• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Mengatasi Konflik Sosial untuk Men

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Upaya Mengatasi Konflik Sosial untuk Men"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Upaya mengatasi konflik social untuk mencegah disintegrasi Bangsa”

Makalah ini berisikan tentang berbagai upaya mengatasi konflik social yang

tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat guna mencegah terjadinya disintegrasi

Bangsa Indonesia atau yang lebih khususnya membahas peran factor-faktor

penyebab terjadinya konflik, agar kedepannya dapat meminimalisir terjadinya konflik

yang mengancam perpecahan dalam masyarakat Indonesia. Diharapkan Makalah ini

dapat memberikan informasi kepada kita semua, khususnya bagi

mahasiswa/mahasiswi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Kami menyadari bahwa ,makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah berperan serta memberi dukungan berupa moril maupun materi‟il sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Surabaya, Juni 2012

(2)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 1

2. KAJIAN TEORI ... 2

2.1. Definisi Konflik... 2

2.1.1. Konflik Menurut Robbin... 2

2.1.2. Konflik Menurut Stoner dan Freeman ... 3

2.1.3. Konflik Menurut Myers ... 4

2.1.4. Konflik Menurut Peneliti Lainnya ... 4

2.2. Definisi Konflik Sosial ... 5

2.3. Definisi Disintegrasi ... 5

3. PEMBAHASAN... 7

3.1. Kondisi Indonesia Saat Ini ... 7

3.1.1. Fenomena Disintegrasi Bangsa ... 7

3.1.2. Ancaman Disintegrasi Bangsa. ... 8

3.1.3. Bahaya Disintegrasi ... 10

3.1.4. Konflik-konflik Pacsa Reformasi ... 11

3.2. Faktor Disintegrasi Bangsa ... 12

3.3. Kondisi Indonesia yang Diharapkan ... 13

3.4. Upaya Mencegah Disintegrasi ... 15

3.4.1. Kebijakan Penanggulangan ... 16

3.4.2. Strategi Penanggulangan ... 16

3.4.3. Upaya Penanggulangan ... 17

4. PENUTUP ... 18

4.1. Kesimpulan... 18

4.2. Saran ... 18

(3)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya permasalahan kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi

pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya eskalasi konflik menjadi upaya

memisahkan diri dari NKRI. Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa

nasionalisme yang ada didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik

yang berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila

tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan

menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara tuntas maka akan

menjadi masalah yang berkepanjangan.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam merumuskan kebijakan, upaya dan strategi dalam menanggulangi dan

mencegah ancaman disintegrasi bangsa maka perlu mengetahui karakteristik

penyebab terjadinya ancaman disintegasi bangsa yang terjadi saat-saat ini. Maka

dapat dianalisa melalui beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :

1. Membangun moral dengan penanaman nasionalisme.

2. Pencegahan dan penanggulanga n ancaman disintegrasi bangsa.

3. Ancaman disintegrasi bangsa.

4. Konflik-konflik pacsa reformasi.

5. Stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis serta mendukung integrasi

bangsa.

6. Menegakkan peraturan hukum yang berlaku.

(4)

2

2. KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Konflik

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang

atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan

pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu

masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan

kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan

hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri

yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut

diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,

keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam

interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai

sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.

sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.

2.1.1. Konflik Menurut Robbin

Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The

Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat

meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan

organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi

tiga bagian, antara lain:

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan

bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus

dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan

irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi

yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan

kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi

(5)

3 2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini

menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar

terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu

yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti

terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu,

konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong

peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan

sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh

kelompok atau organisasi.

3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung

mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini

disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi

cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh

karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat

minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok

tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

2.1.2. Konflik Menurut Stoner dan Freeman

Stoner dan Freeman (1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian,

yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View) :

1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik

dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan

mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai

tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan

oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi.

Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas

meminimalisasikan konflik.

2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak

faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai,

dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai

tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas

mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai

(6)

4 2.1.3. Konflik Menurut Myers

Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami

berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers,

1993:234)

1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk

yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik

karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau

organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan,

agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata

kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari

tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik

yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik

haruslah dihindari.

2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa

konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi

logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan

bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat

sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan

organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam

organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus

dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut,

misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

2.1.4. Konflik Menurut Peneliti Lainnya

1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini

dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus

mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik

mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi

yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi

yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama

untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik

(1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga

diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan,

(7)

5 tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai „perang dingin‟ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata

yang mengandung amarah.

2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber

pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa

konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu

kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk,

tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan

pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara

menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang

akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila

sewaktu – waktu terjadi kembali.

2.2. Definisi Konflik Sosial

Konflik social adalah pertentangan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut

Robert M. Z. Lawang, konflik social merupakan alat untuk memperoleh hal-hal yang

langka, seperti status, kekuasaan, dan sebagainya. Konflik sosial terjadi antar

individu, antar kelompok, antar ras, dan antar budaya. Konflik social merupakan

fenomena social yang mewarnai kehidupan masyarakat. Perubahan social akibat

modernisasi sering kali diikuti oleh timbulnya konflik social. Proses reformasi yang

sedang berjalan di Indonesia ternyata diwarnai oleh konflik social. Konflik social

menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi kacau. Oleh karena itu, konflik social

harus segera diatasi agar tidak meluas dan mengancam disintegrasi social.

2.3. Definisi Disintegrasi

Kita tahu saat ini persoalan integrasi bangsa mengancam dimana-mana mulai

dari Sabang sampai Marauke. Hal itu terlihat dari munculnya gerakan-gerakan

separatis di berbagai wilayah serta banyaknya konflik baik itu antara agama maupun

budaya. Banyak diantaranya yang merasa tak percaya dengan kepemimpinan

negaranya sendiri, bahkan beberapa diantara mereka ingin membebaskan diri dari

belengu ketidakadilan dari pemerintah saat ini. Sejumlah elit politik hanya berdiam

(8)

6 pribadinya sendiri. Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah dari

kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.

Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan

tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau

(9)

7

3. PEMBAHASAN

3.1.

Kondisi Indonesia Saat Ini

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi

kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis

golongan, Hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi

timbulnya konflik sosial. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir

ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuasa

SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI

akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan, apabila kondisi ini tidak

dimanage dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.

Masalah disintegrasi bangsa merupakan salah satu prioritas pokok dalam

program kerja kabinet gotong royong. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai

akibat akumulasi permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan

keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan

tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka

akan menjadi problem yang berkepanjangan.

Bentuk-bentuk pengumpulan massa yang dapat menciptakan konflik horizontal

maupun konflik vertikal harus dapat diantisipasi guna mendapatkan solusi tepat dan

dapat meredam segala bentuk konflik yang terjadi. Kepemimpinan dari tingkat elit

politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan untuk

menanggulangi konflik pada skala dini.

Upaya mengatasi disintegrasi bangsa perlu diketahui terlebih dahulu

karakteristik proses terjadinya disintegrasi secara komprehensif serta dapat

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pada tahap selanjutnya. Keutuhan

NKRI merupakan suatu perwujudan dari kehendak seluruh komponen bangsa

diwujudkan secara optimal dengan mempertimbangkan seluruh faktor-faktor yang

berpengaruh secara terpadu, meliputi upaya-upaya yang dipandang dari aspek asta

gatra.

3.1.1. Fenomena Disintegrasi Bangsa

Bila dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering berangkat

(10)

8 perlakuan pemerintah terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah

otonomi daerah, keadilan sosial, keseimbangan pembangunan, pemerataan dan

hal-hal yang sejenis.

Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini

yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi

yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru.

Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan

paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik

yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir

sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih

luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin menambah problem, manakala

diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan segala

permasalahannya.

Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan

yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada

daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya

berlimpah/berlebih, sehingga daerah tersebut mampu menyelenggarakan

pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi.

Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik

dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen

politik para elit maupun pimpinan nasional yang sering mempengaruhi sendi-sendi

kehidupan bangsa sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme

sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal ini menunjukkan

bahwa para elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi

masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat Indonesia

sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan

mudah terpicu untuk bertindak yang menjurus kearah terjadinya kerusuhan maupun

konflik antar kelompok atau golongan.

3.1.2. Ancaman Disintegrasi Bangsa.

Akhir-akhir ini juga sering terjadi konflik-konflik kecil di daerah, seperti di

Tarakan, Kalimantan Timur, dan juga yang masih sering terjadi kerusuhan di Ambon.

Konflik-konflik terjadi karena perbedaan suku maupun agama. Bangsa ini rasanya

(11)

9 tidak segera sadar. Bangsa ini masih terlalu lemah untuk mengikat tali persatuan

dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke.

Apalagi sekarang ini memasuki era globalisasi, dimana jalinan informasi dan

komunikasi sudah saling terbuka di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi memang

membawa dampak yang baik juga terhadap kehidupan kita, karena kita sekarang

lebih bisa berinteraksi dan mendapat lebih banyak ilmu pengetahuan dari bangsa

lain sehingga kita tidak terpuruk dalam keterbelakangan. Namun dampak negatif

yang ditimbulkan juga besar sekali untuk memicu terjadinya disintegrasi suatu

bangsa.

Beberapa dampak negative dari globalisasi:

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat

membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan

berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut

terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang

2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam

negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,

Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap

produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme

masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri

sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya

barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan

miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal

tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang

dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di

kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat.

Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kehilangan

kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala

yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang.

Dari cara berpakaian, banyak remaja-remaja yang berdandan seperti selebritis

yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan

(12)

10 berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Tak

ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih

suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak

remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang

sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa

batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Khususnya bagi anak muda internet sudah

menjadi kebutuhan sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita

memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, maka akan mendapat

kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan

tidak semestinya. Misalnya untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet

saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap

masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan

menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan

santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena

globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak

sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan

tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh tersebut tidak dihentikan, moral generasi bangsa

menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya

dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap

budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi

muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak

memiliki rasa nasionalisme? Bukankah hal itu berakibat pada disintegrasi bangsa?

Karena tidak adanya kepuasan terhadap milik bangsa sendiri.

3.1.3. Bahaya Disintegrasi

Nampaknya, nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa

yang selama ini demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas

persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak

berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,

(13)

11 yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap netral. Meskipun

barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam

konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak

untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi

berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah sudah barang

tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji sebagaimana

yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.

Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga menjamin

adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan langsung oleh

warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun, bagaimanapun juga kita

tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap pemisahan dari kesatuan RI dapat

diurungkan. Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan

kerendahan hati untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan,

sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari tuntutan

berbagai daerah, Aceh khususnya.

3.1.4. Konflik-konflik Pacsa Reformasi

Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca reformasi telah terjadi

ancaman disintegrasi bangsa yang mencakup lima wilayah.

1. Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor setelah jajak pendapat tahun

1999 yang pada akhirnya lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan

Helsinki dan beberapa kasus di Papua.

2. Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan antar

etnis yang terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan Kalimatan

Tengah.

3. Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung beberapa hari

seperti peristiwa Mei 1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya, Banjarmasin,

Situbondo dan Makassar.

4. Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa dan

pembunuhan dukun santet di Jawa Timur 1998.

5. Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di Bali dan

(14)

12 Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang diakibatkan Pilkada dan issu

pemekaran yang menggunakan rakyat sebagi objek kepentingan politik kekuasaan

para elit politik baik lokal maupun nasional.

3.2.

Faktor Disintegrasi Bangsa

1. Geografi. Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak

yang sangat strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain

itu juga memiliki berbagai permasalahan yang sangat rawan terhadap

timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau yang dihubungkan oleh laut

memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi alamnya yang juga

sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial yang

disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber

kekayaan alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam

dimana sumber kehidupan sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan

daerah lain atau tergantung dari daerah lain.

2. Demografi. Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata,

sempitnya lahan pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan

pekerjaan, telah mengakibatkan semakin tingginya tingkat kemiskinankarena

rendahnya tingkat pendapatan, ditambah lagi mutu pendidikan yang masih

rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan bersaing dan mudah

dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung kepentingan

pribadi atau golongan.

3. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati

maupun non hayati akan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi negara

Industri, walaupun belum secara keseluruhan dapat digali dan di kembangkan

secara optimal namun potensi ini perlu didayagunakan dan dipelihara

sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran sertanya

secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian nasional.

4. Ideologi Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam

penghayatan dan pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan

nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan saat ini sering diperdebatkan. Ideologi

pancasila cenderung tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu

yang mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas, demikian

(15)

13 5. Politik, berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh

bangsa Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem

multi partai, pemisahan TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI,

sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat diselesaikan

secara tuntas karena berbagai masalah pokok inilah yang paling rawan dengan

konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya

disintegrasi bangsa.

6. Ekonomi, sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang

dapat pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta

bentuk-bentuk kemitraan dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan

terhadap KKN. Hal ini dihadapkan dengan krisis moneter yang

berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan meningkatnya

tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata pencaharian yang layak.

7. Sosial Budaya, kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan

yang tinggi dan dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang

mengandung berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra

warga masyarakat yang terjadi adalah konflik tata nilai. Konflik tata nilai akan

membesar bila masing-masing mempertahankan tata nilainya sendiri tanpa

memperhatikan yang lain.

8. Pertahanan dan Keamanan, bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara

yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam

negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta

sarana dan prasarana pendukung di dalam pengamanan bentuk ancaman

yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya.

3.3.

Kondisi Indonesia yang Diharapkan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga negara bila ditinjau

dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa

pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik

atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu saja.

Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun

(16)

14 Indonesia namun berpotensi untuk terciptanya sikap fanatisme primodialisme yang

sempit, sektarianisme dan supranasionalisme. Kondisi ini terjadi karena tidak semua

masyarakat mengetahui tujuan pemberlakuan otonomi daerah bagi sebuah negara

kesatuan RI.

PILKADA dan pertarungan elit politik yang diimplementasikan kedalam bentuk

penggalangan massa, dengan alasan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat,

namun sarat dengan kepentingan pribadi atau politik yang pada akhirnya dapat

menciptakan konflik horizontal maupun vertikal, dalam penyelesaiannya tidak pernah

tuntas.

Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga

kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang

terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik pada skala kejadiannya memerlukan

tingkat profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi terkait secara

terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

Kemerosotan moral generasi muda dapat dikurangi dengan cara menanamkan

rasa nasionalisme sejak usia dini. Rasa nasionalisme tersebut dapat diterapkan

dengan sering memperdengarkan lagu nasional, memperingati hari kemerdekaan

dan hari besar nasional, memperkenalkan gambar-gambar pahlawan pejuang

kemerdekaan, mengajak ziarah ke taman makam pahlawan, dan penayangan film

sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Membentuk moral dengan menanamkan nasionalisme penting karena dapat

mendorong generasi muda untuk menghargai arti kemerdekaan dengan hal-hal yang

positif, dan agar timbul kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga

secara moral mereka terdorong untuk berbuat baik. Dalam membangun moral

dengan penanaman nasionalisme diperlukan kerja sama dan saling bahu membahu

antara semua pihak, yaitu lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat dan

pemerintah. Semua pihak hendaknya bisa menjadi contoh teladan bagi siswa

sebagai generasi penerus pembangunan.

Faktor utama perekat persatuan bangsa adalah kebhinekaan budaya Indonesia

dan bukan manjadi halangan untuk mewujudkan persatuan bangsa. Justru dengan

adanya budaya yang beraneka ragam tersebut seharusnya dapat menjadikan warga

(17)

15 dan serasi. Oleh sebab itu perlu selalu disadari dan dipahami bersama bahwa

bangsa Indonesia ini memang bentuk dari suku-suku bangsa yang memiliki budaya

yang beraneka ragam. Langkah utama yang perlu ditempuh dalam rangka

membangun kehidupan bagi bangsa Indonesia di masa depan adalah menggunakan konsepsi kemandirian lokal, yaitu “pendekatan kebudayaan” sebagai bagian utama dari strategi pembangunan masyarakat dan bangsa. Implementasi pendekatan

kebudayaan dalam pembangunan bangsa diyakini akan dapat menumbuhkan

kebanggan pada setiap anak bangsa terhadap diri dan budayanya dan pada

gilirannya akan menumbuhkan pula toleransi dan pengertian akan keberadaan

budaya lainnya.

3.4.

Upaya Mencegah Disintegrasi

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan kontra

yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi sudah

berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan rakyat kecil sudah

mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih baik bila dibandingkan

dengan saat ini. Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut

pandang harga kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu

hal tersebut yang ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok masyarakat yang

selalu menuntut kebebasan, dan oleh kelompok yang lain dikatakan sudah

keblabasan. Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas

bangsa Indonesia semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui reformasi

setelah hidup di era Orde Baru.

Dengan demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki

pegangan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini

dalam upaya untuk bangkit kembali, yaitu :

1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling

bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.

2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam

membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.

3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh

rakyat, jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan

(18)

16 4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan

dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.

5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang

ditentukan oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur

bangsa ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam.

3.4.1. Kebijakan Penanggulangan

Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi

nasional adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak

untuk bersatu.

2. Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak

untuk bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.

3. Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang

menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam

aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan

bagi semua pihak, semua wilayah.

5. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan

yang arif dan efektif.

3.4.2. Strategi Penanggulangan

Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan disintegrasi bangsa

antara lain :

1. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa

persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat

Indonesia.

2. Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada

setiap kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.

3. Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha

pemecahbelahan dari anasir luar dan kaki tangannya.

4. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi

butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan

(19)

17 5. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.

6. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri

dalam memerangi separatis.

7. Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk

menggunakan kekuatan massa.

3.4.3. Upaya Penanggulangan

Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil,

diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh

integrasi nasional antara lain :

1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak

untuk bersatu.

2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun

consensus.

3. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang

menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam

aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi

semua pihak, semua wilayah.

5. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpi nan

(20)

18

4. PENUTUP

4.1.

Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat

akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang

tindih sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta

mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya.

2. Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan

daerah di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya

heterogental dibidang SARA.

3. Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa

yang dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat

diantisipasi.

4. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat

menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian

diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.

5. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu

diantisipasi dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan

sosialisasi.

4.2. Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi

pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa

langkah sebagai berikut :

a. Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus

agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi

kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul

pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga negara atas

kemejemukan dengan segala perbedaannya.

b. Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi , dalam

membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua

(21)

19 c. Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan

tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit

yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan

Undang-undang.

Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan bahwa

setiap warga negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan dan rela

berkorban untuk mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan

pribadi atau golongan.

d. Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau

lagu-lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa

Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah telah membuktikan betapa

dahsyatnya sebuah lagu mempunyai pengaruh terhadap para pejuang

kemerdekaan dimasa lalu.

e. Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat

manusia dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah

yang terendah sampai yang tertinggi secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.

f. Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa

nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga dapat

memposisikan diri dalam keikutsertaan meredam konflik dan bukannya

memperbesar melalui berita-berita yang berdampak kebencian dan prsangka

buruk bagi setiap warga negara.

g. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat

semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara

keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan

dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.

h. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa dan setanah air

dalam NKRI, harus dicari lagi terobosan lain yang dimana tugas dan fungsinya

minimal sama dengan BP-7 yang telah dibubarkan namun tidak bersifat

doktriner karena berdasarkan hasil penelitian didaerah, masyarakat masih

menghendaki adanya semacam penataran atau yang sejenis tentang

(22)

20

DAFTAR PUSTAKA

http://yudhislibra.wordpress.com/2010/11/16/pencegahan-dan-

penanggulangan-ancaman-disintegrasi-bangsa-sebagai-rasa-persatuan-indonesia-atas-dasar-bhinneka-tunggal-ika/

 http://argamakmur.wordpress.com/cara-mengatasi-agar-tidak-terjadi-integrasi-suatu-bangsa/

 http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

 http://febriirawanto.blogspot.com/2011/02/pengertian-bentuk-faktor-dan-dampak.html

 http://www.scribd.com/doc/47720288/PENGERTIAN-KONFLIK-SOSIAL  http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html

 http://www.scribd.com/pqarana/d/86754993 -Makalah-disintegrasi-bangsa  http://www.tutorialto.com/lainnya/1028-pengertian-disintegrasi.html

 http://ayobukasaja.blogspot.com/2011/08/makalah-pendidikan-kewarganegaraan.html

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang terjadi di Eropa pada akhir abad 18 Pada tahun 1795 Partai Patriot Belanda yg anti raja,atas bantuan Perancis berhasil merebut kekuasaan dan membentuk

Standard Operating Procedure (SOP) terkait Proses Belajar Mengajar yakni tentang pendaftaran dan pelaksanaan pemrograman mata kuliah dalam kartu rencana studi

Makromineral yang dibutuhkan dalam pembentukan jaringan kulit udang adalah kalsium, magnesium, kalium dan fosfor (Darmono 1995).. Makhluk hidup pada lingkungan perairan

Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa internasional yang banyak  Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa internasional yang banyak  dipakai oleh manusia

Membimbing siswa menyimpulkan materi dan melakukann refleksi. 1) Membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran. 2) Menanyakan kepada siswa kesulitan apa yang di

Syarat mengembalikan hak hidup si miskin -yang mayoritas masyarakat adat yang terpinggirkan dan terabaikan tanpa pengakuan formal oleh negara-, adalah membongkar cara pandang

berwawasan sains teknologi masyarakat kepada siswa Guru mengajak siswa untuk mengamati berbagai contoh dari pencemaran lingkungan yang ada di lingkungan sekitar sekolah

Menurut Stanton (2010) yang diterjemahkan oleh Y. Lamarto menjelaskan terdapat empat indikator yang mencirikan harga yaitu :.. Keterjangkauan harga Konsumen bisa menjangkau harga