• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan ASKEP TB Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan ASKEP TB Paru"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan olehmycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru.Mikrobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di sekitarnya.

Tuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia, sehingga pada tahun 1993 WHO telah mencanangkan bahwa TB Paru merupakan kedarutan global, Karena sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi penyakit tersebut dan tidak terkendali, disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular yaitu penderita yang dalam pemeriksaan dahaknya ditemukan BTA (Basil Than Asam) yang selanjutnya disebut BTA positif (Dep.Kes,RI.2000)

Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita TB Paru dengan kematian 3 juta orang.Di Negara berkembang, kematian karena TB merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di Negara berkembang dan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). WHO menyatakan bahwa setiap detik satu orang terinfeksi TB dan setiap sepuluh detik satu orang meninggal karena TB. (Bambang Ruswanto,2010)

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB paru antara lain :

1. Kondisi social ekonomi yang menurun pada berbagai kelompok masyarakat, setiap pada Negara-negara berkembang, sehingga dapat menimbulkan dampak yang buruk kepada lingkungannya.

2. Kondisi lingkungan dalam dan luar rumah yang yang sangat mendukung untuk terjadinya penyakit tuberkulosis paru, seperti kurangnya vemtilasi.

(2)

a. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan

b. Tidak memadainya organisasi pelayanan Tuberkulosis (kurang terakses oleh masyarakat), penemuan kasus atau diagnosis yang tidak standar, Obat Anti Tuberkulosis (OAT) tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang tidak standard an sebabainya.

c. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnose)

d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas vaksin BCG

e. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada Negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.

4. Perubahan demografik karena meningkatnya pendududk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan.

5. Dampaka pandemic HIV/AIDS (Bambang Ruswanto,2010)

Berdasarkan hal tersebut diatas, mengingat besarnya masalah yang dihadapi program penanggulangan TB maka penulis mengangkat judul “TUBERKULOSA PARU”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada bagian penting nya masalah, terlihat dengan jelas bahwa sangat banyak hal yang dapat diteliti dari tubercolosis. Hal-hal yang dapat diteliti tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Patofisiologi dari tuberculosis 2. Patogenesa tubercolosis

3. Hal-hal yang terkait dengan tuberculosis

4. Upaya pemeriksaan fisik dan penunjang tuberculosis 5. Upaya tes tuber culin

6. Upaya pemeriksaan darah

(3)

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas yaitu :

1.Menjelaskan pengertian Penyakit TB paru

2.Memaparkan cara penularan Penyakit TB paru

3.Memaparkan gejala-gejala TB paru

4.Menjelaskan pencegahan Penyakit TB paru

1.4. Rumusan masalah

1. Apa definisi TB paru?

2. Mengapa seseorang bisa terkena TB paru?

3. Bagaimana tanda dan gejala TB paru?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien TB paru?

1.5. Tujuan penulisan

1. Untuk menjelaskan definisi TB Paru

2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya

dalam tubuh.

3. Untuk menjelaskan apa saja obat-obatan untuk pasien TB paru.

4. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien TBC.

5. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya

(4)

1.6. Manfaat

(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anamnesa

Sebagian besar kasus Tuberkulosis Paru didiagnosis karena pasien merasa tidak sehat sehingga dating meminta bantuan ke suatu Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit atau Praktek Dokter.Pada umumnya pasien dating dengan gejala utama batuk secara terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.Selain itu gejala tambahan yang tampak pada pasien TB adalah gejala sistemik dan respiratorik. (Jhon Crofton,2002)

Gejala sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam tersebut berlangsung pada waktu sore dan malam hari disertai dengan keluar keringat dingin meskipun tanpa kegiatan, kemudian kadang hilang. Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan seperti demam influenza biasa dan seolah-olah sembuh (tidak demam lagi).Gejala lain adalah malaise (seperti perasaan lesu) yang bersifat kronik diserti rasa tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus, pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada tuberkulosis paru maupun tuberkulosis yang menyerang organ lain. (Bambang Ruswanto,2010)

(6)

sesak napas dan apabila pleura susah terkena maka disertai pula rasa nyeri dada. (Bambang Ruswanto,2002)

2.2. Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka di kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu ,melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang terinfeksi. (Sylvia A.Price dan Mary P.Standridge,2005)

TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit (biasanya limfosit T) adalah sel imnoresponsif.Tipe imunitas seperti ini biasanya local, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respon ini disebut reaksi hipersensitivitas seluler (lambat). (Sylvia A.Price dan Mary P.Standridge,2005)

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil, gumbalan basil yang lebih besar cenderung bertahan disaluran hidung dan cabang besar bronchus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru atau di bagian atas lobus bawah.Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendrinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses daoat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian besar bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari. (Sylvia A.Price dan Mary P.Standridge,2005)

(7)

menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan dahaknya negative maka penderita tersebut dianggap tidak menular.Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis paru adalah Karena daya tahan tubuh yang lemah, di antara karena gizi buruk dan HIV/AIDS.HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi kuman TB menjadi sakit tuberkulosis paru. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular imunity), sehingga jka terjadi infeksi penyerta (opurtunistik), seperti tuberkulosis paru makan yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bakan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfesksi HIV meningkat ,maka jumlah penderita TB paru akan meningkat pula.(Bambang Ruswanto,2010)

2.3. Patogenesa

2.3.1. Tuberkulosis Primer

Penularan TB Paru terjadi karena kuman dibatukkan menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap di udara bebas selama 1 sampai 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana gelap dan lembab kuman bias bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat dia akan menempel pada saluran pernapasan atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5 mm. kuman akan dihadapi pertama kali oleh netorfil, kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

(8)

arteri pulmonalis maka akan menjalar ke seluruh bagian paru yang menjadi TB millier. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelnjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis local + limfadenitis regional = complex primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Complex primer ini selanjutnya menjadi :

 Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat. Ini yang banyak terjadi

 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic atau klasifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya >5mm dan kurang lebih 10% diantaranya terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant

 Berkomplikasi dan menyebar secara :

- Perkontinuitatum yakni menyebar kesekitarnya

- Bronkogen yakni menyebar ke paru yang bersangkutan sebelahnya, kuman dapat juga tertelan dan menyebar ke usus

- Limfogen yakni ke organ tubuh lainnya

- Hematogen, ke organ tubuh lainnya. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

2.3.2. Tuberkulosis Sekunder

Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa. TB sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.TB sekunder dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior).Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru-paru. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

(9)

TB sekunder juga dapat berasal dari infeksi oksogen dari usia umur muda menjadi TB usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien. Sarang dini ini dapat menjadi :

 Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

sarang yang mula-mula meluas tetapi segera sembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras dan menjadi perkapuran.Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju di batukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dinidngnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar sehingga menjadi kavitas kronik. Terjadinya perkejuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi makrofag dan poses berlebihan sitokin dengan TNFnya. Bentuk perkejuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Di sini lesi sangat kecil tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat :

 Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri maka akan terjadi TB millier. Dapat juga masuk ke patu sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Bisa juga terjadi TB endobronkial atau TB endotrakeal atau empiema bila rupture terjadi sampi pleura

(10)

2.3.3. Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifkasi tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :

a. Pembagian secara patologis :

 Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).

 Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

 Tuberkulosis Paru BTA positif.

 Tuberkulosis Paru BTA negative

c. Pembagian secara aktifitas radiologis :

 Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.

 Tuberkulosis non aktif .

 Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )

 Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu

paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

 Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari

4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.

 For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

(11)

 Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.

 Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.

 Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.

 Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

 Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.

 Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA

positf.

 Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.

 Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

2.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.

Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, Karena hataran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, auskultasi. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB Paru sulit dibedakan dengan pneumonia biasa.

(12)

basah, kering dan nyraing. Tetapi bila infiltat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amfrotik.

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pulmonal dan gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites, dan edema.

Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif.

2.5. Pemeriksaan Penunjang 2.5.1. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA pada sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru.Pemeriksaan sputum juga dapat mengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

(13)

 Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan dianjurkan melakukan reflex batuk

 Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Sputum yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu :

 Dahak setempat pertama ketika pasien datang

 Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam pertama

 Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari.

(Jhon Crofton,2002)

Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :

 Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

Dengan sediaan pulasan yang dipakai ialah menurut Wright-Giemza, pulasan gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam, yang penting adalah Ziehl-Nesslen dan pulasan gram.Untuk pemeriksaan gram lebih bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan larutan gram steril supaya kuman-kuman yang melekat hanya pada unsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronkus menjadi hanyut.Jika hendak memakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari bakteri tahan asam, carilah sebagian dari sputum ituyang berkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan yang lebih tipis. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresense dengan sinar ultraviolet.Walaupun sensitivitasnya tinggi sangat jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auraminro-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

 Pemeriksaan biakan

(14)

Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara bactee (bactee 400 radio metric system) dimana kuman sudah dapat dideteksi dalam 7-10 hari.

Disamping itu dengan teknik Polimerase Chain Rection (PCR) dapat dideteksi kuman BTA lebih cepat. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga specimen hasilnya positif. Bila hanya satu specimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut foto rontgen dada atau pemerisaan sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang :

a. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif.

b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka pemeriksaan dahak diulangi dengan SPS lagi.

Apabila fasilitas memnungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan. Bila 3 spesimen dahak hasilnya negative, diberikan antibiotic spectrum luas (missal : contrimocsasol atau amoksisilin) Selama 1-2 minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS.

a. Kalau hasil SPS positive, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positive

b. Kalau hasil SPS tetap negative, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru

1) Bila hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA negative rontgen positive

2) Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, pendrita tersebut bukan tuberkulosis paru

(15)
(16)

2.5.2 Tes Tuberkulin

Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (puriviet protein derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (Intermediate Streng). Tes tuberculin hanya digunakan untuk menentukan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.Tuberculosa, M.bofis, vaksinasi BCG dan mycobacteria pathogen lainnya.Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman pathogen baik yang virulen maupun tidak tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibody seluler pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibody humoral yang perannya akan menekan antibody seluler. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Bila pembentukan antibody seluler cukup misalnya pada penularan dengan kuman yang sngat virulen dan jumlah kuman yang sangat besar atau pada keadaan dimana pembentukan antibody humoral amatlah berkurang maka akan mudah terjadi penyakit sesudah penularan. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerah-merahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibody selular dan antigen tuberculin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibody seluler dan antigen tuberculin amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh antibody humoral makin kecil indurasi yang dihasilkan. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Klasifikasi tes mantoux intradermal reaksi tuberculin (tuberculin dengan TU PDD) :

a. Indurasi >5mm diklasifikasikan positive dalam kelompok berikut ini :  Orang dengan HIV positive

 Baru-baru ini kontak dengan orang yang menderita TB

 Orang dengan perubahan fibrotic pada radiografi dada yang sesuai dengan gambaran TB lama yang sudah sembuh

(17)

 Baru tiba (<5 tahun) dari Negara yang berprevalensi tinggi  Pemakaian obat-obatan yang disuntikkan

 Penduduk dan pekerja yang berkumpul pada lingkungan yang berisiko tinggi (penjara, rumah-rumah perawatan, panti jompo, rumah sakit, penampungan tunawisma)

 Pegawai laboratorium mikrobiologi

 Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang berisiko tinggi

 Anak dibawah usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja yang terpanjan orang dewasa kelompok berisiko tinggi

c. Indurasi >15mm, diklasifikasikan positive dalam kelompok berikut ini :  Orang dengan faktor risiko TB yang tidak diketahui

Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis memberikan reaksi mantoux yang positive (99,8%). Kelamahan tes ini juga terdapat positive palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi dengan mycobacterium lain. Negative palsu lebih banyak ditemui daripada positive palsu.

Hal-hal yang memberikan reaksi tuberculin berkurang (negative palsu) yakni :

 Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberkulosis

 Anergi, penyakit sistemik berat (sarkoidosis, LE)

 Penyakit exsantematous dengan panas yang akut : morbilli, cacar air, poliomyelitis

 Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikuler (Hodgkin)

 Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-obatan imunosupresi lainnya

 Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.

Untuk pasien dengan HIV positive, tes mantoux kurang lebih 5 mm, dinilai positive.

2.5.3. Pemeriksaan Sinar X (Radiologis)

Gambaran rontgen yang memberikan kesan kuat tentang adanya tuberkulosis adalah :

(18)

c) Bayangan dengan perkapuran dapat menyebabkan kesulitan dalam diagnosis. Dapat terjadi pneumonia tau tumor paru di tepat-tepat yang dulunya terdapat tuberkulosis yang sudah sembuh lalu mengapur.

Bayangan-bayangan lain yang mungkin berkaitan dengan tuberkulosis adalah :

a) Bayangan bentuk oval atau bundar soliter (tuberkuloma)

b) Kelanainan pada hillus dan mediastinum disebabkan oleh pembesaran kelenjar limfe (complex primer yang bertahan)

c) Bayangan titik-titik kecil yang tersebar (tuberkulosis millier). (Jhon Crofton,2002)

2.5.4. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapatkan perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik.Pada saat tuberkulosis paru mulai aktifakan mendapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.Jumlah limfosit masih dibawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih meninggi.Laju endap darah mulai turun kea rah normal lagi. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga :

1. Anemia ringan dengan gambaran normokrom dan normositer. 2. Gama globulin meningkat

3. Kadar natrium darah menurun.

Pemeriksaan tersebut juga tidak spesifik. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Pemeriksaa serologis yang pernah dipakai adalah reaksi takahashi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan proses tuberkulosis masih aktif atau tidak. Dengan hasil positive pada titer 1/28.Pemeriksaan ini juga kurang mendapatkan perhatian karena angka-angka positive palsu dan negative palsunya masih besar. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

(19)

bovis BCG yang dihancurkan secara ultrasonil dan dipsahkan secara ultrasentrifus. Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positive.Hasil positive palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien reumatik, kehamilan dan masa 3 bulan revaksinasi BCG.Uji ini dapat membantu mengakkan diagnosis TB aktif serta memantau hasil terapi dan dapat mendeteksi adanya kekambuhan, juga dapat mengidentifikasi TB aktif baik diluar paru maupun diparu. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

Uji serologis lainnya adalah uji mycodot.disini dipakai antigen LAM (Lipoarabinomanan) yang dilekatkan pada uatu alat yang bebentuk sisir plastic.Sisir iini dicelupkan kedalam serum pasien. Antibody spesifik anti LAM dalam serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibody. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)

2.6. Diagnosis

Dari uraian-uraian sebelumnya tuberkulosis paru cukup mudah dikenal mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala, kelainan fisis, kelainan radiologis sampai dengan kelaianan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu mudah menegakkan diagnosisnya. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculose dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan sediaan atau biakan sputum ysng positif Karena kelainan paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau pasien tidak bias membatukkan sputumnya dengan baik. Kelainan baru jelas setelah penyakit berlanjut sekali.

Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas karena fasilitas laboratorium yang sangat terbatas untuk pemeriksaan biakan. Sebenarnya dengan menemukan kuman BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, Karena kekerapan Mycobacterium atypic di Indonesia sangat rendah. Sesungguhnya begitu hanya 30-70%saja dari seluruh kasus tuberkulosis paru yang dapat didiagnosis secara bakteriologis.

(20)

tuberkulosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis, status radiologis dan status kemoterapi. WHO tahun 1991 memberikan criteria pasien tuberkulosis paru.

 Pasien dengan sputum BTA positif : 1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara

mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan, atau 2. Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif, atau 3. Satu sediaan sputumnya positif disertai bukan biakannya postifif.

 Pasien dengan sputum BTA negative: 1. Pasien yang pada pemeriksaan secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnyapada 2 x pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif atau 2. Pasien yang ada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif.

Di samping TB paru terdapat juga TB ekstra paru, yakni pasien dengan kelainan histologis atau dengan gambaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra parunya menunjukkan hasil bakteri M. tuberculosae .

Diluar pembagian tersebut diatas pasien digolongkan lagfi berdasarkan riwayat penyakitnya, yakni :

 Kasus baru, yakni pasien yang tidak mendapat obat anti TB lebih dari 1 bulan.

 Kasus kambuh, yakni pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB, tetapi kemudian timbul lagi TB aktifnya.

 Kasus gagal (smear positive fallure), yakni :

- Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah mendapat obat anti TB lebih dari 5 bulan, atau

- Pasien yag menghentikan pengobatannya setelah mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA-nya positif.

 Kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTAnya tetap positif setelah mendapat

pengopbatan ulang (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.

(21)

diberikan berdasarkan percobaan terapi dengan obat anti tuberkulosis seperti INH + etambutol selama 2 minggu. Bila keluhan membaik terapi dengan obat anti tuberkulosis diteruskan sebagaimana mestinya. Bila tidak ada perbaikan maka obat-obat di atas dihentikan.

2.7. Komplikasi

Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.

 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

 Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.

(22)

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), yang menyerang terutama paru. (Bambang Ruswanto,2005)

3.2. Etiologi atau Faktor Penyebab Mycobacterium tuberculosis

 Kingdom : bacteria.

 Filum : actinobacteria

 Ordo : actinimycetales

 Upaordo : corynebacterineae

 Family : mycobacteriaceae

 Genus : mycobacterium

(23)

Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 µm dan lebar 0,2 -0,5 µm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri itu tergantung pada kondisi lingkungan ( Wikipedia ,2010).

Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negative, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alcohol, meskipun dibubuh iodium. Oleh sebab itu bakteri termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosa cenderung permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol.Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan di bawahnya.Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektifitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag ( indah, 2010).

Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada suhu 6 derajal celcius selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20 -30jam.Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20 derajat celcius selama 2 tahun. Mycobacterium tahan terhadap berbagi khemikali dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15 %, asam sitrat 3%, dan NaOH. Basil ini dihancurkan oleh jodium tincture dalam 5 menit, dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10 menit ( hiswani M. Kes, 2010).

Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun – tahun dalam lemari es.Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur).Pada sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untunk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali (hiswani M. Kes, 2010).

(24)

kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak pada tahun 22 -23 derajat celcius, mengahasilkan lebih banyak pigmen , dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikrobacterium cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.

Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernapasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masu saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru paru manusia.Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingg sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman tuberculosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru-paru (anonima, 2010).

Bakteri mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberculosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup ( BTA (-)).infeksi kuman ini paling sering disebabkan melalui udara. Penyebaran melalui udara berupa partikel – partikel percikan dahak yang mengandung kuman yang bersala dari penderita saat batuk, tertawa, bernyanyi atau berbicara. Partikel yang mengandung kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan me nimbulkan infeksi di saluran pernafasan. Bakteri aktif mikrobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat hidup.

(25)

3.3. Tanda dan Gejala

a. Gejala utama : batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. b. Gejala tambahan yang sering dijumpai :

- Dahak bercampur darah - Batuk darah

- Sesak nafas dan rasa nyeri dada

- Badan lemah dan nafsu makan menurun - Malaise atau rasa urang enak badan - Berat badan menurun

- Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan - Demam meriang lebih dari satu bulan

Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis.Oleh karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut, harus dianggap sebagai seorang suspek tuberkulosis paru atau tersangka penderita tuberkulosis paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. (Ni Putu Ari Widiastuti,2009)

3.4. Stadium TBC 1. Kelas 0

Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin negative)

2. Kelas 1

Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (ada riwayat pemaparan, reaksi tes tuberkulosis negative)

3. Kelas 2

Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin positif, pemeriksa bakteri negative, tidak bukti klinik, bakeriologik atau radiografik TB aktif).

(26)

Tuberkulosis aktif secara klinis (Mycobacterium tuberculosis ada dalam biakan, selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan atau sendi, kemih kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dan lain-lain.

5. Kelas 4

Tuberkulosis saat ini tidak aktif secara klinis (ada riwayat mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografi yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinnya positif, pemeriksaan bakteriologis, bila dilakukan negative.Tidak ada bukti klinik tentang adanya penyakit pada saat ini). 6. Kelas 5

Tersangka tuberkulosis paru. (Sylvia A.Price dan Marry P.Standridge,2005)

3.5. Penanganan a. Promotif

- Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

- Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, factor risiko

- Mensosialisasikan BCG di masyarakat.

b.Preventif

- Vaksinasi BCG

- Menggunakan Isoniazid (INH)

- Membersihkan .lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab

- Bila ada gejala-gejala TBC segera ke puskesmas atau RS, agar dapat diketahui secara dini.

c.Kuratif

 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan tambahan.

(27)

- Rifampisin (R) - INH (H)

- Pirazinamid (Z) - Steptomisin (S) - Etambutol (E)

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) - Kanamisin

- Asam para aminosalisilat

 Kemasan - Obat tunggal

Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, Rifampisisn, Pirazinamid, dan Etambutol.

- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination-FDC)

Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)

 Efek samping OAT

Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.

1. Isoniazid (INH)

Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot.Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks.Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain dapat menyerupai defisiensi piridoksin (syndrome pellagra).

Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)

2. Rifampisisn

(28)

- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang

- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang –kadang diare

- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan

Efek samping yang berat dapat tetapi jarang terjadi adalah :

- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus

- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang

- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak nafas

Rifampisisn dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolismeobat dan tidak berbahaya. Hal ini ini haus diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu khawatir. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)

3. Pirazinamid

Efek samping utama adalah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus).Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)

4. Etambutol

(29)

5. Streptomisin

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus) pusing dan kehilangan keseimbangan.Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr.Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit.Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)

3.6. Contoh Kasus IDENTITAS

Nama : Tn.Amran

Umur : 49 tahun

Tanggal lahir : 13 September 1951

Alamat : Jl.Sosiologi 1 No.11 A

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pengemudi

Suku/bangsa : Melayu/Indonesia

Agama : Islam

(30)

 Keluhan utama

Batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu  Riwayat Penyakit Sekarang

- Pasien batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu - Dahak yang dikeluarkan dalam jumlah banyak - Daahk berbau, berwarna kuning dan agak kental - Batuk tidak disertai dengan demam

- Berkeringat pada malam hari walaupun tidak melakukan aktifitas - Pada saat batuk dada terasa nyeri dan nafas sesak

- Batuk menyebabkan pasien tidak bisa tidur di malam hari - Nafsu makan menurun

- Kelelahan

- Berat badan menurun  Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit - Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit

- Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan labor - Pasien belum pernah menjalani operasi

- Pasien tidak memiliki riwayat vaksinisasi BCG

- Pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan golongan steroid

- Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik terhadap obat-obatan maupun makanan - Pasien memiliki kebiasaan merokok

- Dalam sehari bisa mengkonsumsi 1 bungkus rokok jenis Sampoerna - Pasien kadang-kadang mengkonsumsi alcohol untuk menghindari stress  Riwayat Keluarga dan Sosial

- Penyakit keturunan :

-- Penyakit menular : Tuberkulosis Paru

- Pasien bekerja sebagai seorang pengemudi mobil berat yang membawa barang-barang elektronik antar provinsi

- Pasien sering melakukan perjalanan ke luar kota

(31)

- Pasien memiliki 3 saudara kandung

- Kedua orang tua pasien sudah meninggal karena kecelakaan

- Pada saat meninggal ibu pasien berumur 55 tahun dan ayahnya berusia 63 tahun - Pasien memiiki 1 orang istri dan 3 orang anak

- Pasien tinggal disebuah perkampungan

- Pasien tinggal dirumah yang mempunyai 3 kamar, berlantai ubin, beratapkan genteng dan kurang ventilasi

- Ada tetangga pasien yang menderita penyakit TB Paru

PEMERIKSAAN FISIK

 Status Present

- Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang - Kesadaran : kompos mentis (sadar)

- Tanda Vital :

 Suhu : 37’ C

 Denyut nadi : 120x/menit

 Frekwensi pernapasan: 32x/menit

 Tekanan darah : 160/110 mmHg

 Status Lokalis - Inspeksi

 Wajah pucat

 Kedua bahu tampak terangkat

 Dinding dada : tidak ada lesi

Deviasi tulang iga  Bentuk dada : normal

 Frekwensi nafas : cepat

 Pola nafas : tidak teratur

- Palapasi

 Kelenjar Getah Bening : ada pembengkakan

(32)

 Gerakan diafragma : tidak teratur

 Posisi tulang iga : tidak normal

 Fokal fremitus : menurun

 Denyut nadi : meningkat

- Perkusi

 Bunyi ketukan : redup

- Auskultasi

 Frekwensi nafas : takipnea

 Jenis pernapasan : torako abdominal

 Bunyi pernapasan : bronchial

(33)

BAB 4 PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), terutama menyerang paru. Kuman tuberkulosis ini masuk kedalam tubuh melalui udara,saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka di kulit. Infeksi TB dikedalikan oleh respon imunitas dengan makrofag dan limfosit sebagai Sel efektor.Respon ini disebut reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).

Pada penderita tuberculosis keluhan utama berupa batuk berdahak lebih dari tiga minggu. Dari hasil pemeriksaan fisik dapat ditemukan bahwapasien TB paru akan tampak pucat, kurus dan dagu terangkat.

Untuk mendiagnosa penyakit TB paru dapat dilakukan pemeriksaan ini dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan sputum, tes tuberculin, tes radiologi serta pemeriksaan serologis lainnya.

4.2. Saran

 Perlu dilakukan berbagai penyuluhan dan konselling agar masyarakat tahu tentang penanggulangan dari tuberkulosis paru

 Perlu tambahan sumber tinjauan pustaka lebih banyak lagi agar penulis dapat menyusun

karya tulis ilmiah lebih baik untuk di masa yang akan dating

(34)

Daftar Pustaka

Bambang Ruswanto.2010. Analisis Spasial Sebaran Tuberkulosis paru ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah Di Kabupaten pekalongan.diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/23875/1/BAMBANG_RUSWANTO.pdf. tanggal : 14 juni 2012

Crofton, John,2002.Tuberculosis klinis.Jakarta:Widya Medika, hal 93-104

Gleadle,Jonathan,2005.At a glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:EMS,hal 175

Ni Putu Ari Widiastuti.2010.Asuhan Keperawatan TB Paru.diakses dari

http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09asuhan-keperawatan-tb-paru/ tanggal: 21 juni

2012

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2002.Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan Tuberkulosis di Indonesia.diakses dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf.tanggal : 21 juni 2012 Price,Sylvia A,& Lorraine M Wilson,2005.Patofisiologi volume 2.Jakarta:EGC,hal 852-861

Sudoyo, Aru W dkk,2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III.Jakarta:Internal Publishing,hal 2230-2238

Utis Sutisna dan Trimar Handayani.2009.TBC Paru.diakses dari

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data peneliti yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, dapat ditemukan beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan guru PAI dalam meningkatkan

Elektron tersebut dapat membentuk pasangan elektron bersama dari masing-masing sebuah elektron pada subkulit p, sehingga halogen dalam keadaan bebas terdapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran saluran masuk terhadap porositas, kekerasan, ketangguhan dan struktur mikro pulli dengan pengecoran

 and  had not yet had the same overhaul that he had given to the fi rst half of the poem, it is only to be expected that book  in its present state should also

Adanya hasil penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki hasil yang tidak konsisten mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ulang mengenai pengaruh Economic Value

Penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan rahmad dan rezekiNya kepada semua pihak atas bantuan yang telah diberikan, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa jenis asam organik berbeda nyata terhadap aktivitas anti kultur campuran mikroba alami pada taraf nyata 5 %, sedangkan berdasarkan

pada organisasi tersebut, dengan adanya kinerja yang tinggi yang dimiliki.. karyawan, maka diharapkan tujuan organisasi dapat