Bronchopneumonia a. Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572). Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015). Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
b. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain: (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 dikutip Nurarif & Kusuma. 2015)
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. 2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
c. Manisfestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas menggunakan otot, aksesorius dan bisa timbul sianosis (Bara C, Long.1996:39 dikutip Nurarif & Kusuma. 2015). Terdengar adanya krekels diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
e. Penatalaksanaan
Menurut Wong, L dkk (2008) terdapat beberapa penatalaksanaan pada penderita bronchopneumonia:
1. Mencaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat, pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat 3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang . suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari, dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9 %.
4. Mengontrol suhu tubuh 5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi akan tetapi karna hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan pinisilin ditambah dengan cloramfenikol atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari karna sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
f. Masalah yang lazim muncul
1. Ketidak efektifan jalan nafas b.d. inflamasi trakeobronkial pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia berhubungan dengan toksi bakteri baud an rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
4. Intoleransi aktivitas b,d. insufiniensi O2 untuk aktivitas sehari-hari
g. Discharge planning 1. Berhenti merokok
2. Minum banyak air putih dan berhenti minum minuman yang beralkohol
3. Hindari iritan atau allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap rokok 4. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction.
WOC BRONCHOPNEUMONIA
Nama pasien : An. M
Diagnose : Bronchopneumonia
Penderita yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS
Etiologi : Jamur, virus, bakteri, protozoa
Saluran pernapasan atas
Manifestasi klinis : penderita bronchopneumonia mengalami yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas menggunakan
otot, aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya krekels diatas paru yang sakit, dan
terdengar ketika terjadi konsolidasi ( pengisian rongga udara oleh eksudat).
Kuman d. Kultur darah e. Sampel darah,
sputum, urin Kuman terbawah disaluran
cerna
tidak sedap Peningkatan peristaltic usus
Malabsorbsi Peningkatan flora normal
dalam usus Infeksi saluran pencernaan
Dilatasi bersihan jalan nafas Eksudat plasma masuk
alveoli
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Gangguan difusi dalam plasma
Edema antara kapiler dan alveoli
Hipoksia Penurunan capliance paru
Pergeseran dinding paru Iritan PMN eritrosist pecah
Edema paru
Suplai O2 menurun
Hiperventilasi
Dispneu Gangguan
pertukaran gas Retraksi dada/ nafas cuping
hidung
Fatique
Akumulasi asam laktat Metabolic anaerob
3. Kebutuhan cairan dan nutrisi 4. Mengontrol suhu
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NIC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
NOC:
1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
3. Informasikan pada keluarga tentang suctioning
4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
5. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
6. Monitor status oksigen pasien 7. Hentikan suksion dan beri oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2
8. Buka jalan napas , gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 9. Atur posisi pasien untuk
memaksivalkan ventilasi 10.Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas buatan
11.Lakukan fisioterapi dada bila perlu 12.Keluarkan secret dengan batuk
atau suction
13.Aukultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan dan monitor respirasi / status O2
Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
NOC:
1. Nutritional status: food and fluid
2. Intake
3. Weight control
NIC :
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
6. Monitor mual dan muntah 7. Monitor kadar albumin, total
protein, hb, dan kadar Ht 8. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
9. Monitor kalori dan intake nutrisi
10.Monitor BB pasien dalam batas normal
11.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 12.Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik, papilla lidah dan cavitas oral
13. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
Gangguan pertukaran gas
NIC
1. Respiratory status: gas exchange, ventilation 2. Vital sign status
NOC:
1. Buka jalan napas, gunakan tknik chin lift atau jau thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya memasang alat jalan napas
buatan keluarkan sekrwt dengan batuk/ suction 4. Aukultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 5. Monitor respirasi dan status O2
6. Monitor suara napas, seperti dengkur
Intoleransi aktivitas
NIC :
1. Energy conservation 2. Activity tolerance 3. Self care: ADLs
NOC :
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan progam terapinyang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krekbantu pasien / keluarga untuk