• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Strategi Sistem Informasi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Matriks Strategi Sistem Informasi dan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

HALAMAN 1 DARI 4 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

Matriks Strategi Sistem Informasi

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKOJI

999

Nomor 119, 05 Januari 2013

(2)

Secara prinsip, peranan sebuah sistem informasi berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan  lainnya.  Menurut  Warren  McFarlan,  paling  tidak ada dua  hal  yang  menyebabkan  demikian.  Hal  pertama  adalah  seberapa  besar  ketergantungan  sebuah  perusahaan  atau  organisasi  terhadap keberadaan teknologi informasi dalam penciptaan produk atau jasa sehari‐harinya,  sementara hal  lainnya adalah tergantung seberapa besar perkembangan teknologi  informasi  dapat  menciptakan  atau  meningkatkan  keunggulan  kompetitif.  Sebuah  perusahaan  harus  dapat memetakan setiap aplikasi atau infrastruktur teknologi  informasi yang dimilikinya ke  dalam  matriks  yang  ada  sehingga  manajemen  dapat  melihat  tingkat  kepentingan  masing‐ masing sistem informasi yang dimiliki untuk keperluan perencanaan dan pengembangannya.  Salah satu  kerangka  klasik  dari  Warren McFarlan  yang  masih  relevan  untuk  dipergunakan  sebagai  bahan  analisa  adalah  McFarlan  Strategic  Matrix  (McFarlan,  1983).  Matriks  ini  sebenarnya  dibuat  berdasarkan  Boston  Consulting  Group’s  Strategic  Investment  Analysis  yang  mengkategorikan  perusahaan  menjadi  stars,  cows,  wild  cats,  dan  dogs  berdasarkan  investasi  yang  dilakukan.  Secara  umum,  McFarlan melihat  posisi  sistem  informasi  maupun  teknologi informasi terhadap suatu perusahaan dapat dilihat dari dua perspektif utama:

Seberapa besar ketergantungan perusahaan terhadap sistem informasi  dan teknologi 

informasi; dan

Seberapa  besar  potensi  sistem  informasi  dan  teknologi  untuk  dapat  memberikan 

keuntungan kompetitif bagi perusahaan.

Pada kenyataannya, sebuah perusahaan skala menengah atau besar memiliki berbagai macam  sistem informasi yang dipergunakan oleh masing‐masing divisi. Contohnya: 

Direktorat  Sumber  Daya  Manusia  memiliki  Sistem  Informasi  Personalia,  Sistem 

Informasi  Pelatihan dan Pengembangan,  Sistem  Informasi  Lembur,  Sistem  Informasi  Penggajian dan Tunjangan, dan lain‐lain;

Direktorat  Keuangan  memiliki  Sistem  Informasi  Akuntansi,  Sistem  Informasi 

Penganggaran  (Budgeting),  Sistem  Informasi  Pembelanjaan  (Expense),  Sistem  Informasi Perpajakan, dan lain‐lain;

Direktorat  Operasi  memiliki  Sistem  Informasi  Pergudangan,  Sistem  Informasi 

Pengadaan  Barang,  Sistem  Informasi  Pabrik,  Sistem  Informasi  Distribusi,  dan  lain  sebagainya.

Dilihat dari kacamata manajemen strategis, masing‐masing sistem di atas dapat dikategorikan  berdasarkan  karakteristiknya.  Kelompok  pertama  adalah  sistem  informasi  atau  teknologi  informasi  yang  hanya  berfungsi  sebagai  penunjang  perusahaan  (kinerja  perusahaan  tidak  bergantung  kepada  peranan  teknologi  informasi)  dan  tidak  memiliki  potensi  yang  besar  dalam memberikan keunggulan kompetitif perusahaan (McFarlan menamakannya ‘support’).  Contohnya  adalah  Sistem  Penggajian  Karyawan  di  perusahaan  pabrik  sepatu.  Kinerja  perusahaan  tidak  tergantung  kepada  kecanggihan  teknologi  yang  ada  mengingat  yang  dijadikan  patokan  adalah  kualitas  sepatu  yang  dihasilkan.  Sistem  yang  bersangkutan  juga  tidak membedakan keunggulan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.  Apakah  perusahaan  sepatu  dengan  Sistem  Penggajian  Karyawan  yang  lebih canggih  dapat  menghasilkan sepatu yang lebih baik? Sulit dibuktikan kebenarannya.

Jenis  sistem  kedua  adalah  teknologi  informasi  yang  tidak  secara  langsung  memberikan  keunggulan  kompetitif  kepada  perusahaan,  namun  keberadaannya  mutlak  diperlukan.  McFarlan menamakannya ‘factory’ (mungkin karena sifatnya yang tidak lebih sebagai mesin 

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

(3)

dalam  pabrik)  dimana  Sistem  Informasi  Pelanggan  pada  perusahaan  asuransi  merupakah  salah  satu  contohnya.  Jelas  bahwa  data  lengkap  pelanggan  harus  dimiliki  oleh  sebuah  perusahaan asuransi karena segala perhitungan (seperti premi dan klaim) sangat bergantung  kepada  pro�il  perorangan.  Namun  sistem  ini  tidak  secara  khusus  memberikan  keunggulan  kompetitif kepada perusahaan dibandingkan dengan pesaing‐pesaingnya.

   

Sumber: Warren McFarlan, 1983.

Kelompok  ketiga memperlihatkan suatu fenomena yang  cukup aneh,  karena  yang termasuk  jenis  sistem  ini  adalah  yang  secara  langsung  dapat  memberikan  keunggulan  kompetitif  kepada  perusahaan  yang  memilikinya,  namun  secara  prinsip  perusahaan  tersebut  tidak  tergantung  eksistensinya  terhadap  sistem  informasi  yang  bersangktun.  Contoh yang paling  jelas adalah aplikasi Sistem Telemedicine pada industri rumah sakit. Tanpa adanya sistem ini,  rumah sakit dapat berjalan seperti biasanya tanpa ada gangguan yang berarti. Namun, dengan  adanya  Sistem  Telemedicine  yang  dapat  menghubungkan  rumah  sakit  yang  bersangkutan  dengan  masyarakat  melalui  internet,  dapat  meningkatkan daya saing  rumah  sakit  tersebut  dibandingkan dengan rumah sakit lainnya.  Masyarakat  yang dapat berdialog dengan mudah  melalui  internet  (fasilitas  chatting) dengan seorang  dokter  di  rumah  sakit  akan cenderung  mendatangi rumah sakit yang bersangkutan jika mereka  butuh untuk berobat  (karena puas  dengan  fasilitas  Telemedicine  yang  disediakan).  Demikian  pula  dengan  sebuah  bank  yang  memiliki fasilitas Tele‐Conference dengan para calon pelanggan di seluruh dunia. Walaupun  tanpa sistem ini perusahaan dapat tetap berjalan, namun untuk beberapa pelanggan eksekutif  atau  kelas  atas,  fasilitas  ini  mendatangkan  kepuasan  tersendiri  (karena  orang  sepenting  mereka  tidak  perlu harus  berlelah‐lelah  berdiri  di  antrian  untuk  dapat  bertemu  customer  service)  sehingga  mereka  akan  cenderung  menabung  uangnya  di  bank  tersebut.  Untuk  kelompok yang satu ini, McFarlan menamakannya ‘turnaround’.

Kelompok  terakhir  adalah  yang  paling  utama,  yaitu  suatu  sistem  informasi  yang  secara  signi�ikan memiliki  nilai  strategis  bagi  perusahaan.  Dan tanpa  sistem  ini,  perusahaan  yang  bersangkutan dapat gulung tikar di era globalisasi informasi dewasa ini. Contoh yang paling  utama adalah fasilitas ATM (Automatic Teller Machine) bagi sebuah bank retail atau Sistem  Informasi  Pergudangan  untuk  perusahaan  distribusi.  Dengan  jaringan  ATM  dimana‐mana,  sebuah bank akan menjadi pilihan bagi para calon pelanggan (lebih kompetitif dari bank‐bank  yang lain). Sementara di lain pihak, tanpa diperlengkapi dengan fasilitas ATM, akan sulit bagi  bank‐bank  retail  dewasa  ini  untuk  memperoleh  perhatian calon  pelanggan.  Demikian  pula 

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

(4)

untuk perusahaan distribusi yang sangat tergantung pada pengaturan �low of goods dari satu  gudang  ke  gudang  yang  lain.  Semakin  e�isien  sistem  yang  ada  akan  semakin  menurunkan  biaya  perusahaan  sehingga  akan  meningkatkan  keuntungan  (pro�it)  perusahaan  yang  bersangkutan  (atau  paling  tidak  harga  pelayanan  yang  ditawarkan  akan  lebih  murah  dibandingkan dengan pesaing‐pesaingnya).  Sistem Informasi  Pergudangan yang  efektif juga  secara  langsung  akan meningkatkan  kepuasan pelanggan  terutama  dalam  hal  service  level  yang tinggi (lebih dari 95%).

Berdasarkan penjelasan di atas, dua kesimpulan dapat ditarik:

Sebuah sistem informasi dapat memiliki peranan yang berbeda‐beda di berbagai jenis 

perusahaan.    Fasilitas  ATM  di  industri  bank  retail  (=strategic)  berbeda  peranannya  dengan fasilitas ATM di industri bank korporat (=turnaround atau support).

Sebaliknya,  dalam  sebuah  perusahaan,  tidak  semua  sistem  informasi  yang  ada 

memiliki peranan atau tingkat kepentingan yang sama. Di sebuah supermarket, Sistem  Informasi  Supplier dan Sistem  Informasi  Inventori  (=strategic  dan turnaround)  jauh  lebih penting daripada Sistem Informasi Pelanggan dan Sistem Penggajian Karyawan  (=support).

Adalah penting bagi  seorang  manajemen puncak  untuk  mengerti  betul  dan  mende�inisikan  secara jelas peranan masing‐masing sistem informasi  atau teknologi informasi yang dimiliki  atau diutilisasikan perusahaannya. Ini semua untuk mencegah terjadinya kelebihan investasi  yang  dapat  membengkakkan  biaya  overhead  perusahaan  atau  kekurangan  investasi  yang  dapat mengakibatkan kehilangan kesempatan (opportunity loss).

‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Referensi

Dokumen terkait

Apakah masing-masing karakteristik informasi sistem informasi akuntansi manajemen (broad scope, timeliness, agregasi, dan integrasi) berpengaruh terhadap kinerja manajemen

Walaupun telah memiliki aset teknologi informasi yang berjalan, Sub Direktorat Pengembangan Sistem Informasi belum memiliki manajemen risiko teknologi informasi maupun

Bila dilihat dari masing-masing indikator persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi, indikator pelaku persepsi dapat dikategorikan baik dengan persentase 77% dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi informasi berpengaruh positif terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen, kakteristik sistem informasi

Jadi, investasi teknologi informasi adalah suatu keputusan investasi dalam mengalokasikan seluruh tipe dari Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang terdiri dari biaya total

Manajemen menetapkan sasaran umum Sistem Informasi Strategik dikaitkan dengan dukungan terhadap Strategi Bisnis yang sedikitnya meliputi: penyelarasan Teknologi

Karo menunjukan bahwa pada semua indikator Penerapan sistem informasi manajemen menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi manajemen sudah berjalan dengan Baik karena masing-masing

Dalam sistem informasi manajemen, data, fakta, dan informasi merupakan unsur yang berbeda dan memiliki peran