• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Penggunaan Teknologi Informasi da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Penggunaan Teknologi Informasi da"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Penggunaan Teknologi Informasi dan

Pengendalian Internal Dalam Menentukan Risiko

Bawaan (Inherent Risk):

(Implementasi E-Audit Pada BPK RI)

Oleh :

Yogi Hady Afrizal

10800111133

Ak-7

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

(2)

BAB I

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang reformasi keuangan negara yang telah menetapkan asas pengelolaan keuangan negara yang akuntabilitas berorentasi pada hasil, profesionalitas, proposionalitas, keterbukaan, serta pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Jones et al., (Dalam Pratama, 2013) menyatakan bahwa fungsi pengelolaan keuangan negara menekankan pada prinsip stewardship (pengelolaan yang jujur dan terbuka), serta accountability (cerminan kinerja yang baik dan bertanggungjawab).

Mengacu dari UU tersebut maka Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sebagai instansi yang terkait merespon dengan mengeluarkan sebuah program yang bernama BPK Sinergi yang ditetapkan oleh Kebijakan Pimpinan BPK periode 2009-2014 dan menyusun Rencana Strategis BPK 2011-2015 yang salah satu isinya menyebutkan tentang penerapan E-Audit, dimana teknologi informasi menjadi landasan terhadap proses pelaksanaan audit. Program BPK Sinergi sendiri merupakan proses pengsinergian data BPK dengan pihak atau entitas yang diperiksa. Dengan cara ini BPK dapat melakukan perekaman, pengelolaan, pertukaran, pemanfaatan maupun monitoring terhadap suatu entitas. Seluruh data maupun informasi yang dibutuhkan dikumpulkan oleh BPK baik berupa data keuangan maupun non keuangan kemudian data tersebut diolah dan digunakan dalam proses pemeriksaan secara elektronis.

(3)

antara e-BPK dengan e-Auditee yang secara sistematis membentuk Pusat Data Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di BPK (Pratama, 2013). Perancangan dan pemakaian E-Audit pada BPK di maksudkan untuk mencapai keefisienan dan keefektifan serta mencegah lebih cepat kecurangan yang mungkin terjadi.

Teknologi memang merupakan suatu hal yang canggih tetapi dibalik kecanggihan tersebut terdapat kerentanan. Kerentanan teknologi ini dapat menjadi sebuah risiko yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengimplementasian E-Audit. Sesuai dengan definisi, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 Dalam Marwanto, 2010). Selanjutnya audit juga merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporakan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, audit harus dilakukan oleh orang yang berkompeten dan independen (Arens 2011: 4).

Teknologi merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri dan sebuah sistem tidak bersifat pasif dan akan terus bergerak maju dan mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Dalam proses pemeriksaan secara elektronis dapat muncul berbagai macam risiko. Dan risiko yang muncul dikarenakan kelemahan sebuah sistem teknologi tersebut menjadi Risiko Bawaan (Inherent Risk).

Beberapa jenis risiko yang dikenal dalam auditing yaitu Risiko Deteksi yang Direncanakan, Risiko Bawaan (Inherent Risk), Risiko Pengendalian (Control Risk), dan Risiko Audit yang Dapat Diterima. Untuk mewaspadai penyalahgunaan teknologi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab maka pengendalian internal sangat berperan penting dalam hal ini.

(4)

pengendalian internalnya. Ada beberapa tujuan diadakannya pengendalian internal seperti melindungi data entitas, memberikan kepastian terhadap keakuratan data informasi, efisiensi, mencegah tindakan kriminal maupun pelanggaran. Ada beberapa komponen pengendalian internal yaitu control environment (lingkungan pengendalian), risk assessment (penilaian risiko), information system (sistem informasi), control activities (pengendalian), dan monitoring (pemantauan) (Tuanakotta 2013).

Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139). Dalam hal ini auditor harus menilai sejauh mana dampak dari penggunaan teknologi informasi dan juga pengendalian internal terhadap sistem tersebut untuk dapat menentukan seberapa besar risiko bawaan agar para auditor dapat menentukan prosedur audit dengan baik.

Ada beberapa risiko audit (Audit Risk) salah satunya yaitu Risiko Bawaan (Inherent Risk) yang muncul akibat dari kelemahan teknologi. Arens (2011: 421) mengatakan risiko yang muncul akibat teknologi dapat berupa risiko terhadap perangkat keras (Hardware) dan data, berkurangnya jejak audit, kebutuhan terhadap pengalaman di bidang TI dan Pemisahan tugas-tugas TI. Selain itu pengendalian internal juga berperan penting dalam mengaplikasikan E-Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000).

(5)

irma 2012). Informasi yang dihasilkan dengan cara menggunakan teknologi (Computer Based Information System) haruslah dapat dipercaya agar nantinya dapat digunakan untuk menentukan kualitas kinerja suatu perusahaan atau organisasi. Keberhasilan dalam suatu sistem informasi bergantung pada bagaimana proses menjalankan sistem tersebut, kemudahan penggunaan sistem bagi pemakai,dan kemampuan pemakai sistem (Putra dan Noviari, 2013)

(6)

Dengan adanya E-Audit yang menggunakan teknologi informasi dalam proses audit maka kompetensi auditor dalam mengaplikasikan sistem ini juga merupakan faktor yang berperan penting. Auditor harus mengubah kebiasaan dari sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi. Davis (1989) melakukan sebuah penelitian sehingga menghasilkan sebuah teori yang dikenal dengan TAM (Technology Acceptance Model) yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat penerimaan individu terhadap penggunaan teknologi informasi. Vankatesh dan Davis (2000) Dalam Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu: (a) manfaat yang dirasakan (perceived usefulness), dan (b) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Arens (2011: 423) juga menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi akan menimbulkan kebutuhan akan pengalaman dalam bidang teknologi informasi.

B. Rumusan Masalah

Di era teknologi informasi yang berkembang pesat seperti saat ini maka semua bidang di tuntut untuk bekerja lebih cepat, beralih dari sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi. E-Audit merupakan terobosan BPK RI untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan proses audit, sistem ini menggunakan teknologi informasi sebagai landasannya dan dibalik semua kecanggihan teknologi masih juga terdapat kekurangan yang dapat menimbulkan terjadinya Risiko Bawaan (Inherent Risk). Dan adapun permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

(7)

2. Bagaimana pengendalian internal berperan dalam menentukan besarnya Risiko Bawaan (Inherent Risk)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ingin menjelaskan teori Tam (Technologi Acceptance Model) yang mengemukakan tingkat penerimaan suatu individu terhadap suatu teknologi baru dan ini menyangkut mengenai penerimaan auditor dalam melakukan proses audit yang berbantuan komputer dan berlandaskan teknologi informasi terkait dengan implementasi E-Audit pada BPK-RI. Selain itu penelitian ini ingin mengetahui peran pengendalian internal untuk menentukan Risiko Bawaan (Inherent Risk).

Dengan tingkat pemahaman dan penerimaan auditor terhadap suatu sistem autaupun teknologi baru dan juga tingkat pengendalian internal yang baik maka diharapkan mereka dapat mengetahui dan menentukan Risiko Bawaan (Inherent Risk) yang timbul dari penggunaan teknologi informasi di dalam proses audit, dan peran penegendalian internal agar mereka dapat merancang prosedur audit dengan baik.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(8)

Technologi Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor eksternal dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya teknologi informasi oleh pengguna (lucyanda : 2010).

Selain itu auditor juga dituntut untuk mempunyai keahlian dan juga pengetahuan terhadap teknologi informasi agar mereka dapat mengetahui apa saja kelebihan dan juga kekurangan dalam melakukan proses audit dengan menggunakan bantuan teknologi dan komputer.

2. Manfaat Praktis

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini melakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian-penelitian yang dijadikan sebagai refrensi. Penelitian yang dijadikan refrensi pada tinjauan pustaka ini diambil dari dua penelitian. Tinjauan pustaka ini dugunakan untuk menjadi bahan refrensi dalam melakukan penelitian ini.

Tinjauan pustaka yang pertama berasal dari jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. VII No.2 Juli-Desember 2013 yang berjudul “Pemeriksaan Keuangan Negara Berbasis Teknologi Informasi: Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia” ini merupakan karya dari Arie Pratama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui data kepustakaan dan studi lapangan. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu deskriptif dalam memberikan gambaran mengenai konsep dan cara kerja sistem E-Audit yang baru diterapkan oleh BPK-RI. Serta memberikan contoh pelaksanaan sistem secara simulasi tertulis dan bergambar. Analitis dalam mengkaji bagaimana penggunaan teknologi informasi dalam sistem E-Audit dapat meningkatkan keefisienan dan keefektifan BPK dalam melakukan proses auditnya.

(10)

dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses pemeriksaan keuangan negara. Selain itu E-Audit juga merupakan salah satu progran kerja BPK Sinergi, yaitu mensinergikan kerja BPK melalui kerjasama perolehan data dengan pihak yang diaudit (auditee).

Refrensi penelitian selanjutnya berasal dari jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.6 No.1, Mei 2004: 10-28 yang berjudul “Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI)” penelitian ini merupakan karya dari Natalia Tangke. Penelitian ini lebih cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung denan cara membagi kuesioner secara langsung kepada para sampel yang telah ditentukan sebelumnya.

Selanjutnya penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian ini ingin menguji teori TAM terhadap Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) yang dilakukan pada BPK – RI. Analitis yaitu penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan penerapan TABK di BPK – RI ditinjau dengan menggunakan Technologi Acceptance Model (TAM).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam mengunakan teknik audit berbantuan komputer (TABK) (PEOU) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU). (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signfikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (3) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK

(11)

sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (4) sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK (ACC). (5) meskipun hanya dapat

menjelaskan perubahan kurang dari 1% tetapi persepsi

pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh pengguna akan TABK (ACC).

B. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori yang diperkenalkan oleh Fred D Davis pada tahun 1989 di Amerika Serikat. Berbagai penelitian empiris menemukan bahwa TAM secara konsisten menjelaskan proporsi yang substansial dalam keinginan untuk menggunakan suatu teknologi (usage intention) dan perilaku (behavior) (lucyanda : 2010). TAM merupakan model yang diadopsi dari model the thoery of reasoned action (TRA)

yang merupakan sebuah teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (Ajzen, dkk. 1975 dalam Nasution, 2004).

Tujuan TAM adalah menjelaskan faktor-faktor eksternal dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya teknologi informasi oleh pengguna (user) (lucyanda : 2010). TAM berfungsi menjelaskan tingkat penerimaan teknologi yang terdiri dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya sebuah teknologi informasi oleh penggunannya.

(12)

kemanfaatan (perceived usefulness), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi membuatnya lebih mudah menyelesaikan pekerjaan Venkatesh dan Davis (2000) dalam Devi dan I Wayan (2014).

Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan individu terhadap suatu teknologi seperti gambar berikut,

(sumber, Davis 1989)

Dalam konsep yang diperkenalkan Davis (1989) terdapat dua faktor yang pertama yaitu manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness) dan yang kedua yaitu kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use). Kedua faktor ini juga berhubungan dengan sikap pengguna (Attitude of Use) dan kecenderungan tingkah laku pengguna (Behavior Intention of Use) yang berujung pada pemakaian sistem aktual (Actual System Use). Vankatesh dan Davis (2000) dalam Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu: (1) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (2) manfaat yang dirasakan (perceived usefulness).

(13)

Perceived Usefulness diartikan dimana manfaat ataupun fungsi merupakan suatu tingkatan diamana seseorang akan merasa lebih yakin dan percaya bahwa dengan menggunakan suatu subjek tertentu maka akan mendongkrak dan meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis 1989). Dan Kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui dari kepercayaan pengguna teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan teknologi informasi, dimana kepercayaan tersebut jika penggunaan teknologi informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya (Nasution, 2004). Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Nasution (2004) kemanfaatan dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu:

1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor:

a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

b. Bermanfaat (usefull)

c. Menambah produktifitas (Increase productivity)

d. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)

e. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

2. kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas). a.Kemanfaatan meliputi dimensi :

(1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier), (2) Bermanfaat (usefull),

(3) Menambah produktifitas (Increase productivity).

b.Efektifitas meliputi dimensi :

(1) mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness),

(2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).

D. Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of use)

(14)

Selanjutnya ia juga menjelaskan beberapa indikator kemudahan penggunan teknologi informasi adalah:

1. komputer sangat mudah dipelajari,

2. komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna 3. keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan komputer 4. komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

E. Risiko Audit

Risiko audit yaitu dimana seorang auditor tidak dapat menemukan salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat oleh manajemen (Tuanakota 2011: 141).

Risiko Audit menyebabkan terjadinya Risiko Bisnis dan Risiko Kecurangan. salah satu contoh dari Risiko Bisnis yaitu sistem akuntansi ataupun sistem dan penggunaan sebuah teknologi informasi yang dipakai di dalam akuntansi dan auditing. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja

(unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja (Wondabio : 2006).

Resiko audit didefinisikan sebagai probabilitas dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak dapat diketemukan dalam pemeriksaan (Nasution: 2004)

Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup kemungkinan-kemungkinan:

- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion) - Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion) - Pendapat tidak setuju (adverse opinion)

(15)

baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (Rachmawati dkk : 2013).

Risiko Bawaan merupakan suatu kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139).

Menurut tuanakota (2011) ada tiga hal penting dalam makna Risiko Bawaan (Inherent Risk) yaitu:

1. Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi yang bersangkutan karena sifat bisnis.

2. Inherent risk juga bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum ada sistem pengendalian internalnya tetapi untuk hal khusus yang menjadi bagian dari transaksi itu belum ada pengaturannya.

3. Auditor tidak dapat memengaruhi risiko ini, tidak ada prosedur audit yang dapat mengurangi inherent risk, namun auditor harus menilai seberapa besar inherent risk agar ia dapat merencanakan prosedur auditnya dengan baik.

F. Pengendalian Internal

Menurut (Utomo: 2006) pengendalian internal dalam sistem yang terkomputerisasi dibagi menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi, berikut beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk megurangi risiko-risiko dalam implementasi E-Audit.

(16)

a. Pengendalian top manajemen: dimana seorang manajemen dalam suatu perusahaan harus memastikan dan bertanggungjawab apakah sistem dalam perusahaan tersebut sudah berjalan dengan baik.

b. Pengendalian manajemen sistem informasi: manajemen sistem informasi mempunyai tugas untuk merencanakan dan melakukan pengendalian terhadap semua aktivitas sistem informasi.

c. Pengendalian manajemen pengembangan sistem: divisi ini bertanggungjawab terhadap desain, iplementasi, dan pemeliharaan sistem.

d. Pengendalian manajemen program: bertanggung jawab untuk membuat program baru, memelihara program yang lama dan menyediakan software umum yang mendukung sistem informasi di perusahaan tersebut.

e. Pengendalian data administrator: divisi ini memastikan pengembangan, implementasi pengoprasian dan pemeliharaan sistem baru yang sesuai dengan standar.

f. Pengendalian manajemen keamanan: divisi ini bertanggungjawab dalam melakukan pengendalian terhadap akses dan keamanan fisik dari fungsi sistem informasi.

g. Pengendalian manajemen operasi: divisi ini yang langsung mengawasi dan melakukan control terhadap kinerja sistem operasional setiap hari. Pengendalian Aplikasi: di pengendalian aplikasi auditor melakukan evaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun-akun di mana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian, karena pengendalian TI akan berbeda di setiap transaksi dan akun. Pengendalian aplikasi ini memproses transaki-transaksi dalam perusahaan seperti pengendalian pemrosesan penjualan ataupun penerimaan kas. Pengendalian aplikasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

(17)

b. Pengendalian input: merupakan bagian dimana data di masukan kedalam sebuah sistem informasi.

c. Pengendalian proses: dalam pengendalian ini pengambilan keputusan, perhitungan, pengklasifikasian dilakukan untuk memeriksa data yang masuk ke sistem.

d. Pengendalian output: data yang masuk telah diolah dan mengasilkan sebuah informasi di pengendalian ini merupakan kegiatan untuk menyajikan data dalam bentuk yang baik sehingga menghasilkan informasi yang akurat.

e. Pengendalian komunikasi: dalam pengendalian ini merupakan pengendalian dalam pengiriman data antara subsitem yang ada dalam sistem perusahaan.

Kedua pengendalian ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam hal pengolahan data secara elektronis. Adapun tujuan yang perlu diketahui seorang auditor dari pengendalian internal dari sebuah sistem yaitu:

a. Melindungi aktiva-aktiva perusahaan

b. Memberikan kepastian dan akurasi terhadap data dan informasi c. Efisiensi

d. Pengukuran sesuai dengan kebijakan perusahaan e. Pengukuran sesuai dengan peraturan dalam perusahaan

f. Pengendalian dari hal-hal negative seperti kriminal, pelanggaran, dan lain sebagainya.

G. Kerangka Fikir

(18)

Didalam setiap audit selalu muncul sebuah risiko. Dimana risiko ini dinamakan risiko audit. Dan setiap risiko audit tidak dapat dihilangkan karena setiap entitas yang diaudit selalu mempunyai risiko bawaan (inherent risk). Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah risiko bawaan yang muncul dari dampak penggunaan teknologi informasi, dan upaya apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir risiko bawaan tersebut. Peneliti menggunakan Technology Acceptance Model (TAM), sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana penguasaan para auditor dalam menerima, menggunakan, dan memanfaatkan suatu teknologi yang baru sehingga dapat meminimalkan risiko bawaan (Inherent risk).

Sumber : diolah peneliti

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Teknologi informasi

Risko Bawaan (Inherent Risk)

(19)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Dengan menggunakan metode kualitatif maka penulis mencoba untuk menjelaskan “dampak penggunaan teknologi informasi dan pengendalian internal dalam menentukann risiko bawaan (Inherent risk), implementasi E-Audit pada BPK-RI”. Pendekatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini mencoba mengangkat fenomena aktual saat ini yang dikenal dengan zaman teknologi, dimana seluruh kegiatan manusia sedikit demi sedikit mulai menggunakan bantuan teknologi bahkan adapula kegiatan manusia yang digantikan dengan teknologi. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama dalam kasus ini, peneliti ingin mencoba menjelaskan dampak dari penggunaan teknologi informasi sebagai landasan dari sistem E-Audit.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan pada penelitian ini yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) pada provinsi Sulawesi Selatan. BPK RI menjadi tempat pustaka yang dipilih karena sistem E-Audit yang dijadikan objek penelitian ini merupakan sistem yang dikembangkan dan digunakan ole BPK-RI dalam melakukan proses audit.

B. Pendekatan Penelitian

(20)

penelitiannya. Dengan adanya fenomena yang terjadi maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai objek penelitian.

Metode penulisan kualitatif yang digunakan didalam penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai “dampak penggunaan teknologi informasi dan pengendalian internal dalam menentukan risiko bawaan (Inherent Risk) implementasi E-Audit pada BPK- RI” peneliti menggukan jenis penelitian kualitatif studi kasus dengan menggunakan fenomena penggunaan teknologi pada proses audit (E-Audit) di BPK-RI. Data yang dikumpulkan berasal dari BPK-RI dan beberapa sumber lain yang mendukung penelitian, dan peneliti sebagai instrumen utama dalam menganalisis data.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Adapun populasi pada penelitian ini yaitu karyawan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Sul-Sel. 2. Sampel

Sampel dari penelitian ini akan diambil dari Auditor yang bekerjadi BPK-RI.

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengguakan pendekatan kualitatif yaitu dengan cara, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

(21)

dan ditujukan langsung kepada pihak yang berkompeten yang dapat memberikan informasi atas pengamatan dan pengalamannya terkait dengan kasus pada penelitian ini.

2. Observasi

Observasi yaitu dengan mencatat hasil dari observasi yang dilakukan dilapangan terkait dengan dampak pengguaan teknologi dan pengendalian internal terhadap risiko bawaan.

3. Studi Dokumentasi

Merupakan studi yang diperoleh dari sumber-sumber seperti jurnal, buku, ataupun hasil rekaman wawancara dari informan yang terkait. Data primer dari penelitian ini bersal dari studi kepustakaan yang mengambil beberapa hasil penelitian dari jurnal dan penelitian terdahulu kemudian didukung dengan data primer yang berasal dari hasil wawancara informan yang terkait dengan kasus ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif merupakan peneliti itu sendiri. Peneliti harus berperan aktif dan terlibat langsung dengan penelitiannya. Selain itu instrumen penelitian yang dipakai untuk memperoleh data dilapangan adalah, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(22)

bersifat deskriptif dalam bentuk kata maupun gambar. Data tersebut diperole dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumntasi, sehingga dapat dilakukan untuk responden yang jumlahnya sedikit. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diambil dan diolah dengan mengambil beberapa inti dari hasil wawancara tersebut yang didukung oleh data-data sekunder berupa hasil penelitian terdahulu dan juga buku serta jurnal-jurnal. Semuanya akan disatukan sehingga membetuk satu narasi yang menjelaskan dan menggambarkan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, dkk. Jasa audit dan Assurance (Adaptasi Indonesia) Buku 1, jakarta: Salemba Empat,2011.

Davis, Fred D., dkk. 1989, User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of two Teoritical Models, Management Science, Vol. 35/8August: 983-1003.

Devi, Ni Luh N S, dan I Wayan S, ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DI NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):167-184.

(23)

Individual Karyawan, JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 14, NO. 1, MEI 2012: 56-68.

Lucyanda, Jurica., (2010), Pengujian Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory Planned Behavior (TPB), JRAK, Vol.2 Agustus 2010. Hal.1-14. Marwanto, 2010, Peranan teknologi Informasi Dalam Perkembangan Audit

Komputerisasi, JURNAL EKSIS, Vol 6 No.2, Agustus 2010.

Maharsi, Sri. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 127 – 137.

Nasution, Fahmi Natigor. (2004). Penggunaan Teknologi Berdasarkan Aspek Perilaku (Behavioral Aspect). USU Digital Library: 1-10.

Nasution, M. Utama, 2004, Resiko Audit, Digitized by Universitas Sumatra Utara (USU) digital library 2004: 1-5.

Putra, Putu S.S. dan Noviari Naniek. 2013, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kepercayaan, dan Kompetensi Pada Penerapan Teknik Audit Sekitar Komputer, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3 (2013): 640-654.

Pratama Arie, (2013), Pemeriksaan Kuuangan Negara Berbasis TeknologiInformasi: Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa keuanganRepublik Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.VIII No.2 Juli-Desmber 2013.

(24)

Tuanakotta, Theodorus M, Berfikir Kritis Dalam Auditing, Jakarta : Salemba Empat, 2011.

Tuanakotta, Theodorus M, Audit Berbasi ISA (International Standars on Auditing), Jakarta: Salemba Empat, 2013.

Utomo, Agus P, “Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Proses Auditing dan Pengendalian Internal” Jurnal Teknologi Informasi DINAMIKA Vol XI, No.2, Juli 2006: 66-74.

Wondabio,Ludovicus Sensi, 2006, Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance Decisions) Berdasarkan Petimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk), Risiko Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk),

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 1 pasien wanita (3,4%) dari 29 subyek penelitian mengalami ROTD berupa kulit terbakar kehitaman setelah mengkonsumsi obat amoksisilin

Exercise Price : IDR 625.00 Maturity Date : 09 June 2020 Expire Date : 10 June 2020 Syndication Code : Domestic. Description : Initial

Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk

Dari pemetaan titik-titik hubungan antara kedua variabel tersebut, maka posisi X (variabel kadar amilosa campuran) dan posisi Y (variabel nilai fracture force ) yang secara

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Deskripsi Kemampuan

Maka, khususnya bagi mahasiswa program studi pendidikan Bahasa Inggris, adalah hal yang wajib untuk memiliki kompetensi kebahasaan (language skill) yang baik, utamanya

Buah sukun diharapkan dapat menjadi alternatif bahan pangan pengganti beras. Hal ini turut membantu gerakan pemerintah go pangan lokal, yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.