• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi AMDAL Dampak Pembangunan Jembatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi AMDAL Dampak Pembangunan Jembatan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Amdal

Analisis Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap

Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Amdal Pesisir dan Lautan

Oleh:

Ayu Diaztai Dwi Putri 12500601111043

Diah Rinani

12500607111003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN

KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR BAGAN ... ii

1. Sekilas Tentang Jembatan Suramadu ... 1

2. Studi Kasus Pengaruh Adanya Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura ... 1

3. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) ... 3

4. Rencana Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu ... 3

4.1 Tahap Prakonstruksi ... 4

4.2 Tahap Konstruksi ... 4

4.3 Tahap Pasca Konstruksi ... 6

5. Rona Lingkungan Awal ... 6

5.1 Sosial Ekonomi ... 6

5.2 Sosial Budaya ... 7

6. Penapisan (Screening) Studi Kasus ... 8

7. Pelingkupan (Scoping) Studi Kasus ... 11

7.1 Identifikasi Dampak Potensial... 11

7.1.1 Komponen Biogeofisik ... 11

7.1.2 Komponen Sosial Ekonomi ... 12

7.1.3 Komponen Sosial Budaya ... 13

7.2 Evaluasi Dampak Potensial ... 15

7.3 Hasil Proses Pelingkupan ... 18

7.4 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ... 21

7.4.1 Wilayah Studi ... 21

7.4.2 Batas Waktu Kajian ... 22

7.5 Prakiraan Dampak Penting ... 22

8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Pembangunan Jembatan Suramadu ... 28

9. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pembangunan Jembatan Suramadu ... 38

(3)

ii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 –

2009 ... 7

Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura ... 15

Tabel 3. Skala Besaran Dampak ... 23

Tabel 4. Skala Pentingnya Dampak ... 23

Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan ... 24

Tabel 6. Prakiraan Dampak Besar dan Penting Pembangunan Jembatan Suramadu ... 25

Tabel 7. RKL Prakonstruksi ... 28

Tabel 8. RKL Tahap Konstruksi ... 31

Tabel 9. RKL Tahap Pasca Konstruksi ... 36

Tabel 10. RPL Tahap Prakonstruksi ... 38

Tabel 11. RPL Tahap Konstruksi ... 40

Tabel 12. RPL Tahap Pasca Konstruksi ... 45

(4)

1 Pengaruh Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di

Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

1. Sekilas Tentang Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu adalah Jembatan yang melintasi Selat Madura, yang mana Jembatan ini menghubungkan antara Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia. Jembatan Suramadu yang merupakan Jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini memiliki panjang sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar Jembatan. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), Jembatan penghubung (approach bridge), dan Jembatan utama (main bridge). Perkiraan biaya yang dihabiskan untuk pembangunan Jembatan ini adalah sekitar 4,5 triliun rupiah.

Jembatan Suramadu diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Juni 2009. Pembuatan Jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya.

Pembangunan Jembatan Suramadu ini diharapkan dapat membuka Wilayah Madura menjadi lebih accessible sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Seperti halnya pembangunan infrastruktur lainnya, pembangunan Jembatan Suramadu pasti menimbulkan dampak sosial, dan ekonomi bagi masyarakt sekitarnya (KPUBPP, 2011).

2. Studi Kasus Pengaruh Adanya Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

(5)

2 Pembangunan Jembatan Suramadu yang tujuan utamanya adalah untuk menigkatkan perekonomian masyarakat madura justru memiliki beberapa dampak negatif. Dampak itu sangat dirasakan oleh penduduk warga sekitar tepatnya yang berada di dekat akses Jembatan Suramadu itu sendiri.

Berdasarkan penelitian oleh Septanti dan Wahyu (2007) yang menyatakan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu ternyata memberi dampak negatif pada warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan khususnya untuk permukiman nelayan di kawasan sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya maupun sisi Madura. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan mengalami penurunan income karena berkurangnya populasi ikan dan kerang di daerah perairan sekitar

Jembatan Suramadu. Selain itu ada juga nelayan yang menyampaikan bahwa adanya penurunan terhadap hasil tangkapan gragu. Adanya penurunan terhadap hasil tangkapan gragu menyebabkan nelayan beralih untuk mencari kerang. Sedangkan disaat hasil tangkapan kerang juga menurun maka nelayan beralih kembali untuk mencari ikan teri bulu ayam untuk bahan ikan asin. Adanya penurunan terhadap hasil tangkapan membuat nelayan kesulitan untuk mendapatkan ikan, sehingga nelayan terpaksa mencari ikan ke wilayah laut yang lebih jauh. Hal ini tentu saja berkaitan dengan bahan bakar yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melintasi wilayah laut yang lebih jauh dari wilayah yang biasanya digunakan untuk melaut.

(6)

3 3. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

Analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu kajian ilmiah tentang penanganan lingkungan dan berfungsi sebagai instrument pencegahan pencemaran lingkungan. Dalam pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini, tidak semua pihak yang dapat membuatnya . Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini harus dibuat khusus oleh konsultan yang telah memiliki izin atau yang sudah yang memiliki sertifikasi pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dimana semua konsultan ini telah diuji dan dipilih langsung oleh Kementrian Lingkuangan Hidup (KLH) (Zhuhri, 2015).

Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan. Dngan kata lain, proses penyusunan dan proses pengesahan AMDAL harus merupakan bagian dari proses perijininan suatu proyek. Dengan cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Disisi lain, studi AMDAL Njuga dapat member masukan bagi upaya-upaya untuk meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut (Zhuhri, 2015).

Dalam proses pengerjaan AMDAL salah satu proses awal yang perlu ditelusuri adalah proses Screening atau penapisan/penyaringan. Proses penapisan atau sering juga disebut sebagai proses seleksi wajib AMDAL merupakan proses untuk menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan memerlukan AMDAL atau tidak. Dengan adanya penapisan ini maka suatu kegiatan atau rencana proyek dapat memperkirakan sendiri jenis kegiatan mana yang memerlukan AMDAL.

Setelah melakukan proses penapisan (screening) lalu dilanjutkan dengan prose pelingkupan (Scoping). Dalam AMDAL proses pelingkupan ini merupakan peroses untuk menemukan atu menetapkan dampak penting dari suatu kegiatan pembangunan atau proyek terhadap suatu lingkungan. Proses pelingkungan bertujuan untuk membatasi dalam analisis dampak mengenai lingkungan pada hal yang penting saja sehingga natinya dapat diambil keputusan dari dampak penting yang teridentifikasi.

4. Rencana Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu

(7)

4 pasca konstruksi. Penjelasan dari setiap rencana kegiatan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut,

4.1 Tahap Prakonstruksi

Tahap prakonstruksi adalah rencana yang dilakukan pada saat sebelum proyek pembangunan Jembatan Suramadu berjalan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi Pembangunan Jembatan Suramadu terdiri dari survey lokasi dan melihat kelayakan wilayah yang tepat akan digunakan untuk pengembangan proyek Jembatan Suramadu. Langkah selanjutnya adalah melakukan permohonan izin kepada masyarakat setempat khususnya masyarakat yang tinggal di Kec.Labang Kab.Bangkalan dan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Surabya dengan mensosialisasikan akan didirikannya Jembatan yang menghubungkan pulau Madura dengan Pulau Jawa yang dikenal sebagai Jembatan Suramadu.

Terkait dalam proyek pembangunan Jembatan Suramadu yang membutuhkan lahan yang luas untuk akses menuju jembatannya nanti maka pada tahap prakonstruksi ini perlu dilakukan negoisasi terhadap pembebasan lahan yang pada saat itu merupakan lahan milik warga masyarakat setempat. Setelah mendapatkan lahan yang dibutuhkan maka dilakukan perancangan terhadap Jembatan yang akan didirikan dan penetapan upah untuk para pekerja pembangunan Jembatan Suramadu.

4.2 Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi merupakan rencana kegiatan yang dilakukan saat pembangunan Jembatan Suramadu berlangsung. Pada awal pembangunan Jembatan, pemerintah terlebih dahulu melaksanakan operasi pembersihan ranjau untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan pada tahap awal pembangunan, mengingat selat Madura merupakan daerah medan ranjau paska perang dunia ke 2. Dengan adanya kegiatan pembersihan ranjau tersebut mengakibatkan akitifitas nelayan menjadi terganggu.

(8)

5 a. Pelaksanaan Pekerjaan Platform

Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama kegiatan konstruksi berlangsung.

b. Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile, yang meliputi :  Pemasangan Casing Baja.

 Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.

 Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap

 Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen

platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.

 Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian

dipasang.

 Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut

ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.

 Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis. d. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon

 Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.  Instalasi elevator pada pylon.

 Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.  Konstruksi lengah pylon di tengah.

 Konstruksi balok pengikat tengah.  Konstruksi lengan atas pylon.  Konstruksi balok pengikat atas.

e. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

 Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.

 Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge,

hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.

 Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat

segmen berikutnya.

 Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti

(9)

6  Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua

dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.

 Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever

crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat pilar V.

Berdasarkan analisa penelitian milik Hidayat (2011), tipe pilon atau menara yang dipasang untuk Jembatan Suramadu adalah tipe Diamond. Pada pemasangan Gelagar untuk Jembatan Suramadu digunakan Double Box Girder baja komposit yang akan memberikan kekakuan torsi yang lebih baik dan mudah dilakukan oleh para pekerja. Pemasangan kabel pada tahap konstruksi dipilih tipe Double plane, hal ini dilakukan mengingat lebar jembatan cable stayed Suramadu adalah 30 meter.

4.3 Tahap Pasca Konstruksi

Tahap pasca konstruksi meliputi kegiatan yang dilakukan setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Kegiatan tersebut meliputi pembersihan bahan material bangunan Jembatan Suramadu yang ada di lingkungan sekitar dan pembayaran upah para pekerja juga dilakukan setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Setelah diyakinin semua kondisi yang di Jembatan Suramadu telah aman maka dilakukan peresmian Jembatan Suramadu oleh presiden Republik Indonesia sebagai Jembatan terpanjang yang ada di Indonesia pada saat zaman peresmiannya.

5. Rona Lingkungan Awal

Kondisi lingkungan awal merupakan kondisi alami yang sudah ada di suatu wilayah sebelum adanya pembangunan di wilayah tersebut. Kondisi lingkungan awal yang ada di wilayah Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu dapat dilihat dari dua aspek sebagai berikut :

5.1 Sosial Ekonomi

(10)

7 (sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) yang mengalami peningkatan tiap tahunnya

Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 – 2009

Tahun Pendapatan daerah

(Juta Rupiah) Perkembangan

2002 2.085.885,48 -

2003 2.180.542,43 4,54

2004 2.575.129,14 18,10

2005 2.697.572,26 4,75

2006 2.822.831,39 4,64

2007 2.960.986,54 4,89

2008 3.102.725,52 4,79

2009 3.257.069,05 4,97

Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka dalam Hotijah (2010)

Kondisi sosial ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut yakni sebagai nelayan. kondisi perekonomian nelayan baik yang tinggal di daerah pesisir Madura dan pesisir Surabaya yang ada di sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya pada awalnya masih dapat dikatakan normal. Hal tersebut ditandai dengan masih aktifnya nelayan untuk melaut karena sumberdaya perikanan yang masih melimpah sebelum adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu. Melimpahnya sumberdaya perikanan merupakan faktor penunjang utama terciptanya kesejahteraan masyarakat, terutama bagi warga masyarakat pesisir Madura maupun Surabaya yang bermatapencaharian sebagai nelayan.

5.2 Sosial Budaya

(11)

8 maupun Kamal. Pelabuhan Ujung Kamal merupakan satu-satunya akses yang dapat dilalui untuk menuju pulau Jawa terutama Kota Surabaya. Pada saat-saat tertentu penumpang kapal ferry pasti mengalami peningkatan jumlah penumpang yang pesat, sehingga hal demikian sangatlah memicu emosi masyarakat untuk lebih tertib dalam budaya antri agar bisa menaiki kapal fery. Menurut Effendi (2013), budaya “toron” (pulang kampung) bagi masyarakat madura menjadi menu wajib bagi mereka. Akibatnya peningkatan mobilitas manusia dan barang tak dapat dihindari, sedangkan dari segi kapasitas kapal feri tidak bisa ditambah lagi karena dapat menganggu alur pelayaran yang ada.

Selain adanya tradisi pulang kampung, keadaan sosial budaya dalam masyarakat Madura khususnya Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu adalah hampir tidak pernah mengalami kasus yang negatif (peredaran narkoba). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa budaya yang dianut oleh masyarkat Madura adalah budaya yang benar-benar dijaga kearifannya oleh masyarakatnya dari turun-temurun.

6. Penapisan (Screening) Studi Kasus

Dari studi kasus yang telah dijelaskan maka dapat diketahui dampak penting yang bisa merugikan banyak masyarakat maupun biota-biota yang ada di perairan di sepanjang selat Madura. Dampak penting ini dipilih berdasarkan kriteria yang tercantum dalam UU. Nomor 32 tahun 2009 pasal 22 (2).Berdasarkan kriteria dampak penting yang telah disebutkan di UU. Nomor 32 tahun 2009 pasal 22 (2) maka dapat diambil dampak penting dari studi kasus mengenai pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai beikut :

1. Jumlah manusia yang terkena dampak

(12)

9 jembatan Suramadu (Hotijah, 2010). Jadi jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 2014 orang yang mengalami pengangguran pada tahun 2007.

Penurunan jumlah tenaga kerja pasca pengoperasian jembatan Suramadu, yakni pada tahun 2009 yang ditandai pula dengan penurunan nilai produksi merupakan akibat dari matinya beberapa industri kecil pasca pengoperasian jembatan Suramadu. Turunnya jumlah perusahaan industri sekitar 50 persen mengakibatkan menurunnya jumlah pekerja di perusahaan industri kecil dengan persentase yang hampir sama.Namun keadaan mulai membaik pada tahun 2010 perusahaan industri mulai tumbuh kembali dan penyerapan tenaga yang bekerja di perusahaan industri juga merangkak naik (Hotijah, 2010).

2. Luas wilayah persebaran dampak

Dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu terhadap lingkungan sekitar tidak terlalu meluas, hanya mencangkup bagian kaki Jembatan saja dan akses menuju jalan tol Jembatan yang lahannya didapatkan dari jual beli lahan milik penduduk sekitar terutama wilayah di bagian Kab.Bangkalan. Wilayah yang diperkirakan terkena dampak dibangunnya Jembatan Suramadu adalah Kecamatan Tambaksari, Bulak dan Kenjeran di Surabaya, Kecamatan Labang, Tragah dan Burneh di Kabupaten Bangkalan Madura, serta alur Selat Madura yang merupakan sarana lalu lintas dan sumber mata pencaharian nelayan.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, seperti tetap menurunnya jumlah penumpang kapal ferry dan tidak kembalinya populasi ikan maupun kerang yang dulunya ada di perairan tepatnya bawah Jembatan Suramadu

4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

(13)

10 kerusakan ekosistem dari biota laut sehingga menurunnya populasi ikan maupun kerang. Hal tersebut menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan.

5. Kumulatif dampak

Untuk kumulatif dampak dari adanya Jembatan Suramadu itu sendiri tidak terlalu menyebabkan dampak yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan banyaknya dampak positif yang diperoleh setelah dibangunnya Jembatan Suramadu, diantaranya adalah bertambahnya Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan dan semakin lancarnya transportasi yang melintasi dua pulau (pulau Madura dan Jawa) sehingga dapat menigkatkan kegiatan ekonomi.

6. Berbalik atau tidaknya dampak (reversible or irreversible impact)

Adanya pembangunan Jembatan Suramadu yang awalnya memiliki banyak dampak negatif namun dengan setelah berdirinya Jembatan Suramadu memberikan beberapa dampak positif sehingga dampak negatifnya dapat dipulihkan, seperti bertambahnya Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan sebanyak 93,63 %. Hal ini dikarenakan semakin lancarnya transportasi yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.

Namun ada juga dampak yang tidak berbalik menguntungkan atau tidak dapat dipulihkan, seperti jumlah penumpang kapal ferry yang akan tetap tidak mengalami kenaikan kecuali di waktu-waktu tertentu setelah adanya Jembatan Suramadu. Menurunnya pendapatan Industri Jasa Penyeberangan di Selat Madura yang ditandai dengan menurunnya jumlah penumpang ferry secara drastis (mencapai hingga 40%).

(14)

11 membangun SDM berkualitas yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (Yanti dkk, 2015).

7. Pelingkupan (Scoping) Studi Kasus

Setelah dilakukannya proses penapisan (screening) dalam analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) maka proses selanjutnya adalah proses pelingkupan (Scoping). Pada tahap pelingkupan ini dilakukan penetapan terhadap dampak penting yang ditimbulkan dari adanya Jembatan Suramadu. 7.1 Identifikasi Dampak Potensial

Dalam melakukan identifikasi dampak potensial ini dilakukan analisa dampak yang terjadi berdasarkan 3 komponen, yakni ditinjau dari komponen biogeofisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen tersebut :

7.1.1 Komponen Biogeofisik a. Perubahan Bentuk Lahan

Adanya kegiatan pembangunan di suatu wilayah pasti akan menimbulkan perubahan pada bentuk lahan. Adanya perubahan bentuk lahan tersebut sangat mempengaruhi ekosistem yang ada disekitar lingkungan pembangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan bentuk lahan berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Konstruksi : Kegiatan pembukaan lahan untuk jalur transportasi sehingga memudahkan askes menuju Jembatan Suramadu.

b. Penurunan Kualitas Air Laut

Adanya kegiatan pembangunan yang berada di sekitar lingkungan pesisir pasti akan menyebabkan penurunan kualitas air laut yang ada di sekitar tempat pembangunan. Dampak dari penurunan kualitas air laut tersebut sangat mempengaruhi kelangsugan hidup dari biota aquatik yang tinggal di dalamnya. Berikut adalah penjelasan mengenai penurunan kualitas air laut berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

(15)

12 tersebut akan bermigrasi ke wilayah perairan lain yang dianggap lebih aman.

Pasca Konstruksi : Akumulasi dari pembuangan bahan material bangunan yang tidak disengaja meyebabkan kualitas air semakin memburuk.

c. Penurunan Kualitas Udara Bersih

Pembangunan Jembatan Suramadu nantinya akan menyebabkan adanya perubahan terhadap kualitas udara bersih yang ada di wilayah sekitar pembangunan. Kualitas udara merupakan faktor penting yang perlu ditinjau perubahannya, karena semua makhluk hidup membutuhan udara yang bersih dan sehat untuk kenyamanan kelangsungan hidupnya. Berikut adalah penjelasan mengenai penurunan kualitas udara bersih berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Konstruksi : Adanya pencemaran udara dari bahan material bangunan dan kegiatan transportasi di sekitar proyek pembangunan. Pasca Konstruksi : Peningkatan transportasi di Kab. Bangkalan berpotensi

meningkatnya pula kadar emisi karbon, sehingga dapat menimbulkan pencemaran udara.

7.1.2 Komponen Sosial Ekonomi a. Perubahan Pendapatan Masyarakat

Pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan adanya perubahan terhadap pendapatan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan pendapatan masyarakat berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Prakonstruksi : Adanya jual beli lahan milik masyarakat oleh pemerintah dengan harga yang tidak terlalu sesuai dengan keinginan masyarakat setempat.

(16)

13 Pasca Konstruksi : Adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang berjualan sebagai pedagang kaki lima di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan telah bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

Namun di sisi lain setelah adanya Jembatan suramadu dapat memeberikan dampak negatif seperti bangkrutnya MPU karena penumpang lebih memilih akses jalan yang mudah dijangkau dengan melintasi Jembatan Suramadu. Sehingga pemiliki MPU yang berada di daerah Kamal mengalami kebangkrutan. Serta turunnya jumlah penumpang kapal ferry secara drastis karena akses melalui Jembatan Suramadu lebih efisiensi terhadap waktu, sehingga para pegawai yang bekerja di pelabuhan mengalami jadwal kerja yang tidak seefektif seperti sebelumnya.

b. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat lingkungan sekitar. Dampak positif tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya kesempatan kerja dan peluang untuk berusaha menacri pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Berikut adalah penjelasan mengenai adanya kesempatan kerja danp berusaha berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Konstruksi : Perektrutan buruh untuk membantu dalam pengangkutan material, transportasi dan buruh bangunan.

Pasca Konstruksi : Masyarakat sekitar mendapatkan lahan untuk membuka usaha seperi berjualan di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu.

7.1.3 Komponen Sosial Budaya a. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

(17)

14 budaya agamanya yang kental, sehingga sebisa mungkin masyarakat Madura menjaga tradisi agamanya untuk tidak dirusak oleh masyarakat luar pulau Madura. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan sikap masyarakat terhadap proyek berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Prakonstruksi : Masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya, sehingga masalah-masalah negatif masih sangat jarang terjadi. Misalnya kasus pencurian, pembunuhan, maupun pengedaran narkoba. Selain itu sebelum adanya Jembatan Suramadu, masyarakat Madura masih sering menggunakan teknologi yang tradisional dalam melakukan aktivitasnya. Pasca Konstruksi : Masuknya budaya luar Pulau Madura yang tidak dapat

disaring oleh masayarakat Madura terutama kalangan remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyak timbulnya kasus mengenai perampokan yang disertai dengan pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba.

b. Ketenangan Masyarakat

Setiap adanya kegiatan pembangunan pasti akan selalu menimbulkan dampak. Misalnya saja mengganggu ketenangan masyarakat yang awalnya aman dan tenteram namun setelah adanya suatau pembangunan mungkin berpotensi akan merubah ketenangan yang diperoleh masyarakat pada saat sebelum diadakannya pembangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan terhadap ketenangan masayarakat sekitar pembangunan Jembatan Suramadu berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :

Konstruksi : Ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga msyarakat sekitar kawasan pembangunan proyek yang disebabkan adanya suara bising dari alat bangunan yang dipakai untuk pembangunan jembatan.

(18)

15 Dampak potensial yang berpengaruh pada komponen lingkungan selengkapnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura

No Komponen Lingkungan

Tahap Prakonstr

uksi

Tahap Konstruksi

Tahap Pasca Konstruksi Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan √

2 Penurunan Kualitas Air Laut √ √

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih √ √

Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat √ √ √

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha √ √ Komponen Sosial Budaya

1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek √ √

2. Ketenangan Masyarakat √ √

7.2 Evaluasi Dampak Potensial

Dari tabel 2 dapat diketahui macam-macam dampak potensial yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu. Berikut adalah hasil evaluasi dari masing-masing dampak potensial berdasarkan 3 komponen :

a. Komponen Biogeofisik

1. Perubahan bentuk lahan

(19)

16 2. Penurunan Kualitas Air Laut

Dampak dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan kualitas air laut yang ada di sekitar area proyek menjadi tercemar. Hal ini disebabkan oleh masuknya material bangunan ke dalam air secara tidak sengaja. Penurunan kualitas air laut menyebabkanya terganggunya ekosistem biota aquatik sehingga nantinya berdampak pada warga masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut. 3. Biota aquatik

Menurunnya kualitas air laut menyebabkan ekosistem biota aquatik menjadi terganggu, hal ini mendrong biota untuk bermigrasi ke wilayah perairan yang lebih tenang dan lebih aman untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga adanya Jemabatan Suramadu memiliki potensi mengusir populasi ikan dan kerang yang ada di area bawah Jembatan Suramadu.

4. Penurunan Kualitas Udara Bersih

Sebelum adanya proyek Pembangunan Jembatan Suramadu kualitas udara bersih masih banyak tersedia karena tidak tercemarnya jalan raya oleh alat transportasi. Namun pada saat konstruksi pembangunan Jembatan Suramadu wilayah yang ada di sekitar proyek pembangunan menjadi tercemar terutama semakin sedikitnya kesediaan udara bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, Kec. Labang Kab. Bangkalan. Setelah selesainya Jembatan Suramadu dibangun maka jumlah akan alat transportasi yang melintasi wilayah Kab. Bangkalan semakin meningkat sehingga warga masyarakat Kec.Burneh sering merasakan dampak dari polusi kendaraan.

b.Komponen Sosial Ekonomi 1. Pendapatan Masyarakat

(20)

17 digunakan untuk pengembangan Jembatan Suramadu. Pasca pembangunan Jembatan Suramadu beroperasi banyak masyarakat yang lebih memilih akses melali Jemabtan Suramadu untuk pergi ke pulau Jawa dibandingkan melalui kapal yang ada di pelabuhan Kamal, hal ini menyebabkan bangkrutnya MPU yang biasanya digunakan oleh masyarakat lokal untuk menuju pelabuhan Kamal. Dampak tersebut berlanjut pada turunnya jumlah penumpang kapal ferry secara drastis karena akses melalui Jembatan Suramadu lebih efisiensi terhadap waktu.

Selain ada dampak negatif terhadap perekonomian masyarakat, adanya Jembatan Suramadu menyebabkan Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Proyek pembangunan Jembatan Suramadu berpotensi untuk membuka lapang pekerjaan bagi masyarakat pengangguran. Hal tersebut ditunjukkan pada tahap kegiatan prakonstruksi dan knstruksi,dimana adanya pelibatan tenaga kerja yang diambil sebagian dari masyarakat lokal untuk mengangkut material bangunan misalnya. Pasca operasi Jembatan Suramadu terjadi pertumbuhnya aktivitas perekonomian di sekitar Jembatan Suramadu karena adanya pedagang kaki lima (PKL).

c. Komponen Sosial Budaya

1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

(21)

18 sebelum adanya Jembatan Suramadu, masyarakat Madura masih sering menggunakan teknologi yang tradisional dalam melakukan aktivitasnya. Setelah pengoperasian Jembatan Suramadu menyebabkan masuknya budaya luar Pulau Madura yang tidak dapat disaring oleh masayarakat Madura terutama kalangan remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyak timbulnya kasus mengenai perampokan yang disertai dengan pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba.

2. Ketenangan Masyarakat

Ketenangan masyarakat merupakan kunci kenyamanan dalam hidup bermasyarakat. Sebelum adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu kondisi ketenangan masyarakat pada awalnya adalah aman dan tenteram. Tetapi hal tersebut berbeda dengan diselenggarakannya pembangunan Jembatan Suramadu yang akan merubah ketenangan hidup yang diperoleh masyarakat . Pada saat tahap kegiatan konstruksi terjadi ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga masyarakat sekitar kawasan pembangunan proyek yang disebabkan adanya suara bising dari alat bangunan yang dipakai untuk pembangunan jembatan. Pasca dibangunnya Jembatan Suramadu semakin banyaknya alat transportasi yang melintasi Jembatan Suramadu sehingga dapat menimbulkan keramaian di jalan raya seperti kendaraan yang melintasi kecamatan Burneh – Bangkalan.

7.3 Hasil Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik

Setelah dilakukan evaluasi terhadap potensi damapak dari kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu maka dapat diperoleh dampak hipotetik sebagai berikut :

a. Komponen Biogeofisik  Kualitas Air Laut  Biota aquatik

(22)

19 b.Komponen Sosial Ekonomi

 Perubahan Pendapatan Masyarakat  Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

c. Komponen Sosial Budaya

 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

Setelah diketahui dampak hipotetik yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu maka diperoleh dampak penting yang benar-benar harus diperhatikan baik pada tahapan prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi. Berikut adalah dampak yang harus di prioritaskan kelangsungannya : Klasifikasi dan prioritas

(23)

20 Hasil Proses Pelingkupan

Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

Pembangunan Jembatan Suramadu

Kualitas udara Kualitas air laut Kesempatan kerja

Kesehatan terganggu Migrasi biota aquatik

Ketenangan masyarakat

Kelangkaan biota

Pendapatan masyarakat

Kesejahteraan masyarakat

Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

(24)

21 7.4 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

Batas wilayah studi rencana pembangunan Jembatan Suramadu meliputi: 7.4.1 Wilayah Studi

a. Batas Proyek

Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu berjalan, yaitu pada sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan provinsi Jawa Timur dan pada sisi Surabaya meliputi Kecamatan Kenjeran Kabupaten Surabaya provinsi Jawa Timur . Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu membutuhkan panjang Jembatan sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter

b. Batas Ekologi

Batas ekologi dari pembangunan Jembatan Suramadu adalah batas yang masih dipengaruhi persebaran dampak melalui air, udara, dan tanah. Persebaran pencemaran lingkungan adalah wilayah pemukiman di sekitar wilayah proyek pembangunan Jembatan Suramadu, yakni untuk sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi Kec. Labang Kab. Bangkalan dan untuk sisi Surabaya meliputi Kec. Kenjeran Kab. Surabaya.

c. Batas Sosial

(25)

22 d. Batas Administrasi

Batas administrasi rencana kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai berikut :

 Untuk sisi Bangkalan – Madura

Desa : Sukolilo Barat Kecamatan : Labang Kabupaten : Bangkalan Provinsi : Jawa Timur

 Untuk Sisi Surabaya Kecamatan : Kenjeran Kabupaten : Surabaya Provinsi : Jawa Timur

7.4.2 Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian kegiatan AMDAL pembangunan Jembatan Suramadu berkisar selama 6 (enam) tahun, mulai dari kegiatan pesiapan pembangunan, pengumpulan, dan analisis data, analisis dan perumusan dampak, hingga penyelesaian dan pengumpulan laporan data hasil pembangunan.

7.5 Prakiraan Dampak Penting

Kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan dampak pada komponen lingkungan yang ada di Kec. Labang Kab.Bangkalan – Madura. Besaran dampak akan dievaluasi dengan menggunakan metode matriks leopold. Matriks leopold merupakan metode yang dirancang untuk meganalisis dampak lingkungan pada berbagai proyek konstruksi yang berada di suatu wilayah. Metode ini memberikan informasi mengenai hubungan dan pengaruh suatu aktivitas atau kegiatan.

(26)

23 Tabel 3. Skala Besaran Dampak

No. Skala Persentasi Keterangan Dampak 1. 1 10% - 20% Sangat Kecil

2. 2 20% - 40% Kecil

3. 3 40% - 60% Sedang

4. 4 60% - 80% Besar

5. 5 80% - 100% Sangat Besar

Tabel 4. Skala Pentingnya Dampak

No. Skala Keterangan Dampak 1. 1 Sangat Tidak Penting 2. 2 Tidak Penting

3. 3 Sedang

4. 4 Penting

5. 5 Sangat Penting

(27)

24 Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan

No

Aktivitas Proyek

Komponen Lingkungan

Tahap Prakonstruksi Tahap Konstruksi

Tahap Pasca Konstruksi

1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2

Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan x x x

2 Penurunan Kualitas Air Laut x x x x x x x

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih x x x x

Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat x x x x x

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha x x x x x

Komponen Sosial Budaya

1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek x x x

2 Ketenangan Masyarakat x x x x x x

Keterangan :

Tahap Prakonstruksi 1. Perijinan lokasi 2. Survey lokasi 3. Pemetaan lokasi 4. studi kelayakan

Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi alat dan bahan material 2. Mobilisasi tenaga kerja

3. Operasi pembersihan ranjau di lingkungan laut

4. Pembukaan lahan sebagai jalan akses

5. Pembuatan Jembatan

6. Pemasangan komponen jembatan

Tahap Pasca Konstruksi

1. pembersihan bahan material bangunan

(28)

25 Tabel 6. Prakiraan Dampak Besar dan Penting Pembangunan Jembatan Suramadu

No

Aktivitas Proyek

Komponen Lingkungan

Tahap Pra

Konstruksi Tahap Konstruksi

Tahap Pasca Konstruksi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan 5

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih 5

5 Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat 3 2

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha 4

5 Komponen Sosial Budaya

1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek 3 3

3 4

5 4

2 Ketenangan Masyarakat 4

4

Keterangan :

Tahap Prakonstruksi 1. Perijinan lokasi 2. Survey lokasi 3. Pemetaan lokasi 4. studi kelayakan

Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi alat dan bahan material 2. Mobilisasi tenaga kerja

3. Operasi pembersihan ranjau di lingkungan laut

4. Pembukaan lahan sebagai jalan akses

5. Pembuatan Jembatan

6. Pemasangan komponen jembatan

Tahap Pasca Konstruksi

1. pembersihan bahan material bangunan

(29)

26 Dari analisis tabel yang dipaparkan sebelumnya maka setiap tahap kegiatan pembangunan Jembatan Surmadu memiliki persentase dampak yang berbeda, berikut akan dijabarkan persentasi besarnya dampak yang ditimbulkan dari Pembangunan Jembatan Suramadu berdasarkan tahap kegiatannya :

1. Tahap Kegiatan Prakonstruksi

Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa tahap kegiatan prakonstruksi menyumbang dampak sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan pra konstruksi ini lebih banyak mendatangkan dampak positif seperti masih kentalnya budaya masyarakat Madura terutama di daerah Kab. Bangkalan sehingga masyarakat masih jauh dari kasus kejahatan.

2. Tahap Kegiatan Konstruksi

Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa tahap kegiatan konstruksi menyumbang dampak sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan konstruksi lebih menimbulkan banyak dampak negatif. Dampak negatif tersebut lebih banyak ditimbulkan pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan material bangunan Jembatan Suramadu sehingga banyak menimbulkan perubahan pada lingkungan sekitar seperti adanya perubahan kualitas air laut, penurunan kualitas udara bersih, dan pendapatan nelayan yang semakin berkurang.

3. Tahap Kegiatan Pasca Konstruksi

(30)

27 melintasi daerah akses menuju Jembatan Suramadu seperti Kec. Burneh Kab.Bangkalan-Madura.

Dari penjelasan mengenai dampak potensial dan analisa pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dampak positif yang sangat penting yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai berikut :

1. Adanya perubahan pendapatan masyarakat setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Perubahan ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan terhadap pendapatan masyarakat khususnya masyarakat di Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura yang membuka usaha sebagai pedagang kaki lima. Di sisi lain Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan telah bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

2. Setelah berdirinya Jembatan Suramadu, masyarakat Kec.Labang Kab.Bangkalan – Madura memiliki peluang untuk membuka usaha di sekitar akses jalan menuju Jembatan Suramadu, misalnya sebagai pedagang kaki lima (PKL). Dengan demikian adanya kesempatan kerja dan peluang berusaha menjadi jalan alternatif bagi ibu rumah tangga nelayan untuk mencari pendapatan selain bergantung pada hasil nelayan yang semakin menurun.

3. Pada masa prakonstruksi budaya yang ada di masyarakat Madura masih tertata rapi dan tidak terpengaruh dengan budaya dari luar pulau Madura yang lebih condong pada budaya yang lebih modern.

Selain dampak positif ada pula dampak negatif yang sangat penting yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu, yakni :

1. Adanya perubahan bentuk lahan yang digunakan untuk pembukaan lahan sebagai jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Lahan yang awalnya merupakan lahan persawahan milik masyarakat sekitar kini menjadi jalan raya sebagai akses menuju Jembatan Suramadu.

2. Penurunan kualitas air laut yang disebabkan karena adanya mobilisasi alat dan bahan material yang digunakan dalam pembangunan Jembatan Suramadu. Adanya kegiatan tersebut menyebabkan laut menjadi tercemar sehingga ekosistem biota aquatik menjadi terganggu.

(31)

28 8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Pembangunan Jembatan Suramadu

Tahap Prakonstruksi : Tabel 7. RKL Prakonstruksi

No.

Dampak Lingkungan Yang Dikelola

Sumber Dampak

Indikator keberhasilan untuk kelayakan wilayah yang tepat digunakan untuk

pembangunan

Lokasi yang digunakan sebagian kecil/ besarnya untuk dijadikan jalan akses

merupakan milik warga sekitar

Terbangunnya jembatan yang tepat untuk dapat mempermuda h akses tujuan

 Datang secara langsung ketempat lokasi yang akan apakah layak dibangun jembatan atau tidak dari segi lingkungan

Wilayah kaki Suramadu baik di bagian Surabaya maupun Kec. Labang Kab. Bangkalan

pelaksana yaitu Perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

(32)

29 2. Melakukan

permohonan izin kepada masyarakat yang lahannya akan terkena dampak

 tidak terjadi kesalah pahaman dan dapat

membuat masyarakat lebih mengerti tujuan

dibangunnya jembatan suramadu  Pemberian

hak ganti asset lahan yang akan digunakan sebgai

pembangunan jembatan

 Dilakukan sosialisasi secara tranparansi tanpa adanya tutup

menutup/ secara terbuka  Pemilik lahan

yang lahannya akan terkena pembangunan , sebaiknya pihak tersebut diberi modal terlebih dahulu untuk membuka usaha mikro.

Wilayah kaki Suramadu baik di bagian Surabaya maupun Kec. Labang Kab. Bangkalan

pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V tenaga kerja untuk dapat bekerja di usaha-usaha mikro tersebut

Menambah lapangan pekerjaan seperti usaha mikro dari masyarakat sekitar

 Mengutamaka n penduduk setempat dalam perekrutan  Memberikan

pengarahan kepada calon

(33)

30 pekerja

 Memberikan bantuan modal terlebih dahulu untuk membuka usaha kecil-kecilan.

Pelaksanaan Jalan

Nasional V  Instansi

(34)

31 Tahap Konstruksi

Tabel 8. RKL Tahap Konstruksi

No.

Dampak Lingkungan Yang Dikelola

Sumber Dampak

Indikator keberhasilan bentuk lahan

Bembukaan lahan sebagai jalan akses menuju jalan akses menuju Jembatan Suramadu dari arah Kab. Bangkalan

Dari saat tahap konstruksi hingga pasca konstuksi Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi Pengawas yaitu dinas perhubungan 2. Penurunan

kualitas air

Material/bahan bangunan yang jatuh ke

perairan

Tidak

menyebabkan pencemaran air laut

Pendekatan teknologi dan penenrapan standar k3

Disepanjang lokasi yang akan

dibangunnya jembatan suramadu

(35)

32 Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi Pengawas yaitu Dinas Kantor LH dan Dinas

Kesehatan  Instansi

penerima laporan yaitu Kantor LH 3. Penurunan

Kualitas udara bersih dari bahan dan

materialnya

Tidak dapat menimbulkan karena dapt mengganggu kesehatan masyarakat dan pekerja

Penerapa standar K3 harus Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

(36)

33 Surabaya, dan Kantor LH .  Instansi

Penerima Laporan : Kantor LH Kab. Surabaya 4. Gangguan biota

air

Masuknya material bangunan ke dalam air

Tidak

menyebabkan pencemaran air laut

Pendekatan teknologi dan penenrapan standar k3

Disepanjang lokasi yang akan

dibangunnya jembatan suramadu

Dari saat tahap konstruksi hingga pasca konstuksi

 Instansi pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi Pengawas yaitu, Kantor LH dan Dinas pertanian, perikanan dan Kehutanan  Instansi

(37)

34 5. Operasi

pembersihan ranjau

Dari dalam perairan

bersumber dari akibat perang dunia 2

Cepat

terlaksananya pembangunan

Karena ranjau tersebut berada dalam perairan dan seharusnya memakai alat berat utuk mengambil ranjau tersebut

Disepanjang lokasi yang akan

dibangunnya jembatan suramadu

Dilaksankan sampai ranjau tersebut benar-benar tidak ada supaya Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi pengawas : KPLP 6. Gangguan lalu

lintas di laut

Mobilisasi peralatan

Tidak terjadi kerancuan di laut antara kapal kapal

 Estimasi waktu dan mobilisasi peralatan  Menggunakan

tanda warning pada saat pembangunan  Pemakaian

lampu latar utuk

pemberitahua n(tanda) bahwa terdapat proyek yng sedang

Dilakukan disepanjang rute mobilisasi pembangunan jembatan suramadu

Dilaksanakan pada saat atau selama mobilisasi Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

(38)

35

berlangsung  Instansi

penerima laporan yaitu Kantor LH 7. Gangguan

Kesehatan

Mobilisasi peralatan

Kesehatan akan masyarakat meningkat

Melakukan pengelolaan air limbah sampah dan kualitas udara

Wilayah kaki suramadu dan lokasi

pembangunan

Tahap pada saat pasca kontruksi

 Instansi pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi Pengawas yaitu dinas kesehan dan kantor LH.  Instansi

(39)

36 Tahap Pasca Kontruksi

Tabel 9. RKL Tahap Pasca Konstruksi

No.

Dampak Lingkungan Yang Dikelola

Sumber Dampak

Indikator keberhasilan

1. Pembersihan bahan dan kesehatan, dan debu debu tidak bertebaran sehingga tidak mengganggu memadai untuk membersihkan lingkungan yang terkena dampak dari material bangunan

Di sekitar wilayah

pembangunan jembatan suramadu

Pasca operasi pembangunan Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional V

 Instansi Pengawas yaitu dinas kesehan, kantor LH. Dan DISHUB  Instansi

(40)

37 2. Pembayaran

upah para pekerja

Sebagai balas jasa terhadap keikutsertaan dalam

pembangunan Jembatan Suramadu

Dapat terjaganya kesejahteraan serta sikap saling menghargai antara pkerja dan pihak pembangun

Diberi upah dengan mengevaluasi terlebih dahulu hasil pekerjaan yang telah dikerjaan

Disekitar wilayah

pembangunan jembatan suramadu

Pasca operasi pembangunan

 Instansi pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

(41)

38 9. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pembangunan Jembatan Suramadu

Tahap Prakonstruksi

Tabel 10. RPL Tahap Prakonstruksi

No .

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau Jenis Dampak

yang Timbul

Indikator / Parameter

Sumber Dampak

Metode Pengumpulan

Analisis Data

Lokasi Pantau

Waktu dan Frekuensi

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Survei lokasi untuk

kelayakan wilayah yang tepat

digunakan untuk

pembangunan

Lokasi yang sesuai untuk pengembangan proyek

Lokasi yang digunakan sebagian kecil/ besarnya untuk

dijadikan jalan akses

merupakan milik warga sekitar

Melakukan pemetaan terhadap lokasi yang berkali kali sebelum Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V

Kepala Desa Kec. Labang, Kab.

Bangkalan - Madura

Dinas

Perhubungan Kab.

(42)

39 2. Melakukan

permohonan izin kepada masyarakat setempat

Mendapatkan izin

pembebasan lahan untuk dijadikan jalan akses akan terkena dampak pembangunan

 Mengirimkan surat

permohonan dibangunnya Jembatan  Melakukan

sosialisasi pengembang an proyek kepada masyarakat

Daerah Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V

Kepala Desa Kec. Labang, Kab.

Bangkalan - Madura

 Kepala Desa Kec. Labang,  Dinas pekerja bagi tenaga lokal  Terbukanya

lapangan pekerjaan  Kesempatan tenaga kerja untuk dampak dari proyek

pembangunan Jembatan Suramadu

Di wilayah pemukiman kali tahap pada Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V

Kepala Desa Kec. Labang, Kab.

Bangkalan - Madura

 Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bangkalan  Kantor BLH

(43)

40 Tahap Konstruksi

Tabel 11. RPL Tahap Konstruksi

No .

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau Jenis Dampak

yang Timbul

Indikator / Parameter

Sumber Dampak

Metode Pengumpulan

Analisis Data

Lokasi Pantau

Waktu dan

Frekuensi Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Kualitas Udara Parameter udara yang dipantau udara yang telah Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  Instansi

Pengawas yaitu dinas kesehatan

 Dinas yaitu dinas kesehatan, kantor LH dan DISHUB

2. Penurunan kualitas air

 Material/baha n bangunan yang jatuh ke perairan  Dilihat dari

kekeruhan airnya

Dari kegiatan pembangunan jembatan Suramdu pada saat memeasang tiang-tiang di dalam laut sebagai

 Suvei kedalaman muka perairan  Wawancara

dengan penduduk sekitar  Pemeriksaan

(44)

41 penyangga

jembatan

sampel iar dengan pengukuran pH, suhu, dll

an Jalan Nasional V  Instansi

Pengawas yaitu Dinas Kantor LH

Dilihat dari biota yang mendominasi

Disebabkan oleh

masuknya material yang dapat Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  Instansi Nasional V Instansi Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V Instansi Pengawas yaitu, Kantor LH

(45)

42 pembersihan

ranjau

beberapa ranjau akibat perang dunia ke 2

perairan bersumber dari akibat perang dunia 2

pengamatan lapangan Karena ranjau tersebut berada dalam perairan dan

seharusnya memakai alat berat utuk mengambil ranjau tersebut

g lokasi yang akan dibangunny a jembatan suramadu

n sampai ranjau tersebut benar-benar tidak ada supaya terlaksanya Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  Instansi Nasional V Instansi Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V Instansi pengawas : KPLP

5 Gangguan lalu lintas di laut

Lokasi, Jumlah dan jenis potensi konflik kendaraan pada lalu lintas di laut

Mobilisasi peralatan dan material

 Survei jalur jalan mobilisasi Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  Instansi Nasional V  Instansi Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V  Instansi

(46)

43 perhub

kominfo dan Kantor LH dan Kantor LH kominfo dan Kantor LH  Instansi

penerima laporan yaitu Kantor LH

Dari kegiatan pembangunan pada saat akan membangunny a jembatan

Di lokasi pembangun an jembtan tersebut

Setiap hari demi Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  Instansi

Pengawas yaitu dinas kesehan dan kantor LH. Nasional V  Instansi

Pengawas yaitu dinas kesehan dan kantor LH. Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V  Instansi

Pengawas yaitu dinas kesehan dan kantor LH.

(47)

44 bentuk Lahan struktur tanah

dan permukaan perairan

pembangunan tiang tiang yang dibangun didalam perairan

kondisi perairan tersebut secara langsung

pembangun an

jembatan suramadu

n dilakukan per kuartal

pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  kantor LH.

pelaksana yaitu perwakilan Kementria n

Pekerjaan Umum Balai Besar Pelaksana an Jalan Nasional V  kantor LH.

pelaksana yaitu perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

(48)

45 Pasca Konstruksi

Tabel 12. RPL Tahap Pasca Konstruksi

No .

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau Jenis Dampak

yang Timbul

Indikator / Parameter

Sumber Dampak

Metode Pengumpulan

Analisis Data

Lokasi Pantau

Waktu dan Frekuensi

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Pembersihan bahan dan bersih-bersih di sekitar lokasi

Di berkali kali sampai

 perwakilan Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar Pelaksanaa n Jalan Nasional V  Dinas

kesehatan  BLH Kab.

Bangkalan

 Kepala Desa Kec. Labang, Kab.

Bangkalan – Madura an para pekerja dengan

memberi hasil pendapatan

Sebagai balas jasa terhadap keikutsertaan upah sesuai perjanjian yang sudah ada Umum Balai Besar

Pelaksanaan Jalan

Nasional V

 Kepala Desa Kec. Labang, Kab.

Bangkalan – Madura  Dinas

pengelola dan keuangan aset daerah

 Kepala Desa Kec. Labang,  Perwakilan

(49)

46 10. Kesimpulan

Dari studi amdal yang dianalisa dalam studi kasus pengaruh adanya Jembatan Suramadu terhadap masyarakat Kec. Labang Kab. Bangkalan – Madura dapat diambil kesimpulan sebagai beikut :

 Tahap kegiatan konstruksi lebih menimbulkan banyak dampak negatif

atau dampak yang tidak diinginkan oleh masyarakat sekitar wilayah proyek dibandingkan pada tahap yang lainnya. Dampak negatif tersebut lebih banyak ditimbulkan pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan material bangunan Jembatan Suramadu sehingga banyak menimbulkan perubahan pada lingkungan sekitar seperti adanya perubahan kualitas air laut, penurunan kualitas udara bersih, dan pendapatan nelayan yang semakin berkurang.

 Tahap kegiatan prakonstruksi dan pasca konstruksi banyak menimbulkan

dampak positif. Hal tersebut lebih ditunjukkan pada faktor budaya tradisional yang masih melekat pada masyarakat lokal sebelum berjalannya proyek pembangunan Jembatan Suramadu dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat pasca berdirinya Jembatan.

 Ada beberapa dampak penting yang sangat perlu diperhatikan oleh

(50)

47 Daftar Pustaka

Bintoro, Dediarta. 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu

https://visitSuramadu.wordpress.com/2010/06/03/menikmati-kemegahan-Suramadu-dari-atas-kapal-wisata/ diakses tanggal 26 Februari 2015 pukul 09.47 WIB

KPUBPP. 2011. Pengkajian Dampak Sosial Lingkungan Akibat Pembangunan Jembatan Suramadu. Puslitbang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan :

Jakarta

Effendi, Mohammad. 2013. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Perekonomian Pulau Madura (Studi Kasus Kabupaten

Bangkalan). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro : Semarang

Hidayat, Irpan. 2011. Analisa Konstruksi Jembatan Cable Stayed Menggunakan Metode Kantilever (Studi Kasus Jembatan Suramadu). Tesis. Fakultas

Teknik Magister Teknik Sipil Universitas Indonesia : Depok

Hotijah, Siti. 2010. Perkembangan Industri dan Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jembatan Suramadu.

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya : Surabaya

Saputra, Reza Adi. 2013. Konflik Pembangunan Jembatan Suramadu : Studi Kasus Konflik Vendor Dengan Pihak Pemerintah Terkait Anggaran.

Universitas Airlangga : Surabaya

Septanti, Dewi dan Wahyu Setyawan. 2007. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Permukiman Nelayan Di Kawasan Sekitar Kaki

Suramadu Surabaya, Studi Kasus : Permukiman Nelayan di Kawasan

Sekitar Kaki Suramadu Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember :

Surabaya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(51)

48 Yakin, Ainul. 2015. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Pada Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Labang. Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Airlangga: Surabaya

Yanti, Ananda T.Dharma, Mochammad S. Soeaidy, dan Heru Ribawanto. 2015. Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Sosial

Ekonomi Masyarakat Dalam Pengembangan Wilayah Jembatan

Suramadu (Studi di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang Kabupaten

Bangkalan) . Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya : Malang

Zhuhri, Mohd. 2015. Efektivitas Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (Ukl-Upl) Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

di Kabupaten Siak. Ilmu Pemerintah-FISIPOL UR. Simpang Baru

Gambar

Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 –
Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu
Tabel 3. Skala Besaran Dampak
Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemindahan dan atau perpindahan penduduk yang terkena pembangunan seyogyanya mendapat perhatian dari pemerintah tidak hanya pada saat pemindahannya, akan tetapi

Seperti pada Proyek Pembangunan Tunjungan Plaza 5 Surabaya yang memiliki wilayah luas dan aktifitas pengangkutan material konstruksi yang banyak, maka satu tower crane tidak bisa

Momentum otonomi daerah dalam konteks pembangunan wilayah pesisir (perikanan dan kelautan), tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi pemerintah daerah, tetapi juga

Ini berarti, bila dilihat dari besarnya pertambahan pendapatan, spillover effect dari pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan akan lebih menguntungkan rumahtangga di

Dengan menggunakan bahan bahan bekas yang bisa didaur ulang, bangunan Green dapat dibangun dengan bahan bahan yang lebih murah, serta mengurangi penggunaan kayu dari pohon, dan

Pembangunan manusia di bidang kesehatan dan pendidikan (IPM) di Medan juga tertinggal (lihat Gambar 2).Jakarta memiliki penduduk miskin terbesar (384.300), tetapi dari

Diharapkan proses merancang ini menciptakan bangunan yang hemat biaya pembangunan, operasional, dan pemeliharaan, merancang bangunan mixed use apartemen & retail sesuai standar program

oleh karena itu pembahasan mengenai masyarakat perkotaan, pembangunan kota, dan kesehatan diharapkan dapat mengantarkan kepada pemahaman terhadap dampak pembangunan kota terhadap