• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya Jawab #ngajikeliling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tanya Jawab #ngajikeliling"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)Tanya Jawab #ngajikeliling. Sujud di Rakaat terakhir Shalât lebih lama dari sujud-sujud sebelumnya Dalam sebuah hadîts dari Barrâ’ bin Azib ْ , ia menceritakan,. َ ‫َ َ ْ ََ ُ َ ُ ل ﱠ َﱠ ﱠُ ََْ َ َ ﱠ َ َ ُُ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ﱡُ َ ُ ُ ُ ُ َ َ َْ َ ﱠ‬ ‫ َﺪﺗ ْ" ِن‬%ْ &‫اﻟ‬ ‫ﻮدﻩ وﻣﺎ ﺑ"ن‬%,‫ﻮع و‬ ِ ِ ‫ﺎﻧﺖ ﺻﻼة رﺳﻮ‬ ِ ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ ورﻛﻮﻋﮫ و ِ ذا رﻓﻊ رأﺳﮫ ِﻣﻦ اﻟﺮﻛ‬ ‫ﺒﺎ ﻣ ْﻦ ﱠ‬6ً ‫َﻗﺮ‬ ‫اﻟﺴ َﻮ ِاء‬ ِ ِ “Shalâtnya Rasûlullâh antara rukuknya, i’tidalnya, sujudnya, duduk diantara dua sujud, lamanya hampir sama (lama dan thuma’ninah-nya).” (HR. Bukhârî no. 801 dan Muslim no. 471) Nabi bersabda,. َ َْ ُ َ َ ُ َ ‫ﱠ‬ ُ َْ ََ َ ‫ﺎم ِﻟ ُﻴﺆﺗ ﱠﻢ ِﺑ ِﮫ ﻓﻼ ﺗﺨﺘ ِﻠﻔﻮا َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ‬ ‫اﻹﻣ‬ ِ ‫ِإﻧﻤﺎ ﺟ ِﻌﻞ‬. “Imam itu diangkat untuk diikuti, maka janganlah diselisihi.” (HR. Bukhârî no. 722, dari Abû Hurairah ) Bagi orang yang shalât sendiri atau bagi imam yang mengetahui kerelaan makmumnya untuk memperpanjang sujud dan jumlah makmumnya sedikit sehingga mungkin diketahui kerelaannya, dan juga bagi makmum karena mengikuti imamnya. Sedangkan makmum yang imamnya tidak memanjangkan sujud serta imam yang tidak bisa mengetahui kerelaan makmumnya karena jumlah makmum yang banyak maka tidak disunnahkan memanjangkan sujud atau ruku' dengan tasbih dan doa.. Menambahkan Doa dalam Sujud Shalât Dalam beberapa hadîts َ dijelaskan agar kita memperbanyak َ doa:. ّ ‫وا ﱡ‬Oُ P‫ َﻮ َﺳﺎﺟ ٌﺪ َﻓﺄ ْﻛ‬C‫و‬ ُ ‫ﮫ‬Gّ‫اﻟﻌﺒ ُﺪ ﻣ ْﻦ َر‬ ْ ‫ أ ْﻗ َﺮ ُب َﻣﺎ َﻳ ُﻜﻮ ُن‬: ‫أن رﺳﻮل ﷲ ص م ﻗﺎل‬ ‫اﻟﺪ َﻋ َﺎء‬ ‫ﺮة رض‬6‫ َﺮ‬Cُ ‫ﻲ‬E‫َﻋﻦ ِأ‬ ِ ِ ِ ِ. Dari Abû Hurairah  bahwa Rasûlullâh bersabda : Seorang hamba itu paling dekat kepada Tuhannya pada waktu sujud, maka perbanyaklah do’a. (Hadîts ini diriwayatkan oleh :Muslim, 3/21, Abi Iwanah, 4/ 47, Abu Dâwud, 3/41, Abi Ya’lâ, 13/43, Nasâî, 4/ 336, Ibnu Hibbân, 8/ 845, Ahmad, 19/126, Baihaqî, 2 /110).. ّ َ ُ ُ‫َ ﱠ ﱡ‬ ُ ‫ﺻ ﱠ‬ ُ Uَ VW َ ‫َو َﻋﻦ ْاﺑﻦ َﻋ ﱠﺒﺎس‬ َ – ‫ َأ ﱠن َر ُﺳ ْﻮ َل ﷲ‬: ‫ َﻤﺎ‬Sُ Tْ ‫ﷲ َﻋ‬ َ ‫ َﻗ‬، – ‫ﷲ َﻋ َﻠ ْﻴ ِﮫ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ‬ ‫ﻮع ﻓ َﻌ ِﻈ ُﻤﻮا ِﻓ ِﻴﮫ‬ ‫)) ﻓﺄﻣﺎ اﻟﺮﻛ‬: ‫ﺎل‬ ِ ِ‫ٍ ر‬ ِ ِ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ َ ‫ﱡ‬ ُ َ ُ َ ُ َ َ ٌ ُ َ ‫ﱠ‬ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ‫ﱡ‬ ٌ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ . ‫ رواﻩ ﻣﺴ ِﻠﻢ‬. (( ‫ﺴﺘﺠﺎب ﻟﻜﻢ‬b ‫ ﻓﻘ ِﻤﻦ أن‬، ‫ اﻟﺪﻋ ِﺎء‬deِ ‫ﺪوا‬Sِ f‫ﻮد ﻓﺎﺟ‬%&‫ وأﻣﺎ اﻟ‬، – ‫اﻟﺮ ﱠب – ﻋﺰ وﺟﻞ‬. Dari Ibnu ‘‘Abbâs  bahwa Rasûlullâh bersabda, “Adapun ketika ruku’, maka agungkanlah Allâh. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 479].. ْ َ َ َْ ٌ ُ ُ ُ ‫َ َ َ ّ َ ََ َ ﱠ‬ ‫َﱠ ﱠ‬ ‫ﻰ َﺑﻜ ٍﺮ‬Eِ ‫ﺻﻔﻮف ﺧﻠﻒ أ‬ ‫اﻟﺴﺘﺎرة واﻟﻨﺎس‬ ‫َﻋ ِﻦ ْاﺑ ِﻦ َﻋ ﱠﺒ‬ ِ ‫ ﻛﺸﻒ‬-‫ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴﮫ وﺳﻠﻢ‬- g‫ ﱠ‬hِ ‫ أن اﻟﻨ‬,‫ﻤﺎ‬ST‫ ﷲ ﻋ‬UVW‫ﺎس ر‬ ٍ َُ َ َ َ ْ ُ َْ ٌ ََ َ ‫ﱡ‬ ُ %ُ &‫اﻟ‬ ْ ‫ﻮد َﻓ‬ ‫ َو َأ ﱠﻣﺎ ﱡ‬...:‫ﺎل‬ َ ‫َﻓ َﻘ‬ .‫ﺎب ﻟﻜ ْﻢ‬ ‫ﺴﺘﺠ‬b ‫ اﻟﺪﻋ ِﺎء ﻓﻘ ِﻤﻦ أن‬eِ ‫ ُﺪوا‬Sِ fَ ‫ﺎﺟ‬ "Dari Abdullâh bin ‘Abbâs , bahwa Rasûlullâh membuka kain penutup dan kaum muslimin dalam keadaan bershaf-shaf di belakang Abu bakar, lalu beliau bersabda: "…Sedangkan di dalam sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa maka seraya cepat dikabulkan bagi kalian". Hadîts riwayat Muslim (no. 1102). Ngaji Bersama Gus Arifin | 1.

(2) Sebagian ulama berpendapat, kalau tidak diperbolehkan berdoa di dalam sujud kecuali dengan bahasa Arab, berarti yang tidak bisa berdoa dengan bahasa Arab tidak akan bisa melaksanakan dan mendapatkan kemuliaan akan hadîts-hadîts ini.. َ ‫َﱠ ُ َ ﱠ‬ ‫َ ْ َْ ﱠ‬ ‫ ﻣ َﻦ ﱡ‬Oُ "‫ ُﺛ ﱠﻢ َﻳ َﺘ َﺨ ﱠ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬-‫ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴﮫ وﺳﻠﻢ‬-  ‫ َﺒ ُﮫ‬%َ qْ ‫اﻟﺪ َﻋ ِﺎء أ‬ ِ ‫ أن َرﺳﻮل‬, ‫ ﷲ ﻋﻨﮫ‬UVW‫ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ر‬ ِ ‫ﻋﻦ ﻋﺒ ِﺪ‬ ِ َ َ .‫ِإﻟ ْﻴ ِﮫ ﻓ َﻴ ْﺪ ُﻋﻮ‬. "Dari Abdullâh bin Mas’ûd  bahwa Rasûlullâh bersabda: "…Kemudian ia memilih doa yang paling ia sukai". (Hadîts riwayat Bukhârî (no. 835).. ، ‫ اﻟﺮﻛﻮع‬de ‫ ﻣﺎ ﻣﺮ‬O"‫ ﺛﻼث وأﻛﻤﻠﮫ إﺣﺪى ﻋﺸﺮة ﻧﻈ‬/ ‫ﻰ اﻟﻜﻤﺎل ( واﻗﻠﮫ أن ﻳﻘﻮل ذﻟﻚ ﻣﺮة‬x‫ﻗﻮﻟﮫ ) واﻟﺘﺜﻠﻴﺚ أد‬ ( 438-437 ‫ ص‬1.‫ج‬- ‫وﷲ أﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮاب )ﺣﺎﺷﻴﺔ اﻟﺸﺮﻗﺎوى‬. ... Memperpanjang sujud itu sunnah termasuk sujud terakhir baik dengan tasbih yang sudah masyhur (Subhâna rabbiyal a'lâ wabihamdihi) 3 kali atau 11 kali, juga ketika rukuk, atau dengan doa yang ditentukan. (Hâsyîyah Asy-Syarqâwî, 1/437-438) Syekh Nawâwî Al-Bantanî dalam kitab Al-Riyadlu Al-Badi'ah, 35 mengatakan :. ‫ﻌﺔ‬b‫ﺎض اﻟﺒﺪ‬6‫ ﺷﺮح اﻟﺮ‬- ‫ﻓﻴﮫ ﻣﻦ اﻟﺪﻋﺎء‬OP‫ﻰ اﻟﻜﻤﺎل ﺛﻼﺛﺔ وأن ﻳﻜ‬x‫وأد‬ Dan untuk menyempurnakan bacaan tiga-kali dan Sunnah memperbanyak doa (ketika ruku'/sujud). ، ‫ اﻟﺮﻛﻮع‬de ‫ ﻣﺎ ﻣﺮ‬O"‫ ﺛﻼﺛﺔ وأﻛﻤﻠﮫ إﺣﺪى ﻋﺸﺮة ﻧﻈ‬/ ‫ﻰ اﻟﻜﻤﺎل ( واﻗﻠﮫ أن ﻳﻘﻮل ذﻟﻚ ﻣﺮة‬x‫ﻗﻮﻟﮫ ) واﻟﺘﺜﻠﻴﺚ أد‬ ‫ وﺷﻖ ﺳﻤﻌﮫ‬، ‫ ﻟﻠﺬى ﺧﻠﻘﮫ وﺻﻮرﻩ‬Uˆ‫ﺪ وﺟ‬%, ، ‫ وﻟﻚ أﺳﻠﻤﺖ‬، ‫ﻚ أﻣﻨﺖ‬G‫ﺪت و‬%, ‫ﺪ اﳌﻨﻔﺮد اﻟﻠŠﻢ ﻟﻚ‬6‫ﺰ‬6‫و‬ ‫وﷲ أﻋﻠﻢ‬. . ‫ﻞ‬6‫ﻦ رﺿﻮا ﺑﺎﻟﺘﻄﻮ‬6‫ وأŽﻖ ﺑﮫ إﻣﺎم ﻗﻮم ﻣﺤﺼﻮر‬، ‫ﺼﺮﻩ ﺗﺒﺎرك ﷲ أﺣﺴﻦ اﺎﻟﻘ"ن‬G‫و‬ ( 438-437 ‫ ص‬1.‫ج‬- ‫ﺑﺎﻟﺼﻮاب)ﺣﺎﺷﻴﺔ اﻟﺸﺮﻗﺎوى‬ Dan sunnah membaca "SUBHANA ROBIYAL A'LA WABIHAMDIHI" Dan sempurna yang paling sedikit dibaca 3 kali atau 11 kali. adalah dibaca tiga kali. Dan sunah bagi Munfarid menambahkan do'a :. ‫ﺼﺮﻩ ﺗﺒﺎرك ﷲ أﺣﺴﻦ اﺎﻟﻘ"ن‬G‫ وﺷﻖ ﺳﻤﻌﮫ و‬، ‫ ﻟﻠﺬى ﺧﻠﻘﮫ وﺻﻮرﻩ‬Uˆ‫ﺪ وﺟ‬%, "SAJADA WAJHIY LILLADZI KHALAQAHU WASHAWWARAHU WASYAQQA SAM'AHU WA BASHARAHU FATABAARAKALLÂHU AHSANAL KHALIQIIN", (seperti diriwayatkan dari sayyidina Ali , dan hal ini disunnahkan menurut Ulama’ asy-. syâfi’îyyah). O“ ، O"‫ﻮ ﻛﺜ‬C‫ و‬، ‫ﻮدﻩ ( ﺳﻴﻤﺎ ﺑﺎﳌﺄﺛﻮر ﻓﻴﮫ‬%, de ‫ اﻟﺪﻋﺎء‬de ) ‫ﺎد اﳌﻨﻔﺮد ( واﻣﺎم ﻣﻦ ﻣﺮ‬Sf‫ﺴﻦ ) اﻳﻀﺎ اﺟ‬b ( ‫) و‬ ‫وا ﻓﻴﮫ ﻣﻦ‬OP‫ ﻓﺄﻛ‬، ‫ﻮ ﺳﺎﺟﺪ‬C‫ و‬- ‫ﻌﺎﻣﮫ ﻋﻠﻴﮫ‬x‫ اي ﻣﻦ رﺣﻤﺘﮫ وﻟﻄﻔﮫ وا‬- ‫ﮫ‬G‫ﻣﺴﻠﻢ )) اﻗﺮب ﻣﺎ ﻳﻜﻮن اﻟﻌﺒﺪ ﻣﻦ ر‬ ‫ واﳌﺄﻣﻮم ﺗﺎ•ﻊ‬، ‫ﻞ ﺑﺎﻟﺸﺮوط اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ‬6‫ﻦ رﺿﻮا ﺑﺎﻟﺘﻄﻮ‬6‫ ﻗﻮم ﻣﺤﺼﻮر‬: ‫ ) واﻣﺎم ﻣﻦ ﻣﺮ ( اي‬: ‫ﻗﻮﻟﮫ‬.......(( ‫اﻟﺪﻋﺎء‬ ) ; ‫ ﻗﻮﻟﮫ‬...‫ اﻟﺪﻋﺎء‬de ‫ﺎد‬Sf‫ ﻣﺴﻠﻢ ( دﻟﻴﻞ ﻟﺴﻦ اﻻﺟ‬O“ ) : ‫ﻗﻮﻟﮫ‬....‫ ﺑﻤﺎ ﻳﺤﺒﮫ‬: ‫ اﻟﺪﻋﺎء ( اي‬de ) : ‫ﻗﻮﻟﮫ‬....‫ﻹﻣﺎﻣﮫ‬ ‫ﻮد‬%&‫ اﻟ‬de : ‫وا ﻓﻴﮫ ( اي‬OP‫ﻓﺄﻛ‬ Disunnahkan bagi orang yang shalât sendirian ataupun imam dengan jama'ah tetapnya yang rela bila si imam memperlama sujudnya untuk memperbanyak doa (mahshûrîn).. Ngaji Bersama Gus Arifin | 2.

(3) Karena keadaan sujud merupakan salah satu dari beberapa keadaan doa itu diijabahi. Dan sunnah memperbanyak do'a ketika sujud,sebagaimana diriwayatkan imam muslim : "AQROBU MAA YAKUNUL 'ABDU MIN ROBBIHI WA HUWA SAAJIDUN FA AKTSIRUU AL-DU'AA". (Kitab At-Tarmasyi, juz 3 hal.45-47). Boleh menambah do'a dan dzikir ini bagi munfarid dan imam mahshûrin (ma'mumnya ridha). Memperpanjang sujud itu sunnah, termasuk di sujud terakhir baik dengan tasbih yang sudah masyhur ( Subhana robbiyal A'laa wabihamdihi ) atau dengan Do'a yang ditentukan.. ‫ﻮد أﻓﻀﻞ {؛ أي‬%&‫ﺎ اﻟ‬6‫ اﻟﺮوﺿﺔ ﺗﻄﻮ‬de‫} ﻗﻮﻟﮫ و‬: ‫ﻞ اﻟﺮﻛﻮع‬6‫ﻮد أﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺗﻄﻮ‬%&‫ﻞ اﻟ‬6‫ اﻟﺮوﺿﺔ ﺗﻄﻮ‬de‫و‬ ‫ﻮ ﺳﺎﺟﺪ‬C‫ﮫ و‬G‫Žﺪﻳﺚ أﻗﺮب ﻣﺎ ﻳﻜﻮن اﻟﻌﺒﺪ ﻣﻦ ر‬ Dalam kitab ar-raudlah juga dijelaskan memanjangkan (memperlama) sujud lebih utama daripada memanjangkan ruku'.. .(١١٧ ‫ ص‬١٤ ‫)اﳌﻨﺤﺎج ﺷﺮاح Žﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ج‬ ‫ اﺧﺮاﻟﺼﻼة ﻗﺒﻞ اﻟﺴﻼم وﻓﻴﮫ اﻧﮫ ﻳﺠﻮز اﻟﺪﻋﺎء ﺑﻤﺎ ﺷﺎء ﻣﻦ اﻣﻮر اﻻﺧﺮة واﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﺎﻟﻢ‬e ‫ﻓﻴﮫ اﺳﺘﺤﺒﺎب اﻟﺪﻋﺎء‬ ‫ﻤŠﻮر‬%‫ﺐ ا‬C‫ﺒﻨﺎ وﻣﺬ‬C‫ﺬا ﻣﺬ‬C‫ﻳﻜﻦ اﺛﻤﺎ و‬ Dijelaskan bahwa sunnah doa di akhir shalât sebelum salam dengan doa untuk urusan dunia atau akhirat, dan ini termasuk dalam madzhab kami dan madzhab jumhur ulama’. Boleh menambahkan do'a dari ayat-ayat alqur’ān setelah membaca do'a dan tasbih yang telah warid (banyak diriwayatkan). Bagi imam ghairu mahshûr (tidak ada izin dari ma'mum untuk menambah do'a), maka yang lebih utama hanya membaca tasbih saja 3 x. (Hâsyîyyah I’ânah ath-Thâlibîn, Juz 1, hal. 138 dan hal. 166) Berdasarkan dalil hadîts diatas, mayoritas ulama dari kalangan Mâlikîyyah, Syâfi’îyyah dan Hanabilah (Hanbalî) berpendapat boleh menambahkan doa dan bacaan tasbih di dalam sujud dalam semua shalât. (Fiqh al Islami wa Adillatuhu (2/896), Al Mausû’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (39/227).. Menurut ulama’ Hanafîyyah, bahwa boleh menambah dengan doa-doa yang ma’tsûr (dari ayat atau hadîts) di dalam shalât sunnah, tapi tidak boleh dalam shalât wajib. Hal ini karena kalangan al Ahnaf memaknai hadîts perintah memperbanyak do’a di dalam sujud adalah dalam konteks shalât sunnah. (Dur al-Mukhtar (1/472).). ََ َ َ ْ َ ‫ ْﺸﺒﮫ‬bُ ‫اﻟﺪﻋﺎء ﺑ َﻤﺎ‬ ُ ‫ـﺔ ﺑ َـﻦ‬6‫ ْﻤ ِﻜـ ُﻦ ﻃﻠ ُﺒـ ُﮫ ﻣـﻦ اﻟﻨـﺎس ﻓﻌـﻦ ﻣﻌﺎو‬6‫ ﻗـﺮآن وﻻ ﺳـﻨﺔ ُو‬d‫ـ‬e ‫اﻟﻨﺎس ِﻣ ﱠﻤﺎ ﻟـ§ﺲ‬ ‫ﻛﻼم‬ ‫ُﻳﻔ ِﺴ ُﺪ اﻟﺼﻼة‬ ِِ ِ ِ َ ‫ء ﻣـﻦ ﻛـﻼم اﻟﻨــﺎس‬UV‫ـﺎ ¨ـ‬S©‫ ﻓ‬ª«‫ـﺬﻩ اﻟﺼـﻼة ﻻ ﻳﺼــ‬C ‫)إن‬:‫ ﻗـﺎل رﺳـﻮل ﷲ ﺻــ ﷲ ﻋﻠﻴـﮫ و ﺳـﻠﻢ‬: ‫ ﻗـﺎل‬U¬ِ ‫اŽﻜ ِـﻢ اﻟ ﱡﺴـﻠ‬ (‫ وﻗﺮاءة اﻟﻘﺮآن‬O"‫ﻮ اﻟ®ﺴ­ﻴﺢ واﻟﺘﻜﺒ‬C ‫إﻧﻤﺎ‬. Akan merusak shalât do’a yang menyerupai perkataan manusia, yang tidak terdapat dalam AlQur’ān dan Sunnah dan bisa diminta dari manusia, karena Mu’awiyah bin Al-Hakim As-Salami berkata, Rasûlullâh bersabda, “Sesungguhnya shalât ini tidak boleh ada di dalamnya sesuatu dari perkataan manusia. Sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan alQur’ān.” [HR. Muslim 1227; Abu Dâwud 931; Ibnu Hibbân 2248]. Menurut ulama’ Mâlikîyyah, boleh menambahkan doa setelah bacaan tasbih di dalam sujud , baik shalât sunnah maupun wajib. (Jawahirul Iklil (1/51). Menurut Ulama’ Syâfi’îyyah, dibolehkan seseorang menambahkan do’a–doa di dalam sujud semua jenis shalât. Hanya dalam mazhab ini diberikan keterangan afdhalnya ketika shalât. Ngaji Bersama Gus Arifin | 3.

(4) sendiri dan jika menjadi imam tidak menyebabkan panjangnya shalât. (Hasyiyah al Qulyubi (1/173)). ‫ ﺧـ ِـﺎر ِج اﻟﺼــﻼة ﻣــﻦ أﻣــﻮراﻟــﺪﻧﻴﺎ واﻟــﺪﻳﻦ ﻣﻤــﺎ‬d‫ــ‬e ‫ــﺎ ﺑ¯ــﻞ ﻣــﺎ ﻳﺠــﻮزاﻟــﺪﻋﺎء ﺑــﮫ‬S©‫ وﻣﺎﻟــﻚ ﻳﺠــﻮزأن ﻳــﺪﻋﻮ ﻓ‬d°‫وﻗــﺎل اﻟﺸــﺎﻓ‬ ُ َ ُ ْ ُ ‫ﻤﺎ‬C‫ء ﻣﻦ ذﻟﻚ ﻋﻨﺪ‬UV±• ‫اﻟﻨﺎس وﻻ ﺗ ْﺒﻄ ُﻞ ﺻﻼﺗﮫ‬ ‫ﻛﻼم‬ ٍ ِ ‫ﺸ ِﺒﮫ‬b ِ Asy-Syâfi’î dan Mâlikî berkata, boleh berdo’a di dalam shalât dengan setiap do’a yang diperbolehkan di luar shalât, baik tentang urusan dunia maupun agama yang menyerupai perkataan manusia, dan menurut mereka shalâtnya tidak batal dengan sesuatu dari hal tersebut. [‘Umdatul Qarî Syarah Shahîh Bukhârî 6/118, hadîts no. 833] Doa yang dibaca itu boleh dengan doa-doa yang lain sesuai yang dikehendaki (urusan dunia maupun akhirat), asal bukan doa untuk suatu dosa dan pemutusan silaturrahim. Imam Al-Nawâwî berpendapat: “Doa-doa dalam sujud tersebut adalah mutlak dan tidaklah dibatasi. Doa apa saja yang termasuk maksud doa adalah boleh. Sebab Rasûlullâh melakukan berbagai doa yang berbeda dan berbagai urusan. Dalam Shahîhain dari Ibnu Mas’ûd, bahwa Nabi bersabda tentang doa akhir tasyahhud:. ‫ُ ﰒ ِﻟ َﯿﺘَ  َْﲑ ِﻣ َﻦ ا َﺎ ِء  ْ َﲺ َﺒ ُﻪ اﻟَ ْﯿ ِﻪ ﻓَﻠْ َﯿﺪْ ُع ﺑِﻪ‬. “Kemudian hendaknya dia memilih doa yang ia sukai dan sesuai keinginannya.” ُ َ ْ‫ﱡ َ َْ ْ َ ُ ََُ َ ْ َْ ُ َ َ َ َ ْ ُُ ْ َ َ ﱡ‬ ‫َ َ ﱠ‬ َ ْ َ َ ْ ‫ﻮر‬ ‫ﻀ ُﻞ َو َﻟ ُﮫ ﱡ‬ ‫اﻟﺪ َﻋ ُﺎء‬ ‫اﻟﺪﻧ َﻴﺎ َوﻟ ِﻜ ﱠﻦ أ ُﻣ َ اﻵ ِﺧﺮ ِة أﻓ‬ ‫ﻮر اﻵ ِﺧﺮ ِة و‬ ‫ واﻷŽﺎب وﻟﮫ أن ﻳﺪﻋﻮ ِﺑﻤﺎ ﺷﺎء ِﻣﻦ أﻣ‬d°ِ ‫ﺎل اﻟﺸﺎ ِﻓ‬ ‫ﻗ‬ ِ ْ ْ ْ ْ ْ ُ َْْ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ َ َْ ‫ُ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ ﱡ‬ َ ‫ﱠ‬ َ َ َ ْ َ َ ‫ﻮراﻵ ِﺧﺮ ِة واﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ِ ‫ِﺑﺎﻟﺪﻋﻮ‬ ِ ‫ﺪﻩ ِﻣﻦ أﻣ‬6‫ﻮروﻣﻤﺎ ﻳ ِﺮ‬ ِ ‫اﳌﺄﺛ‬Oِ "‫ ِﻩ وﻟﮫ أن ﻳﺪﻋﻮ ِ•ﻐ‬Oِ "‫ ﻏ‬deِ ‫ﺬا اﳌﻮ ِﻃ ِﻦ واﳌﺄﺛﻮر ِة‬C deِ ‫ات اﳌﺄﺛﻮر ِة‬ Imam Asy-Syâfi’î dan sahabat-sahabat kami berkata, “Boleh berdo’a apa saja yang dikehendaki baik urusan akhirat maupun urusan dunia, tetapi urusan akhirat lebih utama. Boleh berdo’a dengan do’a-do’a ma’tsûr di tempat ini dan do’a ma’tsûr di tempat lain. Boleh berdo’a dengan do’a yang bukan ma’tsûr atau apapun yang dikehendaki, baik urusan akhirat maupun urusan dunia. ْ ُ. َ َ َ ‫ْ ْ َ َ َ ﱡ َ َْ َ ْ َ َ َْ ُ َ ُْْ َ َ َ َ َ َ ﱠ‬ ْ َ ْ َ ََ ‫ﱠ‬ ‫ ِﮫ ﻗﻄ َﻊ‬Gِ ‫ اﻷ ِ ّم َو‬deِ d‫ ﱡ‬°ِ ‫ﺺ َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ اﻟﺸﺎ ِﻓ‬ ‫ﻜﺬا ﻧ‬C‫ﻮم واﳌﻨﻔ ِﺮ ِد و‬ ِ ‫اﻹﻣ ِﺎم واﳌﺄﻣ‬ ِ ‫ﺬا اﻟﺪﻋ ِﺎء ﺑ"ن‬C ‫ﺎب‬ ِ ‫ اﺳ ِﺘﺤﺒ‬deِ ‫وﻻ ﻓﺮق‬ ُ Šُ ‫ ْﻤ‬%ُ ‫ْا‬ ‫ﻮر‬ Anjuran do’a ini berlaku sama bagi imam, makmum, dan orang yang Shalât sendirian. Demikian pernyataan Asy-Syâfi’î dalam Al-Umm dan telah dipastikan oleh mayoritas ulama. [Al-Majmû’ Syarah Al-Muhadzdzab 3/934] Namun, Imam Al-Nawâwî mengingatkan bahwa boleh juga dengan doa-doa apapun yang berisi kebaikan asalkan dengan menggunakan bahasa Arab. Jika bukan dengan doa yang berbahasa Arab hendaknya dibaca di dalam hati, karena jika dilafadzkan akan menyebakan batalnya shalât.. ‫ﺎ اﻟﺼﻼة‬S¸ ‫ﻤﻴﺔ ﺑﻼ ﺧﻼف وﺗﺒﻄﻞ‬%¹‫ﺎ اﻟ‬S¸ ‫ﻰ‬º‫ﺄ‬6‫ ﻣﺄﺛﻮرة و‬O"‫ع دﻋﻮة ﻏ‬O»‫وﻻ ﻳﺠﻮزان ﻳﺨ‬ “Dan tidak boleh membuat doa-doa yang tidak diajarkan Nabi dengan mengungkapnnya dengan bahasa ‘ajam (selain bahasa arab) berdasarkan kesepakatan ulama dan shalâtnya menjadi batal. (Al Majmû’ Syarh al Muhadzdzab (3/471). Imam Asy-Syaukânî dalam kitab Nailul Authâr berkata :. َْ ُ ْ ‫ـﺪﻋﺎء ﻣـﻦ‬ ِ ‫اﻟـﺪﻧﻴﺎ واﻵﺧـﺮة وﻓﻴـﮫ‬O‫ ﻣـﻦ ﺧ"ـ‬U‫ﻌ¼ـ‬b ‫اﻟﺮواﻳـﺎت ﺑﻤـﺎ ﺷـﺎء‬O‫ـ‬P‫ أﻛ‬de ( ‫ﻗﻮﻟﮫ ) ﻣﺎ ﺷﺎء‬ ِ ‫ اﻟﺼـﻼة ِﺑ ُﻤﻄﻠـ ِﻖ اﻟ‬d‫ـ‬e ‫اﻷذن‬ ُْ ْ َ َ َ ْ َْ ‫ص‬ ٍ ‫ﺗﻘ ِﻴﻴ ِﺪ ِﺑﻤﺤ ٍﻞ ﻣﺨﺼﻮ‬O"‫ﻏ‬. Ngaji Bersama Gus Arifin | 4.

(5) Ucapan beliau (apa yang disukainya) yakni do’a urusan dunia dan akhirat. Di dalamnya mengizinkan berdo’a di dalam Shalât secara mutlak, tanpa dibatasi tempat tertentu. [Nailul Authâr, Maktabah Syamilah] Ibnu Hajar Al-Asqalânî Asy-Syâfi’î menjelaskan dalam kitab Fathul Barî (Syarh Shahîh Bukhârî): َ َ َ. َ َ َ َ ّ ُ َ‫ﱠ‬ َْ َ ّ ْ ْ ‫َو ْاﻷ ْﻣﺮﺑﺈ ْﻛ َﺜﺎر ﱡ‬ ‫ ﱡ‬de ‫اﻟﺪ َﻋﺎء‬ ‫ﺲ " ِﻟ َ§ ْﺴﺄ ْل‬x‫ َﺣ ِﺪﻳﺚ أ‬deِ ‫ﺎﺟﺔ ﻛ َﻤﺎ َﺟ َﺎء‬ ‫اﻟﻄﻠﺐ ِﻟ¯ ِﻞ ﺣ‬O"‫ﺸ َﻤﻞ ا َŽﺚ َﻋ ﺗﻜ ِﺜ‬bَ ‫ﻮد‬%ُ &‫اﻟ‬ ِ ِ ِِ َ ْ َّ ُ َ َ ّ َ ْ ُ َ َ ‫ﱠ‬ َ ْ " ‫ﻌﻠﮫ‬x ‫ ِﺷﺴﻊ‬g¿‫ﮫ ﺣﺎﺟﺘﮫ ﻠŠﺎ ﺣ‬G‫أﺣﺪﻛﻢ ر‬. Perintah memperbanyak doa saat sujud mencakup pula anjuran meminta apa yang dibutuhkan, seperti disebutkan dalam hadîts Anas yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzَ î, َ. َ ‫َ ْ ْ َ ُ ُ ْ َّ َ َ َ ُ ﱡ‬ ‫ ْﻌ ِﻠ ِﮫ‬x ‫ ِﺷ ْﺴ َﻊ‬g¿‫ﺎﺟﺘ ُﮫ ﻠ َŠﺎ َﺣ ﱠ‬ ‫ﮫ ﺣ‬G‫ِﻟ§ﺴﺄل أﺣﺪﻛﻢ ر‬. ”Hendaklah salah seorang diantara kalian memiminta kepada Tuhannya akan kebutuhannya semuanya hingga jepitan tali sandalnya” (HR. Tirmidzî no. 3536) [Fathul Barî 4/640] Sebagian ulama’ Hanbalî, berpendapat sebagaimana kalangan Hanafîyyah, sedangkan jumhur mazhab ini mengatakan boleh menambah bacaan doa di dalam shalât fardhu juga. Bahkan dengan doa-doa lain selain yang bersumber dari al Qur’ān dan hadîts. (Al Mughni (1/522).) Inti pokok pendapat Mazhab Hanbalî ini terkait soal diatas adalah : Boleh menambah bacaan doa selain bacaan sujud, asal doanya ma’tsûr. Namun, pendiri mazhab Hanbalî yaitu menambahkan doa sebagai berikut:. Imam Ahmad bin Hanbal dalam Shalât beliau. ‫ﻰ‬x‫ﺪ ﻳﻘﻮل ﺳﻤﻌﺖ أﺣﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻠﻴﺚ ﻳﻘﻮل ﺳﻤﻌﺖ أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻳﻘﻮل إ‬C‫ وﺳﻤﻌﺖ ﺑﺪر ﺑﻦ ﻣﺠﺎ‬dÀ‫ﻗﺎل اﺑﻮ ﻳ‬ °‫ﺲ اﻟﺸﺎﻓ‬Á‫Žﻤﺪ ﺑﻦ إدر‬Â‫ وﻟﻮاﻟﺪى و‬Ã‫ﻌ"ن ﺳﻨﺔ ﻳﻘﻮل اﻟﻠŠﻢ اﻏﻔﺮ‬E‫ﻰ ﻣﻨﺬ أر‬º‫ ﺻﻼ‬e °‫ﻷدﻋﻮ ﷲ ﻟﻠﺸﺎﻓ‬ (254-2 ‫ﻘﻲ‬S©‫ ﻟﻠﺒ‬d°‫ وﻣﻨﺎﻗﺐ اﻟﺸﺎﻓ‬194 ‫ ص‬/ 3 ‫ى ﻟﻠﺴﺒ¯ﻲ ج‬O“‫)ﻃﺒﻘﺎت اﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ اﻟﻜ‬ “Sungguh saya berdoa kepada Allâh untuk Syâfi’î dalam shalât saya sejak 40 tahun. Doanya: Ya Allâh ampuni saya, kedua orang tua saya dan Muhammad bin Idris asy- Syâfi’î.” (Thabaqât alSyâfi’îyah al-Kubra, as-Subki, 3/194 dan Manaqib asy-Syâfi’î, al-Baihaqî, 2/254).. de d‫ ﻓ¯ﺎن ﻳﺼ‬،‫ﻓﻠﻤﺎ ﻣﺮض ﻣﻦ ﺗﻠﻚ اﻷﺳﻮاط أﺿﻌﻔﺘﮫ‬. ‫ ﻞ ﻳﻮم وﻟﻴﻠﺔ ﺛﻼث ﻣﺌﺔ رﻛﻌﺔ‬de d‫ﻲ ﻳﺼ‬E‫ ﺎن أ‬:‫ﻗﺎل ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ أﺣﻤﺪ‬ (399 ‫ ص‬/ 1 ‫ ج‬d‫ﺦ دﻣﺸﻖ ﻻﺑﻦ رﺟﺐ اŽﻨﺒ‬6‫ وﻗﺪ ﺎن ﻗﺮب ﻣﻦ اﻟﺜﻤﺎﻧ"ن )ﻣﺨﺘﺼﺮ ﺗﺎر‬،‫ﻞ ﻳﻮم وﻟﻴﻠﺔ ﻣﺌﺔ وﺧﻤﺴ"ن رﻛﻌﺔ‬ “Abdullâh bin Ahmad berkata: Bapak saya (Ahmad bin Hanbal) melakukan shalât dalam sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Ketika beliau sakit liver, maka kondisinya melemah, beliau shalât dalam sehari semalam sebanyak 150 rakaat, dan usianya mendekati 80 tahun.” (Mukhtashar Târîkh Dimasyqa, Ibnu Rajab al-Hanbalî, 1/399). ‫ ﻞ رﻛﻌﺘ"ن )ﻃﺒﻘﺎت‬de ‫ﻔﺼﻞ‬6‫ﻤﻌﺔ ﺳﺖ رﻛﻌﺎت و‬%‫ •ﻌﺪ ا‬d‫ رأﻳﺖ أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻳﺼ‬:‫ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺒﺪ اﳌﺆدب ﻗﺎل‬ (123 / 1 ‫اŽﻨﺎﺑﻠﺔ‬ “Jakfar bin Muhammad bin Ma’bad berkata: Saya melihat Ahmad bin Hanbal shalât 6 rakaat setelah Jumat, masing-masing 2 rakaat,” (Thabaqât al-Hanâbilah, Ibnu Abi Ya’lâ, 1/123). Contoh Doa-doa yang ma’tsûr : Rasûlullâh memberikan contoh doa yang dibacanya ketika sujud, yakni sebagai berikut:. ‫ﺎﻧ ََﻚ ا&ﻠﻬُ ﻢ َرﺑ  َﻨﺎ َو ِ َﲝ ْﻤ ِﺪكَ ا&ﻠﻬُ ﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ ِﱄ‬/َ ‫ ْﺒ‬0‫ُﺳ‬. “Maha Suci Engkau Ya Allâh, segala pujian untuk-Mu, ampunilah Aku.” (HR. Bukhârî). Ngaji Bersama Gus Arifin | 5.

(6) ‫ َو ِﺑ َﻌ ْﻔ ِﻮكَ ِﻣ ْﻦ‬،‫ ِﺮﺿَ ﺎكَ ِﻣ ْﻦ َﲯ َِﻄ َﻚ‬Iِ ‫ ا&ﻠﻬُ ﻢ ا ِ ّﱐ ﻋُﻮ ُذ‬،‫ﴎ ُﻩ‬  ِ ‫َ ُﻪ َو‬7َ8‫ َوَ َﻼ ِﻧ‬،‫ َو  و َ ُ< َو ٓ ِﺧ َﺮ ُﻩ‬،ُ= ِ>‫ا&ﻠﻬُ ﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ ِﱄ َذﻧ ِْﱯ ُﳇ ُﻪ ِدﻗ ُﻪ َو‬. ‫ َْﺖ َ َﲆ ﻧ َ ْﻔ ِﺴ َﻚ‬8‫ ﺛْ َﻨ‬Pَ َ ‫ ْﺣ ِﴢ ﺛَ َﻨﺎ ًء َﻠَ ْﯿ َﻚ ﻧ َْﺖ‬T ‫ َﻻ‬،‫ َﻚ‬Vْ ‫ َو ﻋُﻮ ُذ ﺑ َِﻚ ِﻣ‬،‫ُﻋ ُﻘﻮﺑَﺘِ َﻚ‬. “Ya Allâh, ampunilah diriku dari dosaku semuanya, yang detail atau yang besar, yang awal dan yang akhir, yang terlihat ataupun yang tidak terlihat. Ya Allâh, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari murka-Mu, dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu dan Aku berlindung denganMu dari-Mu. Tidak terhitung pujian bagi-Mu Engkau sebagaimana pujian-Mu atas diri-Mu.” (HR. Muslim No. 1112). ‫ا&ﻠﻬُ ﻢ  ِﻋ ِ ّﲏ َ َﲆ ُﺷ ْﻜ ِﺮكَ َو ُﺣ ْﺴ ِﻦ ِﻋ َﺒﺎ َدﺗِ َﻚ‬. “Ya Allâh, tolonglah aku untuk bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu." (Sunan Ibnu Manshur). Syekh Wahbah Al-Zuhailî mengatakan: “Ulama Hanafîyah berpendapat: orang shalât tidaklah ketika rukuk dan sujudnya membaca selain tasbih, ini menjadi pendapat madzhab. Sedangkan, hadîts tersebut bermakna pada shalât sunnah. Sedangkan, ulama Mâlikîyah (demikian juga ulama’ Syâfi’îyah) menganjurkan doa ketika sujud, baik doa yang terkait dengan urusan dunia atau agama atau akhirat, untuk dirinya atau orang lain, secara khusus atau umum tanpa batasan, bahkan dengan itu Allâh Ta’ala telah memberikan kemudahan. Menurut ulama Hanbalîyah, tidak apa-apa berdoa dengan doa-doa dan dzikir yang ma’tsûr (berasal dari hadîts).” Sedangkan ulama al-Syâfi’îyah menguatkan kesunnahan berdoa (apa saja) ketika sujud.” (Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/84) Bagaimana dengan hadîts dari ‘Alî bin Abi Thalib  ?. ِ  ‫ﳖَ َ ِﺎﱏ َر ُﺳﻮ ُل‬ ‫  ْن  ْﻗ َﺮ  َرا ِﻛ ًﻌﺎ  ْو َﺳ ِﺎ>ﺪً ا‬-‫ﺻﲆ ﷲ ﻠﯿﻪ وﺳﲅ‬- [‫ا‬. “Rasûlullâh melarangku untuk membaca (ayat Al-Qur’ān) ketika ruku’ dan sujud.” (HR. Muslim no. 480). ُ ُ‫ َﻻ َوا ِ ّﱐ ﳖ‬ ‫اﻟﺴ ُﺠﻮ ُد ﻓَﺎ ْﺟﳤَ ِﺪُ وا ِﰲ‬  ‫ ِﻪ اﻟﺮ ب َﻋ ﺰ َو َ> ﻞ َو  ﻣﺎ‬l‫ ﻣﺎ اﻟﺮ ُﻛﻮ ُع ﻓَ َﻌ ِّﻈ ُﻤﻮا ِﻓ‬nَ‫ِﯿﺖ  ْن  ْﻗ َﺮ  اﻟْ ُﻘ ْﺮ ٓ َن َرا ِﻛ ًﻌﺎ  ْو َﺳﺎ>ِﺪً ا ﻓ‬ ‫ﺎب ﻟَ ُ ْﲂ‬ َ pَ َ‫ﺘ‬0‫ ُ ْﺴ‬q ‫ا َﺎ ِء ﻓَﻘَ ِﻤ ٌﻦ  ْن‬ “Sesungguhnya aku dilarang untuk membaca Al-Qur’ān ketika ruku’ dan sujud, adapun ketika ruku’, agungkan kamulah Rabb dan adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (HR. Muslim) Rasûlullâh. bersabda: ُ ُ ّ َ َ َ ‫َ ُ ُل ﱠ َ ﱠ ﱠ ُ َ َ ْ َ َ ﱠ‬ َ ‫ﻤﺎ َﻗ‬ST‫ ﷲ ﻋ‬UVW‫( َﻋ ْﻦ ْاﺑﻦ َﻋ ﱠﺒﺎس ر‬479) ‫روى ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﻴﺖ‬Sِ É ‫ﻲ‬xِ ِ ‫ ) أﻻ و‬: ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ‬ ِ ‫ ﻗﺎل رﺳﻮ‬: ‫ﺎل‬ ٍ ِ َ ُ ُ ‫ﱠ ﱠ َ ﱠ َ َ ﱠ ََﱠ ﱡ‬ ّ َ َ ُ ُ ‫َ ْ َ ْ ََ ْ ُ ْ َ َ ً َ ْ َ ً َ َ ﱠ ﱡ‬ ُ َ ‫ﱡ‬ َ ْ ُ ‫ اﻟﺪﻋ ِﺎء‬deِ ‫ﺪوا‬Sِ f‫ﻮد ﻓﺎﺟ‬%&‫ وأﻣﺎ اﻟ‬، ‫ ﻓﺄﻣﺎ اﻟﺮﻛﻮع ﻓﻌ ِﻈﻤﻮا ِﻓ ِﻴﮫ اﻟﺮب ﻋﺰ وﺟﻞ‬، ‫ﺎﺟﺪا‬ ِ ‫أن أﻗﺮأ اﻟﻘﺮآن ر ِاﻛﻌﺎ أو ﺳ‬ َ ‫ ْﺴ َﺘ َﺠ‬bُ ‫ َأ ْن‬- ‫َﻓ َﻘﻤ ٌﻦ – أي ﺟﺪﻳﺮوﺣﻘﻴﻖ‬ ْ‫ﺎب َﻟ ُﻜﻢ‬ ِ. "Dan aku dilarang membaca Al-Qur’ān ketika ruku' dan sujud. Adapun ketika ruku' maka hendaklah kalian mengagungkan Rabb 'azza wa jalla, dan ketika sujud maka hendaklah kalian bersungguh-sungguh dalam berdoa karena yang demikian lebih berhak/pantas dikabulkan doa kalian" (HR. Muslim, dari Ibnu 'Abbâs ). Misalkan membaca:. ‫َﺎ َ َﺬ َاب اﻟﻨ ِﺎر‬V‫ َﻨ ًﺔ َو ِﻗ‬0‫ٓ ِﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴ‬v‫ َﻨ ًﺔ َو ِﰲ ْ َا‬0‫َرﺑ  َﻨﺎ َ ٓﺗِ َﻨﺎ ِﰲ ا ﻧْ َﯿﺎ َﺣ َﺴ‬. “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).. Ngaji Bersama Gus Arifin | 6.

(7) Atau do’a agar diberikan keistiqamahan,. ‫ﺎب‬ ُ ‫َﺎ َوﻫ َْﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ َ ُﻧ َْﻚ َر ْ َﲪ ًﺔ اﻧ َﻚ ﻧ َْﺖ اﻟْ َﻮﻫ‬Vَzْ‫َرﺑﻨَﺎ َﻻ }ُ ِﺰ ْغ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑ َ ْﻌﺪَ ا ْذ ﻫَﺪَ ﯾ‬. “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8) Jumhur ulama berpendapat bahwa larangan disini bersifat makruh (Al-Mughnî 2/181, dan AlMajmû' 3/411) Berkata Imam Az-Zarkasyî: .‫ﺁﻥ‬ َ ‫ َﻓ ِﺈ ْﻥ َﻗ‬، َ‫ﺼ َﺪ ِﺑﻬَﺎ ﺍ ْﻟﻘ َِﺮﺍ َءﺓ‬ َ ‫َﻭ َﻣ َﺤ ﱡﻞ ﻛ ََﺮﺍ َﻫ ِﺘﻬَﺎ ﺇﺫَﺍ َﻗ‬ ِ ‫ َﻭﺍﻟﺜﱠ َﻨﺎ َء َﻓ َﻴ ْﻨ َﺒﻐِﻲ ﺃ َ ْﻥ َﻳﻜُﻮﻥَ َﻛ َﻤﺎ َﻟ ْﻮ َﻗ َﻨﺖَ ِﺑﺂ َﻳ ٍﺔ ﻣِ ْﻦ ﺍ ْﻟﻘُ ْﺮ‬، ‫ﺼ َﺪ ِﺑﻬَﺎ ﺍﻟ ﱡﺪﻋَﺎ َء‬ "Dan kemakruhan membaca Al-Qur’ān ketika sujud adalah apabila dia bermaksud membaca Al-Qur’ān, adapun apabila maksudnya adalah berdoa dan pujian maka itu seperti orang yang qunut ketika shalât dengan membaca sebuah ayat dari Al-Qur’ān" (Asnâ Al-Mathâlib fî Syarhi Raudhi Ath-Thalib-Zakarîyah Al-Ansharî 1/157, Tuhfah Al-Muhtâj, 6/6 ) Syekh Az-Zaila'î Al-Hanafî berpendpat:. ‫ﻌﺔ‬E‫ﻮد واﻟ®ﺸŠﺪ ﺑﺈﺟﻤﺎع اﻷﺋﻤﺔ اﻷر‬%&‫ اﻟﺮﻛﻮع واﻟ‬de ‫ﻜﺮﻩ ﻗﺮاءة اﻟﻘﺮآن‬6‫و‬ "Dan makruh membaca Al-Qur’ān ketika ruku', sujud, dan tasyahhud dengan kesepakatan imam yang empat " (Tabyînul Haqâiq Syarh Kanzi Ad-Daqâ'iq 1/115).. ‫وﷲ أﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮاب‬. Ngaji Bersama Gus Arifin | 7.

(8) Tidak Shalât Jumat 3 (tiga) kali, tanpa ada alasan yang dibolehkan oleh syariat Hadîts dari Thâriq bin Syihâb  bahwa Rasûlullâh bersabda,. ّ ِ ُ ‫اﻟْ ُﺠ ُﻤ َﻌ ُﺔ َﺣ ‚ﻖ َواﺟِ ٌﺐ َ َﲆ‬ ‫ﰻ ُﻣ ْﺴ ِ ٍﲅ ِﰱ َ َﲨﺎَ ٍﺔ اﻻ  ْرﺑ َ َﻌ ًﺔ َﻋ ْﺒ ٌﺪ َﻣ ْﻤﻠُﻮكٌ  ِو ا ْﻣ َﺮ  ٌة  ْو َﺻ ِ ‚ﱮ  ْو َﻣ ِﺮ ٌﯾﺾ‬. “Shalât Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, [3] Anak kecil dan [4] Orang sakit.” (HR Abu Dâwud) Hadîts:. ِ  ‫ ن َر ُﺳﻮ َل‬ ‫ا[ َ َﲆ ﻗَﻠْ ِﺒ ِﻪ‬ ُ  ‫ا[ َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ  َﲅ ﻗَﺎ َل َﻣ ْﻦ }َ َﺮكَ ﺛَ َﻼ َث ُ َﲨﻊ ٍ ﲥَ َ ُﺎو‰ً ﲠِ َﺎ َﻃ َﺒ َﻊ‬ ُ  ‫ا[ َﺻ ﲆ‬. Sesungguhnya Rasûlullâh bersabda, “Siapa yang meninggalkan shalât Jum’at tiga kali karena meremehkannya, maka Allâh akan mengunci hatinya.” (Shahîh Muslim). Makna hadîts ini sebagaimana pendapat Imam Nawâwî Ã‫ﻌﺎ‬º ‫ رﺣﻤﮫ ﷲ‬yaitu dengan membawakan dua pendapat para Ulama’ tentang maksud “Allâh Azza wa Jalla mengunci hatinya“. Pertama, hatinya dari terkunci dari semua kebaikan; Kedua, dia dianggap sebagai munafik. Pengertian yang kedua ini didukung oleh hadîts lain yang diriwayatkan Thabrânî dalam alMu’jamul Kabîr, Rasûlullâh pernah bersabda :. ٍ ‫َﻣ ْﻦ }َ َﺮكَ ﺛَ َﻼ َث ُ َﲨ‬ ‫ﻌﺎت ِﻣ ْﻦ َ ْ ِﲑ ُ ْﺬ ٍر ُﻛﺘِ َﺐ ِﻣ َﻦ َاﻟْﻤﻨَﺎ ِﻓ ِﻘ ْ َﲔ‬. Siapa yang meninggalkan tiga kali shalât Jum’at tanpa udzur, maka dia ditetapkan sebagai bagian dari kaum munafiq (HR. Ath- Thabrânî) ُ Uَ VW َ dijelaskan : Dalam hadîts lain yang mauqûf kepada Ibnu ‘Abbâs ‫ َﻤﺎ‬Sُ Tْ ‫ﷲ َﻋ‬ ِ‫ر‬. ٍ ‫ َﻮا ِﻟ َﯿ‬7َ ‫َﻣ ْﻦ }َ َﺮكَ ﺛَ َﻼ َث ُ َﲨﻊ ٍ ُﻣ‬ ‫ﺎت ﻓَﻘَﺪْ ﻧ َ َﺒ َﺬ اﻻ ْٕﺳ َﻼم َو َرا َء َﻇﻬْ ِﺮ ِﻩ‬. Siapa yang meninggalkan shalât Jum’at 3 kali secara berurutan maka ia telah membuang Islam ke belakang punggungnya. [Hadîts Mauqûf Riwayat Abu Ya’la Ã‫ﻌﺎ‬º ‫ رﺣﻤﮫ ﷲ‬dengan sanad yang shahîh] Shahîh at-Targhîb wa tarhîb no. 732 Al-Munawî menjelaskan hadîts:. d‫ﻋﺬرﻛﺘﺐ ﻣﻦ اﳌﻨﺎﻓﻘ"ن( أراد اﻟﻨﻔﺎق اﻟﻌﻤ‬O"‫)ﻣﻦ ﺗﺮك ﺛﻼث ﺟﻤﻌﺎت ﻣﻦ ﻏ‬ “(Siapa saja yang meninggalkan tiga Jumat tanpa udzur, maka ia akan dicatat sebagai kalangan orang-orang munafik) munafik yang dimaksud adalah kemunafikan dalam bentuk perbuatan, (bukan keyakinan).. .‫ﺎ‬C‫ﺈﻛﻔﺎرﺟﺎﺣﺪ‬G‫ﻤﻌﺔ ﻓﺮض آﻛﺪ ﻣﻦ اﻟﻈŠﺮ و‬%‫ ﺻﺮح أŽﺎﺑﻨﺎ ﺑﺄن ا‬: ‫ ﻓﺘﺢ اﻟﻘﺪﻳﺮ‬de ‫ﻗﺎل‬ Penulis Fathul Qadir menyebutkan, sahabat-sahabat kami menyatakan bahwa shalât Jumat adalah kewajiban bahkan lebih wajib dari shalât Dhuhur. Mereka juga menyatakan bahwa orang yang mengingkari kewajibannya menjadi kafir,” (Abdurrauf Al-Munawî, Faidhul Qadîr, 6/33). Dari keterangan Al-Munawî, bahwa sifat kemunafikan terbagi sedikitnya atas dua jenis, Pertama, munafik keyakinan (mereka yang memang tidak beriman kepada Allâh dan rasul-Nya, kerap disinggung Al-Qur’ān); Kedua, munafik perbuatan (mereka yang benar-benar beriman kepada Allâh dan rasul-Nya, hanya saja kerap melanggar agama seperti berbohong, berkhianat, melanggar janji). Mereka yang meninggalkan Jumat tiga kali itu termasuk dalam kategori kemunafikan jenis ini.. Ngaji Bersama Gus Arifin | 8.

(9) Menurut pandangan Ahlussunnah wal Jamaah, orang beriman yang terjebak dalam dosa kecil maupun besar (misalnya meninggalkan shalât Jumat) tetap dihukumi sebagai seorang yang beriman, seperti keterangan Syekh Al-Baijuri dalam Jauharatut Tauhid :.. ‫ﺎﻃﺐ‬Â‫ﺎ ا‬SË‫ﻞ اﻟﺴﻨﺔ أو ﺑﺎﻟﺘﺎء أي أ‬C‫)ﻻ ﻧﻜﻔﺮ ﻣﺆﻣﻨﺎ ﺑﺎﻟﻮزر( ﻣﻔﺮع ﻋ ﻣﺎ ذﻛﺮ أي ﻓﻼ ﻧﻜﻔﺮ ﺑﺎﻟﻨﻮن أي ﻣﻌﺎﺷﺮ أ‬ ‫ﻼ‬C‫ة ﻋﺎﳌﺎ ﺎن ﻣﺮﺗﻜﺒﮫ أو ﺟﺎ‬O"‫ة ﺎن اﻟﺬﻧﺐ أو ﻛﺒ‬O"‫أﺣﺪا ﻣﻦ اﳌﺆﻣﻨ"ن ﺑﺎرﺗ¯ﺎب اﻟﺬﻧﺐ ﺻﻐ‬ “(Kita tidak boleh mengafirkan orang lain yang seiman karena sebuah dosa), ini rincian atas penjelasan sebelumnya. Kalau dibaca dengan ‘nun’, maka artinya ‘Kita sebagai penganut Ahlussunah tidak mengafirkan orang lain.’ Kalau dibaca dengan ‘ta’, maka artinya, ‘Kamu tidak boleh mengafirkan orang lain yang seiman karena ia telah berdosa baik dosa kecil maupun dosa besar, baik ia menyadari maupun tidak menyadari bahwa itu adalah dosa.’. ‫ﺰﺋﻴﺎت واﻻ ﻛﻔﺮ ﻣﺮﺗﻜﺒﮫ ﻗﻄﻌﺎ‬%‫ ﺑﺎ‬Ã‫ﻌﺎ‬º ‫•ﺸﺮط أن ﻻ ﻳﻜﻮن ذﻟﻚ اﻟﺬﻧﺐ ﻣﻦ اﳌﻜﻔﺮات ﺈﻧ¯ﺎرﻋﻠﻤﮫ‬ Dengan catatan bahwa dosa itu bukan termasuk dosa yang menyebabkannya menjadi kufur seperti pengingkaran atas pengetahuan Allâh terhadap hal-hal yang kecil. Kalau seseorang mengingkari itu, maka ia jatuh ke dalam kekufuran.. ‫ﻮ ﻣﻌﻠﻮم ﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﻀﺮورة ﺎﻟﺰﻧﺎ و ﻻ ﻛﻔﺮ ﺑﺎﺳﺘﺤﻼﻟﮫ ﻟﺬﻟﻚ وﺧﺎﻟﻔﺖ‬C‫ﺸﺮط أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﻣﺴﺘﺤﻼ ﻟﮫ و‬E‫و‬ ‫ﻲ )وﻣﻦ ﻳﻤﺖ وﻟﻢ ﻳ®ﺐ ﻣﻦ ذﻧﺒﮫ ﻓﺄﻣﺮﻩ‬º‫اﻮارج ﻓﻜﻔﺮوا ﻣﺮﺗﻜﺐ اﻟﺬﻧﻮب وﺟﻌﻠﻮا ﺟﻤﻴﻊ اﻟﺬﻧﻮب ﻛﺒﺎﺋﺮ ﻛﻤﺎ ﺳﻴﺄ‬ (‫ﮫ‬G‫ﻣﻔﻮض ﻟﺮ‬ Di samping itu ia juga tidak menghalalkan larangan Allâh yang telah maklum dalam agama seperti larangan zina. Kalau seseorang menganggap halal larangan seperti itu, maka ia telah kufur karena telah menganggap halal larangan yang hukumnya sudah terang. Ahlusunnah berbeda dengan kelompok Khawârij, dimana Khawârij mengkafirkan orang seiman yang berbuat dosa dan mereka menganggap semua dosa itu sebagai dosa besar. (Orang beriman yang meninggal dunia sementara ia belum sempat bertobat, maka [kita] serahkan saja kepada Allâh),” (Syekh Ibrâhîm Al-Baijurî, Hâsyîyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, h. 112).. Maka, mereka yang meninggalkan shalât Jumat, tidak keluar/murtad dari Islam ( ia tidak perlu membaca syahadat kembali sebagai pernyataan masuk Islamnya). Namun, ia harus bertobat kepada Allâh dan beritikad kuat di dalam untuk tidak mengulangi kesalahannya.. Ngaji Bersama Gus Arifin | 9.

(10) Sesama makmum masbûq, salah satunya menjadi Imam Dari Abû Hurairahَ , katanya: aku mendengar Rasûlullâh َ. َ ْ ُ َ َ َ َ ‫َ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ْ ﱠ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ﱡ‬bersabda: َ ‫ ْﺴ َﻌ ْﻮ َن َ ْأ ُﺗ‬ºَ ‫ﺎ‬C‫ﻮ‬ َ ‫اﻟﺼ َﻼ ُة َﻓ َﻼ َﺗ ْﺄ ُﺗ‬ ‫ﻴﻤ ْﺖ ﱠ‬ َ ‫إ َذا ُأﻗ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺎ ﺗﻤﺸﻮن وﻋﻠﻴﻜﻢ اﻟﺴ ِﻜﻴﻨﺔ ﻓﻤﺎ أدرﻛﺘﻢ ﻓﺼﻠﻮا وﻣﺎ ﻓﺎﺗﻜﻢ ﻓﺄ ِﺗﻤﻮا‬C‫ﻮ‬ ‫و‬ ِ. Jika sudah iqamat untuk shalât, maka janganlah mendatanginya dengan tergesa-gesa dan tidak sopan, hendaknya kalian bersikap tenang. Apa yang kamu dapatkan dari shalât, maka lakukanlah seperti itu, ada pun yang tertinggal maka sempurnakanlah kekurangannya. (HR. Bukhârî No. 908, Muslim No.151 dan 602). Dalam riwayat lain, juga dari Abu Qatâdah َ َْ َ ُ ْ َ ََ َ َ َ‫ﱠ‬ ُ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ: ً َ َ َ َ َ َ َ ‫ﱠ َ ﱠ ﱠ ُ َ َ ْ َ َ ﱠ‬ ُ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ ََْ ‫ﺎل ﻓﻼ ﺗﻔ َﻌﻠﻮا‬ ‫ اﻟﺼﻼ ِة ﻗ‬Ã‫ﻠﻨﺎ ِإ‬%َ ¹ْ ‫ﺎل َﻣﺎ ﺷﺄﻧﻜ ْﻢ ﻗﺎﻟﻮا ا ْﺳﺘ‬ ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﺴ ِﻤﻊ ﺟﻠﺒﺔ ﻓﻘ‬ ِ ‫ ﻣﻊ َرﺳﻮ ِل‬dِ ‫ﺑ§ﻨﻤﺎ ﻧﺤﻦ ﻧﺼ‬ ََ ُ َ ‫َ ََُْ ْ ﱠَ َ َ ََْ ُ ْ ﱠ َ ُ َ َ َ ْ َْ ُ ْ َ َﱡ‬ ‫ﺼﻠﻮا َو َﻣﺎ َﺳ َﺒﻘﻜ ْﻢ ﻓﺄ ِﺗ ﱡﻤﻮا‬ ‫ِإذا أﺗ§ﺘﻢ اﻟﺼﻼة ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ اﻟﺴ ِﻜﻴﻨﺔ ﻓﻤﺎ أدرﻛﺘﻢ ﻓ‬ Ketika mau duduk-duduk bersama Rasûlullâh , beliau mendengar kegaduhan, lalu beliau bersabda: “Apa yang terjadi pada kalian?” Mereka menjawab: “Kami terburu-buru untuk mengerjakan shalât.” Beliau bersabda: “Jangan kalian lakukan itu, jika kalian mendatangi shalât maka wajib bagi kalian untuk tenang, apa saja yang kalian dapati dari shalât maka ikutilah, ada pun yang tertinggal maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhârî No. 635, Muslim no.155 dan 603). Untuk menjawab pertanyaan di atas, ulama mengajukan dalil dari riwayat shahîh tentang bolehnya orang yang shalât sendiri (munfarid) diikuti atau diangkat menjadi imam. Maka seorang masbûq yang sudah berpisah dari jamaah sehingga dia menjadi shalât munfarid, boleh dijadikan imam oleh masbûq lainnya. Dalilnya hadîts sebagai berikut: Ibnu Abbâs  berkata:. َ َ ْ ْ ََ ‫َْ ﱠ ّ َﱠ ﱠُ ََْ َ َ ﱠ َ َ َ َ ﱠ ﱡ َﱠ ﱠُ ََْ َ َ ﱠ َ ْ َ َ ََْ َ َ َﱠ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﺎ ﻓ‬Sfِ ‫ ﻟﻴﻠ‬deِ ‫ﺎ‬C‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ ِﻋﻨﺪ‬Uhِ ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ و ﺎن اﻟﻨ‬Uِ hِ ‫ ِﺖ ا َŽ ِﺎر ِث زو ِج اﻟﻨ‬Ì‫ َﻣ ْﻴ ُﻤﻮﻧﺔ ِﺑ‬U¿ِ ‫ َﺑ ْ§ ِﺖ ﺧﺎﻟ‬deِ ‫ِﺑ ﱡﺖ‬ ‫ﱠ‬ ُ ‫ﺻ ﱠ ﱠ‬ َ ‫ﻟﮫ َﻓ‬ÍÎْ ‫ َﻣ‬Ãَ ‫ َﻋ َﻠ ْﻴﮫ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ ْاﻟﻌ َﺸ َﺎء ُﺛ ﱠﻢ َﺟ َﺎء إ‬ َ U‫ ﱡ‬h‫اﻟﻨ‬ َ ‫ َŠﺎ ُﺛ ﱠﻢ َﻗ‬Sُ Ï‫ ْﺸ‬ºُ ‫ﺎم ْاﻟ ُﻐ َﻠ ّﻴ ُﻢ َأ ْو َ ﻠ َﻤ ًﺔ‬ َ ‫ﺎل َﻧ‬ َ ‫ﺎم ُﺛ ﱠﻢ َﻗ‬ َ ‫ َﻊ َر َﻛ َﻌﺎت ُﺛ ﱠﻢ َﻧ‬Eَ‫ﺼ ﱠ َأ ْر‬ َ ‫ﺎم ُﺛ ﱠﻢ َﻗ‬ ‫ﺎم‬ ٍ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ‫ﺲ َر َﻛ َﻌﺎت ُﺛ ﱠﻢ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ َﻳﻤﻴﻨﮫ َﻓ‬U¼‫ َﺴﺎرﻩ َﻓ َﺠ َﻌ َﻠ‬bَ ‫َﻓ ُﻘ ْﻤ ُﺖ َﻋ ْﻦ‬ َ ‫ﺻ ﱠ َر ْﻛ َﻌ َﺘ ْ"ن ُﺛ ﱠﻢ َﻧ‬ َ ‫ﺼ ﱠ َﺧ ْﻤ‬ Ã‫ َﺳ ِﻤ ْﻌﺖ ﻏ ِﻄﻴﻄ ُﮫ أ ْو ﺧ ِﻄﻴﻄ ُﮫ ﺛ ﱠﻢ ﺧ َﺮ َج ِإ‬g¿‫ﺎم َﺣ ﱠ‬ ٍ ِِ ِ ِِ ِ ِ َ‫ﱠ‬ ‫اﻟﺼﻼ ِة‬ “(Bittu) Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah binti Al-Hârits ‫ ر  ﷲ ﻋﺎ‬, istri Rasûlullâh , pada malam itu Nabi berada di sampingnya, lalu beliau shalât Isya, kemudian pulang ke rumahnya, lalu shalât َُ ْ empat rakaat, kemudian tidur, kemudian bangun, kemudian dia bersabda: “Bocah kecil [‫ ]اﻟﻐﻠ ِّﻴ ُﻢ‬Al Ghulayyim[1] ini sudah tidur.” Atau kata-kata yang serupa dengan itu. Lalu dia mendirikan shalât, dan aku berdiri di samping kirinya, maka dia memindahkanku ke kanannya, lalu shalât lima rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian beliau tidur, sampai aku mendengar suara tarikan nafasnya, kemudian keluar untuk shalât (subuh).”(HR. Bukhârî No. 117). [1] Ibnu Abbâs . Dari Abu Sa’îd Al Khudrî , katanya:. ‫َ َ َ ُ ٌ َ َ ْ َﱠ َ ُ ُ ﱠ َﱠ ﱠُ ََْ َ َ ﱠ َ َ َ َ َﱡ ُ ْ َﱠ ُ ََ َ َ َ َ َ َ ُ ٌ َ َﱠ‬ ‫ﺼ َﻣ َﻌ ُﮫ‬ ‫ﺬا ﻓﻘﺎم رﺟﻞ ﻓ‬C ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل أﻳﻜﻢ ﻳﺘ ِﺠﺮﻋ‬ ِ ‫ﺟﺎء رﺟﻞ وﻗﺪ ﺻ رﺳﻮل‬. Datang seseorang dan Rasûlullâh telah selesai shalât, beliau bersabda: “Siapakah di antara kalian yang mau menemaninya?” maka berdirilah seorang laki-laki dan shalât bersamanya. (HR. At Tirmidzî No. 220, Hadîts hasan. Al Baihaqî dalam As Sunan Al-Kubrâ No. 4792. Imam Al Haitsamî mengatakan perawinya adalah para perawi shahîh. Lihat: Majma’ Az Zawaid, 2/174) Laki-laki itu adalah Abu bakar Ash Shiddiq , sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah. (Nailul Authâr, 3/185).. Ngaji Bersama Gus Arifin | 10.

(11) Pendapat Imam 4 madzhab terkait masbûq bermakmum kepada masbûq Menurut Madzhab Hanafî dan Mâlikî: Tidak boleh, sebaiknya menyelesaikan sendiri sendiri sisa rakaat shalâtnya. Kalangan ulama’ Hanafîyah dan Mâlikîyah berpendapat, bahwa seseorang yang masbûq tidak sah dijadikan imam. Karena ia dipandang sebagai seorang makmum dalam shalâtnya, maka ia tidak sah menjadi imam bagi masbûq yang lain. Orang yang masbûq menurut kedua madzhab ini adalah orang yang telah berniat menjadi makmum kepada seorang imam. Kemudian Karena suatu hal –yakni tertinggal raka’at- ia harus mennyempurnakan shalâtnya. Sehingga ia tetap berstatus sebagai makmum, dan bukan sebagai orang yang shalât sendiri (munfarid). (Fath al-Qadîr, 1/277; Syarh ash Shaghîr ,1/434).) Dalam Kitab Fatâwâ Al-Azhar, keterangan Syekh ‘Athîyah Saqr mengatakan:. ‫ إذا ﺎن‬، ‫ ﻋ ذﻟﻚ‬: ‫ﻢ‬C‫ واﳌﺎﻟﻜﻴﺔ واﻓﻘﻮ‬. ‫ اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺎﳌﺴﺒﻮق •ﻌﺪ ﻗﻴﺎﻣﮫ ِﻹﺗﻤﺎم ﺻﻼﺗﮫ‬ªÐ‫ ﻻ ﻳ‬: ‫ﻓﺎŽﻨﻔﻴﺔ ﻗﺎﻟﻮا‬ .‫ اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﮫ‬ª ، ‫ ﻟﻜﻦ ﻟﻮ أدرك أﻗﻞ ﻣﻦ رﻛﻌﺔ‬، ‫اﳌﺴﺒﻮق أدرك رﻛﻌﺔ ﻣﻊ إﻣﺎﻣﮫ‬ Ada pun Hanafîyah, mereka mengatakan tidak sah mengikuti orang yang masbûq setelah berdiri untuk menyempurnakan shalâtnya. Kalangan Mâlikîyah mengikuti pendapat mereka atas hal itu, apabila makmum masbûq yang dijadikan imam itu sempat mendapatkan satu rakaat bersama imam, tetapi kalau ia tidak mendapatkan satu rakaat pun bersama imam, kita boleh bermakmum kepadanya. (Fatâwâ Al Azhar, 8/487). Syekh Abdullâh Al-Fâqih dalam Kitab Fatâwâ Asy Syabakah Al-Islamîyah, mengatakan: sebaiknya makmum masbûq tersebut menyempurnakan shalâtnya masing-masing:. ‫ﺬﻩ‬C ‫ﻤﺎ ﻓﻔﻲ‬SÑ‫ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻘﻲ ﻣﻦ ﺻﻼ‬،‫ وأراد أﺣﺪ اﳌﺴﺒﻮﻗ"ن أن ﻳﺄﺗﻢ ﺑﻤﺜﻠﮫ •ﻌﺪ اﻟﺴﻼم‬،‫ﻓﺈذا ﺳﻠﻢ اﻹﻣﺎم ﻣﻦ اﻟﺼﻼة‬ ‫ ﻟ¯ﻞ واﺣﺪ ﻣﻦ اﳌﺴﺒﻮﻗ"ن أن ﻳﺘﻢ ﺻﻼﺗﮫ‬Ã‫ ﻓﺎﻷو‬،‫ اﻟﻔﻘŠﺎء ﻋ اﳌﻨﻊ ﻣﻦ ذﻟﻚ‬OP‫ وأﻛ‬،‫ﻞ اﻟﻌﻠﻢ‬C‫اﳌﺴﺄﻟﺔ وﺟŠﺎن ﻷ‬ ‫ وﷲ‬.OP‫ﻤﺎﻋﺔ ﺑﺈدرﻛﮫ رﻛﻌﺔ ﻓﺄﻛ‬%‫ﻤﺎ ﻗﺪ ﺣﺼﻞ ﻓﻀﻞ ا‬ST‫ ﻷن ﻛﻼ ﻣ‬،‫ﻢ ﺑﺎﻵﺧﺮ‬ST‫ دون اﺋﺘﻤﺎم أي ﻣ‬،‫•ﻌﺪ ﺳﻼم اﻹﻣﺎم‬ ‫أﻋﻠﻢ‬ Jika imam salam dari shalâtnya, dan salah satu masbûq menyempurnakan sisa shalâtnya bersama orang yang sepertinya setelah salam, maka dalam masalah ini ada dua pendapat di antara ulama. Mayoritas ahli fiqih mengatakan hal itu terlarang. Maka, yang lebih utama bagi setiap orang yang masbûq adalah hendaknya menyempurnakan shalâtnya setelah salamnya imam, tidak usah lagi mengangkat yang lainnya menjadi imam, karena setiap mereka sudah mendapatkan keutamaan jamaah ketika telah mendapatkan satu rakaat atau lebih. Wallâhu A’lam. (Fatâwâ Asy Syabakah Al-Islamîyah, No. 5494). Menurut Madzhab Syâfi’î dan Hanbalî: Ulama’ dari kalangan madzhab Syâfi’î dan Hanbalî berpendapat sah-nya bermakmum kepada masbûq. Karena orang yang masbûq menurut kedua madzhab ini telah terlepas hubungannya dengan imam (sebelumnya). Ulama’ Syâfi’îyah mengatakan: “Mengikuti imam akan terputus oleh sebab-sebab seperti hadats, imam telah salam dan sebab-sebab lainnya, sehingga orang yang masbûq adalah orang yang tidak memiliki lagi ikatan dengan imam. Sehingga, setelah itu, ia sah untuk mengikuti (menjadi makmum lagi) atau diikuti oleh orang lain.” (Mughnî al Muhtâj, I/259) Sedangkan kalangan Hanabilah (Hanbalî) menjelaskan: “Situasi ini (yakni menjadikan masbûq sebagai imam) adalah perkara yang dibolehkan. Sebagaimana bolehnya melakukan pergantian imam dalam shalât. Dalam hadîts diriwayatkan bahwa Abu Bakar  yang sedang mengimami. Ngaji Bersama Gus Arifin | 11.

(12) shalât pernah mundur ke belakang karena datangnya Rasûlullâh , kemudian Rasul menjadi imam menggantikan Abu Bakar (HR. Bukhârî-Muslim). (Al Mughnî ,2/77; Kasyaf al-Qinâ’, 1/276). Di dalam hadîts tersebut dinyatakan: َ. َ ُ ‫َﱠ‬ ‫ﱠ‬ ُ ‫ﺻ ﱠ‬ َ ‫َﻓ َﺠ َﺎء َر ُﺳ ْﻮ ُل ﷲ‬ َ َ ْ َ َ ‫ َﺟ َﻠ‬g¿‫ﷲ َﻋ َﻠ ْﻴﮫ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ َﺣ ﱠ‬ ُ ْ ُ َ ََ ْ َ َ َْ ‫ﷲ َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ َو َﺳﻠ َﻢ‬ ‫ﷲ ﺻ‬ ِ ‫ ْﻲ ﺑﻜ ٍﺮ ﻗﺎﻟﺖ ﻓ¯ﺎن َرﺳﻮل‬Eِ ‫ﺴ ِﺎر أ‬b ‫ﺲ ﻋﻦ‬ ِ ِ َّ ُ َ َ ُ ‫َ ً َ َُ ْ َ ْ َ ً َ ْ َ ْ َُ ْ َ ْ َ َ ﱠ ّ َ ﱠ ُ ََْ َ َ ﱠ َ ََ ْ َ ْ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻘﺘ ِﺪي اﻟﻨﺎس ِﺑﺼﻼ ِة‬6‫ ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴ ِﮫ و ﺳﻠﻢ و‬Uِ hِ ‫ﺎس ﺟ ِﺎﻟﺴﺎ وأﺑﻮ ﺑﻜ ٍﺮ ﻗﺎ ِﺋﻤﺎ ﻳﻘﺘ ِﺪي أﺑﻮ ﺑﻜ ٍﺮ ِﺑﺼﻼ ِة اﻟﻨ‬ ِ ‫ ِﺑﺎﻟﻨ‬dِ ‫َﻳﺼ‬ ْ ‫ﻲ َﺑﻜ ٍﺮ‬Eِ ‫أ‬. “Rasûlullâh tiba hingga duduk di sebelah kiri Abu Bakar.” ‘Âisyah menuturkan, “Rasûlullâh shalât mengimami orang sambil duduk, sementara Abu Bakar berdiri. Abu Bakar hendak mengikuti shalât Nabi [sambil duduk], dan orang-orang pun mengikuti shalât Abu Bakar.” (HR. Bukhârî dan Muslim) Perpindahan dari imam yang satu ke imam yang lain, boleh sebagaimana dalam kasus Abu Bakar  dengan Rasûlullâh ketika Abu Bakar dari imam menjadi makmum. Orang-orang bermakmum kepada Rasûlullâh setelah sebelumnya mereka diimami oleh Abu Bakar. Karena itu, makmum masbûq boleh menjadi imam bagi makmum masbûq yang lain. Jadi, tidak ada masalah, jika seorang imam berubah statusnya. Riwayat ‘Amru bin Maimun dalam kisah terbunuhnya ‘Umar bin al-Khatthab , di dalam riwayat tersebut ada redaksi:. ََ ‫َو َﺗ َﻨ َﺎو َل ُﻋ َﻤ ُﺮ َﻳ َﺪ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ‬ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ْﺑ ِﻦ َﻋ ْﻮ ٍف ﻓﻘ ﱠﺪ َﻣ ُﮫ‬. “’Umar pun meraih tangan ‘Abdurrahman bin ‘Auf, maka beliau menariknya untuk maju [menjadi imam].” [HR. Bukhârî]. Khusus untuk shalât jum’at, ulama’ sepakat menyatakan tidak boleh bermakmum kepada masbûq shalât jum’at. (Fiqh al Islâmî wa Adillatuhu, 2/311). Syekh ‘Athîyah Saqr menjelaskan:. e ‫ﺬا‬C‫ و‬، ‫ اﻻﻗﺘﺪاء‬ª : ‫ أو ﻧﻮى ﻣﻔﺎرﻗﺘﮫ‬، ‫اﻹﻣﺎم‬ ِ ‫ ﻣﻦ اﻗﺘﺪى ﺑﻤﺄﻣﻮم ﻣﺴﺒﻮق •ﻌﺪ أن ﺳﻠﻢ‬: ‫واﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻗﺎﻟﻮا‬ .‫ ﻋ ذﻟﻚ‬: ‫ﻢ‬C‫ اŽﻨﺎﺑﻠﺔ واﻓﻘﻮ‬. ‫ اﻻﻗﺘﺪاء‬ªÐ‫ﺎ ﻓﻼ ﻳ‬SÑ‫ ﺻﻼ‬e ‫ﻤﻌﺔ أﻣﺎ‬%‫ا‬O"‫ﻏ‬ Kalangan Syâfi’îyah mengatakan: “Siapa yang mengikuti makmum yang masbûq setelah salamnya imam, atau dia berniat untuk memisahkan diri darinya, maka tetap sah mengikutinya. Ini pada selain shalât Jumat, ada pun pada shalât Jumat tidak boleh. Kalangan Hanabilah menyepakati mereka atas hal itu. (Fatâwâ Al Azhar, 8/487) Haruskah berniat menjadi imam (semula makmum masbûq) karena ada yang bermakmum kepadanya? Niat menjadi imam tidak harus (sekadar sunnah), kecuali jika menjadi imam shalât jum'at. Bahkan kalau yang tadinya ma'mum masbûq itu niat jadi imam, bisa berakibat hukum makrûh yang bisa menghilangkan pahala jamaah sebelumnya:. ‫ Žﺔ اﻻﻗﺘﺪاء‬de ‫)دون اﻹﻣﺎم(؛ ﻓﻼ ﻳﺠﺐ‬............‫)و( ﻳﺠﺐ )ﻋ اﳌﺄﻣﻮم أن ﻳﻨﻮي اﻻﺋﺘﻤﺎم( أو اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺎﻹﻣﺎم‬ ‫ﺑﺎب‬-‫ﻴﺐ‬%Â‫ﺐ ا‬6‫ ﻓﺈن ﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﻓﺼﻼﺗﮫ ﻓﺮادى )ﻓﺘﺢ اﻟﻘﺮ‬،‫ ﺣﻘﮫ‬de ‫ ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ‬dÒ ‫ ﺑﻞ‬،‫ﻤﻌﺔ ﻧﻴﺔ اﻹﻣﺎﻣﺔ‬%‫ ا‬O"‫ ﻏ‬de ‫ﺑﮫ‬ (‫ﻤﺎﻋﺔ‬%‫اﻟﺼﻼة ا‬ Dan diwajibkan bagi makmum untuk niat ikut dengan imam.... tidak diwajibkan bagi imam untuk niat imaman dalam sahnya iqtidâ' (mengikutinya) selain shalât jum'at, bahkan niat imaman ini musatahab bagi imam, jika tidak niat imaman maka shalâtnya dihitung sendirian.. Ngaji Bersama Gus Arifin | 12.

(13) Urutan membaca surat Al qur’ān ketika Shalât Membaca surat Alqur’ān dalam Shalât boleh membaca surat apa saja dari Al qur’ān setelah membaca Al- fatihah asalkan kita mengetahui kaidah-kaidah dan tidak boleh dengan susunan terbalik atau Tankîs [ ‫ ﻗﺮاءة اﻟﻘﺮآن‬de ‫]اﻟﺘﻨﻜ§ﺲ‬. Dalam Kitab Fiqh Islâmî wa Adillatuhu – Dr. Wahbah Zuhailî dan Kitab Fiqh Madzaibul Arba’ah : - Makruh: dalam shalât membaca surat atau ayat pada raka'at kedua lebih panjang bacaannya dari pada raka'at pertama. Misalnya pada rakaat pertama ia membaca surat Al-lnsyirah sedangkan pada rakaat kedua membaca surat Ad Dhuha; ataupun pada rakaat pertama ia membaca: (‫ﺎ‬C‫ ﻣﻦ ز ﺎ‬ª«‫ )ﻗﺪ أﻓ‬sedangkan pada rakaat kedua ia membaca: (‫ﺎ‬C‫Žﺎ‬Õ‫ )واﻟﺸﻤﺲ و‬dan lain sebagainya. . . Mengulang-ulang bacaan surat dalam satu rakaat atau dalam dua rakaat, yang demikan itu juga di-makruh-kan baik dalam shalât fardlu dan shalât nafilah, jika ia hafal surat lainnya. Hal ini makruh menurut pendapat Mâlikî dan Syâfi’î . Menurut pendapat Hanafî dan Hanbalî : Hanafî berpendapat bahwa hal ini dimakruhkan dalam kaitannya dengan shalât fardlu. Sedangkan dalam shalât nafilah maka tidaklah dimakruhkan mengulang ulang bacaan surat. Hanbalî berpendapat bahwa yang demikian itu tidak makruh.Yang dimakruhkan tidak lain hanyalah mengulang ulangi bacaan Fatihah dalam satu rakaat serta membaca keseluruhan Al Qur’ān dalam satu shalât fardlu, bukan dalam shalât nafilah. Makruh hukumnya membaca dengan urutan surat terbalik pada susunan mushaf (Tankîs). Hal ini disepakati oleh para fuqahâ’, seperti pada raka'at pertama membaca surat Al-Ikhlash dan pada raka'at kedua membaca surat Al- Lahab atau Al-Kafirun, karena yang dicontohkan oleh Rasûlullâh dalam raka'at kedua membaca surat setelah surat yang dibacanya pada raka'at pertama dalam susunan Al-Qur’ān. Ulama’ 4 Mazhab menghukumi Tankîs: Makruh ini pendapat fuqahâ’ madzhab Mâlikî dan sebagian besar fuqahâ’ madzhab Hanbalî, serta menurut Imam Ahmad dalam riwayat yg lain. Makruh apabila dilakukan dalam shalât wajib dan boleh apabila dalam shalât sunnah, ini pendapat Fuqahâ’ Madzhab Hanafî. Sunnah membaca dengan urutan surat secara tertib sementara membaca dengan urutan yang tidak tertib adalah Khilaful Aula, hal ini adalah pendapat Imam Syâfi’î dan Sebagian Fuqahâ’ dalam madzhab beliau. Menurut pendapat sebagian fuqahâ’ Syâfi’îyah salah satunya Imam An-Nawâwî dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dalam satu Riwayat dan juga didukung oleh sebagian fuqahâ’ madzhab Hanbalî, menghukumi Mubah. Dalam Al-Majmû’ Syarah Al-Muhadzdzab, Juz : 2 Hal : 165. ‫ﻞ ﺣﻜﻤﺔ‬6‫ﺰ‬6‫ﺎز و‬%q‫ﺐ •ﻌﺾ أﻧﻮاع اﻹ‬C‫ أوﻟŠﺎ ﻓﻤﺘﻔﻖ ﻋ ﻣﻨﻌﮫ وذﻣﮫ ﻷﻧﮫ ﻳﺬ‬Ã‫ﺎ إ‬C‫وأﻣﺎ ﻗﺮاءة اﻟﺴﻮرة ﻣﻦ آﺧﺮ‬ ‫ﺗ§ﺐ‬O»‫اﻟ‬ Membaca surat al-qur’ān dengan terbalik, sehingga ayat yang akhir menjadi ayat yang awal dan ayat yang awal menjadi ayat yang akhir itu tidak diperbolehkan dengan kesepakatan ulama’. Alasannya sebab hal tersebut akan menghilangkan beberapa kemu’jizatan dari alqur’ān dan juga menghilangkan hikmah dari urutan susunan al-qur’ān.. Ngaji Bersama Gus Arifin | 13.

(14) Dalam Kitab At-Tibyân Fi Adabi Hamalatil Qur’ân, h. 99:. ‫ﻞ ﺣﻜﻤﺔ‬6‫ﺰ‬6‫ﺎز و‬%q‫ﺐ •ﻌﺾ ﺿﺮوب اﻻ‬C‫ أوﻟŠﺎ ﻓﻤﻤﻨﻮع ﻣﻨﻌﺎ ﻣﺘﺄﻛﺪا ﻓﺈﻧﮫ ﻳﺬ‬Ã‫ﺎ إ‬C‫وأﻣﺎ ﻗﺮاءة اﻟﺴﻮر ﻣﻦ آﺧﺮ‬ ‫ﻤﺎ‬SÉ‫ﺲ أ‬x‫ﻠﻴﻞ واﻹﻣﺎم ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ أ‬%‫ ا‬d°•‫ اﻹﻣﺎم اﻟﺘﺎ‬d°‫ﻴﻢ اﻟﻨﺨ‬C‫ﻲ داود ﻋﻦ إﺑﺮا‬E‫ﺗﺮﺗ§ﺐ اﻵﻳﺎت وﻗﺪ روى اﺑﻦ أ‬ ‫ﺬا ﻋﻈﻴﻢ‬C ‫ﻘﻮل‬6‫ﻌﻴﺒﮫ و‬b ‫ﺎ ذﻟﻚ وان ﻣﺎﻟ¯ﺎ ﺎن‬C‫ﻛﺮ‬ Diriwayatkan dari Imam Ibrâhîm An-Nakhâ’î, imamnya para tabi’în, dan juga dari Imam Mâlik bahwa beliau berdua membenci cara membaca al-qur’ān dengan terbalik seperti itu, Imam Mâlik mengatakan; “Itu adalah perbuatan keterlaluan”. Dalam Al-Itqân Fi Ulûmil Qur’ân, 1/378. .‫ﺗ§ﺐ‬O»‫ﻞ ﺣﻜﻤﺔ اﻟ‬6‫ﺰ‬6‫ﺎز و‬%q‫ﺐ •ﻌﺾ ﻧﻮع اﻹ‬C‫ أوﻟŠﺎ ﻓﻤﺘﻔﻖ ﻋ ﻣﻨﻌﮫ ﻷﻧﮫ ﻳﺬ‬Ã‫ﺎ إ‬C‫وأﻣﺎ ﻗﺮاءة اﻟﺴﻮرة ﻣﻦ آﺧﺮ‬ ‫ ذاك‬:‫ﻲ •ﺴﻨﺪ ﺟﻴﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد أﻧﮫ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ رﺟﻞ ﻳﻘﺮأ اﻟﻘﺮآن ﻣﻨﻜﻮﺳﺎ ﻗﺎل‬x‫ا‬O“‫ وﻓﻴﮫ أﺛﺮ أﺧﺮج اﻟﻄ‬:‫ﻗﻠﺖ‬. َْْ ُ َُْ ‫ﻮس اﻟﻘﻠ ِﺐ‬ ‫ﻣﻨﻜ‬. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ûd  bahwa ia ditanya tentang orang yang membaca Al-Qur’ān dengan urutan terbalik:. ‫ْ ُﻜ ُﻮس اﻟْﻘَﻠْ ِﺐ‬V‫ َذ ِ َ• َﻣ‬:‫ﻮﺳﺎ؟ ﻗَﺎ َل‬ ً ‫ْ ُﻜ‬V‫ اﻟْ ُﻘ ْﺮ ٓ َن َﻣ‬T ‫َ“  َ’ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﺮ ْ َﲪ ِﻦ  َر ﯾْ َﺖ َر ُ> ًﻼ ﯾ َ ْﻘ َﺮ‬. “Wahai Abu Abdurrahman, Bagaimana anda menanggapi seorang lelaki yang membaca alqur’ān dengan terbalik?” Beliau menjawab; “Orang itu terbalik hatinya” (Mu’jam Kabir LiThabrânî, no.8846, Mushannaf Abdurrazaq, no.7947).. Makmum menjawab atau berdoa dalam shalât, ketika Imam membaca surat atau ayat Alqur’ān (Raddul Ayat/ ‫)اﻟﺮد اﻷﻳﺎت‬ Sebagian ulama mengatakan dianjurkan membaca kalimat semacam ini ketika membaca surat tertentu. Sebagaimana pendapat Imam An-Nawâwî mengatakan,. َ َ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ ) ﱠ‬: Ã‫ﻌﺎ‬º ‫ إذا ﻗﺮأ ﻗﻮﻟﮫ‬: ‫ﺎ‬ST‫ﺎ – ﻣ‬S©‫ آداب ﺗﺪﻋﻮ اŽﺎﺟﺔ إﻟ‬de ‫ﻓﺼﻞ‬ ‫ﺴﺘﺤﺐ ﻟﮫ‬b ( Uh‫وﻣﻼ ِﺋﻜ ِﺘ ِﮫ ُﻳﺼﻠﻮن َﻋ اﻟﻨ‬ ‫إن ﷲ‬ ً .‫ﺴﻠﻴﻤﺎ‬º ‫ ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴﮫ وﺳﻠﻢ‬: ‫أن ﻳﻘﻮل‬ Pasal, tentang adab yang dilakukan ketika dibutuhkan… Diantaranya, ketika membaca firman Allâh (yang artinya), “Sesungguhnya Allâh dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi…” (QS. al-Ahzab: 56) maka dianjurkan untuk ً mengucapkan, [‫ﺴﻠﻴﻤﺎ‬º ‫“ ]ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴﮫ وﺳﻠﻢ‬Shallallâhu ‘alaihi was sallama taslîmâ.”. َْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ‫ ﺑ‬: ‫ﺴﺘﺤﺐ أن ﻳﻘﻮل‬bُ ( ‫ﻰ‬º‫اﳌﻮ‬ U×‫ﺎدر َﻋ أن ُﻳﺤ‬ ِ ‫ )أﻟ§ﺲ ﷲ ﺑ‬: ‫ إذا ﻗﺮأ‬: ‫ﺎ‬ST‫وﻣ‬ ٍ ‫ﺄﺣﻜﻢ اŽ ِﺎﻛﻤ"ن ( )أﻟ§ﺲ ذ ِﻟﻚ ﺑﻘ‬ ،‫ﺪﻳﻦ‬C‫وأﻧﺎ ﻋ ذﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﺸﺎ‬ Dan jika membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allâh Hakim yang paling adil?’ (QS. at-Tin: 8) dan ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allâh Maha Kuasa untuk menghidupkan orang mati?’ (QS. alQiyamah: 40), dianjurkan untuk mengucapkan, [‫ﺪﻳﻦ‬C‫‘ ]ﺑ وأﻧﺎ ﻋ ذﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﺸﺎ‬Balâ wa ana ‘alâ dzalika minas Syâhidin’.. ُ ْ َ َ َ . . . Ø‫ آﻣﻨﺖ ﺑﺎ‬:‫ﻳﺚ َ• ْﻌ َﺪ ُﻩ ُﻳﺆ ِﻣﻨﻮن ( ﻗﺎل‬ ٍ ‫ ) ﻓ ِﺒﺄ ّ ِي ﺣ ِﺪ‬:‫و ذا ﻗﺮأ‬. Dan ketika membaca firman Allâh (yang artinya), ‘Maka kepada perkataan apakah selain Al Qur’ān ini mereka akan beriman?’, maka dianjurkan untuk mengucapkan, [Ø‫‘ ]آﻣﻨﺖ ﺑﺎ‬Amantu billâh..’. ‫ﺎ‬CO"‫ اﻟﺼﻼة وﻏ‬de ‫ﺬا ﻠﮫ ﻣﺴﺘﺤﺐ أن ﻳﻘﻮﻟﮫ اﻟﻘﺎرئ‬C‫و‬. Ngaji Bersama Gus Arifin | 14.

(15) Dan ini semua dianjurkan untuk dibaca oleh orang yang tilawah al-Qur’ān, baik ketika shalât maupun di luar shalât. (Mukhtashar at-Tibyân fi Adab Hamalatil Qur’ān, hlm. 25).. ِ  ُ‫َ˜ ﺪﺛَﻨَﺎ َﻋ ْﺒﺪ‬ ُ ‫ﻮل َ ِﲰ ْﻌ ُﺖ  َ’ ﻫ َُﺮ›ْ َﺮ َة ﯾ َ ُﻘ‬ ُ ‫ َﺔ َ ِﲰ ْﻌ ُﺖ ﻋ َْﺮا ِﺑﯿﺎ ﯾ َ ُﻘ‬l‫ َﻣ‬T ‫ ُﻦ‬Iْ ‫ﯿﻞ‬ ُ ‫َ ُﺎن َ˜ ﺪﺛَ ِﲏ ا ْ َﲰ ِﻌ‬l‫ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﻤ ٍﺪ اﻟﺰ ْﻫ ِﺮ ي َ˜ ﺪﺛَﻨَﺎ ُﺳ ْﻔ‬Iْ [‫ا‬ ‫ﻮل‬. ِ  ‫ﻮل‬ ُ ‫ﻗَﺎ َل َر ُﺳ‬ ِ ِ /َ ْ‫ ْﺣ َ ِﲂ اﻟ‬n‫ا[ ِﺑ‬ {‫ﺎﳈ َﲔ‬ ِ ‫ْ ُ ْﲂ } َواﻟﺘِّﲔِ َو اﻟﺰﯾْ ُﺘ‬V‫ا[ َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ  َﲅ َﻣ ْﻦ ﻗَ َﺮ  ِﻣ‬ ُ  ‫ َْﺲ‬8َ‫ﻰ ا َﱃ  ٓ ِﺧ ِﺮﻫَﺎ } ﻟ‬¢َ َ‫ْﳤ‬£‫ﻮن { ﻓَﺎ‬ ُ  ‫ا[ َﺻ ﲆ‬. .‫ ﺑ َ َﲆ َو ‰َ َ َﲆ َذ ِ َ• ِﻣ ْﻦ اﻟﺸ ﺎ ِﻫ ِﺪ َ›ﻦ‬:‫ﻓَﻠْ َﯿ ُﻘ ْﻞ‬. Telah menceritakan kepada kami [Abdullâh bin Muhammad Az Zuhrî] telah menceritakan kepada kami [Sufyân] telah menceritakan kepadaku [Ismâ’îl bin Umayyah] saya mendengar [seorang arab Badui] berkata; saya mendengar [Abu Hurairah ] berkata: Rasûlullâh bersabda: “Siapa yang di antara kalian membaca; “ (Demi (buah) Tin dan (buah). {‫ﻮن‬ ِ ‫َ}واﻟﺘِّﲔِ َو اﻟﺰﯾْ ُﺘ‬ ِ ِ /َ ْ‫ ْﺣ َ ِﲂ اﻟ‬n‫ا[ ِﺑ‬ Zaitun), sampai akhir ayat {‫ﲔ‬ ُ  ‫ َْﺲ‬8َ‫( } ﻟ‬Bukankah Allâh hakim yang seadilَ ‫ﺎﳈ‬ adilnya?) ” hendaknya ia mengucapkan; [‫›ﻦ‬ َ ‫“ ]ﺑ َ َﲆ َو ‰َ َ َﲆ َذ ِ َ• ِﻣ ْﻦ اﻟﺸ ﺎ ِﻫ ِﺪ‬Benar, dan kami menjadi saksi untuk itu.”. .‫ ﺑ َ َﲆ‬:‫ َْﺲ َذ ِ َ• ِﺑﻘَﺎ ِد ٍر َ َﲆ  ْن ُ ْﳛ ِ َﲖ اﻟْ َﻤ ْﻮ َﰏ { ﻓَﻠْ َﯿ ُﻘ ْﻞ‬8َ‫ﻰ ا َﱃ } ﻟ‬¢َ َ‫ﳤ‬£ْ ‫ﺎ َﻣ ِﺔ { ﻓَﺎ‬lَ ‫ ْﻗ ِﺴ ُﻢ ِﺑ َﯿ ْﻮ ِم اﻟْ ِﻘ‬T ‫َو َﻣ ْﻦ ﻗَ َﺮ  } َﻻ‬. Dan siapa yang membaca;[ ‫َﺎ َﻣ ِﺔ‬l‫ ْﻗ ِﺴ ُﻢ ِﺑ َﯿ ْﻮ ِم اﻟْ ِﻘ‬T ‫( ] َﻻ‬Aku bersumpah demi hari kiamat), hingga akhir ayat [‫ﲖ اﻟْ َﻤ ْﻮ َﰏ‬ َ ِ ‫ َْﺲ َذ ِ َ• ِﺑﻘَﺎ ِد ٍر َ َﲆ  ْن ُ ْﳛ‬8َ‫( ] ﻟ‬Bukankah (Allâh yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?), maka hendaklah ia mengatakan; [‫ ]ﺑ َ َﲆ‬benar.” ٍ ‫ ِ ّي َ˜ ِﺪ‬n­ِ َ‫َو َﻣ ْﻦ ﻗَ َﺮ  } َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳ َﻼ ِت ﻋ ُْﺮﻓًﺎ { ﻓَ َ­ﻠَ َﻎ } ﻓ‬ [ِ  ’ِ ‫ﺎ‬V‫  ٓ َﻣ‬:‫ﻮن { ﻓَﻠْ َﯿ ُﻘ ْﻞ‬ َ ُV‫ﯾﺚ ﺑ َ ْﻌﺪَ ُﻩ ﯾُ ْﺆ ِﻣ‬ ِ ‫( ] َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳ َﻼ‬Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk Dan siapa yang membaca; [‫ت ﻋ ُْﺮﻓًﺎ‬ ٍ ‫ ِ ّي َ˜ ِﺪ‬n­ِ َ‫( ]ﻓ‬Maka kepada perkataan apakah membawa kebaikan) sampai dengan; [‫ﻮن‬ َ ُV‫ﯾﺚ ﺑ َ ْﻌﺪَ ُﻩ ﯾُ ْﺆ ِﻣ‬ ِ  ’ِ ‫ﺎ‬V‫ ] ٓ َﻣ‬aku sesudah Al Qur’ān ini mereka akan beriman?), maka hendaknya ia mengatakan; [[ beriman kepada Allâh.”. ‫ﺘِّ َﲔ‬0‫ ﺗ َُﻈ ﻦ  ِ ّﱐ ﻟَ ْﻢ  ْﺣ َﻔ ْﻈ ُﻪ ﻟَﻘَﺪْ َﺣ َﺠ ْﺠ ُﺖ ِﺳ‬±ِ  ‫ َﻦ‬Iْ ‫اﰊ َوﻧ ُْﻈ ُﺮ ﻟَ َﻌ  ُ= ﻓَﻘَﺎ َل َ“ ا‬ ّ ِ ِ ‫ﻋ َْﺮ‬v‫ ِﻋﯿﺪُ َ َﲆ اﻟﺮ ُ>ﻞِ ْ ا‬T ‫ﻗَﺎ َل ا ْ َﲰ ِﻌﯿ ُﻞ َذ َﻫ ْﺒ ُﺖ‬. ‫ي َﺣ َﺠ ْﺠ ُﺖ َﻠَ ْﯿ ِﻪ‬µ‫ ٌﺔ ا ﻻ َو ‰َ  ْﻋ ِﺮ ُف اﻟْ َﺒ ِﻌ َﲑ  ِا‬p ‫ ًﺔ َﻣﺎ ِﻣﳯْ َﺎ َﺣ‬p ‫َﺣ‬. Ismâ’îl berkata: aku pergi untuk melihat apakah dia menjaganya, Dan dia adalah seorang badui, dia berkata; “wahai saudaraku, apakah kamu mengira bahwa aku tidak menjaganya, sungguh aku telah berhaji sebanyak enam puluh kali, tidaklah ada pada satu tahun pun kecuali aku mengetahui unta yang dulu aku pakai untuk berhaji.” (HR. Abu Dâwud, 753). Dalam Kitab Aunul Ma’bûd Syarh Sunan Abu Dâwud, 3/140:. ّ :‫ ﺻ ﷲ ﻋﻠﻴﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬Uh‫ﺮة ﻋﻦ اﻟﻨ‬6‫ﺮ‬C ‫ﻲ‬E‫ﻲ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ أ‬E‫ ﺣﺪﻳﺚ إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ أﻣﻴﺔ ﻋﻦ اﻷﻋﺮا‬de ‫ﻨﺎ‬6‫ورو‬ ‫ وأﻧﺎ ﻋ ذﻟﻚ ﻣﻦ‬:‫ﺎ أﻟ§ﺲ ﷲ ﺑﺄﺣﻜﻢ اŽﺎﻛﻤ"ن ﻓﻠﻴﻘﻞ‬C‫ آﺧﺮ‬Ã‫ إ‬gˆ‫ﺘﻮن ﻓﺎﻧﺘ‬6‫»ﻣﻦ ﻗﺮأ ﻣﻨﻜﻢ واﻟﺘ"ن واﻟﺰ‬ ،‫ﺪﻳﻦ‬C‫اﻟﺸﺎ‬. Telah menceritakan kepada kami [Sufyân] telah menceritakan kepadaku [Ismâ’îl bin Umayyah] saya mendengar seorang arab Badui, berkata; saya mendengar [Abu Hurairah ] berkata: Rasûlullâh bersabda: “Siapa yang di antara kalian membaca; “ (Demi (buah). {‫ﻮن‬ ِ ‫َ}واﻟ ّﺘِﲔِ َو اﻟﺰﯾْ ُﺘ‬. Ngaji Bersama Gus Arifin | 15.

(16) ِ ِ /َ ْ‫ ْﺣ َ ِﲂ اﻟ‬n‫ا[ ِﺑ‬ {‫ﺎﳈ َﲔ‬ ُ  ‫ َْﺲ‬8َ‫( } ﻟ‬Bukankah Allâh hakim yang seadil-adilnya?) ” hendaknya ia mengucapkan; [‫›ﻦ‬ َ ‫“ ]ﺑ َ َﲆ َو ‰َ َ َﲆ َذ ِ َ• ِﻣ ْﻦ اﻟﺸ ﺎ ِﻫ ِﺪ‬Benar, dan kami Tin dan (buah) Zaitun), sampai akhir ayat. menjadi saksi untuk itu.”. ،‫ ﺑ‬:‫ ﻓﻠﻴﻘﻞ‬،‫ﻰ‬º‫ اﳌﻮ‬g×‫ أﻟ§ﺲ ذﻟﻚ ﺑﻘﺎدرﻋ أن ﻳﺤ‬Ã‫ إ‬gˆ‫وﻣﻦ ﻗﺮأ ﻻ أﻗﺴﻢ ﺑﻴﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻓﺎﻧﺘ‬ ‫ﱠ‬ «‫ َآﻣﻨﺎ ِﺑ ِﮫ‬:‫وﻣﻦ ﻗﺮأ واﳌﺮﺳﻼت ﻓﺒﻠﻎ ﻓﺒﺄي ﺣﺪﻳﺚ •ﻌﺪﻩ ﻳﺆﻣﻨﻮن ﻓﻠﻴﻘﻞ‬. ‫ﺎ َﻣ ِﺔ‬lَ ‫ ْﻗ ِﺴ ُﻢ ِﺑ َﯿ ْﻮ ِم اﻟْ ِﻘ‬T ‫( ] َﻻ‬Aku bersumpah demi hari kiamat), hingga akhir ayat [‫ﲖ اﻟْ َﻤ ْﻮ َﰏ‬ َ ِ ‫ َْﺲ َذ ِ َ• ِﺑﻘَﺎ ِد ٍر َ َﲆ  ْن ُ ْﳛ‬8َ‫( ] ﻟ‬Bukankah (Allâh yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?), maka hendaklah ia mengatakan; [‫ ]ﺑ َ َﲆ‬benar.” ٍ ‫ ِ ّي َ˜ ِﺪ‬n­ِ َ‫َو َﻣ ْﻦ ﻗَ َﺮ  } َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳ َﻼ ِت ﻋ ُْﺮﻓًﺎ { ﻓَ َ­ﻠَ َﻎ } ﻓ‬ [ِ  ’ِ ‫ﺎ‬V‫  ٓ َﻣ‬:‫ﻮن { ﻓَﻠْ َﯿ ُﻘ ْﻞ‬ َ ُV‫ﯾﺚ ﺑ َ ْﻌﺪَ ُﻩ ﯾُ ْﺆ ِﻣ‬ ِ ‫( ] َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳ َﻼ‬Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk Dan siapa yang membaca; [‫ت ﻋ ُْﺮﻓًﺎ‬ ٍ ‫ ِ ّي َ˜ ِﺪ‬n­ِ َ‫( ]ﻓ‬Maka kepada perkataan apakah membawa kebaikan) sampai dengan; [‫ﻮن‬ َ ُV‫ﯾﺚ ﺑ َ ْﻌﺪَ ُﻩ ﯾُ ْﺆ ِﻣ‬ sesudah Al Qur’ān ini mereka akan beriman?), maka hendaknya ia mengatakan; [‫ﺎ ِﺑ ِﻪ‬V‫ ] ٓ َﻣ‬aku Dan siapa yang membaca;[. beriman kepadaNya.” (O“‫ اﳌﺮﺟﻊ اﻷﻛ‬١٤٠ ‫ ص‬٣ ‫ﻲ داوود ج‬E‫ن أ‬Î‫ﻘﻲ ) ﻋﻮن اﳌﻌﺒﻮد ﺷﺮح ﺳ‬S©‫ ﻛﻼم اﻟﺒ‬gˆ‫اﻧﺘ‬. َ َ َ َ َْ َ َ ََْ َ َْ َ ، ‫ أو ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧ َﻚ ﻓ َﺒ‬، ‫ ﺑ‬: ‫ﻰ ( ﻓﻠﮫ أن ﻳﻘﻮل‬º‫ اﳌ ْﻮ‬Uَ ×ِ ‫ﺲ ذ ِﻟ َﻚ ِﺑﻘ ِﺎد ٍر َﻋ أن ُﻳ ْﺤ‬ §‫ ) أﻟ‬: ‫ﻟﻮ ﻗﺮأ اﻟﻘﺎرئ‬ Jika orang yang membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allâh Maha Kuasa untuk ََ َََ َ َ َ ْ ُ menghidupkan orang mati?’ maka dia bisa mengucapkan, [‫‘ ]ﺑ‬Tentu, atau [‫]ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﻓﺒ‬ Subhanaka, tentu Engkau kuasa.’. ) : ‫ إذا ﻗﺮأ‬: ‫ ﻗﺎل اﻹﻣﺎم أﺣﻤﺪ‬، ‫ وﻧﺺ اﻹﻣﺎم أﺣﻤﺪ ﻋﻠﻴﮫ‬، ‫ ﻋﻠﻴﮫ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم‬Uh‫ﻷﻧﮫ ورد ﻓﻴﮫ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻦ اﻟﻨ‬ َ َْ َ َ ََْ َ َْ َ ) : ‫ و ذا ﻗﺮأ‬. ‫ ﻓﺮض وﻧﻔﻞ‬de ، ‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﻓﺒ‬: ‫ اﻟﺼﻼة ﻗﺎل‬O"‫ اﻟﺼﻼة وﻏ‬de ( ‫ﻰ‬º‫ اﳌ ْﻮ‬Uَ ×ِ ‫ﺲ ذ ِﻟ َﻚ ِﺑﻘ ِﺎد ٍر َﻋ أن ُﻳ ْﺤ‬ §‫أ ﻟ‬ ْ َ ْ َ ُ‫ََْ َ ﱠ‬ َ َ .‫ ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﻓﺒ‬: ‫أﻟ§ﺲ  ِﺑﺄﺣﻜ ِﻢ اŽ ِﺎﻛ ِﻤ"ن ( ﻓﻴﻘﻮل‬ Karena terdapat riwayat dari Nabi tentang hal ini. Imam Ahmad juga menegaskan demikian. Imam Ahmad mengatakan, ‘Jika orang membaca ayat (yang artinya), ‘Bukankah Allâh Maha Kuasa untuk menghidupkan orang mati?’ baik ketika shalât maupun di luar shalât, lalu ََ َ َ َ َ ْ ُ dianjurkan mengucapkan, [‫“ ]ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﻓﺒ‬Subhanaka, tentu Engkau mampu.” Baik shalât sunah maupun wajib. Jika membaca ayat (yang artinya), “Bukankah Allâh Hakim ََ َ َ َ َ ْ ُ yang paling adil?” maka dia bisa mengucapkan, [‫ ]ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﻓﺒ‬Subhanaka, tentu ya Allâh… (Syarh al-Mumthi’, 3/398).. َ َ ّ َ ُ ٌ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ ‫َ ﱠ َ َ ُ َ ﱠ ُ ْ ُ َُْ ﱠ َ ﱠ َ َ ُ َ ﱠ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ﱠ‬ ‫ ﻓ ْﻮق‬dِ ‫ﺼ‬ ‫ﺸﺔ ﻗﺎل ﺎن رﺟﻞ ﻳ‬ßِ ‫ﻲ ﻋﺎ‬Eِ ‫ ﺑ ِﻦ أ‬gVà‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔ ٍﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻋﻦ ﻣﻮ‬g¼‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﳌﺜ‬ ُ َ ََ َْ ُ ‫ﺎل ُﺳ ْﺒ َﺤ َﺎﻧ َﻚ َﻓ َﺒ َ¯ﻰ َﻓ َﺴ َﺄ ُﻟ‬ َ ‫ﻮﻩ َﻋ ْﻦ َذ ِﻟ َﻚ َﻓ َﻘ‬ َ ‫ﻰ { َﻗ‬ºَ ‫ ْاﳌَ ْﻮ‬Uَ ×‫ﺲ َذ ِﻟ َﻚ ﺑ َﻘ ِﺎدر َﻋ َ َأ ْن ُﻳ ْﺤ‬ َ §ْ ‫ﺎن إ َذا َﻗ َﺮَأ } َأ َﻟ‬ ‫ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌﺘ ُﮫ‬ ٍ ِ ِ ‫ﺑ§ ِﺘ ِﮫ و‬ ِ َ َ َ َ َ َ ْ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ُْ ْ ْ َ ْ ُ ُ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ ‫ﺎل أﺑﻮ داود ﻗ‬ َ ‫ ﺻ  ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳﻠﻢ ﻗ‬ ‫ اﻟﻘﺮ ِآن‬deِ ‫ﻀ ِﺔ أن ﻳﺪﻋﻮ ِﺑ َﻤﺎ‬6‫ اﻟﻔ ِﺮ‬deِ U¼ِ ‫ﺒ‬%ِ ¹b ‫ﺎل أﺣ َﻤﺪ‬ ِ ‫ِﻣﻦ َرﺳﻮ ِل‬ Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja’far] telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dari [Mûsâ bin Abu ‘Âisyah] dia berkata; ” [Seseorang] shalât diatas rumahnya, apabila ia selesai membaca ayat. Ngaji Bersama Gus Arifin | 16.

Referensi

Dokumen terkait

Pada konsumsi bahan bakar juga dihasilkan kondisi yang serupa, yaitu semakin besar konsentrasi minyak kemiri dan minyak kelapa dalam campuran akan cenderung

- Mempunyai capsula articularis yang menutupi daerah medial, lateral dan posterior persendian. - Bagian anterior, ditutupi

7.2.1.1 Perawat diharapkan melakukan pengkajian lebih dalam mengenai faktor– faktor risiko infeksi saluran kemih pada pasien diabetes melitus perempuan yang berkunjung ke

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara umum. Selanjutnya, Pasal 14 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

1.20 enterpreneur academy and bazaar (p1) (HIMPUNAN MAHASISWA KEHUMASAN) Oktober, 1.21 epicentrum (research mindedness) (p1) (HIMPUNAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI) Januari,

kerja ke-2 (kedua) setelah diketahui Efek tersebut tidak lagi tercantum dalam daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh OJK, dengan ketentuan selisih lebih harga

Dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kehandalan (reliability) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen, ini berarti

ƒ Perfomansi dari model yang telah dikembangkan dapat dikatakan cukup baik dengan penurunan SPBU yang memerlukan pengiriman tiap hari yang semula sebesar 79% dari total SPBU di