• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIODIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN HAMA WERENG PADI (AUCHENORRHYNCHA) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIODIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN HAMA WERENG PADI (AUCHENORRHYNCHA) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Bidang Umu: MIPA-Biologi

LAJ>ORAN HASIL PENELITIAN

OOSEN SESUAI KDBK

BIODI VERSITAS, DI STRIBUSI DAN BIOLOGI PERKEMBANGA llA MA WERENG PADI (AUCHENORRHYNCHA)

DlKABUPATENSERDANGBEDAGAI

TIM PENELITI:

Dr. rer. nat. Binari Manu rung, M.Si NION: 0004046411

Dibiayai olch Universi tas egeri Medan, Kemcntcrian Pendidikan dan Kebudayaao, Sesuai dengan Surat Perjaojiao Pengguoaao Dana (SP2D),

Nomor: 124/UN.33.8/K£P/KU/2012, Tanggal27 April2012

FAKULTAS MATEMATlKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL DOSEN SESUAI KDBK

Judu1 Pene1itian

Bidrulgflmu Ketua l'eneliti

a. Nama Lengkap

b. NTPINTK

<:. NlDN

d. Pangkat I Go1ongan

e.

Jabatan Fungsiona1 f. F slcu1tas I J urusan g. Perguruan Tinggi h. Pusat Pene1itian i. Alarnat Institusi j. Te1cfon/Faks/E. mai1 Jum1ah Penc1iti

Do

sen

Lama Pcnc1itian Pe1aksanaan Biaya Penc1itian Dari DIPA Unimcd Sumbcr lain (hila ada)

: Biodive::sitas, Distribusi dan Bio1ogi Perkembangan Wereng Padi t Auchenorrbynca) di Kabupaten Serdangbedagai

: Bio1ogi

: Dr. rer. nat.

Binari

Manarung, MSi

: 196404041989031 006

: 0000464i I

: Pembina Tkt I / IV/b : Lektor Kepala : FMIP A I Bio1ogi

: Universitas Negeti Medan (UNIMED) : LPUNIMED

: J I. 'Viii em Iskandar Psr V Mcdan Estate : (061) 6625970

: I (satu) Orang : 1 (satu) Orang : 6 (enam) Bulan : Rp.

8.000.000.-: Rp. 8.000.000.- (Delapanjuta rupiah) : Rp.

-Medan, 19 Nopember 2012

Dr.

rer. nat. Binari anurun2. MSi

NIP. 19640404198903 1006

Mengetahui

M kセ[^@

Drs. Tri

h。イウッセNsゥ@

NIP.

196512311990031018

セーゥェ・エオェオゥ Z@

(3)

RIN GKASAN HASIL P EN.ELITIAN

BlO DTVER SITAS, DlSTRJBUSl DAN BIOLOG l PERKEMBANGAN WERENG PADI (AUCHENORRHYNC HA)

DIKABUPAT ENSERDANGBE DAGAI

Binari Manurung

II

Pcnclitian yang mengkaji biodiversitas, distribusi, kclimpahan dan biologi perkembangan wereng padi (Auchenorrhyncha) yang terdapat di kabupatcn Serdangbcdagai-Sumatera Utara perlu dilakukan karena dapat mcnycdiakan data dasar biologi dan ekologi dari hama wereng padi tersebut dalam memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang entomologi dan ekologi serangga tropika serta dapat digunakan sebagai pijakan untuk tindakan pengendalian populasi wereng yang menyerang tanaman padi di kabupaten Serdangbcdagai-propinsi Sumatera Utara. lnformasi mengenai data dasar biologi dan ekologi dari wereng padi (Auchenorrhyncha) yang terdapat dan menycrang padi di kabupaten Sc.rdangbcdagai hingga saat ini rnasih sangat terbatas. lnformasi yang Ielah ada adalah mcnyangkut jenis wcrcng padi yang terdapat pada tanaman padi yang terdapat pada daerah lain di Juar Sumatcra Utara, seperti di pulau Jawa. Untuk mcngatasi permasalahan ini maka perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji aspek biodiversitas, distribusi, ke lirnpahan dan biologi perkcmbangan wereng padi khas Sumatcra Utara.

Tujuan penelitian adalah unruk mendapatkan data biodiversitas atau keanekaragaman, distribusi, kclimpahan, dan biologi perkembangan bcbcrapa wereng padi yang terdapat pada ckosistim persawahan ylillg terdapat di kabupaten Serdangbcdagai-Sumatcra Utara.

Tahapan pcnelitian terdiri atas sampling wercng di lapangan dari bulan April hingga September 20 12 dengan menggunakan jala serangga pada em pat kccamatan (Sci Bamban, Sei Ran1pah, Tcluk Mengkudu dan Perbaungan) yang terdapat di kabupatcn Scrdangbedagai. Samping dilakukan pada ュセ。@ singgang-singgang dan musim tanarn padi. Jumlah total sampling untuk masing-masing kecamatan adalah 750 jala. Wereng hasil sampling selanjutnya dibawa kclaboratorium untuk disortir, kcmudian diidcntifikasi dan dihitung jumlahnya. Untuk mengetahui biologi perkembangannya (perkembangan embrio dan larva), dua jenis wereng padi yang dorninan dan memiliki nilai penting bagi pertanian disampling dari lapangan kemudian dipelihara di Jaboratorium (massrearing) untuk disclidiki biologi perkcmbangannya, dalarn hal ini wereng hijnu (Nephotenix sp.) dan wcrcng cokelat (Nilapar vata Jugens). Untuk masing-masing wcrcng diselidiki biologi perkembangan dari 50 telur.

(4)

iii

(5)

Lembaran ldentitas dan Pengesahan Ringkasan l lasiJ Penelitian

Daftar lsi Daftar Tabel

BAD I. P ENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalab 1.2. Tujuan Penelitian

DAD U. KAJIAN P USTAKA

DAFfAR l SI

2. 1. Biodiversitas dan Distribusi Serangga Hama Wereng Padi 2.2. Biologi Perkembangan Wereog

BAD II[, METODO LOG I PENELITlAN

3. 1. Biodiversi tas dan Distribusi Wereng

3.2.

Biologi Perkembangan Wereng

BAD JV. llA S IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Biodiversitas Wereng Padi

4.2. Distribusi llorizontal Wereng Padi 4.3. Kelimpahan Wereng Padi

4.4. Biologi Perkembangan Wereng Padi

DAB Y. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

5.2.

Saran
(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa singgang-singgang (April, Mei, September 2012) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai ... ... II Tabel 4.2. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa tanam (Juni, Juli,

Agustus 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai .... 12 Tabel4.3. Kelimpaban wereng pada singgang-singgang tanaman padi (April, Mei,

(7)

BAB I

PENDA HULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Kabupaten Serdangbedagai sebagai salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara tennasuk lumbung beras nasional. Dalam hal ini pada tahun 1998 dan 1999 misalnya, kabupaten

ini

mampu menghasilkan 511.126 ton dan 521.322 ton beras (Anonimous, 2009).

Disamping sebagai kabupaten lumbung beras na'sional, kabupaten Serdangbedagai juga dikenal sebagai daerah endemik serangga hama wereng. Hal itu tetjaeli, karena eli kabupaten- tersebut acapkali tetjadi serangan serangga wereng terhadap tanaman padi. Pada tahun 2012 ini misalnya, telah terjadi serangan hama wereng paeli pada beberapa desa yang terdapat di kecarnatan Seibamban (Waspada, 08 Februari 2012). Serangan hama wereng padi tersebut juga tetjadi pada bulan Juni tahun 20 I 0 yang lalu (Manurung, 20 I 0). Ada pun sebagai dampak dari serangan hama wereng tersebut produksi padi ataupun beras eli kabupaten Serdangbedagai menjadi turun secara drastis, sehingga para petani menjadi dirugikan dan swascmbada beraspun menjadi tidak tercapai.

Kemampuan mengendalikan serangan hama wereng padi yang tcrdapat di kabupaten Serdangbedagai tersebut, pada dasarnya sangat tergantung dari tersedianya berbagai data dasar mengenai perikehidupan dari wereng-wercng tersebut. Beberapa dari data dasar itu dan sangat penting pcranannya adalah data bicdiversitasnya (kcanekaragaman), distribusi horizontalnya dan biologi perkcmbangannya pada tanaman padi. Hal itu diperlukan scbagai data dasar untuk penger.dalian populasinya di lapangan schingga pctani menjadi tidak dirugikan.

(8)

minimal tcrdapat I 0 spes1cs serangga wereng (Hemiprcra:Auchenorrhyncha) pada singgang-singgang padi terscbul.

1.2. Tuju an Penelitian

(9)

BAB II

KAJJAN PLJS T AKA

2.1. Bioiversitas dan Distribusi Serangga Hama Wereng.Pa di

Kepentingan bewan dari kelompok wereog (Hemiptera, Aucbenorrhyncha) pada ekosistim pertanian telah dipelajari oleh sejumlah peneliti. Hal itu terjadi karena serangga tersebut acapkali membawa kerugian bagi para petani. Dalam hal ini, disamping dapat menyebabkan kematian bagi tanaman padi (seperti puso), serangga tersebut juga dapat bertindak sebagai vektor atau pemindahkan virus pada berbagai tanaman padi. Nault & Ammar (1989) misaloya, demikian juga dengan Matthews (1991) telah melaporkan bahwa dari 15.000 wereng yang telah dikenal, 49 jenis diantaranya termasuk sebagai pemindah virus (Vektor). Wereng-wereng tersebut termasuk ke dalam genus Graminel/a, Nephotettix, Recelia, Cicadulina, Circulifer, Nesoclutha, Orosius, Psammotettix, Micrutalis, Dalbulus, Aconurella, Macrosteles,

Aceratagallia, Agallia, Agalliopsis, Endria, Elymana, Laodelpha.x, Tarophagus, Toya,

Sogatel/a, Peregrinus, Ribautode/phax, Muellerianella, Unkanodes.

Pathak dan Khan ( 1994) tclah melaporkan biodiversitas scrangga wereng pada tanaman padi, yakni Laodelphax striate/Ius, Nilaparvata lugens, Sogatel/a furcifera, Tagosodes orizicolus, Cofana spectra, Nephotellix cincticeps, Nephotettix virescens,

Nephotettix nigropictus, Reci/ia dorsalis.

David dan Ananthakrishnan (2006) mengemukakan biodiversitas serangga wereng padi di India antaralain: Abidama sp, Callitellix sp, Clovia sp., Cosmoscarta sp., Poophi/us sp., Athysanus sp., Balclutha sp., Batracomorphus :;p., Cicadu/a sp.,

Cicadulina sp., Cofana sp., Deltocepha/us sp., Doratulina sp., Empoasca sp., Exit/anus

sp., Goniagnathus sp, Hecalus sp., 1/ishimonus sp, Nephotettix sp., Nirvana sp., 0/iarus

sp., Selenocephalus sp., Tettigella sp., Tettigonie/la セーNL@ Thaia sp., Thomsonie/la

sp.,Yasumateus セーN L@ Zygina sp., Javasella sp., Ni/aparvata sp., Peregrinus sp.,

Per/cinsie/la sp., Sordia sp., Sogata sp., Sogatella sp., Unkanodes sp.

(10)

Biodivcrsitas scrangga wereng di Srilangka telah dilaporkan oleh Gnancswaran

et a/. (2006) Adapun jenis-jen isnya adalah Cofana lineate, Cofana spectra; Cofana unimaculata, Ko/la ceyloni, Calodia ostenta, Aconeurella sp., Balclutha sp.,

Changwhania ceylonensis, Cicadulina bipunctata, Deltocephalus (R) distinctus, Deltocephalus (R) porticus, Doratulina indra, Doratulina jacosa, Exitianus indicus, Exitianus nanus, Hecalus arcuatus, Hecalus porectus Hishimonus phycitis, Nephotettix

nigropictus, Nephotettix parvas, Nephotettix virescencs, Racilia dorsalis,

Batrocomorphus sp., ldioscopus clypealis, ldioscopus nitidulus, Nirvana pallid, Sophana longitudinalis, Neodartus acocephaloide,s Preta gratiosa, Amrasca biguttula,

Baguoidea rubra, Empoasca triangularis, Empoascanara cilia, Empoascanara

maculifrons, Seriana sp., dan Thaia subrufa.

Baehaki ( 1993) telah melaporkan biodiversitas serangga hama tanaman padi di Indonesia. Dalam hal ini scrangga utama hama tanaman padi didominasi oleh

Nilaparvata /ugens (wereng cokelat), Sogatella furcifera (wereng punggung putih),

Nephotettix virescens (wereng hijau), Nephotettix nigropictus (wereng hijau),

Nephotellix porvus (wereng hijau), Nephotettix ma/ayanus (wereng hijau), Reci/ia dorsalis (wereng Ioreng), Thaia oryzivora (Thaia). Selanjutnya Widiarta et a/. (2006) Ielah mclaporkan kehadiran wereng punggung putih (Sogatella f urcifera) berilrut dengan dinamika populasinya pada tanaman padi yang terdapat di Jawa Tengah. Demikian juga halnya, Widiarata eta/. (2004) telah melaporkan kehadiran wereng hijau (Nephotettix viresecens) pada tanaman padi yang terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.J. Yogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Bara dan Sulawesi Selatan.

Manurung dan Sihombing (20 11) berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya pada bulan April hingga Mci 201 1, pada singgang-singgang tanaman padi yang terdapat di kabupaten Deliscrdang minimal ditemukan Sembilan spesies wereng (Hemiptera:Auchenorrhyncha) yakni Nephotettix virescens, N nigropictus, Reci/ia dorsalis, Cicadulina sp., Copana sp., Cicadellid sp., Nilaparvata lugens, Sogatella

forcifera dan 0/iarus sp.

(11)

nigropictus, Reci/ia dorsalis, Cicadulina sp., Copano sp., Cicadellid sp., Nilaparvata

luge1zs, Sogatella furcifera, Oliarus sp.dan Thaia oryzivora.

2. 2. Biologi Perkcmbangan Wcreng

Biologi perkcmbangan wereng pada dasamya terdiri atas dua bagian utama, yakni masa perkembangan embrio dalam telur (pre embryonic developmenl) dan masa setelah perkembangan embrio (post embryonic development). Masa perkembangan embrio dalam tclur dapat terdiri atas beberapa tahapan berdasarkan ciri-ciri yang muncul selama perkcmbangan embrio. Lama perkembangan cmbrio

ini

untuk tiap wcreng berbeda-beda, bcrgantung suhu lingkungan dimana telur tcrscbut diletakkan. Sementara itu masa perkembangan setelah embrio terdiri dari masa larva dan imago. Masa larva dapat terdiri atas bcbcrapa fase tergantung pada suhu lingkungan dimana larva tcrsebut berada. Sekalipun demikian larva serangga wereng umumnya terdiri atas 4-5 Larva. Lamanya mesa larva sangat dipengaruhi oleh suhu sekitar. Pada suhu yang lebih tinggi, lamanya perkembangan telur maupun larva akan semakin singkat. Masa imago dimulai ketika bentuk dewasa dari serangga muncul dari fase l11rva terakhir. Masa imago ini mencakup masa pra oviposisi dan masa oviposisi. Berikut ini disajikan biologi perkembangan salah satu jenis wereng gandum (Psammotettix alienus) yang telah dilaporkan olch Manurung eta/. (2005).

0

II Ill IV

v

VI VII
(12)

Pada masa perkembangan embrio di atas, dari masa telur hingga masa menetasnnya adapun waktu rata-rata yang dibutuhkannya adalah 18,3 hari dengan rentang waktu antara 16 hingga 24 bari. Sementara itu waktu masa larvanya berlangsWlg rata-rata 32,4 bari dengan rentang waktu antara 26 hingga 39 hari. Lebih tepatnya lamanya Larva I, Larva 2, Larva 3, Larva 4 dan Larva 5 masing-masing

5,9

hari, 5, I bari, 5,6 hari, 6,4

bari

dan 9,4 bari.

Oarnbar 2 Tahapan-tahapan Perkembangan Jnstar atau Larva dari Wcreng coklat

Psammotellix alienus Dahlb, yang didasarkan atas jumlah eksuvia, panjang total tubub,

(13)

DAB Ill

METODE PENELITIAN

3.1. BIODIVERSIT AS DAN DISTRIBUSI

Pengambilan ataupun koleksi serangga wereng di ekosistim persawahan dalam rangka mendapatkan data biodiversitas, kelimpahan dan distribusi horizontalnya mengacu kepada metode yang dikemukakan oleh Manurung eta/.

(2004, 2005, 2012).

Dalam hal ini sam pel wercng ditangkap dengan cara mengayunkan jala/jaring serangga pada tanarnan padi dan singgang-singgang tanaman padi. Sampling serangga wereng di kabupten Serdangbedagai dilalrukan di empat kecamatan yakni Sei

Rampah,

Sci Bamban, Teluk Mengkudu dan Perbaungan. Wereng dikoleksi dengan menggunakan jala serangga, yakni

250

kali ayunan pada setiap lokasi sampling. Pengambilan sampel wereng berlangsung dari bulan April hingga September

20 12

dan

dilakukan

pada siang

hari ketika cuaca cerah. Wereng basil jaring di masukkan ke dalam botol pembunuh, dalam hal ini berisi kloroform, kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol sampel yang berisi alkobol 70%. Sampel wereng selanjutnya dibawa ke laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan untuk di sortir dan diidentifikasi serta dibitung jumlahnya (kelimpahannya). ldentifikasi wereng dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop stereo sedangkan pcnentuan spesicsnya mengacu kepada Baehaki (1993}, Wilson & Claridge (1991), dan Oepartemen Pertanian (1982).

3.2. BIOLOG I PERKEMBANGAN. Untuk mendapatkan data biologi perkembangan dari satu jcnis hama wereng yang pcnting pada ckosistim padi di kabupatcn Serdangbedagai, pendekatan yang digunakan adalah sebagaibcrikut:

a. Koleksi scrangga pcrcobaan

(14)

detenninasi karangan Wilson dan Claridge ( 1991 ). Dalam hal ini parameter utama untuk memastikan kebenaran spesiesnya adalah dengan mengamati bcntuk aedagusnya.

b. Perbanyakao massal serangga

Untuk perbanyakan massal (mass rearing) wereng digunakan pendekatan menurut Manurung eta/. (2001, 2004 dan 2005). Dalam hal

ini,

wereng yang sudah diidentifikasi dengan benar kemudian dipelihara pada tanaman padi yang rerdapat dalam tabung kaca yang bagian atasnya ditutupi dengan kain

kasa.

Uotuk tiap satu tabung kaca ditempatkan 10 betina dan 10 jantan. Tanaman padi tadi bersama dengan wadahnya ditempatkan pada suatu baki be.risi

pasir

yang senantiasa basah dan ditempatkan di rumah kaca jurusan biologi UNIMED. Tiap hari wereng tersebut senantiasa dikontrol untuk mengamati perkembangannya. Setelah I 0 hari wereng-wereng dewasa tadi selanjutnya dipindahkan pada tanaman padi yang baru yang terdapat dalam tabung kaca lainnya. Demikian seterusnya dilakukan untuk tiap 10 hari, schinp.ga diperoleh serangga yang cukup untuk digunakan sebagai bahan dalam penelitian.

c. Perkembangan Em brio

Untuk menyelidiki perkembangan embrio wereng digunakan pendekatan yang digunakan Manurung eta/. (200 I , 2004 dan 2005). Dalam hal

ini

scbanyak kurang lebih 50 telur dari wereng diisolasi dari jaringan daun dan batang tanaman padi dan kemudian ditempatkan pada cawan petri yang scbelumnya telah diisi dcngan air lcding. Air leding itu sebelumnya telah dimasak dan kemudian didinginkan. Cawan-cawan petri selanjutnya ditempatkan di rurnah kaca dirnana serangga wereng coklat diperbanyak .. Suhu di rurnah kaca pada s iang hari yang cerah dapat mencapai 28-32 °C. Perkembangan telur yang terdapat pada cawan petri hari demi hari (hingga 20 bari) diamati dengan bantuan mikroskop Demikian juga halnya dengan perubahan-perubahan yang teijadi dicatat. Untuk menentukan tahapan-tahapan perkembangan embrio digunakan kriteria yang digunakan oleh Sander el al. (1985) dan Manurung et a/. (2001, 2004 dan 2005). Adapun kriterian yang digunakan adalah ukuran telur,

kehadiran mycetom dan organ-<Jrgan yang tampak dalam telur dan ciri-ciri yang muncul pada kulit telur.

(15)
(16)

BABIV

HASJL DAN PEMBAHASAN

4.1. Biodiversitas Wereng Padi (Aucbenorrhyncba)

Telab dilakukan sampling wereng selama enam bulan (April hingga September 20 12) pada beberapa lokasi yang terdapat di em pat kecamatan yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai, yakni di desa Gempolan pada Kecamatan Sci Bamban; desa Penggalangan di Kecamatan Sei Rampab, di desa Pekan Sialang Buab pada Keeamatan Teluk Mengkudu dan di desa Tualang pada Kecamatan Perbaungan. Dari kegiatan sampling pada keempat lokasi penelitian tersebut, yakni pada masa Singgang-singgang (April, Mei, September 2012) dan masa Tanam Padi (Juni, Juli, Agusrus) diperoleh sepuluh jenis wereng padi (Hemiptera: Auchenorhyncha) yakni Recilia dorsalis. Nephotettix virescens, Nephotelfix nigropictus, Ni/aparvata lugens, Sogatella

furcifera, Cicadulina sp., Cofana spectra .. Cicadella sp., Oliarz1s sp., dan Thaia sp.

Tujuh jenis dari wcreng tersebut termasuk ke dalam kelompok wereng daun (leaf hopper), sedangkan tiga jenis lainnya termasuk wereng batang (plant hopper). Adapun jenis yang termasuk kelompok wcreng daun adalab Recilia dorsalis, Nephotetlix virescens, Nephotetrix nigropicltiS, , Cicadulina sp., Cofana spectra., Cicadella sp. dan

Thaia sp., sedangkan jenis yang termasuk kelompok wereog batang adalah Ni/aparvata lugens, Sogatellaforcifera dan 0/iarus sp.

Biodiversitas wereng padi yang ditemukan di kabupaten Serdangbcdagai tcmyata relatif sama dengan biodiversitas wercng padi yang tcrdaput di Singgang-singgang tanaman padi yang terdapat di kabupaten Deliserdang sebagaimana yang telab dilaporkan oleh Manurung dan Sihombing (2011) dan Manurung et al. (20 12). Hasil biodiversitas wereng padi pada penelitian ini juga tidak jauh bcrbeda dengan jenis-jenis wereng padi yang terdapat di berbagai Negara di Asia Tenggara sebagaimana telah dilaporkan oleh Wilson & Claridge (1991) dan Pathak & Khan (1994).

Jika diitinjau dari segi kepentingannya bagi pertanian, jenis-jenis wereng yang ditemukan baik pada sioggang-singgang dan tanaman padi yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai di alas terrnasuk jenis- jenis wereng yang mcmiliki nilai ckonomi penting. Dalam hal

uti,

wereng hijau Nephotettix virescens merupakan vektor dari virus
(17)

Nephotettix nigropictus merupakan vektor dari vtrus "rice dwarf yellow dwarf, transitory yellowing, tungro, yellow orange leaf, rice gall dwarf ", sedangkan wereng

loreng Recilia dorsalis merupakan vektor dari virus "rice dwarf yellow orange-leaf' (Pathak & Khan, 1994). Virus-virus tersebut jika telah menginfeksi tanaman padi akan dapat menyebabkan tanaman padi mcnjadi berwama kuning dan kerdil bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga mengakibatkan gagalnya panen. Sementara itu wereng cokclat Nilaparva/a lugens merupakan vektor virus "rice grassy stunt" (penyak.it kerdil rumput) dan "ragged slllnt'' (penyakit kerdil hampa) serta dapat menyebabkan "hopperb!D71" pada tanamaa padi (Baehak:i,1993; Wilson & Claridge, 1991; Nault &

Ammar, 1989 dan Departemen Pertanian, 1982). Spesies dari wereng punggung putih &gat ella furciftra dalam jumlah populasi yang melimpah dapat menyebabkan tanaman

padi menjadi layu dan akhimya menjadi mati (David & Ananthalcrishnan, 2006). Olehkarena itu spesies wereng punggung putih tersebut juga termasuk wereng yang memilik.i nilai ekonomi penting dalam bidang pertanian. Adanya serangan hama wereng dari kelompok wer.:ng hijau (Nephotettix sp.) dan wereng cokclat (Nilaparvata lugens) di kabupaten Serdangbedagai, tepatnya di kecamatan Perbaungan dan Dolokmasihul telah dilaporkan oleh Manurung (2010) dan Waspada terbitan 08 Pcbruari 2012 memberitakan adanya kembali serangan hama wereng pada tanaman padi yang terdapat di kecamatan Sei Bamban.

4.2. Distribusi Horizontal Wereng Padi

Distribusi wereng padi pada masa singgang-singgang dan tanam padi p;:da empat kecamatan (Sei Bamban=SE, Sei Rampah=SR, Teluk Mengkudu=TM, Perbaungan=PE) di Kabupaten Serdangbcdagai adalah sebagaimana tcrcantum pada Tabel 4.1 dan 4.2. berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa singgang-singgang (April, Mei, September 20 12) pada em pat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai

No Nama spesies wereng

SB

SR

TM

PE

I Recilia dorsalis

..;

..;

..;

..;

2 Nephotettix virescens

..;

..;

..;

..;

3

Nephoteflix nigropictus

..;

..;

..;

..;

4 Nilaparvata lugens

..;

..;

..;

..;

5 Cofana spectra

..;

..;

..;

..;

(18)

7 Cicadulina sp. 0 0

..;

..;

8

Cicadella sp. 0

..;

..;

..;

9 0/iarus sp. 0

..;

..;

..;

10 Thaiasp. 0

..;

..;

..;

Jumlah s esies 6 9 10 10

Tabel 4.2. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa tanam (Juni, Juli, Agustus 20 12) pada em pat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai

No SB SR TM

PE

I

..;

..;

..;

..;

2 Nephotettix virescens

..;

..;

..;

..;

3 Nephotettix nigropictus

..;

..;

..;

..;

4 Ni/a arvata lugens

..;

..;

..;

..;

5 Co anas ctra

..;

..;

..;

..;

6

Sogatella finciftra

..;

..;

..;

..;

7 Cicadulina sp.

..;

0

..;

..;

8

Cicade/la sp. ()

..;

..;

..;

9 0/iarussp. 0 0 0

..;

10 Thaia sp.

..;

..;

..;

..;

Jumlah s ies 8

8

9 10

Keterangan: = ada ditemukan 0 = tidak ada ditemukan

Berdasarkan data keanekaragaman dan distribus i horizontal wereng padi yang terdapat pada singgang-singgang dan tanarnan padi pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai sebagaimana tersaji pada Tabel 4. 1 dan 4.2 di atas kiranya dapat dikemukakan babwa kcscpuluh jenis wcreng padi dapat ditemukan baik pada masa singgang-singgang maupun musim tanarn padi. Pada kecarnatan Perbaungan dan Teluk Mengkudu kesepuJuh jenis wereng padi tersebut dapat ditemukan, sedangkan pada kecarnatan Sci Barnban dan Sci Rarnpah tidak dapat ditcmukan. Adapun jenis-jenis yang sebarannya tidak sarna antar kecarnatan adalah 0/iarus sp., Cicade/la sp., dan Cicadulina sp.

4.3. Kelimpahan Wereog Padi

(19)

tersebut dapat dikemukakan bahwa kelimpahan total wereng padi yang diperoleh pada singgang-singgang tanaman padi adalah 1978 individu, sedangkan pada masa tanam padi hanya 1217 individu. Itu berarti kelimpahan wereng padi pada masa singgang-singgang Jebih tinggi dibandingkan pada masa musim tanam padi. Hal itu mungkin dapat diterangkan karena pada masa singgang-singgang padi keanekaragaman sumber makanan ataupun tanaman inang bagi wereng lebih beranekaragam dibandingkan pada masa tanam padi. Lagi pula pada masa tanam padi para petani juga menggunakan insektisida yang dapat membunuh wereng sedangkan pada masa singgang-singgang penggunaan insektisida tidak ada. Temuan

ini

menyarankan untuk menghindari serangan wereng padi pada

Tabel 4.3. Kelimpahan wereng pada singgang-singgang tanaman padi (April, Mei, September 20 12) pada em pat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai

No

Takson SB SR TM

PE

Total

I Recelia dorsalis 391 79 503 296 1269

2 Nephotettix virescens 69 76 34 138 317

3 Nephotettix niJ!ropictus 67 45 42 52 206

4 N ilaparvata ャオセ ・ ョウ@ 14 5 9 28

56

5 Cofana spectra 16 7 2 17 42

6

Sogatella furci{era 9 5 4 10 28

7 Cicadulina sp. 0 0 5 7 12

8 Cicadella sp. 0 9

3

8 20

9 Oliarus sp. 0 5 3 5 13

10 Thaiasp. 0 4 3 8 15

1978 Tabel4.4. Kelimpahan wereng pada masa tanam padi (Juni, Juli dan Agustus 201 2) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai

No

Takson SB

SR

TM

PE

Total

l Recelia dorsalis 274 99 269 236 878

2 Nephotellix virescens 48 27 34 32 141

3 Nevhotetlix nigropictus 9 25 27 26 37

4 Nilaparvata /ugens 4 2 7 18 31

5

Co{ana spectra 6 2 I 7 16

6 Sof(atella {urci{era 4 4 I

8

17

7 Cicadulina sp. 1 0 9 9 18

8 Cicade/la sp. 0 8 I 4 13

9 0/iarus sv. 0 0 0 2 2

(20)

masa musun tanam padi berikumya sebaiknya singgang-singgang tanaman padi dirnusnah.kan sedini mungkin. Dengan demikian ketersediaan sumber makanan bagi wereng menjadi berkurang yang mcnyebabkan kelimpahan populasinya menjadi menurun bah.kan siklus hidupoyapun dapat terputus (band. Manurung et.al., 2004)

Jika ditinjau berdasarkan takson, adapun enam jenis wereng dengan kelimpahan tertinggi baik pada masa s inggang-singgang dan masa tanam padi adalah Recelia dorsalis, Nephotettix virescens, Nephotettix nigropictus, Nilaparvata lugens, Cofana

spectra dan

So

gat ella furcifera. Kelimpahan masing-masing jenis pada masa singgang-singgang adalah 1269, 3 17, 206,56, 42 dan 28 individu, sedangkan pada masa tanam padi secara berturut-turut adalah 878, 141 ,87, 31, 16 dan 17 iildividu.

4.4. Biologi Perkembangan Wercog Padi

Berdasarkao basil tangkapan ataupun koleksi wereng di empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai sebagaimana dikemukakan di atas, adapun jenis yang memiliki nilai ekonorni penting bagi pertanian yakni mampu mengggagalkan panen dan jumlahnya relative baoyak adalah wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wcrcng cokelat

Nilaparvata lugens. Scbubungan dcngan itu biologi perkembangan wereng yzng diselidiki adalah biologi perkcmbangan dari kedua jenis wereog tcrsebut.

4.4.1. Biologi Perkcmbangan W ereog Hijau (Nephotettix sp.)

(21)

Khusus untuk pcrkcmbangan larva, selama pcngamatan dilakukan ditemukan lima stadium larva dari wereng hijau. Olehkarena itu perkembangan larva wereng hijua tcrmasuk Paurometabolie. Larva pertama (Lt), sebagai larva yang baru menetas dari telur tampak relatif sangat lemah dibandingkan dengan larva tahapan berikutnya. Sehubungan dengan itu mortalitas dari larva tersebut pada stadium ini sangat tinggi. Selanjutnya, Larva ke lima (Ls) merupakan larva yang relatifkuat.

Lamanya perkembangan dari lima stadium larva wercng hijau adalah sebagaiberikut: Lt berlangsung kim-kira 2-3 hari (J.l= 2,4; SD= 0,5; N= 40),

Lz

kim-kira 2-4 hari (J.l= 3,1; SD= 0,8; N= 40), LJ kira-kim 2-4 hari (J.l= 3,1; S02 0,6; N= 40), 4

kira-kim 3-4 hari (J.l= 3,4; SD= 0,4; N= 40) dan Ls kim-kim 4-6 hari (J.l= 5,1; SD= 0,7; N= 40). Itu berarti lamanya perkembangan larva secara keseluruhan kim-kim 15-19 hari (J.l= 17, 1; SD= 0,9). Waktu perkembangan L5 tampak jelas relatif lebih lama

dibandingkan dengan larva stadium lainnya. Hal itu mungkin エ・セ。、ゥ@ karena pada L5

berlangsung masa pembentukan sayap dan untuk membentuk sayap itu dibutuhkan banyak energi. Untuk memenuhi energi itu, larva memerlukan lebih banyak waktu untuk mengurnpulkannya.

Jika pcrkembangan embrionya berlangsung kira-kira 7-8 bari dan perkembangan larvanya 15-19 hari, maka dapat dikemukakan waktu perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa pada suhu sekitar 28-32°C berkisar 22-27 hari. Lamanya waktu perkembangan wereng hijau tersebut tentu saja dapat berubah scsuai dengan suhu dimana serangga terscbut dipclihara. Hal itu teJjadi karena wereng hijau tcrmasuk hewan yang ektoterm atau poikiloterm. Pada hewan seperti itu lamanya waktu perkembangannya bergantung kepada panas yang diterimanya dari lingkungannya (Simonet & Pienknowski , 1980; Begon et a/., 1990). Hal lain yang mungkin juga mempengaruhi lamanya waktu perkembangan ini adalah jenis pakan yang tersedia bagi wereng hijau. Adanya pengaruh jenis pakan terbadap lamanya waktu perkembangan serangga wereng telah ditegaskan oleh Sedlacek eta/. (1986).

4.4.2. Biologi Perkcmba ngan Wereng Cokelat (Nilaparvata lugetrs)

(22)

di atas, panjang telur wereng coklat tersebut lebih pendek akan tetapi diametemya lebih lebih besar.

Seperti pada telur wereng hijau di atas, telur wereng cokelat yang diletakkan pada medium yang basah ataupun mendapat air yang cukup juga mengalami perturnbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu jelas tampak jika dilihat dari ukuran telur yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu. Adanya peningkatan ukuran telur wereng selama perkembangan embrio telah dilaporkan Manurung eta/. (2001, 2005) pada wereng j enis Psammotettix alienus. Telur yang baru diletakkan tampak hyalin, relatif lemah dan plastis. Tiga atau empat hari setelah peletakan, telur yang berkembang itu menjadi kenya! (padat dan berisi). Pada hari-hari berikutnya, pada kulit telur tampak adanya suatu lipatan ataupun jalur yang nantinya akan berperan sebagai jalan keluar larva yang menetas dari dalam telur. Pada masa akhir perkembangan embrio, yakni pada kira-kira hari ke 8 atau hari ke 9, organ-organ tubuh tampak jelas terbentuk dalarn telur. Pada saat ini bintik mata juga sudah tarnpak besar dan o=atidanya dapat dengan mudah dikenal. Pada saat ini embrio sudah bersiap-siap untuk keluar dari telur (menetas). Larnanya perkembangan embrio, yakni sejak masa peletakan telur hingga telur tersebut menetas adalah sekitar 7 -II hari. Dari pengarnatan yang telah dilakukan juga dapat dikemukakan bahwa larva-larva yang berasal dari telur yang menetas melayang di pcrmukaan air.

Khusus untuk perkembangan larva, seperti pada wereng hijau, pada wereng cokelat juga ditemukan lima stadium larva, jadi tetap sebagai Paurometabolie.Larva pertama (L,) wereng cokeJat juga tampak relatif sangat lemah. Olehkarena itu tingkat kematian larva pada stadium ini sangat tinggi. Sementra itu larva ke lima (L5) merupakan larva yang relatif kuat. Selama perkembangan larva, warna larva juga mengalarni perubahan, yakni dari putih menjadi coklat secara bertahap. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harahap dan Tjahjono (2003).

Lamanya perkembangan kelima stadium larva wereng cokelat adalah L1

(23)

. MMMMMMMMM MM MMセ@

1,3). Data di atas juga menunjukkan bahwa waktu perkembangan Ls tampak jelas relatif lebih lama dibandingkan dengan larva stadium lainnya.

(24)

BAB Y

SIMPULAN DAN SARAN

Beberapa simpulan dan saran yang dapat dikemukan sehubungan dengan hasil dan pembahasan yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagaiberikut:

5.1. Simpulan

I. Biodiversitas (keanekaragaman) wereng padi (Auchenorrbyncba) di kabupaten Serdangbedagai tcrdiri alas I 0 jenis, yakni Reci/ia dorsalis, Nephoteltix virescens, Nephotellix nigropictus, Nilaparvata lugens, Sogarellaforcifera, Cicadulina sp., Cofana

speclra., Cicadel/a sp., 0/iarus sp., dan Thaia sp.

2. Dist.ribusi horizontal dari jenis wereog padi (Auchenorrhyncba) pada keempat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai adalab relatif sama.

3. Kclimpahan wereng padi (Auchenorrhyncba) pada masa singgang-singgang lebih tinggi dibandingkan dengan pada masa tanam padi.

4. Perkcmbangan embrio dan larva dari wereng hijau Nephotettix sp. berlangsung selama 22-27 hari sedangkan wereng cokelat Ni/aparvala lugens bcrkisar I 8-27 hari. 5.2. Saran

I. Pcrlu dilakukan penelitian Ianjut perihal perkembangan embrio dan larva dari delapan jenis wereng yang ditemukan di luar dari wereng hijau dan cokelat.

2. Perlu dilakukan pcnelitian lanjut perihal hubungan keanekaragamaman gulma yang terdapat pada persawahan dengan keanekaragaman dan kelimpahan wereng.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut perihal keanekaragarnan pre<!ator dan parasitoid wereng pada ekosistim persawahan di Kabupaten Serdangbedagai.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjut perihal dinamika populasi wereng pada kecamatan yang bcrbeda di kabupaten Serdangbedagai.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2009. Profil Deli Serdang (http: wuw.dcliserdang.go.idlprofi/-deliserdang.lum/.) Diakses pada tanggal2 Maret 2012.

Baker R.H.A., C.E. Sansford, C.H. Jarvis, R.J.C. Cannon, A. Macleod, and K.F.A. Walters. 2000. The ro le of climatic mapping in predicting the potential geographical distribution of non-indigenous pests under current and future climates. Agriculture, Ecosystems and Environment. 82:

57 - 71.

Baehaki. 1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung: Penerbit Angkasa. Begon, M., Harper, J.L & Townsend, C.R- 1990. Ecology: Individual, Populations and

Communities. London: Blackwell Scientific Publication.

David, B.V & T.N. Ananthakrishnan. 2006. General and Applied Entomology. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Degen, T., E. Stadler, and P.R. Ellis. 1999. Host Plant Susceptibility to the Carrot fly,

Psylla rosae: I. Acceptability of various host species to ovipositing females.

Annals of Applied Biology. 134: I - II.

Depatemen Pertanian. 1982. Petunjuk Bergambar Hama dan Penyaldt Tanaman Padi. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

Guglielmino, A. & E.G.Virla. 1997. Postembryonic development and biology of

Psammotellix alienus (Dahlbom) (Homoptera, Cicadellidae) under laboratory

conditions. Bull. Zoo/. Agr. Nachic. Ser. Il29(1): 65-80.

Harahap, l.S. & B. Tjabjono. 2003. Pengenda/ian Hama dan Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Holdom, D.G., Taylor, P.S., Mackey-Wood, R.J., Ramos, M.E & R.S. Soper. 1989. Field studies on rice planthoppers (Hom. Delphacidae) and tbei.r natural enemies in Indonesia. Journal of Applied Entomology 107, 118-129.

Manurung, B & L. Sihombing. 2011. Ekologi Serangga Wcreng (Hemiptera: Auchenorrhyncha) pada Singgang-Singgang Tanaman Padi di Kabupaten Deliserdang-Sumatcra Utara. Pp. 405-414 Dalam: Salomo llutahcan dklc.. eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi, USU Medan, 22 Januari 20 II.

(26)

12-16 Dalam: Samingan dkk. eds. Prosiding Seminar Nasional XXI Perhimpunan Biologi Jndonesia, Universitas Syahkuala-BandaAceh, 05 Maret 2012.

Manurung, B. 2010. Mengantisipasi Serangan Hama Wereng. Harian Waspada Tanggal 13 Juli 2010. hal. CJ I.

Manurung, B., Witsack. W., Mehner, S., Gruentzig, M & Fuchs, E. 2005. Studies on biology and population dynamics of the lealhopper Psammotellix alienus Dahlb. (Homoptera: Auchenorrhyncha) as vector of wheat dwarf vin1s (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. J. Plant. Dis. Protec. I 12 (5): 497-507.

Manurung, B., Witsack, W., Mehner, S., Gruentzig, M & Fuchs, E. 2004. The epidemiology of wheat dwarf vin1s in relation to occurrence of the leafhopper

Psammotelfix alienus in Middle-Germany. vゥョセウ@ Research I 00 (I): I 09-113. Manurung, B., Witsack, W. & E. Fuchs. 2001. Zur Embryonal- und Larvalentwickhmg

der Zikade Psammotettix alienus (Dahlbom, 1851) (Hemiptera, Auchcnorrhyncha). Beitraege zur Zikadenkunde 4: 49-58.

Matthews, R. E.F. ( I991 ): Plant virology. Sandiego, California: Academic Press.

Melber, A. 1989. Entwicklung und Populalionsdynacnik der Heidezi kade Ulopa reticulate (Homoptera, Auchenorrhyncha, Cicade!Jjdae) in nordwestdeutschen Cal luna-Heiden. Zcoi.Jb.Syst. 116: 2I -30.

Nault, L.R & A.D. Ammar. I989. Leafhopper and p1antbopper transmission of plant viruses. Ann. Rev. Entomol. 34: 503-529.

Prestidge, R.A. 1982. lnstar duration, adult composition, oviposition and nitrogen utilization efficiencies of leafhoppers feeding on different quality food (Auchenorrhyncha:Homoptera). Ecoi.Entomol. 1: 91-IOI.

Rismunandar. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Ag1esindo.

Sander, K., Gutzeit, H.O & J.Jaeck.le. 1985. Insect embryogenesis: Morphology, physiology, genetkal and molecular aspects. In: Kertut, G.A and Lilbert (Ed), Comprehensive insect physiology, biochemistry and pharmacology, Vol. I:

Embryogenesis and reproduction. Oxford: Pergamon Press.

Sed lacek, J.D. , K. V. Yeargan & P.H.Freytag. 1986. Laboratory life table studies of the Blaekfaced leaihopper (Homoptera: Cic.adellidae) on jッィョウッョセZL^イ。 ウウ@ and Com.

(27)

Simonet, D.E & R.L. Pienknowski.

1980.

Temperature effect on development and morphometries of the potato leafhopper. Environ. Entomol. 9:

798-800.

Siwi,S.S & M. Roechan.

1983.

Species composition and dislribution of green leafhoppers Nephotellix spp. and the spread of rice tuOb'l'O virus disease in Indonesia. In, W.J. Knight., N.C. Pant., T.S. Robertson & M.R. Wilson (Eds.)

Proceedings of 111

lnternalional Workshop on Leafhoppers and Plant hoppers of

Economic importance. Commonwealth Institute of Entomology, London, pp.

263 -276.

Soehardjan, M. 1973. Observations on leafhoppers and planthoppers on rice in West Java Central Research Institute Agriculture Bogor, Indonesia 3, I- I 0.

Sogawa,

K.,

K. Ayi & J.S.Sitio.

1984.

Monitoring brown planthopper (BPH) biotypes by rice garden in North Sumatra, JRRN 9:6.

Stewart, A.J.A. 2002. Techniques for sampling Auchenorrhyncha in grassland. Denisia 04:491-512.

Vilbaste, J. 1982. Preleminary key for the identification of the nymphs of North European Homoptera Cicadinea. II. Cicadelloidea. Ann. Zoo/.Fennici.

19: 1-20.

Walter, S. 1975. Larvcnformen mitteleuropacischer Euscelinen (Homoptera,

Auchenorrhyncha). 'Z<Jo.Jb.Syst., 102:

241 -302.

Walter, S. 1975. Larvenfom1en mitteleuropaeischer Euscelincn (Homoptera, Auchenorrhyncha). Teil II. 'Z<Jo.Jb.Syst. , 105: 102-130.

Widiarta, 1., Wijaya, E.S & ll.Sawada. 2006. Dinamika Populasi Wereng Punggung Putih, Sogatella furcifera Stal (Hemiptera: Delphacidac) di Jawa Tengall. J.

Entomol. Ind. 3(1): 1-13.

Widiarta, LN ., Kusdiaman, D, Siwi, S.S & A. Hasanuddin. 2004. Varian efikasi penularan Tungro oleh koloni-koloni wereng hijau Nephotellix virescens Distant. J. Entomol. Jnd/(1): 50-56.

Wilson, M.R. dan M.F. Claridge. 1991. Handbook for the identification of leafhoppers

(28)
(29)

kd ャ eセt erャ a NQ G|@ PEJ\'DIDI KAN nas i oセa l@ UN IVERSITAS NEGE RI セ i e d an@

LE;\IBAGA PENELIT JAN

SURAT PE R.IAN.JIAI'I PENGGIJNAAN DANA !SP2Dl

No.:/hJ

/UN33.8/K£P/KU12012

Pada hilri ini Jum'at 1a11ggal 27 bulan April ll!bun dua ribu dua be las, kami yang benanda tangan di bawoh ini :

I. Prof. Drs. Manihar Situmorang, lii.Sc.,Ph.D

Kerua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan, dan atas nama Rel:ta< Unimed, dan dalam perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA.

2. Dr. Rer. :-lat. Binari Manurung, M.Si Dosen FMJPA benindak sebagai Peneliti/Kerua pelaksana Peoetitian, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Kedua belab pihak secara bersama-sama telab sepakat mcngadakan Sural Petjanjian Penggunaan Dana (SP20) unruk melakukan Penelitian yang dibiayai dati DIP A Unimed tanggal 26 April 2012. Rektor Unimed unruk Research Grant Unimed denean ketenruan scbaeai berikut:Tabun Aneearan 2012 sesuai sural ""rianiian

Pasol I

.JE:'\15 PEK.ERJ"'\ N PIHAK PERT A.\1A mcmberi rugas kepada PIHAK KEDUA, dan

penelitian dengan judul Biodiversitas, dism'busi dan biologi perkembangan hama wereng padi (aucbenonhyncha) di Kabupatcn Sercbngbedagai

)ang menjadi ll\nggungjawab PIHAK KEDUA dengan masa kerja 6 (enam) bulan , terhitung mulai bulan Mei s/d Ol:tober 2012.

Pau l 2

DASAR PELAKSANAANPEKERJ AAN

Pektl)aan dilaksanakan oleh PIHAK KEOUA atas dasar k«enltl3n yanJ merup:tltan bagian tidak terpiSah dari Unimed i1 I. Sesuai UU 'lo. 17 T•.hun 2003. tentang Keuangan Negara

2. lJU Rl No. I Tabun 2004, tentang Perbendahaman Negam

3. UU Rl No. 15 Tahun 200-1, tcntang pemcriksa3n pengelolaan dan tanggungjawab keuangan :\egara

4. OIPA No. 00037l/UN33/KEP/KU/20 12, Tanggal 15 Februlri 2012 Pasal 3

P£NCAWASAN

Unruk pelaksanaan penga"-asan dan pengendalian pekerjaan adalah Lembaga Feoelitian Unimed dan sis1em pengendalian internal (SPI) Unimed.

Pasal 4

NILAI PEKERJAAN

1. PDiAK PERTAMA memberikan dana pcnelitian tersebut pada pasal I : Rp 8.000.000 (sepuluh Juta Rupiah), sccara benahap

2. Tahap penarna sebesar 40% yain Rp. 3.200.000,- (Tiga Juta Dua Rarus Rupiah)

dibayarlcan sewakru Su111t Perjanjian Penggunaan Dana (SP2D) ini ditandatangani oleh kedua belah pil 3. Tahap kedua sebesar 30% yailu Rp. 2.400.000,-(Ota Juta Empat Rarus Ribu Rupiah)

dibayarlcan setelah PIHAK KEOUA menyerabkan laporan kemajuan penelitian

4. Tahap kcdua sebesar 30% yaitu Rp. 2.400.000,· (Dua Jut:a Empat Ratus Ribu Rupiah)

dibayarkan setelah PIHAK KEDUA men}erahkan laporan hasil Penclitian dan bukti pengeluaranl penggunaan dana penelitian kepada PIHAK PERTAMA.

5. PJHAK KEDUA membayar paJak (PPh) sebesar 15% dilri jumlah dana penclitian yang diterima dan fotoeOpy Bukti pemb>yaran diserahkan ke Lembaga Penelitian 2 rangkap.

(30)

-Pasal 5

JAI'iGKA WAKTU PELAKSANAAN

1. PIHAK KEDL:A men)elesaikan dan menyerahkan laporan hasil penelitian «bagaimana dimaksud dalam pasal I SP2D ini selambat-lambatnya tanggal9 November 2012

Pasal6 LA PO RAN

I. PlHAK KEDUA menyerahkan laporan kemajuan pelaksanaan penelitian paling lambattanggal27 Juli 2012 dan PUiAK KEOUA menyampaikan draft laporan akhir penelitian paling lambat tanggal 2 November 2012 . Unruk pelaksanaan seminar yang di Koordinasi oleh Lemlit dan laporan akhir penelitian sebagaimana disebut dalarn pasal I sebanyak 8 (delapan) examplar beserta soft copy

I.a. Dana Penelitian tahap kedua tidak dicairkanjilca laporan kemajuan pelaksanaan penelitian ridak diserahla 2. PIHAK KEDUA harus menyampaikan naskah anikel hasil penelirian dalam benruk compact disk (CO)

untuk diterbitkan pada jurnal Nasional atau Nasionalterakreditasi dan bukti pengiriman disenakan dalam 3. Sebelum laporan akhir penelitian diselesaikan PlHAK KEOUA melakukan desiminasi hasil penelitian

melalui forum yang akan dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian .

4. Seminar penelitian dilakukan di lembaga Penelitian dengan mengundang dosen dan mahasiswa sebagai pesena seminar Lembaga Penelitian dan diniJi oleh Review Internal

S. Bahan pelaksanaan seminar dimaksud (makaJah) disampaikan ke Lembaga Penelitian sebanyak 2 (dua) exat 6. Bukti pengeluaran keuangan (kuitansi) dan RAB menjadi arsip pada PIHAK KEDUA dan I (saru) rangkap

diserahkan ke Lembaga Penelitian dalam benruk laporan penggunaan dana penelitian paling lambat tanggal 2 November 20 12.yang pembiayaannya dibebankan kepada PlHAK K.EDUA.

7. Dana penelitian tahap kedua tidak dapat dicairkan jika bukti pengeluaran keuangan belum diserahknn oleh peneliti, dan dikembnliknn ke Kas Negarajika mrlewati batas akhir SP2D.

8. Sistemntikn lnpornn nkhir pcnelitian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. llentuk kuano

b. \Varna cover disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Unimed

c. Dibawnh bagian kulit cover depan diltllis: dibiayai olch Dana PO Unimed No. 0003721UN.331KEP/KU/2o1Z Tanggal IS Februaru 20 12

d. Melampirkan Sural Perjanj ian Penggunaan Dana (SP20) pada lampiran laporan.

Pasal 7

SANKS!

I. Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan penelitian sebagaimana tersebut dalam pasal S maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi :Tidak akan diikutsenakan dalam pelaksanaan penelitian atau kegiatan lainnya. Apabila pelaksana program melalaikan kewajiban baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian yang dimaksud.

2. Apabila Ketus Peneliti berhalangan melaksanakan desiminasi karena suatu hal, maka menunjuk salah seorang anggota yang mampu.

Pasal 8 LA PO RAN

Pcnggunaan Dana (SP20) ini dipcrbuat untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mes

itumorang, M.Sc.,Ph.O 60 1 I 00 1

pihセ@

(31)

Lampiran 2. Biodata Ketua Peneliti

DAFT AR RIW A Y AT HID UP KETUA PEN ELITJ

a.

Keterangan diri

- Nama

- Tempat/tgllahir - Jenis Kelamin - Pekcljaan

- Pangkat/Golongan - lnstitusi

- Bidang Keahlian

b. Matakuliah yang diampu - Entomologi

Ekologi Hewan Ekologi Tumbuhan

: Dr. rer. nat Binari Manurung, M.Si : Simalungun, 4 April 1964

: Laki-lak:i

: Dosen Biologi-FMIP A UNIMED

: IV

-b/ Pembina Tkt

I

: Jurusan Biologi FMIP

A UNIMED

Jln. Willem Iskandar Pasar V Medan

Estate

20221

: Entomologi (Serangga)

- Taksonomi Hew-dll Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi c. Riwayat Pendidikan

Universitas I KIP Medan

JTB Bandung llewan

Martin-Luther Universitaet Jerman (Scrangga)

d. Pengalaman Penelitian

Gelar Drs M.Si Doktor Tahun Selesai 1988 1993 2002 Bidang Studi Pend. Biologi Ekologi Entomologi

(32)

Struktur k.omunitas dan dinamika populasi hama lalat buah (Diptera: Tephritidae) pada pertanaman jeruk di Kabupatcn Karo-J>ropinsi Sumatera Utara (Dikti 20 I I : Hi bah Fundamental, Ketua).

e. PcogaJaman Publikasi Umia b

Manuruog,

B.

2008. Kajian Biologi Perkembangan Wereng Cokelat

(Nilaparvata sp., Hemiptera: Auchenorrhyncha). Jurnal Sains Indonesia 32 (2): 75-79.

Maourung,

B.,

W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig,

E.

Fuchs. 2005: Studies on biology and population dynamics of the leafhoppecPsammotellix alienus

Dahlb. (Homoptern, Aucbenorrhyncha) as vector of the Wheat dwarf virus

(WDV) in Saxony-Anhalt, Gerrnany. Journal of Plant Diseases and Protection

112(5): 497-507.

Manu rung,

B.

&

E.

Gusmita 2005. Kajian awal ekologi Lalat buah pada Kebun jeruk di Tanah Karo. Jurnal Sains Indonesia 29(4): 135-139.

Manuruog,

B.,

W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig,

E.

Fuchs. 2004 . The epidemiology of Wheat dwarf vims (WDV) in relation to occurrence of the leafhopper Psammotellix alienus Dahlb. and its infectivity with WDV in Saxony-Anhalt, Middle-Germany. - Virus Research 100(1): 109-113.

Ma nu rung, B. 2004. Kajian kemampuan wereng cokelal Psammotellix alienus

Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) sebagai vector wheat dwarf virus (WDV). Jurnal Sains Indonesia 28(2): 48-51.

Mehner, S., B. Manurung, D. Schmidt, A. Habeku.B, M. Gliintzig, W. \Vitsack, E. Fuchs: Investigation into the ecology of Wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. 2003. Journul of Plant Diseases and Protection 110 (4): 313-323.

Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Griintzig, E. Fuchs. 2002. Untersuchungen zur Populationsdynamik und Generationsfolge des Virusvektors Psammotellix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) in Getreidefeldem,-Phytomedizin 2: 34-35.

Mehner, S., B. Manurting, M. Griintzig, W. Witsack, E. Fuchs. 2002). Populationdynamics of the leafhopper Psammotellix alienus Dahlb. and two years investigations into the occurrence of Wheat dwarf virus (WDV) in crops of winter barley located in the middle gennan dry region, Germany. PlanJ Protection Science 38 (Special Issue 2): 370-374.

Maourung, B., W. W itsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2001. Zur Biologic der Zwerg:zi.kade Psammotettix alienus Oahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) und ihrer Bedeutung als Vcktor des Wheat dwarf virus

( WDV).- Dok & Mat42: 164-166.

Manurung, B., W. Witsack, E. Fuchs, S. Mehner. 200 1. Zur Embryonal- und Larvalentwicklung der Zikade Psammotellix alienus (DAHLBOM, 1851) (Hemiptera, Auchenorrhyncha).-Beitrage zur Zik:adenkunde 4 : 49-58.

Manurung, B., W. Witsack, E. Fuchs. 2000. Vorll!ufige Ergebnisse

z.ur

Biologic und Okologie (Populationsdynamik) der Zi kade Psammotellix alienus

Dahb. (Homoptera, Auchenorrhyncha). - Phytomedizin 2: 55-56.

Ma ourung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2000. Vorliiufige Ergebnisse zur Populationsdynamik der Zikade Psammotettix alienus

(33)

---(DAI1Ll30 M, 1851) ( Homoptera, Auchenorrhyncha), einem Vektor fur Wheat

dwarf virus (WDV). -Mitt.Biol. Bundes anst. Land-Forstwirtsch. 376: 557.

Manurung,

8 .,

W. Witsack. 2000. Zur Entwicklungsbiologie und Populationsdynamik des Virusvektors Psammotertix alienus (Dhlb.) (Auchcnorrhyncha) in Getreidefeldem. -DgaaE Nachrichten 14: 79.

f. Seminar lnternasional (Pemablah):

Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grllntzig, E. Fuchs. 2002. Investigations on the biology and ecology of the lealhopper Psammotettix

alieniiS Dahlb. (Hemiptera, Cicadellidae), a vector of Wheat dwarf gemini virus

(WDV). - ]Jilt International Auchenorrhyncha Congress, 5-9 August 2002,

Potsdam/Berlin, Germany, Abstracts: 56.

Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grllntzig, E. Fuchs. 2002. Studies on the occurrence of the leafhopper Psammotettix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) and its infectivity with Wheat dwarf virus (WDV) in winter barley in Saxony-Anhalt, Germany (2002). -

8'h

International Plant Virus

Epidemiology Symposium, 12-17 May 2002, Aschersleben, Germany, Abstracts:

42.

Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Griintzig, E. Fuchs. 2001. Biology and population dynamics of the leafhcpper Psammotettix alienus Dahlb. (Homoptera, Auchenorrhyncha) as a vector of Wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. -

9'h

Conference on Virus diseases Gramineae in Europe, 21-23 May 200 I, Central Science Laboratory, York, UK, Abstracts: 26. Manurung, B. & W. Witsack. 2001. Provisional results on effectiveness of the leafhopper Psammotettix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhrncha) as vector of wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany.

8'

Central

European Auchenorrhyncha meeting in Dresden, 14-16 September 2001,

Germany.

Manuru ng, B. & W. Witsack. 2000. Preliminary results on biology and population dynamics of the lealhopper Psammotellix alienus (Dahlbom, 1851 ) (Hemiptera, Auchenorrhyncba).

1h

Central European Auchenorrhyncha meeting

in Bad Frankenhausen, 1-3 September 2000, Germany.

Medan, 19 November 2012 Yang membuat pemyataan,

Dr. rer. naL Binari Manurung. M.Si

Referensi

Dokumen terkait

a) Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-15 tahun diwajibkan untuk didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Salafiyah Ula/Paket A atau

Memahami Informasi Penjualan &amp; Cara Meningkatkannya Menganalisis Performa Shopee Feed &amp; Shopee Live Identifikasi Peluang Pertumbuhan Bisnis Baru Melihat Perkembangan

Selain kurangnya pemahaman pelajar mengenai kiprah perjuangan golongan nasionalis Islam yang didalamnya turut serta Ki Bagus Hadikusumo, juga literatur yang membahas mengenai

Dengan melihat hasil seperti pada Gambar dan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa flame sensor 5 kanal memiliki sensitifitas yang baik dilihat dari

Sitti Murniati Muhtar, Stategi komunikasi dalam pelaksanaan program corporate social responsibility (CSR) oleh Humas PT semen tonasa terhadapkomunitas lokal di Kabupaten

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana ditetapkan Peraturan

Terampil menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, mengisayaratkan bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya berkutat pada keterampilan berbahasa

Dalam mode ini dilakukan dengan memberi nilai 0 pada bit WGM21, WGM20,COM21 dan COM20 pada register TCCR2 (gambar 2.14) sedangkan besarnya prescaler yang digunakan dapat