T
anpa ingar-bingar berlebihan, sebenarnya fashion bergaya street-wear Indonesia sudah membangun pasar nya sendiri. Bahkan, beberapa merek streetwear Indonesia tidak hanya sudah mengekspor produk, tetapi juga sudah ditulis oleh media asing khusus fashion. Malah ada pula yang sudah membuka toko di luar negeri.“Kolaborasi merek fashion ternama dengan merek fashion bergaya streetwear ini seperti jadi inspirasi banyak orang dan membuat mata terbuka soal streetwear. Perhelatan seperti Jakcloth, Stellar Fest, dan lainnya ikut berkontribusi pada berkembangnya tren streetwear ini,” ujar pengamat dan konsultan fashion Khairiyyah Sari.
Amerika pasar terbesar
Menurut survei ekonomi kreatif dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) dan Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, subsektor fashion pada 2016 menjadi salah satu dari tiga subsektor dengan nilai pendapatan terbesar yang mencapai Rp 166 triliun. Fashion berkontribusi sebesar 18,01 persen terhadap PDB ekonomi kreatif.
Secara umum, nilai ekspor produk fashion Indonesia pada 2015 mencapai nilai 10,9 miliar dollar AS, tumbuh 1,84 persen dari tahun sebelumnya dan menyumbang 54,54 persen terhadap total nilai ekspor sektor ekonomi kreatif. Tak heran, subsektor fashion sangat menjadi perhatian Bekraf.
Kepala Sub Direktorat Pasar Segmen Bisnis dan Pemerintah
Bekraf Andy Ruswar mengatakan, negara tujuan ekspor produk fashion Indonesia yang terbesar adalah Amerika Serikat. Nilainya mencapai 4,72 miliar dollar AS. Jepang dan Jerman berada di urutan kedua dan ketiga. Produk ready to wear merupakan komoditas terbesar.
Berangkat dari riset itu, Bekraf memutuskan untuk mem-berangkatkan 5 merek fashionready to wear lokal ke Agenda Show, Long Beach California, Amerika Serikat. Agenda merupakan trade show untuk produk streetwear dan action sport trade show terbesar di dunia.
“Agenda Show merupakan salah satu kiblat fashion streetwear dunia. Di sana, peserta berkesempatan bertemu pembeli potensial dan bisa berjualan secara langsung dengan pengunjung yang datang, karena pada hari terakhir terbuka untuk umum,” ujarnya.
Bekraf pun langsung menginisiasi peluang ini dengan membuka pendataran di situs web Bekraf, Twitter, dan IG Bekraf. Dari 121 perusahaan yang mendatar, terpilih 5 merek lokal yang berangkat, yaitu Elhaus, Paradise Youth Club, Oldblue Co, Monstore, dan Potmeetspop.
Hasil ini merupakan gabungan dari hasil kurasi tim kurator Indonesia dan pihak Agenda Show langsung. Adapun kurasi di Indonesia dilakukan oleh Khairiyyah Sari, Hanaie Akhmad, Syahmedi Dean, dan Febe Riyanti Siahaan dengan dibantu tim dari Bekraf.
“Merek yang kami pilih berda-sarkan kecocokan dengan pasar Amerika, sudah established more than
3 years, punya kemampuan produksi yang baik, punya keinginan kuat dan kesanggupan going global, dan punya stockist serta toko isik yang jelas. Menariknya, beberapa dari mereka sudah punya network international jadi keikutsertaan di Agenda adalah ingin lebih melebarkan sayap ke Amerika,” ujar Sari.
Siap unjuk kreasi
Nick Yudha, founder dari Monstore, sudah menyiapkan koleksi khusus bernama Co-Extinct yang memadukan unsur seni dari budaya Indonesia dan fashion streetwear. Koleksi ini memang membidik pasar luar negeri, tetapi akan didistribusikan untuk pasar Indonesia. Koleksi ini dihadirkan juga bekerja sama dengan salah satu online store besar di Indonesia.
“Pastinya acara ini penting untuk kami dalam menjadi pintu bagi merek Indonesia menembus pasar Amerika Serikat. Apalagi fashion scene streetwear di Indonesia juga sedang berkembang pesat dan secara kualitas tidak kalah dari merek luar negeri,” ujarnya.
Monstore sendiri memproduksi produk-produk seperti outerwears, sweaters, scarves, jewelry, bags, art prints, dan bahkan plush toys. Dalam beberapa tahun terakhir, Monstore juga bekerja sama dengan Google, Marvel, Ismaya Group (We The Fest & Djakarta Warehouse Project), dan BliBli.com untuk memperluas jangkauan produk Monstore ke target market. Produknya pun pernah dipakai Presiden Joko Widodo saat bertandang ke We The Fest.
Nick menyambut positif upaya Bekraf dalam mendukung subsektor ini. Menurut Nick, Bekraf telah membekalinya agar bisa optimal berpameran di Agenda, baik dalam bentuk materiil maupun operasional, serta secara pengetahuan, media exposure, dan koneksi.
Senada dengan Nick, Marketing & Distribution Paradise Youth Club (PYC) Hendrick Setio mengatakan, pihaknya juga sibuk mempersiapkan koleksi yang akan di-preview di sana. Namun, baginya, persiapan mental adalah yang terpenting karena AS adalah pasar terbesar untuk streetwear.
“Pada tahun ke-15 penyeleng-garaan Agenda, kami beruntung bisa berangkat ke sana dengan bantuan Bekraf. Kebetulan kami sudah menerima undangan dari beberapa Trade Show serupa termasuk Agenda sendiri dari tahun 2016, tapi karena banyak pertimbangan kami tidak berangkat. Agenda jadi penting karena menembus pasar AS adalah salah satu goals kami di tahun ini,” ujarnya.
PYC tetap akan mengangkat koleksi sesuai DNA mereka, yaitu street fashion era ‘90-an dengan mengombinasikan tema skate wear, surf, dan musik. PYC juga memiliki kanal distribusi di Singapura, Malaysia, Inggris, Jepang, da Korea Selatan. PYC pun sudah berkolaborasi dengan merek dari Australia Jungles dan merek streetwear dari Los Angeles bernama PRMTVO.
“Semoga upaya Bekraf ini berke-lanjutan sebab pasar streetwear di Indonesia sangat terpandang di Asia
DUNIA desain interior dan arsitektur Indonesia bergerak dinamis. Pameran Casa Indonesia yang dihelat beberapa waktu lalu menegaskan hal tersebut. Menjadi etalase bagi keragaman karya desain Indonesia yang disatukan dalam tema “One Nation”.
Diselenggarakan di Ritz-Carlton Paciic Place pada 31 Mei–3 Juni 2018, pameran ini menghadirkan karya-karya inovatif yang terinspirasi dari warisan budaya lokal. Direktur pameran Cosmas D Gozali menyatakan, Casa Indonesia ingin memamerkan kreativitas
Indonesia dan menunjukkan potensi tradisi lokal untuk dikembangkan menjadi produk desain kontemporer. Casa Indonesia 2018 menghadirkan beragam karya, seperti produk-produk furnitur, instalasi desain, dan karya seni dengan keunikan masing-masing.
Seperti juga penyelenggaraannya tahun lalu, Casa Indonesia yang digelar Majalah Casa Indonesia ini juga didukung Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ). Dalam pameran ini, Bekraf memperkenalkan Designer Lounge yang ditata dengan apik dalam menampilkan produk-produk desainer yang terlibat di dalamnya. Karya-karya di Designer Lounge yang bernaung dalam payung Identities ini dipilih dari proses open call, sebagian partisipan Salone del Mobile 2018, dan produk desainer yang tergabung dalam Koperasi Inovatif dan
Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara (Kopikkon).
Kurator Designer Lounge Rina Renville mengatakan, karya-karya yang dipilih adalah yang relevan dengan tema “One Nation”. Dengan begitu, karya-karya tersebut bisa menggambarkan keberagaman Indonesia.
“Kami juga memilih karya dari desainer Indonesia terkini, dengan estetika, kreativitas, dan orisinalitas yang kuat. Karya ini kemudian ditata menjadi sebuah lounge sehingga masyarakat bisa menikmati,” tambah Rina.
Karya-karya yang tampil di Designer Lounge mengeksplorasi beragam material dan teknik pembuatan. Ada rotan, kayu, bambu, dan sebagainya. “Material ini hadir dengan lebih modern. Ada rotan yang
dipadukan dengan besi, atau kayu yang dipadukan dengan anyaman rotan. Dari Kopikkon ada tenunan yang dicampur dengan rotan dan dijadikan tas,” ujar Rina.
Apresiasi
Pada pameran Casa Indonesia tahun ini, hadir pula Giulio Cappelini, Brand Ambassador Istituto Marangoni. Secara khusus, ia mampir ke Designer Lounge untuk melihat karya-karya desainer lokal.
Seperti diceritakan Rina, Chapellini mengatakan bahwa Indonesia punya sumber daya yang sangat kaya, dari sisi produk dan material. Sangat potensial untuk diolah oleh para desainer dengan ragam eksplorasinya.
Ketua Kopikkon Sylvie Arizkiany juga mengungkapkan, mereka
mendapatkan respons baik dari para pengunjung tentang produk yang ditampilkan. Kopikkon juga sempat menjual beberapa produknya.
“Di Casa Indonesia, Kopikkon mendapat eksposure. Casa adalah ajang yang bergengsi untuk para pelaku kreatif. Ini kesempatan besar, apalagi karena Kopikkon menampilkan wujud kolaborasi desainer profesional dengan para perajin daerah,” ujar Sylvie.
Di pameran ini Bekraf juga menyelenggarakan seminar dengan Elia Bonacina, desainer sekaligus penerus label furnitur rotan ternama dari Italia. Seminar ini mengulas tren desain untuk furnitur rotan, sekaligus bagaimana memasarkannya dalam skala global. [NOV]
RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS
ETALASE KERAGAMAN
DESAIN INDONESIA
Empat tahun belakangan, streetwear memang kian populer. Fenomena
ini makin kuat kala merek mahal nan eksklusif, antara lain Louis Vuitton,
Burberry, Manolo Blahnik, dan Tommy Hiliger berkolaborasi dengan merek
fashion streetwear, seperti Supreme, Vetements, dan Gosha Rubchinskiy.
“STREETWEAR” INDONESIA
SIAP TEMBUS PASAR
AMERIKA
@BekrafID
www.bekraf.go.id
@bekraf.go.id
Informasi kegiatan Bekraf bisa diakses di Informasi prosedur pendukungan Bekraf dapat diakses
lewat situs web satupintu.bekraf.go.id
Edisi Kreatorial dan Retas sebelumnya dapat diunduh di tautan bit.ly/dokumenberitabekraf
Tenggara khususnya. Upaya ini mungkin bisa ditambah dengan mengadakan kegiatan, seminar, talkshow, atau training seputar inansial atau legalitas yang lebih dibutuhkan oleh start-up company seperti kami. Selain itu, semoga bisa merambah ke kebijakan untuk kemudahan birokrasi ekspor impor yang selama ini cukup berbelit,” ujar Hendrick.
Kelima delegasi Indonesia itu akan difasilitasi booth, pengiriman kargo pulang pergi hingga 50 kilogram, pembuatan lookbook dan video proil, dan kegiatan kehumasan. Selain itu, Bekraf bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di Los Angeles dan Indonesia Trade Promotion Centre di Los Angeles untuk mengundang pembeli potensial dan beberapa stakeholder sampai berkunjung ke port of LA, sekaligus site visit ke beberapa perusahaan dan distributor toko fashion.
“Diharapkan, upaya nyata Bekraf ini bisa membantu pelaku kreatif subsektor fashion memotong mata rantai perdagangan yang selama ini menjadi kendala bagi para pelaku usaha di Indonesia,” pungkas Andi. [VTO]
DOK. PARADISE YOUTH CLUB
DOK. POT MEETS POP DOK ELHAUS
DOK. MONSTORE
DOK IKLAN KOMPAS - ANTONIUS SP
DOK. OLDBLUECO
DOK. CASA INDONESIA
MENEMBUS
AMERIKA SERIKAT
19.99
10.9
4,72
AGENDA
event business to business (B2B)
Pelaku Kreatif
subsektor fashion streetwear dan action sport
Diikuti sampai 750 merek yang meliputi gaya hidup, kontemporer, aksesoris, action sport, outdoor, footwear, surfing, dan skating.
Dihadiri sampai 10.000 orang yang berprofesi sebagai pembeli, pelaku media, distributor, influencer dari AS dan 50 negara lain.
Total nilai Ekspor
Ekonomi Kreatif Indonesia 2016 miliar dollar AS
miliar dollar AS
miliar dollar AS
Total nilai ekspor
subsektor fashion Indonesia 2016
/ lebih dari 50 persen total nilai ekspor ekonomi kreatif Indonesia
Nilai ekspor subsektor fashion Indonesia ke Amerika Serikat 2016