• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN TENAGA KERJA JASA KONSULTANSI DENGAN MENGGUNAKAN SURVIVAL ANALYSIS Arwinsyah, Bahrul Anif, Nursyaifi Yulius

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETAHANAN TENAGA KERJA JASA KONSULTANSI DENGAN MENGGUNAKAN SURVIVAL ANALYSIS Arwinsyah, Bahrul Anif, Nursyaifi Yulius"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN TENAGA KERJA JASA KONSULTANSI DENGAN MENGGUNAKAN SURVIVAL ANALYSIS

Arwinsyah, Bahrul Anif, Nursyaifi Yulius

Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

e-mail :tunggulkarya.88@Gmail.com

ABSTRAK

Tingginya tingkat turn over tenaga ahli jasa konsultansi dapat diprediksi dari seberapa besar keinginan untuk berpindah yang dimiliki oleh anggota suatu organisasi (perusahaan). Turnover para tenaga ahli jasa konsultansi yang tinggi harus menjadi perhatian oleh perusahaan jasa konsultansi karena secara langsung maupun tidak langsung akan mengganggu pengelolaan perusahaan dan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang akan menelan biaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, kepemimpinan, lingkungan kerja, kepuasan kerja terhadap tingkat lamanya bekerja (ketahanan) tenaga ahli jasa konsultansi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan metode penelitian kuantitatif dan pendekatan metode kualitatif dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah survival analysis. Responden penelitian ini yaitu para tenaga ahli jasa konsultansi yang bekerja pada perusahaan jasa konsultansi di propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui tingkat turnover tenaga ahli konsultansi. Dari angket yang telah disebar didapatkan hasil bahwa usia tenaga ahli tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat turnover. Sedangkan faktor kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat turn over tenaga ahli.

Kata Kunci :Ketahanan Kerja,Turnover,Survival Analysis.

(2)

factors of leadership, work environment and job satisfaction are factors that affect the turnover rate profesional worker of consulting engineer.

Keywords : Work Endurance,Turnover, Survival Analysis

1. PENDAHULUAN

Peranan Jasa Konsultansi sebagai salah satu pemegang peranan penting

dalam pelaksanaan pembangunan

nasional yang bertujuan untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimum. Sebagai modal dasar jasa konsultansi adalah tenaga ahli perusahaan jasa konsultansi, serta kepercayaan yang diberikan oleh berbagai pihak dan mitra, baik dari pihak Pemerintah maupun BUMN/ Swasta dalam melaksanakan berbagai kegiatan/ usaha pembangunan. Daya saing dan kompetitif perusahaan jasa konsultansi dalam menunjang hasil

kerja maksimal dalam kegiatan

pembangunan, jasa konsultansi harus didukung oleh tenaga ahli dan personil–

personil yang profesional dibidangnya yang akan terlibat pada pekerjaan -pekerjaan baik yang diselenggarakan oleh pihak Pemerintah maupun pihak–pihak swasta lainnya diberbagai layanan jasa Konsultansi, sehingga dapat memberikan konstribusi yang lebih berarti. Perusahaan

jasa konsultansi harus mampu

menyediakan dan menyiapkan tenaga ahli

dan personil yang profesional

dibidangnya untuk dapat mengikuti dan memenangkan arus persaingan tersebut.

Saat ini hampir sebahagian besar tenaga ahli dan personil yang bekerja

pada jasa konsultansi di proyek

konstruksi di Propinsi Sumatera Barat adalah tenaga tidak tetap yang bersifat

free line, sehingga kontribusi tenaga ahli tersebut kurang maksimal. Kondisi ini

menunjukkan bahwa perusahaan jasa konsultansi masih lemah dalam beberapa hal, antara lain: manajemen yang tidak efisien, keterbatasan dana dan teknologi serta kualitas SDM yang belum memadai, sebagai penyebab sering kalah dalam

mengikuti persaingan dalam

mendapatkan pekerjaan (Wawancara

Ketua INKINDO Sumbar, 24 Maret 2014).

Perusahaan jasa konsultansi yang mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di dunia jasa konstruksi nasional bukan hanya perusahaan yang

hanya mengandalkan keuangan

perusahaan saja, perusahaan juga harus memiliki sumber daya manusia. Sebuah perusahaan agar dapat mempertahankan daya saingnya, harus memperhatikan 2 (dua) faktor penting yaitu faktor personil

(SDM) dan teknologi. Salah satu

persoalan umum yang selalu dihadapai para pengusaha jasa konsultansi adalah sulit mengikat tenaga ahli konstruksi dalam kontrak (karyawan tetap) karena kekhawatiran dan tidak ada jaminan selalu ada proyek, selain itu tenaga kerja konstruksi juga ingin bekerja free line

dan ada pekerjaan lainnya guna

menambah pendapatan mereka. Dilain sisi juga karena dinamika yang tinggi di pekerjaan jasa konsultansi membuat para pekerja mudah mengalami kejenuhan

“Turnover’ para pekerja yang tinggi sudah menjadi perhatian perusahaan jasa konsultansi karena secara langsung

(3)

mengganggu pengelolaan perusahaan dan

mengganggu kelancaran pelaksanaan

pekerjaan. Penyebab “Turnover” para tenaga ahli konsultansi disebabkan oleh berbagi faktor, baik faktor-faktor dari perusahaan jasa konsultansi maupun dari faktor-faktor tenaga ahli konsultansi itu sendiri

2. LANDASAN TEORI 2.1 Jasa Konsultansi

Jasa Konsultansi adalah seseorang atau badan usaha yang melayani jasa

konsultan berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku, serta

menjalankan usaha yang tidak

bertentangan dengan etika dan tata laku

profesi, memiliki keahlian dan

pengalaman.

Tenaga ahli jasa konsultansi adalah perorangan atau kumpulan orang yang terhimpun dalam suatu usaha jasa konsultansi dengan memberikan jasa berupa nasehat, opini, pandangan,

pertimbangan, informasi, saran,

rekomendasi, mencari dan menemukan

jalan keluar pemecahan masalah,

berdasarkan keunggulan, keahlian, dan kompetensi profesionalnya yang standar, bermutu, lengkap, sahih dan dapat dipercaya (reliabel) kepada pihak yang memerlukan, dengan sikap dan cara yang jujur, berintegritas, independen, imparsial serta mematuhi dan tunduk pada prinsip -prinsip kode etik dan tata laku profesional (AD/ART INKINDO, 2007).

2.2 Turnover Intention jasa Konsultansi

“Turnover intention” diartikan keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif

pekerjaan lain (Suwandi, dan Nur Indriantoro 1999). Menurut (Lum, et.al,

1998) menyatakan “turnover intentions”

adalah keinginan seseorang untuk keluar dari organisasi, yaitu evaluasi mengenai posisi seseorang saat ini berkenan dengan ketidakpuasan dapat memicu keinginan seseorang untu keluar dan mencari pekerjaan lain. Pendapat tersebut juga relatif sama dengan pendapat yang telah

diungkapkan sebelumnya, bahwa

“turnover intentions” pada dasarnya adalah keinginan untuk meninggalkan (keluar) dari perusahaan.

Intensi “turnover” merupakan hasil (outcome) yang ditunjukkan oleh

individu dalam perusahaan berupa

perilaku sebagai akibat dari adanya ketidakpuasan yang dirasakan oleh karyawan atas pekerjaan yang mereka

lakukan (Hughes,et.al. 2010).

mengungkapkan ada tiga faktor seorang karyawan memiliki keinginan untuk keluar dari sebuah perusahaan. Pertama, adanya anggapan dari individu-individu yang telah berada pada posisi terbaik bahwa mereka tidak akan lama lagi berada pada posisi tersebut, kedua, menurunnya kapabilitas dan tingkat

kesuksesan karyawan karena

penambahan beban kerja yang diberikan

sebagai akibat dari pelaksanaan

“downsizing”, serta ketiga, bagi

organisasi yang melaksanakan

perampingan struktur organisasi sangat sulit dari segi waktu atau tertundanya proses perekrutan karyawan baru yang dibutuhkan untuk memperbaiki eksistensi keberlangsungan hidup perusahaan.

(4)

lebih banyak menerangkan perilaku “turn over”. Tingkat “turnover”adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur stabilitas yang terjadi di organisasi tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja dari organisasi (Heneman III dan Judge 2003).

1. Pengaruh Usia

Usia merupakan salah satu faktor

demografi yang mempengaruhi

diferensiasi tenaga kerja dalam sikap dan perilaku (Rhodes 1983). Hubungan antara usia dengan kinerja menjadi isu penting yang semakin meningkat selama dekade yang akan datang (Robbins 2002). (Maier 1971) mengemukakan pekerja muda mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi daripada pekerja-pekerja yang lebih tua.

Penelitian - penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara usia dan “turnover intention” dengan arah hubungan negatif, artinya semakin tinggi usia seseorang,

semakin rendah “turnover intention”nya

(Mobley 1986). Hal ini disebabkan pekerja yang lebih tua enggan berpindah-pindah tempat kerja karena berbagai alasan seperti tanggung jawab keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau repot pindah kerja, dan lebih lagi karena senioritas yang belum tentu diperoleh di tempat kerja yang baru walaupun gaji dan fasilitasnya lebih besar.

2. Pengaruh Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias (David dan Newstrom 1999). Seorang pemimpin

harus mampu mempengaruhi para

bawahannya untuk bertindak sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan. Pemimpin harus mampu memberikan wawasan, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan dari bawahannya.

Kepemimpinan yang efektif bisa membantu organisasi untuk bisa bertahan dalam situasi ketidakpastian di masa datang (Katz and Khan 1978; Koh et al. 1995; Mowday et al. 1982). Seorang pemimpin yang efektif harus tanggap terhadap perubahan, mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan sumber daya

manusianya, sehingga mampu

memaksimalkan kinerja organisasi dan memecahkan masalah dengan tepat. Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. (Bass 1990) menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi.

(Schein 1992), (Nahavandi &

Malekzadeh 1993) serta (Kouzes & Posner 1987) juga menyatakan bahwa pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. (Porter 1996) dalam (Sunarsih 2001). (Green Berg dan Baron 2000) dalam (Sunarsih 2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi.

Kinerja pegawai tidak lepas dari peran pemimpinnya. menurut (Bass 1990),

peran kepemimpinan atasan dalam

(5)

diharapkan dari karyawannya, secara khusus tujuan dan sasaran dari kinerja mereka, (2) pemimpin menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut, (3) pemimpin mengemukakan criteria dalam melakukan evaluasi dari kinerja secara efektif, (4) pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran, dan (5) pemimpin mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah mereka capai.

Kepemimpinan pada dasarnya

merupakan perwujudan dari tiga

komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses

kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Pemimpin yang efektif sanggup

mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi organisasi (Gary Yukl 1998). Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam membina, menggerakkan

dan mengarahkan seluruh potensi

karyawan di lingkungannya agar dapat mewujudkan stabilitas organisasi dan

peningkatan produktivitas yang

berorientasi pada tujuan organisasi.

3. Pengaruh Lingkungan Kerja

Menurut Mardiana (2005)

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Menurut Nitisemito (2001) Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang

diembankan. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai.

Lingkungan kerja mencakup

hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja

antar bawahan dan atasan serta

lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.

4. Pengaruh Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sebagai konsep praktis yang sangat penting,

karena merupakan dampak dari

keefektifan kinerja dan kesuksesan dalam bekerja, sementara kepuasan yang rendah pada organisasi adalah sebagai rangkaian

penurunan moral organisasi dan

meningkatnya absensi. (David dan

Newstrom 1999) mengemukakan bahwa

“job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan

mendukung atau tidak mendukung yang dialami pegawai dalam bekerja. (David dan Newton 1999) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai seperangkat peraturan yang menyangkut tentang

perasaan menyenangkan dan tidak

menyenangkan berhubungan dengan

pekerjaan mereka. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun kondisi

dirinya. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain

berupa umur, kondisi kesehatan,

kemampuan dan pendidikan.

Pegawai yang bergabung dalam

suatu organisasi akan membawa

keinginan, kebutuhan, hasrat dan

(6)

menunjukan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul berkaitan dengan pekerjaan yang disediakan sebagai sekumpulan perasaan, kepuasan kerja yang bersifat dinamik (Tett dan Meyer 1993).

“Turnover” tenaga kerja berhubungan dengan ketidakpuasan kerja (Mathi et. al. 2001). Faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja adalah kerja yang secara mental menantang, kondisi kerja yang mendukung, rekan sekerja yang mendukung, kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan (Robbins 2002).

3. METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian akan

dibahas pemilihan strategi penelitian dengan cara pendekatan penelitian dan proses penelitian. Dalam pembahasan mengenai proses penelitian, penulis akan membahas tentang identifikasi variabel, pemilihan instrument penelitian yang digunakan, criteria pengumpulan data dan analisa yang digunakan dalam analis data.

Adapun urutan penggunaan

instrument penelitian dan strategi pengumpulan data dapat dijabarkan dalam gambar dibawah ini :

3.1 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena kesimpulan hasil penelitian tergantung pada data yang terkumpul. Hal ini dilakukan untuk menyediakan data untuk dapat dianalisa. Metode pengumpulan data dan cara penilaian yang dilakukan ialah studi literatur dan wawancara.

Identifikasi variabel input yang mempengaruhi ketahanan tenaga ahli jasa konsultansi dan tingginya tingkat

“turnover” dari studi literatur, penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dimana variabel input berjumlah 38 variabel, dan sekaligus untuk dijadikan item pertanyaan dalam Kuesioner.

Skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner untuk mengukur variabel kepemimpinan, lingkungan kerja, dan kepuasan kerja dengan pemberian skor :

 Untuk jawaban Sangat Setuju, diberi skor 5.

(7)

 Untuk jawaban Netral/ Ragu- ragu, diberi skor 3.

 Untuk jawaban Tidak Setuju, diberi skor 2.

 Untuk jawaban Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1.

Responden dalam penelitian ini adalah individu yang berpengalaman sebagai tenaga ahli jasa konsultansi. Penelitian ini mengambil data pada tenaga ahli jasa konsultansi yang bekerja

pada beberapa perusahaan jasa

konsultansi swasta nasional dibawah naungan INKINDO Propinsi Sumatera Barat. Responden pada penelitian ini adalah tenaga ahli konsultansi dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juli 2014.

Sebelum kuesioner disebarkan

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner sudah tepat dan handal untuk mengukur variabel penelitian.

Sebelum penyebaran kuesioner

dilakukan, maka dari tabel diatas terlebih dahulu divalidasi ke para pakar, bahwa dari 38 variabel tersebut diatas para pakar setuju bahwa variabel

tersebut merupakan faktor-faktor

penyebab tenaga ahli dan personil jasa konsultansi yang bersipat free line dan tinggi tingkatturnover.

3.2 Instrumen Pengolahan Data

Merupakan serangkaian operasi atas

informasi yang direncanakan guna

mencapai tujuan atau hasil yang

diinginkan. Analisa data dilakukan dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuisioner dari responden diolah

dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 15.0 for Windows, dan akan disajikan dalam bentuk kalimat, tabel, serta grafik.

SPSS ini adalah suatu program computer statistic yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat, menjadikan berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan.

Ada berbagai macam windows yang dapat ditampilkan dalam SPSS. Pada

window data editor terdapat dua bagian, yaitu data view dan variabel view

(Santoso 1999).

Penjelasan proses statistik dengan SPSS adalah sebagai berikut :

a. Data yang akan diproses dimasukkan

lewat menu data editor yang

otomatis muncul dilaya saat SPSS dijalankan

b. Data yang telah diinput kemudian diproses lewat menudata editor. Hasil pengolahan data muncul dilaya

(window) yang lain dari SPSS yaitu

viewer, output SPSS bisa berupa teks/tulisan, tabel atau grafik.SPSS (Statistical Product and Service Solutions) merupakan software statistik yang pada awalnya digunakan untuk riset dibidang sosial (SPSS saat itu adalah singkatan dari Statistical Package for the Social Science).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

dimulai dengan pengumpulan kuesioner.

Sesuai dengan sampel yang telah

ditentukan, disebar kuesioner kepada 70 tenaga ahli konsultan yang dijadikan sebagai responden. Sebelum data survey

lapangan dianalisis menggunakan

Survival Analisis, maka terlebih dahulu data tersebut diverifikasi dan diuji instrument. Tujuan dari dilakukannya verifikasi adalah untuk mengetahui kelengkapan data, sehingga data dapat disimpulkan dapat atau tidak dilanjutkan ketahap analisis.

Berdasarkan hasil verifikasi data dari jumlah responden pada penelitian ini dari 70 responden yang diberikan angket,

setelah diperiksa angket yang

dikembalikan sebanyak 60 angket

(85.71%) dan dapat diolah lebih lanjut.

4.1 Uji Instrumen

Uji instrumen penelitian

dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data penelitian. Instrumen

yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat.

Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah ketepatan atau

kecermatan suatu instrumen dalam

mengukur apa yang ingin dukur.

Validitas instrumen dihitung

menggunakan analisis statistik point biserial correlation, dengan cara mengkorelasikan antara skor setiap butir instrumen dengan skor total setiap subjek. Hasil perhitungan uji validitas 38 item pernyataan, diperoleh korelasi

butir-butir pernyataan yang memenuhi

persyaratan untuk dianalisis sebagai data penelitian, adalah pernyataan yang mempunyai korelasi (r) > 0.349 pada

taraf signifikansi α 0.05, sedangkan

pernyataan yang mempunyai korelasi < 0.349, tidak digunakan dalam analisis data penelitian

Berdasarkan analisis Validasi

instrumen dengan menggunakan program statistik SPSSfor Windowdiperoleh butir

pernyataan yang dapat digunakan

sebanyak 38 butir, dimana tidak

ditemukan adanya item dengan

r < 0.349).

Reliabilitas Instrumen Penelitian

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan koefisien Cronbach Alpha.

Dari hasil analisa SPSS telah didapatkan koefisienCronbach Alpha sebesar 0,956. Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan memenuhi standar minimum reliabilitas instrumen (>0,6), dan dapat dilanjutkan untuk dianalisa.

Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh item pernyataan dari angket memenuhi syarat reabilitas dan validitas. Dari hasil analisa statistic SPSS

(9)

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

4.2 Survival Analysis

1. Lama Bekerja berdasarkan Variabel Usia

Berdasarkan variabel usia ketahanan lama bekerja (gambar 1) kelompok tenaga kerja yang berusia 31 - 40 tahun dan 41 – 60 tahun secara umum memiliki ketahanan kerja lebih tinggi dibandingkan kelompok tenaga kerja yang berusia 21 -30 tahun. Sedangkan pada (gambar 2) menjelaskan bahwa kelompok tenaga kerja usia 21 - 30 tahun memiliki peluang kegagalan kerja yang lebih cepat dibandingkan kelompok tenaga kerja lainnya. Berdasarkan hasil analisis

lifetime Keplan-Meier kelompok tenaga kerja usia di bawah 21 - 30 tahun rata-rata dapat bertahan di proyek selama 1,97 tahun, sedangkan kelompok usia 31 - 40 tahun rata-rata bertahan selama 2,33 tahun, dan kelompok usia 40 - 60 tahun dapat bertahan selama 2,87 tahun.

Gambar. 1Fungsi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa peningkatan

usia dari tenaga ahli konsultan

berbanding lurus dengan ketahanan kerjanya. Dimana semakin bertambah usia dari tenaga ahli konsultansi maka semakin tinggi pula ketahanan kerjanya.

Senada dengan yang di ungkapkan oleh Maier mengemukakan pekerja muda mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi dari pada pekerja-pekerja yang lebih tua.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dan turnover intention dengan arah hubungan negatif, artinya semakin tinggi usia seseorang, semakin rendah turnover intentionnya. Hal ini disebabkan pekerja yang lebih tua enggan berpindah-pindah tempat kerja karena berbagai alasan seperti tanggung jawab keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau repot pindah kerja, dan lebih lagi karena senioritas yang belum tentu diperoleh di tempat kerja yang baru

walaupun ada peluang gaji dan

fasilitasnya lebih besar. Walaupun setelah diuji secara Survival Analisis dengan program statistic SPSS For Windows perbedaan ini tidak cukup signifikan atau tidak terlalu berarti. Dapat disimpulkan bahwa faktor usia bukan menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan ataupun peningkatan ketahanan kerja tenaga ahli konsultan yang diteliti.

2. Lama Bekerja Berdasarkan Variabel Kepemimpinan

Berdasarkan variabel kepemimpinan

kelompok tenaga kerja dengan

kepemimpinan yang sangat baik memiliki ketahanan kerja lebih tinggi dibandingkan

kelompok tenaga kerja dengan

kepemimpinan yang baik maupun yang cukup baik. Pada gambar (4) kelompok tenaga kerja dengan kepemimpinan yang sangat baik memiliki peluang kegagalan kerja yang lebih rendah dibandingkan

kelompok kepemimpinan lainnya.

(10)

Keplan-Meier kelompok tenaga kerja dengan kepemimpinan baik dapat bertahan di perusahaan rata-rata 2,711 tahun, sedangkan kelompok tenaga kerja dengan kepemimpinan sangat baik rata-rata dapat bertahan selama 4,667 tahun, dan

kelompok tenaga kerja dengan

kepemimpinan yang netral dapat bertahan selama lebih dari 1,881 tahun.

Gambar.3Fungsi Ketahanan Lama Bekerja Berdasarkan Variabel Kepemimpinan

Gambar.4Fungsi Hazard Lama Bekerja Berdasarkan Variabel

Kepemimpinan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan didapatkan bahwa

peningkatan nilai kepemimpinan yang dirasakan tenaga ahli konsultan dalam suatu perusahaan berbanding lurus dengan ketahanan kerjanya. Dimana semakin bertambah baik penilaian tenaga ahli terhadap kepemimpinan organisai atau perusahaan dari tenaga ahli konsultansi maka semakin tinggi pula ketahanan kerjanya.

Pada faktor kepemimpinan,

pertanyaan yang memberikan hasil paling rendah pada penghargaan pada prestasi kerja dan ketanggapan pemimpin dalam mendengarkan ide-ide. Namun demikian pertanyaan faktor kepemimpinan dalam perusahaan secara umum tenaga ahli memberikan pendapat yang baik.

Pemimpin yang efektif

mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai optimisme yang lebih besar,

rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi organisasi. Hal ini didukung pula dengan data statistik

kelompok tenaga kerja dengan

kepemimpinan sangat baik rata-rata dapat bertahan selama 4,667 tahun, ini

menunjukan kelompok tenaga ahli

dengan kepemimpinan yang baik

memiliki komitmen yang tinggi sehingga

membuat mereka loyal terhadap

perusahaannya.

Gaya kepemimpinan secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja melalui

kecermatannya dalam menciptakan

pekerjaan dan lingkungan kerja yang menarik, pelimpahan tanggung jawab serta penerapan peraturan dengan baik. Maka dari itu, pemimpin dengan gaya

kepemimpinan yang tepat akan

menimbulkan kepuasan karyawan

terhadap pekerjaannya. Gaya

kepemimpinan menjadi faktor penting

yang mempengaruhi perilaku kerja

seperti kepuasan, kinerja dan turn over

karyawan

3. Lama Bekerja Berdasarkan Variabel Lingkungan Kerja

Berdasarkan variabel lingkungan kerja (gambar 5) kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang baik secara umum memiliki ketahanan kerja lebih tinggi dibandingkan kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang cukup baik. Pada gambar 6 menjelaskan bahwa kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang sangat baik memiliki peluang kegagalan kerja yang lebih rendah dibandingkan kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang lainnya. Hasil analisis lifetime

(11)

baik dapat bertahan di perusahaan rata-rata 3,35 tahun, sedangkan kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang cukup baik rata-rata dapat bertahan selama 2,68 tahun. Pada kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang netral rata-rata dapat bertahan selama 2,022 tahun, sedangkan kelompok tenaga kerja dengan lingkungan kerja yang tidak baik rata-rata dapat bertahan selama 0,7 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan didapatkan bahwa

peningkatan lingkungan kerja yang dirasakan tenaga ahli konsultan dalam suatu perusahaan berbanding lurus dengan ketahanan kerjanya. Dimana semakin bertambah baik penilaian tenaga ahli terhadap lingkunga kerja dari tenaga ahli konsultansi maka semakin tinggi pula ketahanan kerjanya.

Pada faktor lingkungan kerja, pertanyaan yang memberikan hasil paling rendah pada pemberian bonus terhadap

tenaga ahli dan pekerjaan yang

berprestasi. Namun demikian pertanyaan faktor lingkungan kerja dalam perusahaan secara umum tenaga ahli memberikan pendapat yang baik.

Fasilitas Kerja, Lingkungan kerja yang kurang mendukung pelaksanaan pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk seperti kurangnya alat kerja, ruang

kerja pengap, fentilasi yang kurang serta prosedur yang tidak jelas. Dalam faktor ini secara umum berpendapat bahwa sudah baiknya ketersediaan fasilitas untuk bekerja dan sudah jelasnya prosedur dan pembagian pekerjaan pada perusahaan jasa konsultansi tempat mereka bernaung 2). Gaji dan tunjangan, gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerja akan membuat pekerja setiap saat melirik pada lingkungan kerja yang lebih menjamin pencapaian harapan kerja. Ini merupakan poin yang masih memberikan penilaian minus dari para tenaga ahli. 3). Hubungan kerja, kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja, karena antara satu pekerja dengan pekerja

lainnya akan saling mendukung

pencapaian tujuan dan atau hasil. Dari pendapat para tenaga ahli, hubungan kerja antar individu maupun dalam kelompok cukup berjalan dengan baik.

4. Lama Bekerja Berdasarkan Variabel Kepuasan Kerja

Berdasarkan Variabel kepuasan kerja

(gambar 7) kelompok tenaga kerja

(12)

rata-rata dapat bertahan selama 2,848 tahun,dan untuk kelompok tenaga kerja dengan kepuasan kerja yang kurang baik rata-rata dapat bertahan selama 2,333 tahun.

Gambar. 7 Fungsi Ketahanan Lama Bekerja

Berdasarkan Variabel Kepuasan Kerja

Gambar. 8 Fungsi Hazard Lama Bekerja Berdasarkan Variabel

Kepuasan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan didapatkan bahwa

peningkatan tingkat kepuasan kerja yang dirasakan tenaga ahli konsultan dalam suatu perusahaan berbanding lurus dengan ketahanan kerjanya. Dimana semakin bertambah baik penilaian tenaga ahli terhadap tingkat kepuasan kerja dari tenaga ahli konsultansi maka semakin tinggi pula ketahanan kerjanya.

Pada faktor kepuasan kerja,

pertanyaan yang memberikan hasil paling rendah pada jaminan promosi terhadap tenaga ahli yang konsisten berprestasi. Namun demikian pertanyaan faktor kepuasan kerja dalam perusahaan secara umum tenaga ahli memberikan pendapat yang baik.

Ketidakpuasan kerja yang

berpengaruh terhadap derajat turnover

seseorang memilik beberapa aspek. Diantara aspek-aspek tesebut adalah

ketidakpuasan terhadap manajemen

perusahaan

Kepuasan kerja pada daasarnya bersifat individual, dimana setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda, sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Semakin banyak aapek-aspek atau nilai-nilai dalam perusahaan sejalan dengan system nilai yang dianutnya maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan discrepancy theory

yang menyatakan kepuasan kerja dapat tercapai bila tidak adan perbedaan anatara apa yang seharunya ada (harapan, kebutuhan dan nilai-nilai) dengan apa yang menurut perasaan atau persepsinya.

Ketidakpuasan kerja yang

berpengaruh terhadap derajat turnover

seseorang memilik beberapa aspek. Diantara aspek-aspek tesebut adalah

ketidakpuasan terhadap manajemen

perusahaan

Kepuasan kerja pada daasarnya bersifat individual, dimana setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda, sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Semakin banyak aspek-aspek atau nilai-nilai dalam perusahaan sejalan dengan system nilai yang dianutnya maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan discrepancy theory

yang menyatakan kepuasan kerja dapat tercapai bila tidak adan perbedaan anatara apa yang seharunya ada (harapan, kebutuhan dan nilai-nilai) dengan apa yang menurut perasaan atau persepsinya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

(13)

tenaga kerja jasa konsultansi dengan

menggunakan survival analysis di

Propinsi Sumatera Barat, dapat

disimpulkan :

Faktor-faktor yang mempengaruhi

“turnover” dan tingkat lamanya bekerja (ketahanan) tenaga ahli jasa konsultansi adalah :

i. Faktor kepemimpinasn (Leadership), ii. Faktor lingkungan kerja dan

iii. Faktor kepuasan kerja ;

 Fasilitas Kerja,

 Gaji dan tunjangan, gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerja akan membuat pekerja setiap saat melirik pada lingkungan kerja yang lebih

menjamin pencapaian harapan

kerja.

Hubungan kerja, kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja, karena antara satu pekerja dengan pekerja

lainnya akan saling mendukung

pencapaian hasil kerja

5.2 Saran

1. Dengan telah diketahui faktor-faktor

yang mempengaruhi “turnover” dan tingkat lamanya bekerja (ketahanan)

tenaga ahli jasa konsultansi,

diharapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Propinsi Sumatera Barat ke depan agar lebih memperhatikan

penyebab “turnover” dan tingkat lamanya bekerja (ketahanan) tenaga ahli jasa konsultansi tersebut diatas, sehingga tenaga kerja jasa konsultansi di propinsi Sumatera Barat dapat menjadi tenaga kerja tetap dan diikat kontrak, sehingga pelaksanaan proyek dapat selesai sesuai dengan mutu dan

kualitas, jadwal dan biaya yang sudah direncanakan.

2. Diharapkan ada penelitian yang lain

dengan menggunakan metoda

penelitian yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar Husen, ”Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian Proyek”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.

Davis, Keith and W. Newstrom.(1999).

Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Ketujuh.

Terjemahan.Jakarta:Erlangga.

Furqon, Statistika Terapan Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, 1997

Hadi Sutrisno (1993). Statistik Pendidikan II Yogjakarta.

Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM

Hughes LW, Avey JB, Nixon DR 2010. Relationship between leadership and followers quitting intentions and job search behaviour.

Journal of Leadership and Organisational Studies,20: 1-12

Imam Soeharto Iman, 1995.

Manajemen Proyek dari

Konseptual sampai

Operasional, Erlangga, Jakarta

(14)

Katz, Daniel dan Robert Kahn (1978).

The Social Psychology of Organization, 2nd Edition. New York: Wiley

Koh, W.L, Steers, R.M., & Terborg, J.R. 1995. The Effects of Transformational Leadership on Teacher Attitude and Students

Performance in Singapore.

Journal of Organizational Behaivior

Kouzes, J.M. & Posner, B.Z. (1997).

Leadership Practices Inventory – Individual Contributor (LPI-IC). Observer Response Sheet. San Frnsisco, CA: Jossey-Bass/Pfeiffer

Lufri 1999. Metode Penelitian Jakarta. Rajawali

Maier, N, R, F.(1971). Psychology in Industry. Cambridge: The Riverside Press

Mardiana, Tri., 2004, “ Pengaruh Karaketristik Individu, Karakteristik Pekerjaan dan Pengalaman Kerja Terhadap Komitmen Organisasi”, Telaah Bisnis ,Vol. 5 No. 2, hal 175-192

Mathis, Robert.L, & John

Jackson.(2001).Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta:PT. Salemba Empat

Mobley,W.H.(1986).Pergantian karyawan Sebab, Akibat dan Pengendaliannya. Terjemahan Jakarta:PT Pustaka Binaman Pressindo

Mowday, R. T., Porter, L. M., & Steers, R. M. (1982).

Employee-organizational

linkage. New York: Academic Press

M.Sopiyudin Dahlan.(2009).Analisis Survival.Jakarta:Sagung Seto

Nahavandi, A. Malekzadeh, A.R. 1993.

“Organizational Culture in the Management of

Mergers.”. Westport, CT:

Quorum Books

Nitisemitro, Alex.S. 2001.Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Riduwan (2003). Metode Penelitian. Jakarta, Balai Pustaka

Rita Andini.(2006).Analisa Pengaruh Peran kepemimpinan dan pengembangan karir terhadap komitmen organisasi dalam meningkatkan kinerja karyawan,Tesis tidak di terbitkan Universitas Diponegoro Semarang

Rivai, Harif, A. (2001).Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi keluar.Tesis,Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Robbins, Stephen, P. (2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi.

Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga

Rhodes, S.R.(1983). Age-related differences in work attitudes and behavior: a revies and

conceptual analysi

(15)

Santoso, S,Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 15.

Gramedia , Jakarta 2002.

Schein, E. 1992. Organizational Culture and Leadership. 2nd Ed. Jossey-Bass Publishers. San Fransisco.

Sedarmayanti, 2007,Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Refika Aditama, Bandung

Singarimbun K Efendi S, (2000Metode Penelitian Survey, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta

Sunjoyo, dan Harsono.(2003).Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komintmen Organisasional Terhadap Turnover Intention,

Sosiohumanika, 16A(1),

Januari 2003

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.

Sunarsih, 2001, Kepemimpinan Transformasional Dalam Era Perubahan Organisasi, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 5 No. 2, Desember 2001.

Suwandi, dan Nur Indriantoro.(1999).

Pengujian Model Turnover Pasewark dan Strawser: Studi Empiris pada Lingkungan Akuntansi Publik, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Steers, R.M., & Mowday, R.T. (1981).

Employee turnover and post-decision justification. In L.L. Cummings & B.M. Staw

(Eds.), Research in

organizational behavior (Vol.

3, pp. 235–282). Greenwich, CT: JAI Press.

Tett, R.T and Meyer J.P.(1993), Job Satisfaction, Organizational Commitment, Turnover intention and Turnover.

Personnel Psychology. 46: 259-293

(16)

Gambar

Gambar. 1 Fungsi
Gambar. 5 Fungsi
Gambar. 7 Fungsi

Referensi

Dokumen terkait

Maka, yang lebih utama bagi setiap orang yang masbûq adalah hendaknya menyempurnakan shalâtnya setelah salamnya imam, tidak usah lagi mengangkat yang lainnya menjadi imam, karena

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan respoden sebagian besar responden memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju terhadap indikator

ke tempat lain ( aktifitas transportasi ). Metode yang digunakan untuk menghitung biaya operasional kendaraan dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan dua

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa PSH Jasa-jasa 53% Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan

Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Finansia Multi Finance (Kredit Plus) Pos Singaraja yaitu agar bisa mempertahankan dan meningkatkan faktor produk dengan memperbanyak jenis produk yang dibiayai,

Persepsi warga belajar tentang pelaksanaan pelatihan perawatan lansia di PT Graha Ayu Karsa Bandung berkaitan dengan tujuan pelatihan berada pada kriteria sangat