: Model

pemerintahan yang dikepalai oleh raja

atau ratu, baik absolut ataupun

konstitusional

2.

Oligarki: Model pemerintahan yang

dijalankan oleh beberapa orang yang

berkuasa

dari golongan atau kelompok

tertentu.

(15)

Negara dan Agama

Hubungan antara negara dan agama

pada prinsipnya bersifat timbal balik dan

(16)

3 Pola Hubungan Agama dan Negara

Agama

Agama

Agama

Agama

Negara

Negara

Subordinasi

Separasi

Koordinasi

Negara

Negara

(17)

Hubungan Subordinasi

Hukum Agama Menjadi

Hukum Negara

Mis:

IRAN

Negara Totaliter

Agama Negara

Agama dikuasai Negara

Mis:

Negara Komunis

Ada agama milik Negara

Mis:

Gereja Anglikan

(18)

Persoalan Pada Hubungan Subordinasi

Konfik berkepanjangan antara

pemimpin agama dan pemimpin politik

karena saling berebut kuasa dan

pengaruh.

Dalam masyarakat plural, persoalan

menjadi lebih rumit. Sebab jika agama

ada di atas negara, maka hukum agama

mana yang dipakai?

Sebaliknya, jika negara berada di atas

agama, maka agama mana yang

(19)

Hubungan Separasi

Negara

Agama

Martin Luther 1483-1546

Machiavelli 1469-1527

Negara dan Agama Terpisah.

Masing-masing mempunyai fungsi sendiri dan wilayah sendiri.

Agama di wilayah privat (pribadi), Negara di wilayah publik (sosial).

(20)

Persoalan Pada Hubungan Separasi

Bisakah memisahkan secara mutlak agama

dan negara?

Mungkinkah keyakinan agama hanya berlaku

di wilayah privat? Tidakkah keyakinan itu

berimplikasi pada sikap dan prilaku terhadap

orang lain (publik)? (Contoh: kasus anak

penganut Saksi Yehova yang diberi transfusi

darah).

Bagaimana pada diri seseorang dituntut

loyalitas dan komitmen yang sama pada dua

hal yang terpisah? Bagaimana jika

tuntutannya berbeda? Mana yang harus

diikuti: tuntutan negara atau tuntutan agama?

(Mis: Negara memutuskan perang, tetapi

(21)

Hubungan Koordinasi

Hubungan yang tidak saling mengatasi

atau membawahi, tetapi tidak

dipisahkan secara mutlak.

Agama dan negara diakui sebagai yang

memiliki otonomi, tetapi otonomi yang

terbatas. Keduanya disubordinasikan

dibawah hukum, yang mengatur tata

hubungan keduanya sehingga bisa

saling mendukung.

(22)

Persoalan Pada Hubungan Koordinasi

Belum ada negara yang

mempraktekkannya.

Persoalannya, jika tata hubungan agama

dan negara mau diatur oleh hukum,

siapa yang menyusun hukum itu?

Negara atau agama?

Lebih lanjut, keyakinan atau hukum

(23)

Agama dan Negara di Indonesia

Ketika berdiri, Indonesia memilih Pancasila

sebagai dasar dan bentuk negaranya. (Ini

kompromi dari 3 kekuatan besar yang ada

sebelum Indonesia merdeka)

Negara Pancasila, menolak hubungan yang

subordinatif (bukan negara agama/Islam dan

bukan negara anti agama/komunis). Juga

tidak ada yang menjadi “agama negara”.

Tetapi negara Pancasila juga menolak

(24)

Hubungan Agama dan Negara

dalam Negara Pancasila

Dalam negara Pancasila, Negara tidak boleh

mencampuri masalah keagamaan, tetapi

negara mempunyai tanggungjawab untuk

melindungi kebebasan masing-masing agama,

membantu perkembangannya dan menjaga

kerukunan hidup antaragama.

Di lain pihak agama-agama tidak boleh

mencampuri secara langsung masalah

kenegaraan, tetapi agama-agama punya

(25)

Persoalan Hubungan Agama

dan Negara di Indonesia

Negara sering campur tangan terlalu jauh

pada masalah agama (mis: menentukan

agama resmi; adanya departemen agama;

adanya peradilan agama dll). Negara juga

belum melindungi kebebasan beragama (soal

pendirian rumah ibadah, pelarangan pindah

agama, pelarangan kawin campur)

Di sisi lain, ada agama yang terlalu jauh

mencampuri masalah kenegaraan:

(Pembentukan undang-undang yang

bernuansa agama, pemberlakuan hukum

(26)

Perilaku Politik Umat Beragama

Fundamentalis

Taktis - Reformis

Akomodasionis

Menolak bentuk pemerintahan yang

dianggap sekuler dan berjuang

mendirikan negara agama. (Misalnya DI/

TII atau gerakan pemberlakuan syari’ah)

Bekerjasama dengan pemerintah sebagai

strategi untuk memperjuangkan ajaran

agama. (Peradilan Agama, Otonomi

Khusus/Aceh, UU Perbankan,

UU Pendidikan, dsb)

Melakukan penyesuaian dan

adaptasi nilai-nilai ajaran agama

terhadap realitas masyarakat

(27)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Secara umum nilai yang terkandung pada sila ketuhanan YME diintepretasikan:

1. Sikap takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Nilai kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan 3. Manusia Indonesia wajib beragama dan manusia yang religius

Ada kekuatan tarik menarik antara:

- keinginan untuk lepas dari agama dalam mengatur kehidupan sehari-hari dan;

- Keinginan untuk memadukan agama dalam bidang-bidang kehidupan

(28)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGERTIAN PAHAM KETUHANAN DALAM SILA I

• SECARA IMPLISIT

Untuk sampai pada pengertian Tuhan, manusia bisa berpangkal pada pengetahuannya tentang alam dan dirinya sendiri.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini: - memiliki sifat-sifat terbatas (fana) - relatif

- tergantung

- diciptakan (terjadi)

- tidak niscaya (tidak sempurna) - tidak mutlak

(29)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGERTIAN PAHAM KETUHANAN DALAM SILA I

• SECARA EKSPLISIT

Keber-ada-an Tuhan juga timbul karena pengaruh-pengaruh agama-agama besar di dunia. Agama-agama-agama ini menyebarkan pemahaman dan penghayatan bahwa selain fenomena alami, ada kekuatan

Adikuasa yang menguasai alam semesta, yaitu Tuhan yang diyakini keesaan-Nya dimana tidak ada kekuasaan lain yang dapat

menandinginya.

Rumusan Ketuhanan YME mengandung muatan konsensus yang

tinggi. Konsensus ini mengakui keragaman bangsa dari barat sampai ke timur. Penggunaan ini juga berkonsekuensi serius untuk hidup

bersama sebagai bangsa yang majemuk (suku, budaya, agama, strata, ekonomi).

(30)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

ARTI RELIGI

Religare, Religio mengikat, ikatan/pengikatan Latin Religi adalah Ikatan antara manusia dengan Tuhan.

Ikatan religius bukan penghalang kebebasan, tapi sumber justru kebahagiaan manusia.

Karenanya tidak ada siapapun termasuk negara yang bisa

memaksakan keyakinan individual terhadap ikatannya dengan

Tuhan. Karenanya negara sekalipun tidak berhak memerintah cara-cara beribadat, bersembahyang dsb. Dengan kata lain negara tidak berhak mencampuri kehidupan batiniah seseorang yang merupakan kemerdekaan pribadinya.

Seandainya seseorang secara sadar meyakini kehidupan batiniah yang dipilihnya, maka penghayatan tersebut tidak hanya

berlandaskan tradisi, melainkan pada pencarian pada makna dan hakikat hidupnya yang unik sebagai ciptaan Tuhan.

Religi

-pertama-tama berupa keputusan batin pribadi

(31)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

Soekarno menemukan fakta bahwa pada dasarnya orang Indonesia adalah berTuhan.

Fakta inilah yang menurutnya menjadi jiwa bangsa Indonesia.

(32)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

Prof. Dr. Drijarkara mencoba mengintepretasikan pemikiran Soekarno

dalam ceramahnya berjudul ‘Pancasila dan Religi’ dalam hubungan agama dan negara ia mengemukakan :

1. Dalam kaitannya dengan pandangan hidup ia tidak melihat adanya

perlawanan. Pancasila mendorong ke arah religi. Sebab jika diperas maka intinya adalah cinta kasih, sehingga Pancasila (khususnya sila I)

menggiring manusia untuk mencintai Tuhannya.

2. Dalam kaitannya dengan gotong royong demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama, sila I diletakan sebagai prinsip fundamental 3. Kekhasan tidak bisa dipaksakan, apalagi negara campur tangan

(intervensi hegemonistik) terhadap religi.

4. Negara berdasarkan Pancasila ini bukan negara agama. Artinya walaupun setiap orangnya beragama dan berjamaah, ini tidak langsung berarti

negara dijalankan berdasarkan satu norma agama tertentu. Sekaligus juga ia menghindari ekstrem lain negara Pancasila bukan pula negara profan 9tidak kudus), Artinya negara mengakui eksistensi dan esensi agama dalam tiap warganya dan tidak memilih sikap ‘tidak peduli’ atau memusuhi realitas.

(33)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

• Nasionalisme Sekuler

Berargumentasi bahwa peran agama perlu dibatasi karena dalam modernitas sudah terjadi diferensiasi atau spesialisasi bidang

kehidupan. Masalah hidup sudah sedemikian kompleks, karena itu agama bukan satu-satunya solusi tepat bagi penyelesaian masalah. Agama adalah bagian dari wahana solusi konfik dalam tataran

personal dan komunal. Golongan ini membawa keyakinan bahwa negara akan makmur jika serius menerapkan ilmu pengetahuan, karena itu dia tidak terlalu mengedepankan isu agama, namun isu nasionalisme. Sutan Takdir Alisyahbana, merupakan salah satu tokoh yang menegaskan ini.

(34)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

• Kaum Nasionalisme Religius

Melihat cara-cara yang ditempuh kaum sekuler sebagai pelanggaran perintah Tuhan. Mereka menuduh kaum sekuler telah merusak

tatanan religiusitas yang diperintahkan Tuhan dan dipelihara

berabad-abad. Rusaknya tradisi biasanya diikuti dekadensi moral. Standar penilaian etis moral menjadi kacau akibat pola pikir dan hidup yang dibawa kaum sekuler dengan ilpeng dan

teknologinya.Karena itu mereka yakin dengan pengembalian posisi agama dalam proses kehidupan politik akan membawa kembali

kesejahteraan dan kemakmuran. Pelaksanaan norma-norma agama dalam proses politik atau proses bernegara bukanlah barang baru bagi masyarakat tradisional. Dalam sejarah kebudayaan yang terjadi di nusantara ini, proses bernegara selalu identik dengan dominasi norma atau hukum agama sebagai dasar pegangan perilaku proses berfkir dan pemaknaan relitas.

Kedua golongan tersebut bertemu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada wadah BPUPKI dan PPKI, pembicaraan menjadi

(35)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

3 (tiga) Model relasi (hubungan) antara negara dengan religi • Model Pendekatan Politik Legal

• Model Pendekatan Kultural

(36)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

IMPLIKASI SILA KETUHANAN DALAM KEHIDUPAN

Allah adalah fgur yang diyakini menciptakan alam semesta dan isinya. Mempersoalkan penciptaan berarti mempersoalkan titik awal kehidupan. Adalah fakta. Kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, berharga. Diwakili ‘membangun’, ‘merawat’,

(37)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN RELIGI

IMPLIKASI SILA KETUHANAN DALAM KEHIDUPAN

Maka sikap menjaga kehidupan yang lahir dari pemahaman kultur kehidupan :

1. Segala benda dan mahluk berada dalam kedudukan yang sama. Sama-sama diciptakan Tuhan. Melecehkan salah satu bentuk dari tingkat kedupn sama saja dengan tidak menghormati Allah. Sikap pelecehan yaitu segala sikap yang bernuansa subordinatif,

diskriminatif, otoritarianistik, terhadap mahluk lain dapat dikatagorikan sikap ini.

2. Upaya pelestarian alam menjadi penting. Tidak hanya bertujuan memperbaharui sumber alam saja, upaya ini bersifat konservasi alam dan pengembangan kemampuan bumi sebagai tempat

hidup yang laya

3. Penelitian dan upaya memerangi penyakit juga penting bagi

upaya merawat kehidupan. Upaya ini bisa dikembangkan dengan bantuan sains dan teknologi. Persoalannya bagaimana

mengarahkan perkembangan sains dan teknologi sebagai sarana konstruktif.

(38)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

TOLERANSI DAN DIALOG

Tolerate (Ing), Tolerare (Lat) berarti memikul, menanggung (endure, Ing) atau mengizinkan (allow, Ing).

Toleransi : berarti memberi kesempatan kepada atau membiarkan pihak lain untuk menyelenggarakan kegiatan.

Mengakui adanya perbedaan, sikap tidak saling mengganggu,

membiarkan penganut agama lain menjalankan ibadah dan misinya sejauh tidak mengganggu ibadah dan misi agama saya.

Toleransi memberi rasa aman, damai dan menjamin situasi

harmonis. Namun toleransi hanya membuat orang mengakui, namun belum tentu menerima. Toleransi hanya mengiyakan perbedaan

(39)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

TOLERANSI DAN DIALOG

Dialog : komunikasi dua arah

Dalam konteks agama-agama biasa disebut interaksi dialogis, berupa aktivitas verbal diskursif maupun non verbal diskursif.

Dalam konteks pluralitas di Indonesia, orang tidak bisa bersembunyi dan berkomunikasi dengan golongannya saja. Di dunia kerja, di

dunia pendidikan, di pergaulan sosial lain orang ‘dipaksa’ bertemu orang lain dengan latar belakang yang kompleks. Di sini pluralitas dapat menjadi sarana konfik dan sumber krisis, sekaligus

pertemuan ini bisa menjadi sarana penyelesaian konfik. Maka tidak cuku jika dikatakan “yang penting hidup damai berdampingan”

(peacefull-coexistence) tanpa usaha untuk saling memahami dan mengerti.

Diperlukan sikap keterbukaan menerima perbedaan, mengusahakan pertemuan unsur majemuk tersebut dan mengarahkan pluralitas

agama bukan untuk mencari siapa yang unggul (doktrin

(40)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

TOLERANSI DAN DIALOG

Perhatian agama bukan hanya mencari kebenaran dalam agamanya sendiri (melalui dialog intra religius), tetapi tertuju pada masalah kemanusiaan (dalam dialog inter religius). Melalui pergumulan secara langsung dengan peristiwa ketidak adilan, penindasan, pengucilan. Yang akan menyadarkan bahwa religi benar-benar memiliki daya pembebas (emansipatoris)

Perlu diwaspadai agama jangan sampai menjadi alat politik, tetapi peran untuk memberikan jalan keluar kreatif mengingat harkat dan martabat kita sebagai gambaran (citra) Allah.

Interaksi dialogis mengandaikan sikap terbuka terhadap tradisi agama sendiri dan agama lain yang memungkinkan terjadinya otokritik. Dialog atau intersubjektivitas antar tradisi religius akan menghantar kita pada pemahaman mendalam pada masalah

(41)

NILAI FILOSOFIS SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

TOLERANSI DAN DIALOG

Agama hendaknya menjadi titik konvergen (pertemuan) dari

berbagai ajaran moral, kepentingan, keyakinan, serta niat untuk membangun.

Ada beberapa syarat dialog antar umat beragama:

1. Dialog beragama mesti berdasarkan pengalaman religius atau pengalaman beriman yang kokoh.

2. Dialog menuntut keyakinan bahwa religi lain juga memiliki dasar kebenaran pula.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pengaruh ini menunjukkan semakin positif konsumen mempersepsikan sumber model dalam iklan, maka akan meningkatkan minat beli konsumen produk Dell, hal ini

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling

V.L Ratumbuysang, dapat di simpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang kepatuhan minum obat paling tinggi berada pada kategori kurang dan kepatuhan minum obat

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu persoalan syarat batas dengan persamaan diferensial parsial berupa persamaan Laplace dengan syarat batas homogen

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penampilan berahi sapi Jawa yang meliputi lama berahi, perubahan vulva, keberadaan lendir yang serviks, dan tingkah laku yang

Panggilan Margin (Margin Call) ialah amaran awal apabila ekuiti kurang dari margin (Ekuiti < Margin) dan panggilan margin (MC) berlaku dengan nilai boleh guna menjadi

Komparator Op-Amp akan membandingkan nilai tegangan pada kedua tegangan, apabila sebuah tegangan (-) lebih besar dari tegangan masukan (+) maka keluaran Op-Amp akan menjadi sama

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan saat ini adalah pada variabel independen yang digunakan, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel kinerja perusahaan,