• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH MASSASE EKSTREMITAS DEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH MASSASE EKSTREMITAS DEN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HIPERTENSI DI KELURAHAN GRENDENG PURWOKERTO

Disusun Oleh:

INDAH SETYA WAHYUNI G1D010032

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Indah Setya Wahyuni NIM : G1D010032

Status : Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di keperawatan maupun gelar sarjana lain. Pada karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain maupun pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan nama dan daftar pustaka sebagai acuan dalam naskah.

Purwokerto, Februari 2014

Indah Setya Wahyuni

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk :

Allah SWT, atas segala rahmatNYA

Kedua orang tuaku, Bapak (Wahyudi) dan Ibu (Setyawati),

terimakasih atas segala dukungan, semangat, kasih saying,

dan doa-doa yang terus mengalir untukku

Adikku, Kartika Dwi Kusumawati yang selalu memberikan

semangat luar biasa

Kawan-kawan seperjuangan dan sahabat yang selalu

memberikan semangat dan pencerahan (Dinna, Totoh, Retna,

Risya, Rian, Vina, Rian, Dias, Suryo, Imam, dan Lia)

terimakasih banyak

Pembimbing saya Pak Asep Iskandar dan Pak Arief Zaenudin,

Terimakasih sudah membimbing dengan sabar, serta nasehat

yang diberikan kepada saya

Penguji saya Ibu Rahmi Setyani terimakasih atas saran dan

masukan yang telah diberikan untuk penyempurnaan

penyusunan skripsi ini

Terimakasih kepada kepala Desa Kelurahan Grendeng

Purwokerto yang telah mengijinkan penelitian serta kepada

warga Kelurahan Grendeng Purwokerto yang sudah bersedia

menjadi responden penelitian ini

(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Setya Wahyuni Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 14 Maret 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perum Karya Tama Rt 03/ Rw 02 Pangenjuru Tengah Purworejo, 54114

No Telepon : 085 724 126 060 Riwayat Pendidikan :

1. TK Masyithoh XV Pangenjuru Tengah, Lulus Tahun 1998 2. SD Negeri 1 Pangenjuru Tengah, Lulus Tahun 2004

3. SMP Negeri 6 Purworejo, Lulus Tahun 2007 4. SMA Negeri 3 Purworejo, Lulus Tahun 2010

(6)

vi

PENGARUH MASSASE EKSTREMITAS DENGAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA

HIPERTENSI DI KELURAHAN GRENDENG PURWOKERTO

ABSTRAK

Latar Belakang: Proses penuaan terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial. Salah satu masalah fisik yang biasanya terjadi pada lansia adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi. Tujuan: mengetahui pengaruh massage ekstremitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

Metode: jenis penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Metode purposive sampling, penelitian pada tanggal 15 Desember – 29 Desember 2013. Instrumen menggunakan spigmomanometer dan dianalisis dengan uji wilcoxon.

Hasil: Sampel penelitian sebanyak 38 responden , rentang usia 55-65 tahun. Terdapat perbedaan jumlah responden laki dan perempuan yaitu dari 3 laki-laki dan 35 perempuan. Hasil rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 140,00 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah intervensi adalah 133,95 mmHg dengan nilai p value= 0,000. Sedangkan tekanan darah diastolik sebelum intervensi adalah 90,00 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik setelah intervensi adalah 80,00 mmHg dengan nilai p value=0.005.

Kesimpulan: ada pengaruh massage ekstremitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

(7)

vii

The influence of massage ekstrimitas with aroma therapy

lavender to a decrease in blood pressure for the elderly

hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto

Abstract

The background : An aging process occurring naturally the onset of physical problems, with the consequences mental, and social. Any physical problems that occurs commonly in rheumatoid arthritis is the increase in blood pressure or hypertension.

Purpose : find out the influence of massage ektrimitas with aroma therapy lavender to a decrease in blood pressure on for the elderly with hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto.

Method : the kind of research pre-eksperiment to a draft research one group pre test and test post design. A method of purposive of sampling, research on december 15 to 29 december 2013. An instrument to use spigmomanometer and analyzed with the t-test but unormally data so alternative with wilcoxon.

The result : A sample of research as many as 38 respondents, 55-65 years, the span of age there are differences the number of respondents men and women is than 3 men and 35 women. the average blood pressure systolic before the intervention is 140,00 mmHg and the average blood pressure systolic after the intervention is 133,95 mmHg with the value of p value = 0,000. While blood pressure diastolik before the intervention is 90,00 mmHg and the average pressure diastolik after the intervention is 80,00 mmHg with the value of p value = 0.005. Conclusions : there is the influence of massage ekstrimitas with aroma therapy lavender to a decrease in blood pressure for the elderly hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto.

(8)

viii

PRAKATA

Alhamdullilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudu “Pengaruh Massase Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Kelurahan Grendeng Purwokerto”

Dalam penyusunan riset keperawatan ini penulis tidak lepas dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak hingga riset ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Warsinah. Apt., Msi. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

2. Bapak Saryono, S,Kp., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

3. Ibu Rahmi Setyani, MN selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan skripsi ini.

(9)

ix

5. Bapak Arief Zaenudin S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan karya ilmiah ini.

6. Bapak, ibu, adik serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa selama proses penulisan karya ilmiah ini.

7. Sahabat yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan dalam proses penulisan karya tulis ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan usulan penelitian ini, oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk hasil yang lebih baik. Semoga penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, Februari 2014

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ... v

ABSTRAK. ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah . ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 9

(11)

xi

1. Lansia . ...12

2. Hipertensi Pada Lansia . ...18

3. Masasse Ekstrimitas Dengan Aroma Terapi Lavender . ...43

B. Kerangka Teori ...52

C. Kerangka Konsep. ...53

D. Hipotesis Penelitian. ...54

BAB III. METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian . ...55

B. Waktu dan Tempat Penelitian. ...56

C.Populasi dan Sampel ...56

D.Variabel Penelitian ...59

E. Definisi Operasional Variabel . ...60

F. Instrumen Penelitian . ...60

G.Validitas dan Reliabilitas Instrumen . ...61

H.Jalannya Penelitian . ...62

I. Teknik Pengumpulan Data . ...63

J. Analisis Data . ...64

K.Etika Penelitan . ...66

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ...68

B. Pembahasan. ...73

(12)

xii BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ...83 B. Saran. ...84

LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ……….……… 22

3.1 Definisi Operasional ……… 60

4.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Usia……….. 69

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 69

4.3 Gambaran Tekanan Darah Sebelum Intervensi ……….. 70

4.4 Gambaran Tekanan Darah Setelah Intervensi ………. 71

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2. Lembar Observasional

Lampiran 3. Prosedur Massase Ektrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden Penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuksesan pemerintah dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat, dalam bidang kesehatan dampak positif tersebut terlihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Meningkatnya UHH menyebabkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) setiap tahunnya (LLI Jawa Barat, 2007).

(17)

penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Kemensos RI, 2007).

Proses penuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya pemasalahan fisik, mental, dan sosial (Sumampouw, 2002). Salah satu perubahan fisik yang biasanya terjadi pada lansia adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi.

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi pada lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6% dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7% (Nugroho, 2008).

(18)

dengan kebiasaan merokok yakni sebesar 84,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok yakni sebesar 60,9%. Selain itu, faktor stres juga berpengaruh pada kenaikan tekanan darah secara bertahap karena dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis (Nugroho, 2008). Pada lansia di Kota Depok didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara stres dan hipertensi. Lansia yang mengalami stres tinggi sebesar 70,9%, stres sedang sebesar 65,2% dan stres rendah sebesar 38,5% terhadap hipertensi. Stres tinggi berpeluang 3,89 kali dan stres sedang berpeluang 2,99 kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stres rendah (Hasirungun dalam, Ayunani 2012).

(19)

keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Pada otak komplikasinya berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Gunawan, 2001).

Berdasarkan penjelasan di atas kasus hipertensi harus segera diatasi. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan secara farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat penurun hipertensi. Sedangkan penanganan secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan memberikan terapi yang memberikan manfaat relaksasi kepada tubuh. Manajemen nonfarmakologi yang diberikan yaitu terapi alternatif komplementer.

(20)

Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi pijat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormone stress cortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh semakin membaik (Tarigan dalam Ayunani, 2012). Penelitian dari Holand & Pokorny (2001) menyatakan intervensi pijat (massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberi efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi yang rileks. Masasse atau pijat akan dikombinasikan dengan aroma terapi yang merilekskan yaitu aroma terapi lavender. Aroma terapi lavender merupakan salah satu aromaterapi yang paling digemari. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Aroma terapi lavender dalam bentuk lilin dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot – otot yang tegang setelah beraktivitas. Sedangkan pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi belum pernah diteliti, sehingga peneliti akan meneliti tentang pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.

(21)

lansia yang terkena hipertensi di Posyandu Kelurahan Grendeng sebanyak 47 (56%) lansia. Lansia biasanya mengeluh pusing dan setelah diperiksa tekanan darah meningkat atau hipertensi. Tingginya keluhan hipertensi yang terjadi pada lansia di Kelurahan Grendeng Purwokerto membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian yang bertempat di kelurahan tersebut, selain itu lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto belum mengenal masasse sebagai upaya untuk menurunkan tingkat hipertensi, karena itulah penulis mengangkat masalah tentang pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.

Fenomena tersebut menjadi dasar peneliti untuk mengetahui tingkat hipertensi pada lansia di Kelurahan Grendeng Purwokerto serta apakah ada pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Peneliti ingin mengetahui pengaruh massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: “ Adakah pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui karakteristik responden (umur dan jenis kelamin) di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

b. Mengetahui tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum diberikan masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

c. Mengetahui tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

(23)

pendidikan, institusi kesehatan dan saranan pelayanan keperawatan, serta masyarakat.

1. Manfaat bagi peneliti.

Penelitian ini menjadi acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data dan informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis, dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif, bermanfaat, serta menambah kekayaan intelektual.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian yang lebih mendalam tentang perbandingan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah diberikan masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

3. Bagi institusi kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan

(24)

4. Bagi keluarga dan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi yang ilmiah mengenai manfaat massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh penulis ketahui berdasar telaah pustaka belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Namun ada penelitian serupa yang dilakukan oleh :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawan Andi Nugroho, Asrin dan Sarwono (2012) dengan judul : “ Efektifitas Pijat Refleksi Kaki Dan Hipnoterapi

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu ( quasy experimental ) dan rancangan penelitian yang digunakan adalah two group pre test-post test design. Metode penelitian yang digunakan yaitu accidental samping. Accidental sampling

(25)

signifikasi dapat diketahui bahwa ada perbedaan efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebasnya, dimana variabel bebas dalam penelitian ini adalah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu penurunan tekanan darah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Erva Elli Kristianti (2010) dengan judul: Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri. Jenis penelitian ini adalah menggunakan design Pra eksperimen dengan rancangan One-Group Pre-Test-Post-Test Design. Hasil penelitian diketahui hasil uji statistic SPSS „t-test‟

yang didasarkan pada tingkat kemaknaan α ≤0,05 didapatkan hasil p=,000

dengan tingkat hubungan ,003 antara pre-post atau sebelum dan sesudah aromaterapi Lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia serta terdapat hubungan aroma terapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variable terikatnya, dimana variabel terikatnya dalam penelitian ini adalah penurunan hipertensi pada lansia hipertensi. Persamaan dengan penelitian ini berupa responden dengan lansia.

(26)

Penurunan Insomnia Lansia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia adalah kelanjutan dari usia dewasa terdiri dari fase prasenium yaitu lansia dari usia 55 – 65 tahun dan senium yaitu lansia yang usianya lebih dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Sedangkan pengertian lansia menurut Stanley & Beare (2007) lansia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang dengan seiring waktu akan mengalami penurunan fisik dan tidak lagi melaksanakan fungsi peranan sosial seperti dewasa normal.

b. Batasan Lansia

Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun. b) Fase verilitas, antara usia 40 – 50 tahun. c) Fase prasenium, antara usia 55 – 65 tahun.

(28)

berumur 55 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “ Seseorang dapat dinyatakan

sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mempunyai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain “.

c. Teori Proses Menua

Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Setiani dkk dalam Aru dkk, 2009).

Nugroho (2008) mengemukakan berbagai teori tentang proses penuaan, antara lain :

1) Teori Biologis a) Teori Genetik

(29)

mengakibatkan kegagalan pengadaan Deoxyribonucleic Acid

(DNA).

b) Teori Non Genetik

Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori : (1) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas yang terdapat di lingkungan mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.

(2) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)

Molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.

(3) Teori Kekebalan

Perubahan pada jaringan limpoid mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun.

(4) Teori Menua Akibat Metabolisme

(30)

(5) Teori Fisiologis

Terdiri dari teori oksidasi stres (penyebab terjadinya stress oksidasi adalah penyakit degenerasi basal ganglion yang menyebabkan terjadinya toksin dan menyebabkan kematian dan pada usia dewasa terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai, bila tidak ada proses penggantian sel, proses tersebut akan diakhiri dengan kematian).

2) Teori Sosiologis

a) Teori Interaksi Sosial

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi.

b) Teori Aktivitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan puas apabila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas selama mungkin.

c) Teori Kepribadian Berlanjut

(31)

lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.

d) Teori Pembebasan/ Penarikan Diri

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia maka lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitar. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun. Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu kemudian dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

d. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Hutapea (2005), perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia adalah :

1) Perubahan Fisik

a) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi dimana tubuh menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit.

(32)

c) Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. d) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,

kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.

e) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun.

f) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.

g) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.

h) Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos.

2) Perubahan Psikososial

(33)

depresif. Hal ini disebabkan karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

2. Hipertensi Pada Lansia a. Pengertian

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Gunawan, 2001).

b. Etiologi

(34)

c. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :

1) Hipertensi Esensial atau primer

Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai penyebab utama setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, serta hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan risiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.

2) Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

(35)

d. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

(36)

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Gunawan, 2001).

e. Klasifikasi Hipertensi

(37)

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre Hipertensi 130-139 80-89

Hipertensi:

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 ≥ 160 ≥ 100

f. Gejala Hipertensi

Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :

1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah

3) Wajah merah

4) Tengkuk terasa pegal 5) Mudah marah

6) Telinga berdengung 7) Sukar tidur

8) Sesak napas

9) Rasa berat ditengkuk 10) Mudah lelah

11) Mata berkunang-kunang

(38)

g. Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

1) Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol: a) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

(39)

wanita muda. Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau postmenoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003).

Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).

b) Umur

(40)

disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001).

c) Keturunan (Genetik)

(41)

dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk dalam Sumarna, 2012). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Santoso (2010), mengatakan bahwa tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol: a) Obesitas

(42)

badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT = --- Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan (Aisyah, 2009).

b) Kurang olahraga

(43)

(curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekakuan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan (Aisyah, 2009).

c) Kebiasaan Merokok

(44)

dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah. Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011).

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun (Aisyah, 2009).

d) Mengkonsumsi garam berlebih

(45)

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Basha, 2004). e) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Aisyah, 2009).

f) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg (Dalyoko, 2010).

g) Stres

(46)

tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012). Menurut Anggraini dkk dalam Sumarna, (2012) mengatakan stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

h) Penyakit jasmani

Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).

h. Komplikasi Hipertensi

(47)

resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. Komplikasi hipertensi antara lain : 1) Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

2) Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.

3) Stroke

(48)

kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

4) Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

5) Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

i. Pencegahan hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik antara lain dengan cara sebagai berikut: 1) Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.

2) Menghindari kegemukan (obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

(49)

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi

4) Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5) Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.

(50)

7) Latihan relaksasi atau meditas

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.

8) Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif (Gunawan, 2001).

j. Terapi

(51)

(tidak stres) dan olah raga yang teratur, serta meninggalkan kebiasaan merokok dan minum alkohol.

1) Farmakologi

Menurut Knight (2000), selama tahun terakhir ini ada kemajuan pesat yang dicapai dalam bidang pengobatan tekanan darah tinggi, karena itu sebagai keseluruhan sudah berkurang komplikasi yang berat.

a) Diuretik

Diuretik merupakan antihipertensi yang telah diteliti secara luas serta secara konsisten efektif dalam uji klinis. Diuretik menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume plasma (dengan menekan absorbsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer.

b) Agen Penghambat Beta Adrenegik

(52)

Penghambat beta juga menurunkan pelepasan renin. Obat tersebut menetralkan efek takikardi yang disebabkan oleh vasodilatasi dan terutama bermanfaat pada pasien dengan kondisi lain yang menyertai yang mendapatkan manfaat dari bentuk terapi tersebut. Efek samping semua penghambat beta antara lain menginduksi atau mengeksaserbasi bronkospasmus pada pasien yang sudah mempunyai kecenderungan (pasien asma, beberapa pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik), depresi konduksi nodus sinus dan atrioventrikuler, kongesti nasal.

c) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Obat ini semakin banyak digunakan sebagai pengobatan awal pada hipertensi ringan sampai sedang. Aksi utama kerja obat ini adalah dengan menghambat sistem rennin-angiotensin-aldosteron, terapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostlagandin dan kadang – kadang mengurangi aktivitas system saraf simpatis. Ruam kulit dapat terjadi akibat penghambatan ACE jenis apa pun.

(53)

sekunder obat ini terhadap kinase. Menurut Moser et al (2008), peghambat ACE diberikan pada pasien ddengan diabetes dengan tanda – tanda nefropati.

d) Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II

Meskipun losartan, anggota pertama kelompok obat ini, kurang poten dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan penghambat ACE, antagonis angiotensi II yang lebih baru (valsartan, irbesrtanm candesartan, telmisartan dan eprosartan) tampaknya sama potennya. Penghambat reseptor angiotensin II tidak mengakibatkan batuk dan jarang disertai dengan ruam kulit yang merupakan efek samping paling umum akibat penghambat ACE. Namun, obat tersebut masih menimbulkan risiko hipotensi dan gagal ginjal pada pasien dengan stenosi renal bilateral dan hiperkalemia.

e) Agen Penghambat Saluran Kalsium

(54)

semua kelompok demografi dan semua derajat hipertensi. Penghambat saluran kalsium dan diuretik kurang memberikan manfaat tambahan jika diberikan bersamaan bila dibandingkan jika masing-masing obat tersebut dikombinasikan dengan penghambat beta atau penghambat ACE

f) Antagonis Adrenoseptor

Prazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer. Agen ini efektif sebagai terapi obat tunggal pada beberapa individu, tetapi dapat terjadi takfilaksis selama terapi jangka panjang dan relatif jarang terjadi efek samping. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh karena itu sebaiknya diberikan dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur. Palpitasi, nyeri kepala dan kecemasan dapat terus terjasi selama terapi kronik.

2) Tetapi Non Farmakologis

(55)

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah menurut Ridwanamiruddin (2007), yaitu :

a) Mempertahankan berat badan ideal

(56)

b) Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mm (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007)

c) Menghindari rokok

(57)

d) Penurunan stres

Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stres sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005). Perasaan gelisah dapat menyebabkan ketegangan dan emosi terus menerus sehingga dapat meningkatan tekanan darah. Usahakan tidur dan beristirahat secukupnya untuk mempertahankan konsisi badan, karena tekanan darah menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari. menghindari stres dengan menciptakan suasana yang menyenangkan hati bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga, atau meditasi yang mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

e) Pengobatan Non Konvensional

(58)

3. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender a. Definisi

Massase ekstrimitas merupakan salah satu cara perawatan tubuh dengan menggunakan kedua tangan pada bagian telapak tangan dan kaki maupun jari-jari tangan dan kaki. Massase yang berarti penekanan secara pelan. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pijat. Massase akan dikombinasikan dengan aroma terapi lavender. Aroma terapi lavender merupakan salah satu aroma terapi yang paling digemari. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Aroma terapi lavender dalam bentuk lilin dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot – otot yang tegang setelah beraktivitas (Jaelani, 2009).

b. Manfaat Massase

(59)

menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan massase (Jurch, 2009).

c. Macam-macam gerakan massase 1) Mengusap (Efflurage/strocking)

Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf (Snyder,2002).

2) Meremas (Petrisage)

Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal.

3) Friction

(60)

4) Menggetar (vibration)

Gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh pangkal lengan dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan (Snyder,2002).

5) Memukul (tapotement/ tapotage)

Gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri. Variasi gerakan tapotement, yaitu :

a) Memukul (beating) b) Mencincang (hacking) c) Menepuk (clapping)

d. Gerak ( movement ) dan Irama ( rythme ) 1) Gerak (movement) teknik massase

(61)

2) Irama (rythme)

Interval antara gerakan ke gerakan dimana hal tersebut akan sangat mempengaruhi rangsangan pada bagian bagian tubuh yang dimassase maupun kenyamanan bagi klien itu sendiri. Massase yang baik adalah bila irama gerakan teratur, stabil serta tidak terlalu cepat ataupun lambat (Jurch, 2009).

e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan masasse

Untuk mencapai hasil massase yang semaksimal mungkin sesuai tujuaan dan manfaatnya, serta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap keselamatan klien maka perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1) Cek kontra indikasi seperti Tumor (bengkak), colour (hematoma/ memar), dolor (suhu panas tubuh), fraktur ,varises, awal kehamilan, penyakit kulit, jantung , diabetes, epilepsi.

2) Persyaratan terapis: tidak boleh memelihara kuku jari panjang, tidak mengenakan perhiasan, kondisi sehat dan melaksanakan sanitasi, menjaga konsentrasi dan fleksibilitas tangan harus dikuasai selain pengetahuan-pengetahuan dasar yang berkaitan dengan massase. Sikap ramah dan penuh perhatian sebagai pelayan pada klien.

f. Tahap Pelaksanaan Massase

Snyder (2002) menyatakan prosedur pelaksanaan massage

(62)

Intervensi massase dengan aroma terapi lavender diberikan dalam 10 menit selama seminggu 3 x. Adapun standar operasional prosedur pelaksanaan massase ekstrimitas dengan aromaterapi lavender sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau vertebrata, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka dan responden tidak mengkonsumsi obat anti-hipertensi. 2) Pada klien yang mempunyai riwayat hipertensi atau disritmia, kaji

denyut nadi dan tekanan darah.

3) Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien.

4) Persiapan bahan dan instrumen massage meliputi lotion atau minyak hangat, handuk, selimut, stopwatch dan lilin aroma terapi lavender.. 5) Pemberi intervensi mencuci tangan dalam air hangat. Hangatkan

lotion dengan cara tempatkan botol lotion ke dalam air hangat. Tuang sedikit lotion di tangan. Jelaskan pada responden bahwa lotion akan terasa hangat dan basah. Gunakan lotion sesuai kebutuhan.

6) TEKNIK MASSASE KAKI

a) Klien dapat memposisikan telentang atau duduk di kursi.

b) Seluruh kaki dan pergelangan kaki daerah digosok dengan minyak

(63)

d) Gunakan jari untuk memijat daerah antara tendon pada kaki, mulai dari jari kaki dan bergerak menuju pergelangan kaki. e) Gerakan meremas digunakan untuk memijat sisi masing-masing

kaki.

f) Pada akhir, memijat kaki, ujung jari kaki diremas, dengan gerakan melingkar pada telapak kaki.

g) Gerakan menyapu dari atas dan bawah kaki digunakan untuk menyimpulkan pijat kaki pertama sebelum pindah ke kaki kedua. 7) TEKNIK MASSASE TANGAN

a)Punggung tangan

(1) Lakukan pemijatan dari pergelangan tangan sampai ke ujung jari, tekanan sedang.

(2) Selanjutnya, pemijatan pada daerah sisi tangan dengan setengah lingkaran menggunakan tekanan sedang

b) Telapak tangan

(1) Pemijatan dilakukan pada telapak tangan sampai ujung jari menggunakan tekanan sedang

(2) Remas dengan lembut pada seluruh telapak tangan dilakukan dengan menggunakan tekanan sedang.

(64)

(4) Pemijatan setengah lingkaran digunakan dari pusat telapak tangan ke sisi menggunakan tekanan sedang.

c) Jari

(1) Remas dengan lembut setiap jari dari pangkal ke ujung di kedua sisi dan bagian depan dan belakang menggunakan tekanan ringan

(2) Lakukan gerakan meremas dengan lembut pada jari (3) Berikan tekanan pada kuku

d) Penyelesaian

Letakkan tangan responden pada tangan peneliti dan tarik tangan responden ke arah peneliti beberapa kali. Kemudian, putar tangan klien atas dan dengan lembut menarik ke arah peneliti beberapa kali.

8) Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa pemberi intervensi mengakhiri usapan.

9) Bersihkan kelebihan lubrikan dengan handuk mandi. Bantu lansia merapikan bajunya kembali.

10)Bantu klien kembali pada posisi yang nyaman.

11)Letakkan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan. 12) Kaji kembali denyut nadi dan tekanan darah.

(65)

g. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi dalam menurunkan tekanan darah pada lansia

Proses penuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial (Sumampouw, 2002). Masalah yang terjadi akibat proses penuaan membuat kebutuhan hidup lansia tidak terpenuhi dengan baik. Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup termasuk orang yang telah memasuki usia lanjut juga memiliki kebutuhan hidup agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup terbesar bagi lansia adalah peningkatan kesehatan. Peningkatan kesehatan pada lansia merupakan suatu hal yang kompleks. Lansia biasanya mengeluh tekanan darah meningkat atau hipertensi.

Massase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil di jaringan tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam

The Hypothalamic–Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf. Stimulus tersebut didistribusikan otak tengah melalui korteks di otak dan diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003).

(66)

sekresi kortikotropin dari HPA. Kortikotropin dalam dapat menurunkan kortisol dan diintrepetasikan sebagai relaksasi (Remington, 2002). Massase menjadi proses mediasi untuk pengurangan stres fisiologis dan psikologis pada lansia.

(67)

B. Kerangka Teori

(68)

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Penurunan tekanan darah

Massage ekstrimitas dengan aroma terapi

Lavender

(69)

D. Hipotesis

(70)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design adalah rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek dengan cara melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk yaitu mengetahui pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia degan hipertensi di Desa Grendeng Purwokerto (Saryono, 2011).

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel tanpa menggunakan kelompok kontrol. Kelompok sampel diberi tes awal (pre test)

lalu diberikan perlakuan sebanyak tiga kali dan kemudian diberikan tes akhir (post test).

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(71)

Keterangan :

O1: observasi dan pengukuran tekanan darah sebelum diberi perlakuan massase ekstremitas dengan aroma terapi lavender.

X1: perlakuan (masasse ekstremitas dengan aroma terapi lavender)

O2: observasi dan pengukuran tekanan darah setelah diberi perlakuan massase ekstremitas dengan aroma terapi lavender.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah posisi geografis yang merupakan tempat keberadaan responden penelitian sehingga mendukung dilakukan penelitian. Tempat penelitian yang telah ditetapkan peneliti yaitu Kelurahan Grendeng Purwokerto. Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(72)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu yang sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi sampel (Santjaka, 2008).

Keterangan:

N : total populasi

P : proporsi kejadian, jika belum diketahui, dianggap 50% Q : 1-P (0,5)

Z : nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,64) d : Tingkat kejadian yang dipilih

n = 85.(1.64)2.0,5 .0,5 0,12(85-1)+(1,64)2. 0,5.0,5 n= 57,14

1,51 n= 37,84 n = 38

(73)

Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang berada di Kelurahan Grendeng Purwoketo dengan kriteria penelitian sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah batasan ciri atau karakter umum pada subyek penelitian, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria eksklusi (Saryono, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Lansia yang bersedia menjadi responden. 2) Lansia yang berumur 55-65 tahun.

3) Lansia yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi. b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang dikeluarkan dari penelitian karena dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Lansia dengan fraktur, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka pada daerah ekstrimitas.

2) Lansia yang mengikuti perawatan alternatif semacam pijat lainnya seperti akupuntur.

(74)

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam sekelompok itu. Variabel adalah suatu konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2009). Dalam penelitian ini membuktikan pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Untuk dapat membuktikan pengaruh tersebut maka peneliti menetapkan variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Variable Independent)

Variabel bebas (Variable Independent) adalah variabel yang mempengaruhi variabel atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau variable dependent (Sugiyono, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender.

2. Variabel Terikat (Variable Dependent)

(75)

E. Definisi Operasional Penelitian Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Variabel

(76)

pengamatan selama penelitian, spigmomanometer dan stetoskop. Hasil pengumpulan data tekanan darah berdasarkan perhitungan diatas, dianalisis melalui uji statistic t-test berpasangan alternatif wilcoxon karena distribusi data tidak normal.

G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Prinsip validitas mengacu pada pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data (Saryono, 2009). Reliabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan tersebut diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah spigmomanometer. Spigmomanometer merupakan alat ukur baku yang digunakan dalam mengukur tekanan darah, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas.

2. Relibialitas

(77)

H. Jalannya Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan. Tahapan pengumpulan data selama penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

a. Permohonan ijin dari pihak jurusan keperawatan untuk melakukan studi pendahuluan, peneliti meminta ijin kepada Kantor Kelurahan Desa Grendeng Purwokerto untuk melakukan pengambilan data pasien hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Grendeng.

b. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan mendukung penelitian.

c. Peneliti membuat proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian proposal penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Peneliti memohon surat izin penelitian kepada Jurusan keperawatan. b. Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder.

(78)

d. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah yang pertama sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender kepada semua sampel.

e. Responden yang diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender diminta untuk mencari posisi yang dirasa paling nyaman.

f. Responden yang diberikan masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk setiap respondennya dan setiap intervensi selama 10 menit.

3. Peneliti melakukan pengukuran darah yang setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender

4. Pengumpulan Data Terakhir

Peneliti mengumpulkan data terakhir untuk kemudian dilakukan analisis data.

5. Teknik Pengumpulan Data

(79)

I. Analisis Data 1. Pengolahan Data

Analisis data dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu data diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program SPSS. Hidayat (2009) menyatakan bahwa proses pengolahan data tersebut melalui langkah-langkah berikut:

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data dokumentasi pada lembar observasi mengenai hasil pemeriksaan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan penginterpretasian hasil penelitian.

c. Entry Data

(80)

d. Tabulating

Tabulating adalah membuat distribusi frekuensi sederhana atau tabel kontingensi yang telah diberi skor dan dimasukkan ke dalam tabel.

2. Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka komponen variabel penelitian dapat dilakukan analisis. Berdasarkan Saryono (2011), analisis data dilakukan dalam 2 tahap yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi (Notoadmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia (umur, jenis kelamin), dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender.

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi tidak normal maka sebaiknya menggunakan

(81)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masasse dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan melihat pre test dan post test. Analisis ini menggunakan uji statistikuji “t” test berpasangandengan rumus:

Keterangan:

n = Besar Sampel

Z = Kesalahan tipe I (Z 1,64) Z = Kesalahan tipe II (Z ) S = Standar deviasi (4)

X1-X2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1-X2= 2)

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik t-test berpasangan alternatif wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal.

J. Etika Penelitian

(82)

pengumpulan data dapat dibedakan menjadi prinsip manfaat, prinsip menghargai subyek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2003).

Penelitian ini telah dirancang sesuai dengan petunjuk dan aturan yang telah ditetapkan serta telah mendapatkan rekomendasi dari Tim Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada pihak Kepala Kelurahan Grendeng Purwokerto, kemudian dalam penelitian menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Informed concent

Peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian kepada responden. Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar persetujuan.

2. Confidentiality

Semua responden harus dijaga kerahasiaannya. Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi serta data-data penelitian.

3. Anonymity

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
Gambar 2.1 Kerangka teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+5

Referensi

Dokumen terkait

With respect to MAPE criterion, GARCH is the best prediction model for returns volatility of Robusta Coffee; GARCH-M is the best prediction model for returns

Beberapa rekomendasi yang disampaikan dalam kajian peran pemerintah daerah antara lain terkait dengan aspek koordinasi pada tingkat kelurahan maka perlu

CREAMY merupakan produk krim ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 2% sebagai alternatif obat antimyiasis yang aman, efektif, dan ekonomis.. Produk ini memanfaatkan

Hasil uji statistik chi kuadrat menunjukkan nilai χ ² adalah 6,237 pada df 2 dengan taraf signifikasi 0,05 adalah 0,044 lebih kecil dari taraf kesalahan 0,05 sehingga

sejarah macam-macam tarian, ragam tarian lilin, makna tari merak jawa barat, sejarah tari klasik, filosofi gerakan tari merak, gambar tarian dayak dan asal

Suatu relasi biner dinamakan sebagai suatu relasi pengurutan tak lengkap atau relasi pengurutan parsial ( partial ordering relation ) jika ia bersifat refleksif, anti simetris, dan

Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura

N ilai yang baik harus diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing