• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTI PENTING JERUSALEM DALAM KONFLIK ARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARTI PENTING JERUSALEM DALAM KONFLIK ARA"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ARTI PENTING JERUSALEM DALAM KONFLIK ARAB - ISRAEL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin

Oleh :

FATMAWATI FIRDAUS

E 131 05 046

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

(2)

ABSTRAKSI

Fatmawati.F E 13105046, Arti Penting Jerusalem dalam Konflik Arab-Israel, di bawah bimbingan Prof.DR. J. Salusu, M,selaku konsultan I dan Prof. DR. M. Basyir Syam, selaku konsultan II pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UNHAS.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil umum dan posisi strategis Jerusalem sebagai kota suci bagi 3 agama samawi dalam konflik Arab-Israel yang telah berlangsung selama beberapa kurun waktu. Fokus penelitian adalah menjelaskan sejarah, status, dan arti penting Jerusalem. Serta memaparkan usaha dan resolusi yang dilakukan oleh PBB dalam menangani konflik Arab-Israel dalam memperebutkan kota Jerusalem. Berpijak dari upaya-upaya penyelesaian konflik yang seringkali mengalami kegagalan sehingga konsep perdamaian belum dapat diterapkan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini didasarkan pada tipe penelitian deskriptif analitik, yang bersifat menggambarkan secara jelas dan terperinci terhadap masalah yang diteliti, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada di lapangan terkait arti penting Jerusalem dalam konflik Arab-Israel. Penganalisaan data-data yang diperoleh lebih bercorak “analisa isi” (content analysis), dimana analisa yang dilakukan adalah mengulas isi bahan atau data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan adalah studi pustaka (Library Research) dengan menggunakan jenis data sekunder yang berasal dari berbagai literatur sebagai penunjang dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam penelitian digunakan pula analisis data kualitatif, dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh.

(3)

Syukur Alhamdulillah

, hip hip hurray cihuy cie cie suit suit

yippieee senang riang hari yang kunantikan....akhirnya skripsi ini bisa

selesai juga setelah tertunda nyaris 2 tahun cuma gara-gara malas,

suka tunda-tunda ngurus berkas dan cari referensi dengan prinsip

“masih ada hari esok, semua bisa diatur, gampaaaang....semua bisa

diurus, ngantuk tadi malam nonton sambil fesbukan sampe jam 3, titip

berkaskuww yakk, doing something useless, something wrong,

something I DO really really regret, something unworthy, something I wish I never did but finally I did again and again I did I did I did I did”. Oopss iya hampir lupa, sebelumnya saya juga mau minta maaf kalo

pada kata pengantar ini saya sering meng-ignore abis-abisan tata

Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan. Hanya pada bagian inilah “Penulis” diberi “hak asasi

penuh 100% merdeka berdaulat” menuangkan uneg-uneg. Bab I sampe

Bab V kan pasti ada intervensi hehe. Let’s say Someone watched over

you while you were doing your mini-thesis in anywhere you were.

Waspadalah waspadalah...biar pas ujian nanti nggak dibantai, supaya

revisinya nggak buuuuanyak.

Menulis skripsi ini seperti mengandung anak, setiap hari saya

dengan sabar merawat kandungan dan menanti-nanti kapan dia lahir di

ruang ujian. Dan begitu dia lahir, rasanya lega sekali, Saya bahkan

ketawa cengangas-cengenges seharian senyum-senyum sendiri

sepanjang jalan dengan alasan yang presentase tingkat kejelasannya

(4)

rumah. Pas nyampe depan rumah saya teriak, tentu saja nada serunya

dibuat se-jaim mungkin takut dikira lagi ngigau demam tinggi belum

waras betul “Ibu...sarjana ma’...!!”

Pada beberapa kasus saya menemukan orang-orang yang

menyebut skripSWEET karena mulai dari awal proses pengerjaan sampai Finishing touch skripsinya lancar halus mulus kayak lagi melaju

balapan liar naik Ferrari dengan kecepatan cahaya di ruang vakum 300

juta km/detik, ada juga yang menyebutnya skripSH*T dengan alasan

beban fisik, mental dan moral saat menyelesaikan tugas akhir ini

sebelum melepas status Mahasiswa lalu kemudian -harus, mau nggak

mau harus mau, suka nggak suka harus suka, memang seperti itulah

fase fakta dan realita hidup yang harus dilewati sebelum menuju KE

SANA- keluar dari persembunyian di balik tembok kampus dan berjuang

menembus hutan belantara dunia luar a.k.a cari kerjaaaaaaaa. Saya

pikir tidak berlebihan rasanya jika fase cari kerjaaaaaaaa itu kemudian

saya deskripsikan seperti Teori Homo Homini Lupus-nya Thomas

Hobbes, atau bisa juga kayak pesan Jendral Panglima Perang kepada

para prajurit Infanterinya sebelum dikirim ke medan perang di garis

terdepan benteng pertahanan Negara, “KILL OR BE KILLED!!”. Too

Much?? Too Sarcastic?? Hell yeah I know, sorry.... Fiuh!! 

Momen menulis kata pengantar adalah bagian yang sangat

sentimentil. Saya harus ingat yang dulu-dulu. Semua orang yang selalu

ada, pernah ada, atau masih ada. Semua scene yang sudah gone with

(5)

bitter-sweet-sour memories. Nah, sekarang biar kayak “kata pengantar penulis”

mumpuni, saya mau bilang makasih. Ehm...

Terima kasih kepada My Greatest one and only Allah SWT yang

menganugerahkan hidup dan udara dalam paru-paru yang setiap hari

saya hirup, yang selalu memberi saya kesempatan untuk terus

memperbaiki diri, yang tetap mau menerima lagi ketika saya berlari

terlalu jauh dari jalanNYA, yang selalu mau menyayangi saya melalui

teguran-teguranNYA sejauh apapun saya meninggalkanNYA dan

mendengarkanku ketika seluruh Penghuni alam semesta ini tidak peduli

how complicated I’m feeling inside, yang selalu tahu apa yang saya

butuhkan melebihi ekspektasi yang saya inginkan. Semua yang saya

peroleh sampai detik ini mengajarkanku untuk harus selalu bersyukur. I

know how blessed I’m. One thing for sure, I do believe YOU must love

me the way I’m and I love the way YOU do. I trust every single thing

happened in my life is for a good reason.

Skripsi ini saya persembahkan kepada semua personil tetap

FIRDAUS FAMILY penghuni MARKAS 3 NAKAL A.86 khususnya untuk

kedua orang tua yang paling berperan dalam segala hal dalam

kehidupan saya. Untuk Bapak ‘Babe’ Firdaus, S.Sos, SKM. In my life I

just know there are only 2 greatest Men, Muhammad SAW and my

daddy. Sampai kapan pun saya akan selalu ingat hari pertama ospek,

masuk kuliah perdana saya diantar jemput, dan pas hari ujian juga ada

Bapak yang antar sampai ke parkiran Fisip. I never knew that a men can

(6)

dukungan, dan kesabarannya, terima kasih untuk semuaaaaaaaaanya.

Untuk Ibu ‘mamamia’ Marwati S.pd . Terima Kasih selalu ada. Saya

tidak bisa membalas kasih sayang Ibu dengan semua yang saya miliki.

You are such my cocaine and I’m addicted to you, I can’t stop it. Ibu

memang selalu marah kalau ‘kepala batu’ ini terlalu keras tapi saya

tahu permen manapun di dunia ini tidak pernah mengalahkan manis

dan lembutnya Ibu. Saya cuma bisa bilang MAAF dan TERIMA KASIH.

Maaf Sarjana-nya telat, maaf sudah menyusahkan, maaf belum bisa

membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu. Saya memang pemalas,

tukang tidur, keras kepala, suka menunda pekerjaan, maaf dan terima

kasih.... you saw me cry, smile, laught, fall, rise. You wiped my tears,

you hold me when I’m down, you never leave me, you’re always there.

No matter how bad I’m, my parent always accept me just the way I’m.

The guardian angels I can always run to. Untuk kedua adikku yang lebih

besar dari saya Sukmawati Firdaus dan Tri Fadli Firdaus. Come on,

darla!! It’s your turn now to make us happy. Terima kasih sudah mau

direpotkan kiri-kanan kesana-kemari mutar-mutar Makassar yang di

langitnya ada 7 matahari dengan tujuan yang nyaris nggak jelas. Maaf

yach sudah mau jadi target dan sasaran kejahilanku, terima kasih

sudah mau mengikhlaskan sepasang telinganya jadi alat pendengar

ocehanku tiap hari. Kita memang 3 NAKAL selamanya... VIVA

FIRDAUS FOREVER  

Melalui kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan

(7)

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof.Dr.dr.Idrus A. Paturusi,

Sp.B, Sp.BO, yang telah memberikan perhatian yang begitu

besar bagi kemajuan pendidikan di Kampus UNHAS.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNHAS...atas

perhatian dan usaha Beliau dalam perkembangan sistem

pendidikan dan fasilitas yang ada di Fakultas ini.

Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional ... atas

usaha Beliau dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pendidikan bagi para mahasiswa HI-UNHAS.

Pembimbing I Prof. Dr. J. Salusu, MA dan Pembimbing II Prof.

Dr. H. Basyir Syam, M.Ag, atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan demi

terselesaikannya penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Seluruh staff pengajar jurusan Hubungan Internasional yang telah

membagi ilmu dan pengalamannya selama berada di bangku

kuliah.

Untuk Keluarga besar H.Abdul Rasyid Tiro. Terima Kasih selalu

support. We’re a big and great family as always ever after, not

only in size but also in quantity and quality hehehehe

(hayoooo....yang gendut jangan marah). Bersama kita pasti bisa

v(^_____^)v

Audi (Asmirandah gadungan kw10, the most charming future int’l

relations lecture I’ve ever known, ahli “recycle” kertas & pita.

Kreatif ato kurang kerjaan?? Rute Kampus-Veteran slalu rame.

Makasih hadiah kejutannya). Rian (Jerapah, where are you now?

My GPS can’t even find your last position, siapa pacarmu selain

Naruto dan Raikkonen? We still can’t solve it yet). Meri (karaeng

(8)

lagi bobo ciang sambil nonton sinema religi di kamarnya Fikachu.

makasih titipan tugasku yang semester 3 dapat A trus dirimu

disuruh menghadap ke kak Ina karena nilai kosong. Mari kita

patroli!!). Fika (diet dong biar sarungnya bisa longgar lagi.

Makasih selalu mau menampungku tidur siang di labirin kecil itu

sambil nyari bahan tugas paper sampe malam, makasih pernah

kerja paper finalku, makasih sudah bilang “ih..cu’mala’mu deh,

ih..rambutmu berantakan kayak singa). Iycha (bulu matamu

mirip kaki laba-laba, jangan suka pasang roll rambut sambil bawa

motor, fashionista “fashion in KENISTAAN hehe, saran terbaikmu

adalah menyuruhku bawa kabur helm orang di parkiran Sastra

sebelum menuju dosen pembimbingmu). Nova (I’d rather see

you in military uniform. Batal jadi Perwira AKPOL is not a big deal,

just fly to your Captain’s heart. I think u’r kinda addticted to

bule-bule mata biru rambut emas padahal produk lokal masih banyak

yang belum dieksplor. Patroli yuk..Meri udah nungguin tuh).

Hmmm terlalu banyak kesintingan yang kita lewati bersama di

Fisip yang indah pada musim tertentu. Kita belum menemukan

nama yang pas untuk “gank” kita. Bacrit mungkin? Ato The

Unnamed Gank? Whatever you name it, let’s say we’re Soul

Sisters . everything seems so wowww when I’m with you.

Dharma Wanita REGIME : Irna, Anhijo, Fubby, Ana, FebyLin,

Maya, Rika, Inha, Citra, Tia, Dee, Dian jilbab, Dea, Dedew,

Nunu, Finha, Murni, Ninho, Putri, Riri, Putte. Cowott-Cowott

(9)

Radhis, Alam, Awal, Tauhid, Syamsu Alam06, Sahar, Imam,

Noe, Ewienk, Dayat, Faisal. Terima kasih untuk semua kelas

yang menyenangkan dengan deadline paper sepanjang semester.

So proud of being a part of your life. So glad to know you all.

We’re all rock, guys!! What a great honor that I was your

classmate in college. Semoga kita semua jadi ‘orang’ di mana pun

kita berada. FRIENDS FOREVER

Seluruh staff administrasi dan akademik FISIP. Bunda dan

K’Rahma. Makasih banyak sudah mau direpotkan selama saya

jadi mahasiswa, mulai dari urus KRS semester 1 sampe urus

berkas persiapan ujian akhir. Semua yang ada di Fisip emang

siiiip...

Kaka’-kaka’ dan ade’-ade’ teman-teman HIers FISIP UNHAS “think

globally, act locally”, “another world is possible”.

Teman-teman KKN ANTARA 2008 angkatan 79 Kecamatan

Ajangale Kabupaten Bone, khususnya Posko Desa Opo. Terima

Kasih untuk Pak Desa, Pak Dusun, Pak Imam, Ibu Desa

(makasih ya Bu selalu ngajak kami nonton bola 17an di lapangan

Kecamatan), semua warga Desa Opo yang selalu siap-siaga

waspada awas membantu program kerja fisik di lapangan

termasuk mengacak-acak isi kebun warga (pemdes oh pemdes,

bungdes oh bungdes hehe), Pak Anwar sekeluarga yang mau

menerima kami selama 53 hari di rumahnya (maaf Pak kami

memang merepotkan, suka ribut begadang main kartu sampe

pagi, maaf menggangu ritme hidup warga yang jadi ikut-ikutan

(10)

jangan begadang kalo ga di posko masing-masing). Makasih juga

untuk Opo Crews: Yerry Hukum 03 (Jangan suka fitnah diri

sendiri sebagai kordes paling cakep se-Kecamatan, striker

dadakan di Timnas Opo, permainan gitarmu payah), Manaf

Tekper 03 (kak gondrong...Menni’ menangis!! Iya deh kopi dan

teh buatanku bikin diabetes mellitus. “Bapa’ Mama’ orang

Soppeng, saya asli Makassar” nah loh kok bisa??), Haerul

‘Eyyunk’ Kosmik 05 (gara-gara mata sipit dikira Chinese, kita

berdua alergi air sungai ckckck. Makasih yakk laporan akhirnya),

Dewi Agro 04 (nggak nyangka kita sama-sama suka warna

kuning, sumber gosip aktual sebelum tidur), Kiky Kelautan 05

(ada Ile tadi cariko hehe, makasih taburan bedak di punggungku

setiap abis mandi), Chris Antro 05 (phobia balon...janganko

tawwa suka marahi pacarmu tiap malam).

Tandem ujian proposalku: Sadriani Pertiwi, Muh.Zubair, Atun.

Tandem ujian skripsiku: Pandu. Terima Kasih ya

temanssss....akhirnya kita S.IP 

120183 Someone whose name is too hard to say here, someone I

used to call Kakak. I still can say nothing but thank you very

much for everything. Big thanks for the yellow flahdisk on my

birthday & the giant teddy bear. Thank you for the supports and

courages you gave. Sorry i WASN’T a nice one.

Romy Saputra Pratama. Thanks for the ride di parkiran

Fakultas Ilmu SANTET & Ilmu PELET. Makasih “sabbara’nya yang

(11)

world knows you are such a hard worker. Just keep it up, dude!!

Keep on focus!! Yes, You can...

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi

ini yang membutuhkan saran, kritik dari Pembaca sekalian guna

memperbaiki tulisan ini, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

MAKASSAR, AGUSTUS 2011 FF

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan... ii

Halaman Penerimaan Tim Evaluasi... iii

Abstraksi... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B Batasan dan Rumusan Masalah………... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 10

D. Kerangka Konseptual... 11

E. Metode Penelitian... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tentang Konflik... 26

B. Konsep Tentang Kepentingan Nasional... 35

(12)

BAB III GAMBARAN UMUM KONFLIK ARAB-ISRAEL DAN KOTA JERUSALEM

A.Gambaran Umum Bangsa Israel-Palestina... 54 B. Latar Belakang Konflik Israel-Palestina... 64 C. Kota Jerusalem... 76

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Sejarah, Status, dan Posisi Strategis Jerusalem dalam Konflik

Arab-Israel... 84 B. Resolusi PBB untuk Menangani Konflik Arab-Israel dalam

Memperebutkan Kota Jerusalem... 112

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 132 B. Saran... 133

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan sejarah kehidupan masyarakat internasional yang merupakan satu kesatuan dari sejumlah Negara yang berdaulat dan merdeka (independent) dan sejumlah individu dan kesatuan bukan Negara yang terkait langsung pada persekutuan internasional, maka sebagai sebuah komunitas tentu saja terdapat pola interaksi yang cukup beragam di dalamnya dalam kaitannya dengan adanya kepentingan (interest) sehingga menimbulkan dinamika sebagai konsekuensi logis, berupa kerjasama dan konflik.

(14)

Salah satu konflik yang terus-menerus mendapat perhatian dunia internasional dalam beberapa dekade terakhir ini adalah konflik Israel–Palestina, yang meskipun telah berusaha diselesaikan melalui berbagai perundingan namun masih belum menunjukkan hasil yang memadai.

Konflik Israel–Palestina sendiri berawal dari adanya Gerakan Zionisme yang didirikan oleh Theodore Herlz pada tahun 1896. Mereka pertama kali melakukan kongres di Bazlah-Swiss pada tahun 1897, yang merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang terdiaspora di seluruh dunia. Pada kongres berikutnya tahun 1906, rekomendasi ini semakin dipertegas dengan dimaklumatkannya pendirian negara Israel bagi rakyat Israel di tanah Palestina1.

Ada dua hal penting yang menjadi pondasi bagi berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina, yaitu: Pertama, perjuangan Sykes-Picot 1916 antara Inggris dan Perancis yang membagi peninggalan Dinasti Ottoman di wilayah Arab. Pembagian ini menegaskan bahwa Palestina sebagai wilayah internasional. Kedua, Deklarasi Balfour 1917 yang menjadikan sebuah negara Yahudi di Palestina pada Gerakan Zionisme. Mulailah berdatangan imigran ke tanah Palestina pada tahun 19182.

Dari skenario orang Yahudi menggalang kekuatan dari luar (Inggris dan Perancis), maka pada tahun 1936 mulailah gerakan Zionis di tanah Palestina yang mendapat dukungan dari Pemerintah Protektorat Inggris dalam memasukkan imigran Yahudi ke Palestina. Kemudian berdampak pada terjadinya konflik antara warga Palestina dan imigran tersebut yang pada akhirnya konflik tersebut dilimpahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

1 Abd. Rahman Mustafha, Jejak-jejak Juang Palestina dari Oslo hingga Intifadah Al-Aqsha, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002, Hal. Xxxi

(15)

kemudian masalah ini dibahas di Forum Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 25 November 1947 dan menghasilkan resolusi PBB No. 181 yang isinya membagi dua tanah Palestina untuk Arab dan Yahudi serta memberi jangka waktu kekuasaan pemerintah Protektorat Inggris di tanah Palestina sampai bulan Agustus 19493.

Resolusi PBB No. 181 menegaskan pembagian tanah Palestina jadi dua bagian yaitu 57% untuk Yahudi, 42% untuk Arab. Lalu pada tanggal 14 Mei 1949 David Ben Gurion mengumumkan secara resmi berdirinya negara Israel yang diakui oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, dan akhirnya Israel jadi anggota PBB. Resolusi PBB No 181 tersebut menjadi pemicu dimulainya Perang Arab-Israel I pada tahun 1948 yang berlanjut dengan pengungsian Rakyat Palestina ke negara-negara tetangganya secara besar-besaran yang disebut ”Pengungsi 1949” yang membentuk kamp-kamp pengungsi di Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir.

Seiring waktu berlalu perang terus berlangsung di Timur Tengah sebagai wujud penolakan negara Arab terhadap resolusi PBB No.181, dan Timur Tengah menjadi kawasan rawan konflik yang dilanda perang besar pada tahun 1956, 1967, 1973 melibatkan Arab-Israel dan pada tahun 1982 Arab-Israel-PLO (Palestine Liberation Organization/Organisasi Pembebasan Palestina) di Lebanon.

Beberapa gerakan aliansi regional muncul untuk menolak resolusi PBB No.181 antara lain Republik Persatuan Arab, Front Timur, Front Pantang Menyerah yang merupakan gabungan beberapa negara Arab. Namun pada Perang Arab-Israel tahun 1967 memaksa negara Arab kalah terhadap Israel, yang kemudian terpaksa kekalahan Arab ini harus ditebus dengan penerimaan Resolusi PBB No.242 yang lebih menguntungkan Israel.

(16)

Masalah yang tidak kalah rumitnya dalam konflik Israel-Palestina adalah perihal Jerusalem yang semakin rumit. Konflik Arab-Israel kerap kali melibatkan isu Jerusalem. Akibatnya, sentimen keagamaan sering digunakan sebagian kelompok untuk menjadikan Jerusalem sebagai entry point guna memperkisruh masalah; bahwa konflik Israel–Palestina bukan semata-mata masalah politik, tetapi juga masalah agama. Perspektif seperti ini secara nyata semakin menjauhkan impian perdamaian yang ada di Jerusalem.

Jerusalem memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan kota-kota lain di dunia ini. Satu hal yang membedakan adalah kota ini sangat penting artinya bagi tiga agama samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam. Dan di kota inilah lahir dua agama besar: Yahudi dan Kristen.

Selama ribuan tahun, orang datang ke kota itu untuk bertemu Tuhan. Berziarah. Dalam bahasa Ibrani, istilah untuk melakukan perjalanan ke Jerusalem dan Tanah Terjanji disebut ”aliyah” atau ”pendakian”. Secara fisik, jalan menuju Jerusalem memang mendaki. Jerusalem dibangun di perbukitan Yudea. Ribuan orang yang datang berziarah ke Jerusalem percaya bahwa kota itu adalah pintu gerbang menuju surga. Semua itu bisa terlihat di Tembok Ratapan, di Gereja Makam Kristus, di Masjid Al-Aqsha, dan di Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu.

Perayahan atau aneksasi Jerusalem Timur oleh Israel pada Perang Enam Hari tahun 1967 sering dianggap sebagai pemicu konflik mutakhir. Padahal, dari sisi Israel, keinginan untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibukota sudah muncul ketika negara Yahudi ini lahir (Ini didasarkan pada pernyataan PM pertama Israel David Ben Gurion pada tanggal 5 Desember 1949). Hanya saja, pada saat itu Jerusalem masih terbagi dua, yakni Jerusalem Barat yang dikuasai Israel dan Jerusalem Timur yang dikuasai Jordania.

(17)

bagian timur Jerusalem juga dikuasai oleh Israel, dan statusnya sebagai ibukota negara dikukuhkan dalam UUD Israel tahun 1980. Sementara pihak Palestina menganggap bahwa bagian timur kota itu adalah ibukota negara Palestina bila suatu hari hal itu bisa diwujudkan.

Jadi jelas, bahwa niatan Israel untuk menjadikan seluruh Jerusalem sebagai ibukota Israel selama-lamanya tidak akan pernah bisa diterima oleh Palestina, dan juga tak pernah bisa diakui secara resmi oleh masyarakat internasional. Sebagai akibat tekanan yang juga dilancarkan oleh negara-negara Arab, kedutaan-kedutaan besar yang semula ada di Jerusalem pindah ke tempat lain, sebagian besar ke Tel Aviv, meskipun di Jerusalem masih ada konsulat-konsulat Jenderal4.

Menurut Kesepakatan Oslo, status final Jerusalem harus ditentukan melalui perundingan damai. Tetapi, bagaimana bisa muncul perdamaian kalau selalu muncul kebijakan dan tindakan yang tak mengakomodasi kepentingan dan hak pihak lain. Ketika Israel membangun tembok pemisah wilayah antara Israel dan Palestina, tembok tersebut tidak berdiri di atas perbatasan tahun 1967, tetapi menjorok ke wilayah Palestina, dan secara tidak sah hal itu menyebabkan sekitar 200.000 warga Palestina kehilangan hak atas tanah dan air. Israel tidak peduli dengan itu semua, karena pada dasarnya ia tidak ingin mengembalikan perbatasan ke pra-1967, tetapi ke garis baru yang ia lihat bisa menjamin keamanan nasionalnya5.

Dalam situasi ini, yang disesalkan adalah Dewan Keamanan PBB tidak punya kemampuan untuk memajukan perdamaian, sehingga harapan terakhir tinggal pada ”anaknya” yang terkuat, yakni - dalam istilah Jerry Adams dari Evaluation and

4 Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, Hal. xxxii.

(18)

Development Institute -, Amerika Serikat6. Dalam perjalanan waktu, pernah muncul Perjanjian Oslo tahun 1993, namun ternyata tak mampu mewujudkan perdamaian. Kedua pihak sudah aktif berkonflik kembali kurang dari satu dekade setelah menandatangani perjanjian.

Meski harapan harus selalu dibuka, tetapi lagi-lagi harapan itu kembali pada status sebuah kota, yang tak lain adalah Jerusalem. Selama Jerusalem Timur tidak diserahkan kepada pihak Muslim yang menganggap kota ini sangat penting bagi mereka, karena alasan agama, maka perdamaian abadi pasti sulit diwujudkan.

Dalam sejarah politik Israel, mantan PM Ehud Barak-lah yang diketahui pernah menawarkan untuk merundingkan kontrol atas Jerusalem Timur, sementara pemimpin Israel lain, juga rakyat Israel umumnya, tidak pernah ingin melakukan hal itu. Kalau Barak kemudian tergusur dari pemerintahan dan digantikan oleh Ariel Sharon, sebagian alasannya adalah karena ia membuat tawaran untuk merundingkan Jerusalem Timur7.

Persepsi kedua belah pihak tidak mampu dipertemukan. Pihak Palestina masih merasa bahwa kondisi kunci yang mereka anggap paling esensial bagi perdamaian abadi, tidak diberikan. Di pihak lain, warga Israel ikut marah, karena mereka diberi tahu bahwa sebagian besar kondisi kunci bagi perdamaian sudah ditawarkan kepada Palestina, tetapi Arafat masih menolak untuk berunding.

Dari berbagai pengalaman yang ada tampak bahwa saling tidak percaya antara kedua pihak selalu tinggi. Boleh jadi konflik selama setengah abad telah membuat hal tersebut

6 Ibid

(19)

menumpuk secara akumulatif. Masing-masing berpandangan, bahwa sikap pihak lain tidak tulus.

Ini jelas menimbulkan frustrasi, tidak saja bagi kedua belah pihak yang bermusuhan, tetapi juga bagi kalangan internasional yang ingin melihat perdamaian berdiri kokoh di Timur Tengah. Alasan bagi didambakannya perdamaian abadi di kawasan ini adalah bahwa bagaimana pun juga Timur Tengah terus berpotensi jadi pemicu konflik lebih luas bila konflik Israel-Palestina tidak dapat segera dituntaskan. Namun, di pihak lain kita juga melihat, berdasarkan tuntutan masing-masing pihak, baik menyangkut Jerusalem, pengembalian pengungsi, dan lainnya, kita melihat betapa sulitnya bisa menemukan perdamaian bagi kedua belah pihak. Bahkan ketika kalangan moderat bisa menggolkan prakarsa damai, lalu kesepakatan dicapai, tak lama kemudian ekstremis segera beraksi untuk melawannya, tak jarang dengan cara-cara kekerasan.

Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa Jerusalem yang merupakan simbol atas banyak hal tak ayal lagi berada di jantung konflik, yang penyelesaiannya sangat rumit.

Dari masalah Jerusalem ini pula kita bisa melihat, seberapa jauh ia menjadi bagian yang membuat perdamaian menyeluruh Timur Tengah lebih sulit atau lebih mudah diwujudkan. Sejauh ini, kesan yang muncul adalah Israel ingin menerapkan prinsip the winner takes all, karena yang muncul justru Israel ingin terus meluaskan wilayah ke wilayah Palestina.

Berdasarkan beberapa uraian fakta di atas, maka dalam penelitian ini, Penulis mengambil judul: “Arti Penting Jerusalem dalam konflik Arab - Israel”

(20)

Mengkaji masalah Timur Tengah memiliki cakupan yang sangat luas maka permasalahan dikhususkan pada arti penting Jerusalem dalam Konflik Arab-Israel. Yang selanjutnya dalam skripsi ini Arab yang dimaksud adalah Palestina.

Konflik dan sengketa antara Israel dan Palestina hingga kini masih terus berlanjut. Bahkan keadaan semakin rumit dengan dibangunnya tembok pemisah yang didirikan oleh Israel secara illegal dan telah melanggar batas-batas wilayah Palestina. Israel masih dengan ciri khas kolonialisme bertindak di luar dugaan dengan membangun tembok tersebut dan dengan kekuatan lobinya menjadikan masalah ini hanya sebagai masalah politik yang sangat jauh dari konsekuensi hukum dan berada jauh di luar jangkauan lembaga hukum internasional.

Untuk memberikan pemahaman yang jelas melalui penjabaran yang lebih sistematis dan terarah dari penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas, maka perlu adanya penegasan tentang masalah dan penjelasan mengenai beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian ini. Dalam hal ini Penulis memberikan batasan seputar arti penting Jerusalem dalam perebutan wilayah Israel–Palestina dan peranan PBB sebagai lembaga internasional dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Berdasarkan pada batasan yang telah diberikan dan untuk menghindari kesimpangsiuran, maka Penulis akan mengemukakan masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan batas dan dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah, status, dan posisi strategis Jerusalem dalam konflik yang melibatkan Arab – Israel?

(21)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah, status, dan arti penting

Jerusalem dalam konflik Arab – Israel.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan usaha dan resolusi yang dilakukan oleh PBB

dalam menangani konflik Arab – Israel yang memperebutkan kota Jerusalem.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan dan para

pembuat keputusan dalam upaya mewujudkan stabilitas keamanan regional maupun

global.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengkaji aspek-aspek politik di Timur

Tengah dan juga menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi

studi Kawasan Timur Tengah Ilmu Hubungan Internasional.

c. Sebagai wadah pengembangan wawasan keilmuan dan penerapan

pengetahuan yang serba terbatas pada objek penelitian ini. Juga diharapkan

sebagai bahan informasi faktual yang bersifat empiris, yang pada gilirannya dapat

bermanfaat bagi penelitian serupa.

D. Kerangka Konseptual

(22)

Untuk memahami lebih jauh tentang upaya penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dan masih juga tak menandakan ke arah perdamaian, maka konsep “konflik” harus dipahami secara jelas.

Konflik sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahlan Nasution:

Konflik merupakan persaingan, apakah lugas, semu atau masih sesuatu yang bersifat potensi, adalah suatu hal yang normal dalam hubungan antar negara yang bermula dari perkembangan sistem Negara kebangsaan”8.

Sedangkan menurut Holsti:

“Konflik merupakan akibat pertentangan antara tuntutan yang dimiliki Negara A dengan Negara B lainnya”9.

Holsti sendiri mengkaji konflik berdasarkan 4 komponen, yaitu10 : 1) pihak bertikai (parties),

2) bidang sengketa (issue field), 3) sikap (tension), dan 4) tindakan (action).

Untuk penyelesaian konflik, maka hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah dengan menanggulangi penyebabnya atau akar permasalahan yang memicu timbul dan berkembangnya konflik itu.

Hal seperti ini yang dilakukan oleh T. May Rudi :

“Jangankan untuk konflik internal yang pada hakikatnya berlangsung di antara orang-orang atau pihak yang sebangsa dan se-tanah air, untuk konflik

internasional pun sebaiknya konflik itu diselesaikan dengan menanggulangi penyebabnya atau akar permasalahan yang memicu timbul dan berkembangnya konflik itu”11.

Terjadinya konflik antara dua Negara atau lebih, dianggap tak terlepas dari motivasi pemenuhan kepentingan nasional. Sebagaimana dikemukakan oleh Coulumbus dan Wolfe

8 Dahlan Nasution, Politik Internasional: Konsep dan Teori, Jakarta, CV. Remaja Karya, 1991, Hal. 53 9 K. J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung, Bina Cipta, 1992, Hal.67. 10 Ibid, hal 170 – 174 (jilid 1)

(23)

dalam menjelaskan alasan keterlibatan Negara dalam Hubungan Internasional, yaitu mencapai kepentingan nasional :

“Konsep kepentingan nasional tetap sangat penting bagi setiap usaha untuk menerangkan, menjelaskan, atau membuat preskripsi mengenai perilaku internasional mengenai perilaku internasional. Para penstudi dan praktisi Hubungan Internasional dengan suara bulat sepakat bahwa justifikasi utama tindakan Negara adalah kepentingan nasional12.

Suatu negara dalam melakukan interaksi dengan negara lain pasti memiliki tujuan dan sasaran. Faktor keselamatan dan keamanan nasional adalah vital bagi suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional tersebut, suatu negara memerlukan suatu strategi atau rencana yang dibentuk oleh para decision-maker dalam menghadapi negara lain yang disebut dengan kebijakan luar negeri (foreign policy) dalam perspektif kepentingan nasionalnya.

Menurut Rosseau, kebijakan luar negeri adalah :

“Semua sikap dan aktivitas yang melalui itu masyarakat yang terorganisasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan nasional”13.

Dan menurut Holsti, kebijakan luar negeri adalah :

“Sebagai tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut serta berbagai kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut”14.

Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjalin di antara negara-negara melalui praktik-praktik diplomasi pada umumnya juga dilandasi oleh adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Masing-masing negara dalam

12 Theodore Coulumbus dan James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional, Bandung, Penerbit Abardin, 1990, Hal. 107.

13 Rudy May, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : Refika Aditama, 2002, hal. 27.

(24)

sistem internasional berkewajiban memberikan tanggapannya atas situasi dan berbagai tujuan nasional yang diinginkan sesuai dengan kepentingan nasionalnya masing-masing. Dalam dunia internasional, tujuan yang ingin dicapai dikenal dengan kepentingan nasional. Berikut beberapa definisi mengenai konsep kepentingan nasional.

Menurut Paul Seabury yang dikutip oleh K.J Holsti :

“Kepentingan nasional pada dasarnya adalah pembuatan kebijakan luar negeri dengan menggunakan pengaruh di luar negeri dan dengan mengubah atau mendukung sikap negara lain”15.

Sedangkan menurut pendapat Hans J Morgenthau :

“Kepentingan nasional sebagai penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk menjaga berbagai kepentingan yang dianggap vital bagi kelestarian negara-bangsa. Itu berarti “mengejar kekuasaan”, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan

“pengendalian” suatu negara atau negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui teknik-teknik paksan maupun kerjasama”16.

Jika teori ini dikaitkan dengan kebijakan luar negeri Israel, maka dapat dilihat bahwa sejak dulu Israel bersikap intimidatif terhadap negara-negara yang dapat menghalangi tujuan dan kepentingan nasionalnya, seperti terhadap Palestina, Irak, maupun negara-negara lain di Timur Tengah. Sedangkan terhadap Amerika Serikat, Israel berupaya menjalin hubungan yang baik utamanya dengan orang-orang yang berperan di gedung putih selaku pengambil keputusan, yang semuanya itu dilakukan guna melancarkan strategi Israel di Timur Tengah.

Terjadinya hubungan antar negara baik itu bersifat damai maupun konflik didasari atas kelebihan atau kekurangan sumber daya nasional atau kekuatan nasional sebuah negara. Dengan kata lain keberhasilan suatu negara mencapai kepentingan nasionalnya tidak terlepas dari kekuatan nasional yang dimilikinya.

Konflik umumnya disebabkan oleh pertentangan dalam pencapaian tujuan tertentu seperti perluasan atau mempertahankan wilayah territorial, keamanan, semangat, kemudahan jalur menuju daerah pemasaran, prestise, persetujuan, revolusi dunia, penggulingan pemerintahan Negara yang tidak bersahabat, mengubah prosedur dalam organisasi PBB, dan

15 K. J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka untuk Analisa, Jakarta : Erlangga, 1988, hal. 31.

(25)

lain-lain. Dalam usaha mempertahankan atau mencapai tujuan tersebut, tuntutan, tindakan, atau keduanya akan berlangsung dan bertentangan dengan kepentingan serta tujuan Negara lainnya17.

Konflik mencakup tindakan diplomatik, propaganda, perdagangan, atau ancaman dan sanksi militer yang dilakukan salah satu Negara terhadap Negara lainnya. Krisis merupakan erupsi mendadak yang merupakan peristiwa tidak diharapkan yang tidak disebabkan oleh konflik yang berlangsung sebelumnya. Berdasarkan definisi konflik tersebut, pada dasarnya berbagai situasi yang diklasifikasikan sebagai konflik bisa dihilangkan18.

Resolusi konflik dapat diartikan sebagai penyelesaian konflik (Conflict Resolution) adalah usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. Penyelesaian konflik didasarkan atas adanya perubahan pandangan dari salah satu atau semua pihak yang terrlibat konflik sehingga tidak ada lagi pertentangan antara mereka. Sulitnya menyelesaikan konflik diperlukan secara mutlak untuk mencegah : Pertama, semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-pihak yang berkonflik. Kedua, semakin meluasnya konflik yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik19. Prasyarat di atas menjadi penting karena bila penyelesaian konflik tidak kunjung dapat dicapai dan diselesaikan, maka biasanya konflik yang terjadi dapat berkembang semakin mendalam dan meluas sehingga akan berdampak lebih luas lagi. Penyelesaian konflik mutlak diperlukan dalam hal ini, karena bila tidak ditemukan cara penyelesaian konflik secara efektif, konflik dapat menyebabkan ancaman disintegrasi baik sosial maupun politik.

17 Dr. Shahak, Israel : Jewish History, Jewish Religion, London : Pluto Press, 1994. 18 Peter Beyer, Religion and Globalization, London : Phoenix, 2004.

(26)

Mengenai cara penyelesaian konflik atau krisis ini dibedakan antara “hasil” atau “penyelesaian” masalah dengan prosedur perundingan diplomatik resmi. “Hasil” atau “penyelesaian” berarti setiap bentuk akhir akibat dari konflik, tidak mempermasalahkan bagaimana akibat akhir itu diperoleh. Sedangkan “prosedur” ialah barisan berbagai bentuk kompromi. Kompromi merupakan salah satu dari enam kemungkinan “hasil” atau “penyelesaian” konflik. Lima kemungkinan lainnya ialah penolakan atau menghindarkan kembali tuntutan atau tindakan,penaklukan dengan kekerasan, penangkalan yang efektif atau “tunduk”, penyelesaian melalui pihak ketiga (award) dan penyelesaian sengketa secara damai20.

Salah satu akibat dari konflik atau krisis internasional adalah berbagai bentuk kompromi yang disepakati oleh pihak yang bersengketa. Kesepakatan itu mencakup penarikan kembali sasaran yang telah ditetapkan, kedudukan yang telah diperoleh, tuntutan yang telah dikemukakan, maupun tindakan yang telah dilakukan. Penarikan prakarsa tersebut harus dilakukan secara sistematis di antara yang bersengketa. Setiap penyelesaian konflik atau krisis internasional yang menuntut pengorbanan dari posisi yang telah diraih oleh yang bersengketa disebut kompromi, meskipun sebenarnya salah satu pihak memperoleh kedudukan yang lebih baik dalam perundingan yang diselenggarakan untuk memperoleh bentuk kompromi yang dikehendaki.

Masalah utama dalam mempersiapkan penyelesaian masalah untuk mencapai kompromi ialah bagaimana meyakinkan pihak yang bersengketa untuk menyadari resiko agar tetap mempertahankan atau melanjutkan konflik di antara mereka jauh lebih besar dibandingkan resiko untuk melakukan penurunan tuntutan atau menarik mundur posisi militer dan hubungan diplomatik21.

20 Bernard Lewis, The Crisis of Islam, London : Phoenix, 2004.

(27)

Akibat yang agak sulit dari penyelesaian konflik atau krisis internasional berdasarkan kompromi ialah penyelesaian melalui pihak ketiga (award). Dalam situasi seperti ini pihak lawan sepakat menerima penyelesaian yang dilakukan melalui prosedur tanpa perundingan (non bargaining). Award merupakan keputusan mengikat yang dipengaruhi oleh pihak ketiga yang bersikap netral atau kriteria tertentu, yang diberi kepercayaan untuk menentukan bentuk penyelesaian22.

Menurut Maswadi Rauf, ada dua pendekatan dalam penyelesaian konflik, yaitu pendekatan persuasif (Persuasive) dan pendekatan kekerasan atau koersif (Coersif). Pendekatan persuasif dapat dilakukan dengan mengambil jalur perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu antara pihak yang berkonflik. Dalam hal ini, pihak yang melakukan konflik dapat melakukan perundingan antara kedua belah pihak saja, namun sangat jarang terjadi dalam penyelesaian konflik politik. Penyelesaian konflik dalam perundingan membutuhkan pihak ketiga sebagai mediator atau juru damai. Dalam penyelesaian konflik dengan musyawarah atau perundingan adalah dengan adanya perubahan-perubahan dari salah satu pihak yang terlibat sehingga perbedaan antara pihak yang berkonflik dapat diminimalisir atau dihilangkan.

Pendekatan persuasif atau koersif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan penyelesaian secara persuasif menurut Maswadi Rauf, yaitu :

 Dapat menyelesaikan konflik secara tuntas, sehingga sangat kecil sekali kemungkinan konflik

berlanjut antara pihak yang berkonflik di masa yang akan datang.

 Pendekatan persuasif dalam penyelesaian konflik lebih bersifat manusiawi karena lebih

sesuai dengan sifat-sifat manusia.

 Pendekatan persuasif merupakan keterampilan dalam menyelesaikan konflik yang menjadi

tuntutan demokrasi.

(28)

Pendekatan persuasif juga memiliki kelemahan, karena pendekatan ini memerlukan tenaga dan waktu yang lama untuk mencapai hasil. Disamping itu, juga dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam bermusyawarah karena akan menyebabkan pembicaraan yang meluas.

Sementara itu, pendekatan secara koersif dengan menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Dalam pendekatan koersif, kekerasan fisik menjadi suatu pilihan yang penting dengan penggunaan benda-benda fisik untuk merugikan secara fisik, menyakiti, melukai, atau membunuh pihak lain. Tentunya pendekatan ini berdampak secara fisik pula terhadap masyarakat, karena akan menimbulkan rasa takut di pihak yang akan dikenai yang berpengaruh secara mental terhadap tingkah lakunya23. Penyelesaian konflik yang terjadi dengan terciptanya titik semu karena pihak yang lemah yang menerima ancaman kekerasan fisik dengan menggunakan kekerasan fisik pula terpaksa menerima pendapat dari pihak yang lebih kuat. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah :

 Akan menghasilkan penyelesaian konflik dengan kualitas yang rendah karena konflik yang

terjadi sebenarnya belum selesai secara tuntas.

 Penyelesaian secara koersif akanmemunculkan potensi bagi munculnya kembali konflik yang

lebih hebat di masa-masa yang akan datang.

 Cara yang kurang manusiawi dengan menggunakan kekerasan fisik dan penghilangan nyawa

sebagai tindakan yang dianggap legal dalam menyelesaikan konflik.

(29)

Maswadi Rauf juga mengatakan bahwa pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan. Pendekatan secara koersif dianggap sebagai pendekatan yang mudah dan cepat dalam menyelesaikan konflik24.

Oleh karena itu, terlepas dari kelemahan dari pendekatan persuasif, namun pendekatan persuasif dapat disebut sebagai pendekatan penyelesaian konflik dengan cara ideal dibandingkan penyelesaian konflik secara koersif, Pendekatan persuasif juga dapat disebut sebagai penyelesaian konflik yang dapat menghasilkan conflict resolution yang lebih tinggi kualitasnya dibandingkan pendekatan koersif.

Sementara itu, Geertz menyatakan bahwa dalam menyelesaikan konflik politik sangat berkaitan dengan ikatan primordial yang telah berkembang menjadi ikatan politik. Konflik politik di negara-negara baru menghasilkan gangguan terhadap stabilitas politik. Gangguan terhadap stabilitas dianggap sangat penting dan sangat serius akibat adanya konflik politik yang berlangsung sangat lama, tanpa adanya penyelesaian secara politik pula. Menurut Geertz, perlunya dipergunakan pendekatan koersif, dengan kekerasan jika konflik politik sulit diselesaikan secara damai.

Cara-cara damai menurut Geertz sangatlah sulit dilakukan akibat telah menguatnya ikatan primordial yang menyebabkan menguatkan kesetiaan politik sehingga sulitnya ditempuh kompromi antara pihak-pihak yang berkonflik. Pilihan terakhir dalam penyelesaian konflik dengan perang saudara yang berakhir dengan kekalahan salah satu pihak. Konflik politik dapat diselesaikan dengan kekerasan meskipun akhirnya mengorbankan jiwa dan harta benda. Konflik politik dengan penyelesaian seperti ini akan terjadi setelah salah satu pihak menyerah atau kalah.

(30)

Menurut Maswadi Rauf terdapat tiga cara dalam melakukan resolusi konflik, pertama melalui pemilu, Kedua, Musyawarah atau kompromi, dan ketiga, adalah Pemungutan suara atau voting sebagai pencapaian resolusi.

Menurut Dennis Sandole, terdapat tiga pilar pemetaan secara komprehensif dari konflik dan resolusi konflik25, Pertama elemen-elemen konflik. Konflik menurut Sandole dibagi menjadi tiga yaitu konflik laten, manifest tanpa kekerasan, dan manifest dengan konflik kekerasan. Untuk mengidentifikasikan elemen konflik terdiri dari pihak atau kelompok yang bertikai, Apa yang menjadi masalahnya, apa tujuan-tujuannya, Apa artinya, Konflik berdarah atau tidak, kekerasan atau tidak, apa orientasi dari penanganan konflik, Dan apa kondisi/lingkungan dari konflik itu.

Kedua, pilar penyebab konflik dan kondisinya. Sandole mengatakan terdapat 4 level yang berbeda, antara lain: perorangan, sosial masyarakat, internasional, dan global.

Pendekatan resolusi dilakukan dengan mencari tahu faktor yang mendorong terjadinya konflik serta mengembangkan suatu “skenario” yang mendorong terciptanya dampak skenario kasus yang terburuk dan skenario yang terbaik. Ketiga, pilar intervensi konflik oleh pihak ketiga. Sandole menjelaskan perlu adanya intervensi konflik oleh pihak ketiga dengan tujuan dari pihak ketiga adalah mencegah konflik kekerasan, manajemen konflik kekerasan, penyelesaian konflik kekerasan, resolusi konflik kekerasan, dan tranformasi konflik kekerasan. Dalam hal ini menurut Sandole, maksud-maksud pihak ketiga untuk mencapai tujuannya yaitu konfrontasi atau kolaborasi, “damai negatif” atau “damai positif” dan maksud ketiga adalah melacak sendiri atau melacak bersama-sama. dalam tahap pilar ketiga ini, dengan membuat strategi untuk mengatasi skenario-skenario 25 Paper dalam Peace Education di Indonesia, Asia Institute of Management Conference Center, Manila, Philippines, August 26-30, 2003. materi ini juga bisa di download melalui internet dengan alamat

(31)

dengan menyelesaikan masalah yang terburuk dan mendukung penyelesaian skenario yang terbaik.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif analitik, yang bersifat menggambarkan secara jelas dan terperinci terhadap masalah yang diteliti, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada di lapangan terkait arti penting Jerusalem dalam konflik Arab– Israel.

Penganalisaan data-data yang diperoleh lebih bercorak ”analisa isi” (content analysis), dimana analisa yang dilakukan adalah mengulas isi bahan atau data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data di atas. Juga konsultasi dengan para konsultan atau dosen pembimbing.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi pustaka (Library Research) dengan cara mengumpulkan berbagai materi yang berkaitan dengan judul penelitian ini dari berbagai sumber yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen, surat kabar, jurnal ilmiah, majalah, dan situs internet yang memiliki kaitan erat dengan pokok permasalahan yang diselesaikan.

(32)

1. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar ;

2. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di

Makassar ;

3. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) Fisip

Universitas Hasanuddin di Makassar ;

4. Perpustakaan Wilayah di Makassar.

3. Jenis Data

Data yang ada merupakan data sekunder karena diperoleh melalui studi kepustakaaan (Library Research), baik berupa buku, jurnal, dokumen, majalah, dan makalah, serta data-data yang berasal dari internet.

4. Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dalam menganalisis data yang ada dengan maksud untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arti penting Jerusalem dalam konflik Arab–Israel.

Berdasarkan hasil analisis data ini, maka Penulis selanjutnya dapat memberikan saran-saran terkait konflik yang terjadi antara Israel dan negara-negara Arab, dalam hal ini Palestina, utamanya mengenai status kota Jerusalem.

5. Metode Penulisan

(33)

maka pertama-tama Penulis terlebih dahulu menjelaskan hal-hal yang bersifat umum, kemudian mengambil kesimpulan secara khusus.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Konflik

Manusia tidak akan pernah dapat dipisahkan dari konflik. Perkembangan konflik seolah-olah berkembang bersama-sama dengan manusia itu sendiri. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Interaksi yang tercipta ini tidak selamanya bersifat positif, ada kalanya benturan terjadi baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Hal yang melatarbelakangi timbulnya konflik yang paling umum terjadi yaitu kepentingan. Dalam lingkup yang lebih besar, misalnya pada level negara juga terdapat kepentingan yang disebut dengan kepentingan nasional sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu Negara.

Tujuan itu sendiri adalah “Gambaran dari keadaan masa depan dan kondisi yang ingin diwujudkan melalui pembuatan kebijakan luar negeri”26. Tujuan itu dapat dikategorikan ke dalam27:

Tujuan jangka pendek atau nilai inti, dimana eksistensi pemerintah dan bangsa harus

dilindungi, diperluas sepanjang waktu, dan memerlukan pengorbanan yang maksimal.

26 K.J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka Untuk Analisa (Edisi keempat jilid 2), Jakarta : Erlangga, 1988, hal. 137.

(35)

Tujuan menengah, biasanya memaksakan tuntutan pada negara lain guna memenuhi

tuntutan dan kebutuhan perbaikan ekonomi, meningkatkan prestise negara, mencakup

perluasan diri atau imperialisme.

Tujuan jangka panjang, yang merupakan rencana, impian, harapan dan pandangan waktu

yang tidak pasti.

Kepentingan nasional merupakan tujuan dari interaksi negara dalam hubungan internasionalnya. Dalam pencapaiannya, terjadi interaksi dengan negara lain yang juga memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Hasil dari interaksi ini dapat menghasilkan dua pola interaksi. Yang pertama yaitu kerjasama, hal ini terjadi jika benturan kepentingan yang konstruktif. Akan tetapi, tidak jarang, yang terjadi lebih bersifat destruktif, hal inilah yang kemudian memicu terjadinya konflik antar negara.

Bentuk konflik menurut Holsti :

“Konflik yang cenderung mengarah kepada kekerasan yang terorganisir sebagai akibat dari posisi yang saling bertentangan, sikap saling bermusuhan dan tindakan militer atau

diplomatik dari beberapa kelompok tertentu atas suatu masalah. Penyebabnya adalah perbedaan pendirian antar kelompok. Termasuk posisi yang mereka ingin capai. Tingkah laku konflik dalam bentuk sikap maupun tindakan akan terjadi apabila kelompok A menempati posisi yang bertentangan dengan kelompok B lainnya”28.

Dalam konteks internasional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melihat timbulnya kekerasan yang terorganisir atau unsur-unsur timbulnya konflik, yaitu29 :

 Pihak bertikai (parties). Biasanya dalam konflik internasional (tetapi tidak mutlak) adalah

pemerintah negara-bangsa ;

 Bidang sengketa (issue fields), bisa berbentuk : konflik wilayah terbatas, konflik oposisi

pemerintah, konflik pemerintah, konflik, kehormatan nasional, konflik imperialisme regional,

konflik pembebasan, dll ;

(36)

 Sikap (tension), yang berbentuk seperti : ketidakpercayaan, kecurigaan, eskalasi issu,

perasaan mendesak, merasa alternatif tindakan tidak banyak terbuka bagi mereka sendiri

daripada bagi musuh, merasa krisis, persepsi ancaman lebih menonjol ;

 Tindakan (action), yang diambil bisa mulai dari protes, penolakan atau penyangkalan

tuduhan, menarik duta besar, melakukan ancaman, pemboikotan, embargo ekonomi

(terbatas atau total), propaganda (di dalam dan di luar negeri), pemutusan hubungan

diplomatik, melakukan gangguan atau penutupan perjalanan dan komunikasi antara para

warga negara yang bermusuhan, tindakan militer tanpa kekerasan seperti halnya latihan

militer, pembatalan cuti, mobilisasi (sebagian atau penuh), pemblokadean formal, sampai

pada perang.

Menurut Holsti, konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina dikategorikan sebagai “konflik wilayah terbatas”, yaitu dimana terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-hak yang dinikmati oleh suatu negara di atau dekat wilayah negara lain. Usaha untuk memperoleh perbatasan yang lebih aman, seperti

penaklukan Israel atas Dataran Tinggi Golan dan Semenanjung Sinai pada 1967, cukup lazim. Isu kedaulatan atas minoritas etnis sering berhubungan dengan klaim suatu negara untuk

mengendalikan wilayah yang dikuasai oleh pihak lain, dan arena itu, juga dikategorikan dalam konflik wilayah terbatas30.

Menurut Miall, Konsep konflik secara umum dijelaskan sebagai berikut :

“Konflik adalah pengejaran tujuan saling bertentangan dari kelompok-kelompok yang berbeda. Ini menunjukan rentangan waktu yang lebih luas dan kelas perjuangan yang lebih besar dibandingkan dengan konflik bersenjata, entah itu diikuti oleh sarana perdamaian ataupun dengan menggunakan kekuatan”31.

Menurut Sholihan, terdapat perbedaan antara konflik dengan kekerasan :

“Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau mereka menganggap memiliki tujuan yang bertentangan. Sedangkan

kekerasan meliputi tindakan, kata-kata dan sikap, struktur atau sistem yang mengakibatkan kerusakan fisik, psikis, dan lingkungan dan atau menutup kemungkinan orang untuk

mengembangkan potensinya. Konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak dapat dielakkan, dan seringkali bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika orang mengejar sasaran yang bertentangan”32.

30 Ibid, hal. 174.

(37)

Lebih lanjut Sholihan menjelaskan bahwa suatu konflik yang ditekan akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Konflik sendiri dapat dipandang sebagai masalah dan dapat pula dipandang sebagai solusi. Konflik dapat menjadi kekerasan apabila33 :

 Terdapat saluran yang tidak tepat untuk melakukan dialog dan ketidaksepakatan;

 Suara-suara ketidaksepakatan dan keluhan yang ada tidak dapat didengar atau dibahas;

 Terjadi ketidakstabilan, ketidakadilan, dan ketakutan dalam komunitas dan masyarakat yang

luas.

Mengenai penyelesaian konflik, Holsti berpandangan bahwa konflik dapat diselesaikan melalui berbagai cara. Ada 6 cara yang dapat ditempuh guna menyelesaikan konflik, yaitu34 :

1. Melakukan penarikan tuntutan. Penyelesaiannya adalah salah satu atau kedua belah pihak

menahan diri untuk tidak melakukan tindakan fisik atau mendesak perundingan memenuhi

tuntutan, atau menghentikan tindakan yang pada dasarnya akan menyebabkan tindakan

balasan yang bermusuhan. Intinya adalah salah satu pihak mengakhiri klaim atau tuntutan

dan pihak lain menerima ;

2. Penaklukan. Akhir penaklukan dengan kekerasan tetap mencakup berbagai persetujuan dan

perundingan di antara negara-negara yang bermusuhan ;

3. Tunduk atau membentuk deterrence (penangkalan). Kriteria yang dipakai untuk

membedakan kepatuhan atau penangkalan dari penaklukan ialah ada atau tidaknya

implementasi ancaman untuk memakai kekerasan ;

32 M. Mukhsin Jamil, dkk, Mengelola Konflik : Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, Semarang : WMC (Walisongo Mediasi Centre), 2007, hal. 6.

33 Ibid, hal.10.

(38)

4. Kompromi. Yaitu penyelesaian konflik atau krisis internasional yang menuntut pengorbanan

dari posisi yang telah diraih oleh pihak yang bersengketa. Masalah utama dalam mencapai

kompromi adalah bagaimana meyakinkan pihak yang bersengketa untuk menyadari bahwa

resiko untuk tetap mempertahankan atau melanjutkan konflik diantara mereka jauh lebih

besar dibanding resiko untuk melakukan penurunan tuntutan atau menarik mundur posisi

militer atau diplomatik ;

5. Penyelesaian melalui pihak ketiga. Akibat yang agak rumit dari penyelesaian konflik atau

krisis internasional berdasarkan kompromi ialah melalui pihak ketiga. Bentuk penyelesaian

seperti ini mencakup penyerahan persetujuan dan itikad untuk menyelesaikan masalah

berdasarkan berbagai kriteria keadilan ;

6. Penyelesaian secara damai. Penyelesaian melalui cara damai (perundingan, konsiliasi, dll)

sehingga masing-masing pihak yang bersengketa secara perlahan dapat menerima posisi

yang baru.

Dalam penyelesaian konflik, tidak jarang melibatkan pihak ketiga sebagai mediator. Peran dan tugas mediator sangat rumit, dan prakarsa serta strategi perundingan yang diterima oleh mediator bervariasi dari kasus ke kasus. Menurut Young, peran dan fungsi yang mungkin dimainkan oleh mediator dalam membantu penyelesaian konflik, yaitu35 :

I. Tindakan yang diambil untuk membantu memulai atau meneruskan pembicaraan bilateral, atau membantu melaksanakan persetujuan yang telah dicapai. Di sini, pihak ketiga tidak menjadi terlibat dalam perundingan pokok.

Jasa baik. Mengacu pada prosedur yang merupakan sarana bagi pihak ketiga untuk bertindak

sebagai saluran komunikasi di antara para lawan, dengan menyampaikan pesan di antara

mereka.

(39)

Sumber data. Peran ini meliputi pemberian informasi yang relevan kepada para pihak yang

bertikai mengenai karakter yang tidak menyimpang.

Interposisi. Tindakan ini diilustrasikan oleh pengiriman Pasukan Cepat PBB ke Timur Tengah

setelah perang Arab-Israel 1973, dirancang untuk menempatkan kekuatan militer di antara

para pihak yang telah menggunakan kekerasan dan untuk mengawasi penarikan kekuatan

musuh dari kawasan yang diperebutkan.

Pengawasan. Jasa ini datang setelah para pihak yang terlibat merundingkan perjanjian

gencatan senjata pendahuluan.

II. Perundingan melalui pihak ketiga selama negoisasi antara dua pihak yang berselisih atau lebih.

Persuasi. Melibatkan upaya untuk terus mengusahakan negoisasi dan untuk membujuk para

lawan untuk melangkah maju.

Enunsiasi. Tugas ini meliputi penjelasan isu di sekitar konflik. Mediator menjelaskan

pengertian mereka mengenai isu yang terlibat, dan mengemukakan prinsip dasar, prosedur,

dan mekanisme yang mungkin digunakan dalam perundingan resmi.

Elaborasi dan inisiasi. Di sini, para mediator menjadi terlibat aktif dalam perundingan dengan

membantu merumuskan kepentingan bersama dan saling melengkapi, dan mengajukan, atas

prakarsa mereka sendiri usul-usul substantif untuk menyelesaikan konflik.

Partisipasi. Kadang-kadang para mediator sebenarnya menjadi salah satu pihak utama dalam

perundingan.

Perdamaian menjadi kajian spesifik yang mencoba menanggulangi permasalahan kekerasan. Menurut Susan, ada tiga konsep perdamaian, yaitu36:

1. Perdamaian Positif (Positive Peace)

(40)

Perdamaian tidak hanya berkaitan dengan usaha mereduksi kekerasan langsung, tetapi juga pada pengembangan-pengembangan vertikal sosial yang bertanggung jawab terhadap hubungan hierarkis di antara masyarakat. Berdasarkan pada pemahaman dasar dari kondisi-kondisi sosial, cara menghapus kekerasan struktural melampaui tiadanya kekerasan

langsung.

2. Perdamaian Negatif (Negative Peace)

Berfokus pada tidak adanya kekerasan langsung seperti perang. Pencegahan dan eliminasi penggunaan kekerasan membutuhkan pemecahan perbedaan melalui negoisasi atau mediasi daripada kekerasan fisik.. Konsep Perdamaian Negatif ini berpandangan bahwa perdamaian ditemukan kapanpun ketika tidak ada perang atau bentuk-bentuk kekerasan langsung yang terorganisir.

3. Perdamaian menyeluruh

Merupakan kombinasi dari perdamaian positif dan perdamaian negatif. Pandangan dari perdamaian menyeluruh adalah usaha mengontrol dan mengelola kehidupan secara kontinu dengan mereduksi seluruhnya bentuk-bentuk yang sederhana.

Sedangkan menurut Steans dan Pettiford, perdamaian dalam perspektif berbeda memiliki definisi atau konsep yang berbeda pula. Menurut kaum Realis, perdamaian dipandang secara negatif. Hal ini adalah untuk mengatakan bahwa perdamaian merupakan kondisi yang ditandai dengan ketiadaan perang. Para penganut paham ini memusatkan perhatian pada kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencegah peperangan37.

Sedangkan para penganut paham Liberal memiliki pandangan yang berbeda, kaum Liberal telah mengembangkan teori perdamaian tersendiri, yang menyatakan bahwa perdamaian hanya bisa terjamin jika sumber-sumber konflik juga terselesaikan. Kaum Liberal juga berpandangan bahwa guna terciptanya perdamaian perlu ada usaha untuk mengukuhkan institusi-institusi internasional yang dapat mengatasi masalah anarki dan memfasilitasi kerjasama38.

B. Konsep Tentang Kepentingan Nasional

Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjadi di antara negara-negara pada umumnya dilandasi oleh adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh tiap-tiap negara.

Masing-masing negara tersebut dalam sistem internasional berkewajiban memberikan tanggapannya atas fenomena-fenomena internasional yang terjadi sesuai dengan tujuan nasionalnya dan juga selalu diselaraskan dengan kepentingan nasionalnya masing-masing.

Kepentingan nasional merupakan tujuan umum yang diperjuangkan oleh setiap negara dalam interaksinya dengan aktor-aktor lain. Masing-masing negara melalui politik luar negerinya senantiasa berperilaku dan bertindak dengan tujuan melindungi ataupun menjalankan kepentingan nasionalnya.

37 Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional : Perspektif dan Tema, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hal. 69.

(41)

Menurut Plano dan Olton, dalam kepentingan nasional terdapat unsur-unsur pembentuknya, yaitu :

“Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara yang paling vital, seperti pertahanan keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi”39

Melihat penjelasan di atas, kepentingan nasional memiliki unsur-unsur pembentuk yang beragam. Unsur-unsur tersebut bersifat vital dan berkaitan erat dengan eksistensi suatu negara dalam lingkungan internasional. Pertahanan dikatakan sebagai unsur vital dikarenakan eksistensi suatu negara sangat ditentukan oleh faktor tersebut, dan tidak dapat dipisahkan dari kekuatan militer sebagai salah satu instrument utamanya. Pertahanan keamanan juga merupakan sarana suatu negara dalam mencapai tujuan nasionalnya dalam lingkungan internasional yang bersifat anarkis.

Konsep kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat penting dalam menganalisis, menerangkan, menjelaskan, meramalkan, atau membuat preskripsi mengenai tindak tanduk dan perilaku internasional dari aktor-aktor dalam dunia internasional. Para peneliti dan praktisi hubungan internasional dengan suara bulat sepakat bahwa justifikasi utama tindakan negara yaitu kepentingan nasional40.

Kepentingan nasional yang kemudian mendasari tiap-tiap negara dalam merumuskan kebijakan-kebijakan politiknya, baik yang berupa politik domestik maupun kebijakan luar negerinya. Bahkan tidak jarang dikatakan bahwa kepentingan nasional merupakan penentu utama dalam mempelajari tindak tanduk suatu negara dalam interaksinya dengan negara-negara lain. Kepentingan nasional merupakan identifikasi dari kebutuhan-kebutuhan domestiksuatu negara, baik menyangkut ekonomi, politik, pertahanan keamanan, bahkan ke tataran sosial budaya. Dalam upaya memenuhi kepentingan nasional, tidak jarang terjadi benturan kepentingan antara aktor satu dengan aktor yang lain, yang sekiranya dapat mengancam atau setidaknya dapat mengurangi pemenuhan kepentingan nasionalnya. Di sinilah peran negara dalam menjaga pemenuhan kepentingan nasionalnya.

Menurut Morgenthau :

“Syarat minimum suatu negara adalah kemampuan untuk melindungi identitas fisik, politik dan kulturnya dari gangguan negara lain. Jika diterjemahkan ke dalam tujuan yang lebih spesifik, melindungi identitas fisik sama dengan memelihara integritas wilayah suatu negara. Melindungi identitas fisik sama dengan melindungi eksistensi rejim politik ekonomi seperti demokrasi yang kompetitif, komunis sosialis, otoriter dan totaliter. Melindungi identitas kultural sama dengan melindungi etnis, agama, bahasa dan norma-norma sejarah agama”41.

Morgenthau menggunakan konsep “kepentingan nasional” dengan beragam cara untuk menghindari pengertian-pengertian yang membingungkan, di antaranya ;

39 Jack C plano dan Roy Olton dalam DR. Anak Agung Banyu Prawira dan Yanyan Mochammad Yan,

Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 35.

40 Thedore A Columbis dan James Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional : Keadilan dan Power, Bandung : Putra Abardin, 1998, hal. 107.

Referensi

Dokumen terkait

Pola yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Durratul Fakhiroh (2107) dalam pengujian generasi pada penelitiannya menggunakan algoritma genetika untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, hasil pembahasan yang di deskripsikan diatas lewat penelitian kualitatif dengan pendekatan triangulasi maka terkait

Crossplot dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat hubungan hasil inversi sehingga dilakukan kalibrasi dengan cara mengekstrak log impedansi elastik dengan

Waktu operasional merupakan waktu pendistribusian air dari reservoir menuju ke sambungan rumah pelanggan. Waktu operasional dalam distribusi juga dipengaruhi tekanan

Tindak tutur ilokusi komisif yang berkaitan dengan “menjanjikan” dalam Drama Die Physiker Karya Friedrich Duerrenmatt itu bisa berupa kalimat berikut :..

Secara Hukum Ekonomi Syariah terhadap Pemanfaatan Marhun oleh Murtahin dalam Pelaksanaan Gadai kebun di Desa Air Buluh, Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan

Ekor berita (end): Bagian ini berisi informasi tambahan yang kadang-kadang merupakan pengulangan atau penegasan kembali terhadap berita utama. Oleh karena itu bagian ini

Layout PCB hendaknya bersih dari segala macam benda yang dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan PCB, misal bayangan hitam karena tinta, benda kecil, dan lain sebagainya. Karena