• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak Putus Sekolah Ditinjau dari Pandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Anak Putus Sekolah Ditinjau dari Pandang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Anak Putus Sekolah Ditinjau dari Pandangan

Alain Touraine

Disusun Oleh: Alika Nurul Haqqi

Dewi Tri Utami Ikhsan Novia Putri K. Tri Utami Oktaviani

FAKULTAS FILSAFAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke empat. Tujuan negara berlaku untuk semua rakyat Indonesia. Indonesia sebagai negara merdeka memiliki kebebasan untuk menentukan arah hidupnya sesuai dengan dasar negara Pancasila, yang menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebijakan menjadi salah satu langkah konkret pemerintah untuk mencapai tujuan negara. Misalnya, kebijakan program wajib belajar sembilan tahun dan program Bantuan Opersional Sekolah (BOS) yang berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia.

Akan tetapi, program wajib belajar sembilan tahun dan Bantuan Operasional Sekolah memberikan hasil yang kurang maksimal. Kurangnya pengawasan saat kebijakan dijalankan, kurangnya informasi bagi masyarakat, rumitnya birokrasi, serta ketidakpedulian dari pihak-pihak terkait –dinas pendidikan, sekolah, dan orang tua- menjadi penyebab kurang maksimalnya program pemerintah. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh golongan tertentu untuk mendominasi dalam bidang pendidikan. Golongan yang mendominasi memberikan tekanan yang tidak disadari oleh masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi bebas. Misalnya, masyarakat harus membayar mahal untuk membeli buku pelajaran, uang pembangunan, serta sumbangan lain demi kelancaran pembelajaran. Mahalnya biaya sekolah membuat anak usia sekolah yang berasal dari keluarga tidak mampu terpaksa berhenti. Permasalahan anak putus sekolah tidak kunjung terselesaikan. Semakin banyak anak yang tidak dapat mengakses pendidikan karena faktor ekonomi. Institusi pendidikan tidak lagi berjalan sesuai tujuan awal, mencerdaskan kehidupan bangsa.

(3)

-2 Strauss menganalisa kekerabatan dalam masyarakat sebagaimana bahasa. Kekerabatan dan bahasa memiliki tiga persamaan, antaralain: keduanya memiliki sistem tertentu yang terdiri dari relasi-relasi dan oposisi, keduanya merupakan sistem komunikasi, dan keduanya dikuasai oleh unsur yang tidak disadari. Selain Levi-Strauss, tokoh Jacques Lacan juga mengemukakan adanya ikatan dalam masyarakat yang mengakibatkan manusia tidak menjadi makhluk otonom.

Akan tetapi, Touraine berpendapat bahwa pada dasarnya manusia adalah bebas, tetapi muncul kelompok dominan yang mengekang masyarakat. Touraine mengecam adanya kelompok yang mendominasi, karena akan memunculkan konflik sosial. Touraine melihat pemberontakan Mei 1968 di Prancis sebagai protes mahasiswa dengan transformasi tujuan yang berlangsung di lingkungan internal universitas. Pemberontakan tersebut terjadi karena kaum teknokrat mengambil alih universitas. Mahasiswa mengingikan adanya kebebasan berpikir tanpa kendali sistem politik dan struktur kekuasaan. Touraine berada di pihak mahasiswa dan menginginkan adanya institusi ulang pendidikan demi mencapai tujuannya.

1.2Rumusan Masalah

(4)

3

BAB II

Anak Putus Sekolah di Yogyakarta Dikaji dari Pandangan Alain Touraine 2.1 Anak Putus Sekolah di Yogyakarta

Undang-undang telah mengatur tentang Pendidikan dalam Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. ****)”, ayat (2) yang berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, ****)”, dan ayat (4) yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. ****)” (-, 2004: 23). Akan tetapi, angka anak putus sekolah di Indonesia masih tinggi dan menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan. Generasi muda yang seharusnya dapat sekolah untuk menambah ilmu dan wawasan harus berhadapan dengan berbagai masalah. Akhirnya, banyak anak usia sekolah (6 tahun sampai 9 tahun) terpaksa berhenti atau tidak menamatkan pendidikan pada jenjang tertentu. Anak putus sekolah dipengaruhi dari beberapa faktor, antaralain:

a. latar belakang pendidikan orang tua b. lemahnya ekonomi keluarga

c. kurangnya minat anak untuk bersekolah d. kondisi lingkungan tempat tinggal anak e. pandangan masyarakat terhadap pendidikan

(5)

4 Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY

2.2 Strukturalisme Alain Touraine

Strukturalisme merupakan aliran yang bereaksi terhadap subjektivisme eksistensialisme. Aliran strukturalisme dibangun oleh Claude Levi-Strauss. Kaum strukturalis mencoba menyelidiki pola-pola dasar yang tetap (pattern) dalam realitas. Pada umumnya, strukturalisme meyakini adanya cerita besar yang mengikat manusia. Berbeda dengan pandangan umum kaum strukturalis, Alain Touraine percaya bahwa manusia memiliki kebebasan dalam menjalankan hidupnya.

Alain Touraine seorang tokoh sosiolog asal Perancis yang lahir pada tahun 1925. Ayahnya seorang dokter dari tradisi panjang para praktisi kedokteran. Meskipun ia diarahkan untuk mendalami karier akademik, namun Touraine memutuskan untuk melepaskan diri dari tradisi keluarganya dan bekerja dalam sebuah tambang batu. Dengan pengalaman bekerja ini memupuk minatnya dalam sosiologi. Pada tahun 1950, Touraine bergabung dengan ahli sosiologi, George Friedmann di Centre national de la Recherce Scientifique (Lembaga Penelitian Nasional Prancis).

Touraine tumbuh dalam masa perang dan masuk ke dalam barisan Resistance sebelum masuk ke École Normale Supérieure, di mana dia meraih agrégation (ujian negara untuk menjadi pengajar)... Sejak tahun 1968, dia telah menjadi profesor gerakan sosial, seorang sosiolog revolusi (Kurzweil, 2004: 165-167).

Touraine berpendapat bahwa kelas –sebagai contoh dari sekumpulan kondisi yang sudah tertentu- harus mengakui bahwa tindakan dan bukan kondisi, tentulah yang menunjukkan hubungan dominasi dan keadaan terkuasai, dan dari sini “kelas” sebagai suatu kategori penjelas harus memberi kesempatan bagi “gerakan sosial”. Meskipun demikian, penitikberatan pada perubahan ini tidak boleh membawa sosiolog pada pandangan bahwa masalah struktural sudah tidak ada lagi. Secara garis besar, teori aksi sosial dari Touraine ini adalah sebuah kritik terhadap teori sistem sosial. Oleh sebab itu, unsur pokok dari gerakan sosial adalah aksi: aksi melawan sistem sosial.

(6)

5 overcommitted and whose spirit of innovation finds expression nowhere better than in the private, elitist colleges and universities. Since the attacks against the university derive from its too numerous bonds with the economic, sosial, and military leaders, these bonds should be cut when they are not specifically linked to the needs of academic research and teaching (Touraine, 1974: 263).

Dalam bukunya tersebut, Touraine mengatakan adanya tekanan pada mahasiswa. Tekanan tersebut berasal dari masuknya pengaruh para pemimpin ekonomi, sosial, dan politik ke dalam lingkungan universitas. Mahasiswa menganggap para pemimpin ekonomi, sosial, dan politik tidak berkepentingan dalam proses pendidikan. Masuknya para pemimpin dalam universitas dianggap membatasi pemikiran kritis mahasiswa. Pendidikan tidak lagi berjalan sesuai dengan tujuannya. Pendidikan dikontrol oleh kelompok yang mendominasi, sehingga Touraine ingin mengadakan institusi ulang dalam dunia pendidikan.

2.3 Analisis Kasus Anak Putus Sekolah Dengan Pandangan Alain Touraine

Dominasi teknologi baru dalam berbagai aspek yang dikendalikan oleh teknisi, teknokrat, teknolog, dan investor saintifik turut memberikan struktur baru dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi concern pada penambahan ilmu pada siswa, tetapi lebih terfokus pada persoalan di sekitar pendidikan, misalnya permasalahan tingginya biaya pendidikan, anak putus sekolah, kelayakan fasilitas sekolah, serta sulitnya mendapat pendidikan yang layak. Peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak berjalan dengan baik, sehingga terjadi banyak penyimpangan dalam praktiknya.

Tingginya angka anak putus sekolah di Indonesia mengisyaratkan gagalnya penerapan Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), (2), (4). Program wajib belajar sembilan tahun yang telah dicanangkan sebagai program pemerintah hanya dapat terlaksana di beberapa kalangan saja. Rakyat dengan keadaan ekonomi bawah (miskin) merasakan sulitnya mendapatkan biaya untuk menyekolahkan anak hingga jenjang SMP.

(7)

6 Program Biaya Operasional Sekolah diharapkan dapat membantu rakyat untuk memeroleh pendidikan yang layak secara merata, tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin dalam mengakses fasilitas pendidikan. Akan tetapi, dalam prosesnya banyak terjadi penyimpangan penggunaan dana BOS. Selain itu, orangtua siswa masih dibebani dengan biaya buku, seragam, serta iuran lain-lain dengan jumlah yang cukup besar.

Dalam realita, program wajib belajar sembilan tahun dan Biaya Operasional Sekolah belum menyelesaikan masalah pendidikan sebagai dampak kemiskinan. Rencana perubahan wajib belajar sembilan tahun menjadi wajib belajar dua belas tahun di tahun 2013 harus dikaji ulang. Pemerintah hanya melihat dari sisi permukaan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun.

Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menekan angka anak putus sekolah melalui kebijakan yang sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945. Misalnya mengadakan kebijakan wajib belajar sembilan tahun untuk mengadakan pemerataan pendidikan yang didukung dengan program BOS. Akan tetapi, masalah pendidikan di Indonesia belum juga terselesaikan. Dua penyebab utama kegagalan program pemerintah adalah kurangnya peninjauan lapangan serta tidak adanya kesadaran pribadi dari semua pihak untuk bersinergi menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(8)

7

(9)

8

Daftar Pustaka

Kurzweil, Edith. 2004. The Age of Structuralism: Lévi-Strauss to Foucalt, terjemahanNurhaidin, Jaringan Kuasa Strukturalisme. Kreasi Wacana: Yogyakarta.

Touraine, Alain. 1974. The Academic System in American Society. McGraw- Hill: New York.

-.2004. UUD ’45 dan Amandemennya. Fokus Media: Bandung.

Laman Internet

Referensi

Dokumen terkait

1. Keberadaan UKM kerajinan bambu di kampung Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak

Pentingnya penggunaan multimedia atau ICT pembelajaran dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Semarang bahwa multimedia atau ICT pembelajaran bagian dari sebagian

Dengan perkembangbiakan perangkat mobile konsumer dari telepon, PDA, kotak permainan ke peralatan-peralatan rumah, Java menyediakan suatu lingkungan yang portable

Secara khusus penelitian ini akan menganalisis bagaimana citra politik dari Basuki Tjahaja Purnama sebagai tokoh politik dan Gubernur DKI Jakarta dalam tayangan Indonesia

(Chicago: Moody Press, 1981), hlm 233.. menanggapi panggilan Allah sebagai pem- berian anugerah, tugas dan tanggung jawab dari Allah. Oleh karena itu, seseorang yang

Pengertian anak dan batas umur tentang anak telah diatur dalam Undang- undang sebagai berikut : Pengertian anak menurut pasal 1 ayat 2 Undang - Undang No 4 Tahun 1979

[r]

Keterkaitan ini bernilai positif (nilai korelasi positif) yang diartikan bahwa peningkatan diameter bagian medial kokon, lingkar bagian medial kokon dan lingkar