Membangun Generasi Emas 2045 yang Dibekali Keterampiln Abad 21
Penyiapan generasi emas dilakukan dengan membekali peserta didik dengan mempelajaran yang menuntut peserta didik mampu menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan
secara mandiri dengan difaislitasi oleh guru melalui pembelajaan yang menerapkan model dan/atau metode pembelajaran yang pilih sesuai dengan pendekatan saintifik atau
pendekatan lain yang relevan dengan karakteristik materi pembelajaran dan mata pelajaran. Model dan/atau metode pembelajaran tersebut berpotensi dapat penumbuhan karakter.,
meningkatkan kemampuan HOTS peserta didik, , 4C, dan penguatan budaya literasi.
1. Penguatan Pendidikan karakter (PPK)
Kualiatas peserta didik beradaptasi pada lingkungan yang dinamis melalui penguatan lima nilai utama karakter, yaitu, religios, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas, yang didertai kebijakan-kebijakan menorong terwujudnya lima nilai utama tersebut. Nilai-nilai utama tersebut diwujudkan dalam sikap, moral dan perilaku dan kebijakan sebagai berikut:
Religius ditunjukkan melalui sikap beriman, bertaqwa, menjaga selalu sikap bersih, tolerasi, dan cinta lingkungan. Kebijakan yang sesuai dengan nilai religius adalah perayaan hari-hari besar keagamaan, anti kekerasan, kegiatan kerohanian dan menambah wawasan keagamaan.
Nasionalis diwujudkan melaui gerakan cinta tanah air, memiliki semangat kebangsaan, serta menghayati kebhinekaan. Penumhuhan karakter nasionalis ini dapat dilakukan melalui kebijakan bela negara, deradikalisasi, membangun daerah-daerah terdepan Indonesia memali program Guru Garis Depan (GGD), kegiatan seniman masuk sekolah belajar bersama Maestro, kegiatan OSN, O2SN, dan FLS2N.
Mandiri ditunjukkan melalui kerja keras, kreatif, disiplin, berani dan pembelajar. Program-program yang dapat menumbuhkan kemandirian diantaranya adalah Gerakan itersi Sekolah, meningkakan kinerja kepala sekolah sebagai manajer, revitaslisasi vokasi, pemenuhan dan perbaikan sarana prasarana satuan pendidikan di Indonesia.
diantaranya Kartu Indonesia Pintar, sekoalh lia hari kerja sebagai bentuk kepedulian pemerintah agar erdapat cukup waktu berkumpul keluarga serta adanya komite sekolah yang menjadi wadah kepedulian orang tua peserta didik dan sekolah.
Integritas adalah sikap kejujuran, keteladanan, kesantunan dan sikap cinta pada kebenaran. Berbagai kebijakan untuk memunjukkan integritas diantaranya adalah pelaksanaan kegiatan belajar 8 jam sehari, pendidikan anti korupsi, adanya indeks integritas ujian nasional dan gerakan sekolah aman.
Implementasi dari PPK pada kurikulum 2013 dilakukan melalui :
a. PPK Melalui Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.
Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
1) melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandungdalam materi pembelajaran;
2) mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter denganmemilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
3) melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
4) melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan;dan 5) melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
b. PPK Melalui Manajemen kelas
dengan peserta didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
1) Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
2) Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
3) Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
4) Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
c. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Based Learning (PjBL), Cooperatif Learning, dll. dengan menerapkan pembelajaran saintifik.
d. PPK Melalui Pembelajaran Tematis
Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu.Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkanvdalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkayapraksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.Satuan
pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guruyang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter.
2. Higher Order Thinking Skills (HOTS) :
Tuntutan pembelajaran sebgai penciri kurikulum 2013 salah satunya adalah meningkatkan kemempuan HOTS.yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Penumbuhkembangan HOTS dapat dilakukan melalui pembelajaran yang diawali dari analisis SKL-KI-KD dan pengembangan indikator, serta penyusunan soal-sola HOTS yang membantu siswa meningkatkan kretifitas dan inovasi, berfikir kritis, pantang menyerah dan mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.
Perencanaan pembelajarn diawali dengan analsis SKL-KI-KD den pengembangan indikator pencapaian kompetensi (IPK) sudah harus memperhatikan HOTS yang merupakan kemampuan kognitif (berpikir) tingkat tinggi yang dalam taksonomi tujuan pendidikan ranah kognitif terdiri atas kemampuan analisis, evaluasi, dan mencipta, sedangkan kemampuan meningat, memahami dan menerapkan dikategorikan sebagai Low Order Thinking Skills (LOTS). Setiap jenjang HOTS memiliki kemampuan yang berbeda sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
Jenjang HOTS
Kemampuan Kata Kerja
Analisis Mengelompokkan dalam bagian-bagian penting dari sebuah sumber informasi/benda
a. mediferensiasi kelompok informasi
yang diamati/ fenomena kompetensi yang tercantum dianalisis dan evaluasi sebagai kemampuan minimal HOTS. Dalam RPP, guru dapat mengembangkan HOTS yang terdapat pada setiap KD sampai tingkat tertinggi yaitu mencipta. Dalam menganalisis KD, terutama dalam memecahkan suatu rumusan aspek kompetensi KD, guru dapat menggunakan kemampuan yang tercantum pada kolom 2 tabel di atas, dan kata kerja yang terdapat pada kolom kanan untuk merumuskan IPK.
dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Karakteristik soal HOTS sebagai berikut:
a. Soal-soal HOTS mengukur kemampuan transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis.
b. Permasalahan sehari-hari menuntuh HOTS. Untuk itu, pembelajaran dan penilaian diarahkan kepada permasalahan kontesktual atau berbasis kasus atau kasus kekinian (trending topic).
c. HOTS mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4/C5/C6), misalnya kemampuan menemukan, menganalisis, mencipta metode baru, merefleksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
d. Soal yang sulit bukan berarti HOTS, dan sebaliknya soal yang mudah belum tentu tidak HOTS. Jika soalnya mudah namun melibatkan penalaran, maka soal tersebut termasuk HOTS.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS berikut:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal HOTS (jika KD pengetahuan tidak memuat kemampuan pada C4/C5/C6, maka soal HOTS dikembangkan berdasarkan tuntutan kompetensi pada KD keterampilan).
b. Menyusun kisi-kisi soal.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual;
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan ditulis agar sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
e. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.
3. Remediasi dan pengayaan.
level (mencapai ketuntasan minimal/KKM). Untuk itu, guru harus memberikan layanan berupa remediasi dan pengayaan.
b. Istilah yang digunakan adalah remediasi bukan remedi. Remediasi diartikan sebagai perbaikan kompetensi yang dilakukan di sepanjang proses pembelajaran, bukan perbaikan nilai/“her” atau sering disebut “remedi”.
c. Kegiatan remediasi maupun pengayaan dapat dilakukan secara klasikan maupun individu disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti layanan tersebut. d. Penyelarasan kegiatan remediasi dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbedadengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan, guru memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus kepada peserta didik mengalami kesulitan, baik perorangan maupun klasikal.
3) Pemberian tugas-tugas latihan dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, oleh karena itu tugas-tugas latihan diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.
4) Pemberian pelatihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
5) Memanfaatkan tutor sebaya, yaitu teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih agar yang mengalami kesulitan belajar dapat lebih terbuka dan akrab.
e. Penyelarasan kegiatan pengayaan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Belajar kelompok misalnya diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti remediasi.
2) Belajar mandiri misalnya belajar mengenai sesuatu yang diminati.
3) Pembelajaran berbasis tema misalnya mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
4) Pemberian pembelajaran pada kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik.
5) Memberi bacaan tambahan dan berdiskusi dengan peserta didik lain untuk memperluas wawasan materi pada KD tertentu,
6) Memberi tugas untuk menganalisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll padamateri KD tertentu.
8) Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan (tutor sebaya).
4. Kegiatan Pembelajaran Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Abad 21 (4C), yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kerjasama) dan comunication (komunikasi). Karakteristik dar setiap 4C adalah:
a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill)
1) Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, 2) Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain
3) Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan argumen.
4) Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5) Mengolah dan menginterpretasi informasi melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.
6) Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin.
7) Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills )
1) Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dan multimedia (ICT Literacy).
2) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-ide.
3) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan. 4) Memiliki sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang
lain.
5) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.
6) Memiliki kemampuan multi-languages (cross-cultural)
c. Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation)
1) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru.
2) Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. 3) Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
5) Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6) Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki.
7) Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
d. Kolaborasi (Collaboration)
1) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
2) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain.
3) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
5. Literasi.dalam Pembelajaran
Keterampilan abad 21 dapat dibangun melalui penguasaan litersi dasar meliputi: literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi indormsi dan komunikasi, finansial serta berbudaya dan kewarganegaraan Literasi, di awal, dimaknai ‘keberaksaraan’ dan selanjutnya dimaknai ‘melek’ atau keterpahaman’. Pada langkah awal, ‘melek baca’ dan ‘tulis’ ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal atau disebut “multiliterasi”. Dalam konteks GLS, literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/berbicara (Panduan GLS SMA 2016). ,.