• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GANDA IBU BURUH PABRIK DALAM POLA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN GANDA IBU BURUH PABRIK DALAM POLA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Judul Skripsi

“PERAN GANDA IBU BURUH PABRIK DALAM POLA ASUH ANAK”

(Studi Deskriptif terhadap Ibu Buruh Pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi-Selatan)

B. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu unit sosial atau kelompok-kelompok sosial terkecil dalam suatu organisasi sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama di dalam kehidupan manusia. Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diawali dengan pernikahan. Meskipun seorang laki-laki dan perempuan sudah tinggal bersama di dalam satu rumah, namun jika belum didahului perkawinan maka belum dapat dikatakan sebagai keluarga.

Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus hubungannya dengan individu sering dikenal dengan sebutan primary group (kelompok primer). Menurut Cooley (dalam Soekanto, 2002:125), kelompok primer adalah kelompok-kelomok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individu ke dalam masyarakat. Oleh karena itu keluarga mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam diri individu yang meliputi: pemberian afeksi, dukungan dan hubungan untuk berproduksi, dan membesarkan keturunannya (anak), meneruskan dan melestarikan nilai-nilai dan norma-norma budaya yang ada dalam masyarakat.

(2)

yang utama dalam setiap kehidupan manusia (anak). Sangat penting dalam perkembangan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana anak berada. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada manusia dalam keadaan fisik dan psikologis sangat tergantung pada lingkungan sekitar, terutama orangtua. Setelah anak dilahirkan pada perkembangan selanjutnya mengasuh anak menjadi tugas dan tanggung jawab orangtua. Orangtua sebagai pengasuh dan pembimbing anak di dalam keluarga sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan tingkah laku anak terutama pada masa-masa awal sampai masa remaja. Karena orangtua yang pertama kali memperkenakan nilai dan norma kepada anak. Penggunaan pola asuh yang tepat akan mendukung perkembangan tingkah laku anak.

Pada umumnya, sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki peranannya masing-masing. Seorang ayah yang memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai kepala rumah tangga dan tentunya sebagai anggota masyarakat, kemudian peran seorang ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, dan juga sebagai anggota masyarakat, dan yang terakhir peran anak yaiu peran psikososial sesuai tingkatan perkembangan, baik mental, fisik, social dan spiritual (Santrock,2007).

Dari zaman dahulu sampai pada waktu ini, kaum wanita memegang peranan yang penting sebagai ibu rumah tangga yang meliputi segala macam pekerjaan berat ringan, seperti mengatur rumah, memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak dan sebagainya. Dapat kita lihat peran seorang ibu sebagai pendidik anak sangatlah penting dalam menentukan anak-anaknya tersebut menjadi pribadi yang saleh dan salehah atau tidak. Seorang ibu memiliki tugas pokok yang harus di jalankan dalam kehidupannya yang sangat menentukan sekali terhadap nasib anak-anaknya di dunia ataupun di akhirat nanti.

(3)

terabaikan pula, hal ini dimungkinkan karena ibu kurang meluangkan waktunya. Semisal ibu yang lebih senang berkarir di luar rumah ketimbang di dalam rumah yang secara full time mengasuh anak-anaknya. Memang tidak seratus persen benar jika ibu yang full time berada di rumah akan menjadikan anak-anaknya sebagai generasi yang berkualitas. Bagaimanapun pencapaian kualitas waktu yang diluangkan berhubungan langsung dengan kuantitas waktu yang diluangkan ibu untuk mengasuh dan membimbing anak-anaknya.

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pencari nafkah dan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga menjadi tanggung jawab suami. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang selalu di sertai dengan perkembangan kebutuhan hidup yang semakin meningkat hal tersebut membuat seorang ibu harus membantu peran suami sebagai pencari nafkah, dengan ikut bekerja. Pendapatan mereka cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari pembiayaan pendidikan, kebutuhan sehari-hari, kesehatan, pembelian kekayaan lain seperti kekayaan yang bergerak: kendaraan bermotor, juga perabot rumah tangga dan perhiasan, barang elektronik dan kekayaan tidak bergerak yang berupa tanah dan rumah.

Saat ini banyak sekali ibu yang menghabiskan sebagian waktunya jauh dari anak-anaknya.Ibu yang bekerja ini memang bagian dari kehidupan modern setelah adanya gerakan feminis di Indonesia khususnya setelah abad ke 19 dan 20. Dan pada saat ini wanita telah lebih banyak bekerja ketimbang pria pada sektor industri khususnya. Sebab karakteristik wanita yang ulet, tekun dan teliti dalam menjalankan sesuatu, mendorong banyaknya lowongan pekerjaan yang lebih banyak di isi oleh kaum wanita yang diantaranya adalah seorang ibu.

(4)

menyebabkan ketimpangan terhadap suatu proses pendidikan dan komunikasi anak.

Banyaknya seorang ibu yang bekerja saat ini membuat suatu pergeseran nilai yang ada di masyarakat dan sedikit banyak perubahan peran ini sangat mempengaruhi pola asuh yang di jalankan ibu terhadap anaknya. Khususnya pada seorang ibu yang bekerja dalam sektor industri yaitu buruh pabrik yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaannya pembagian peran sebagai pekerja dan seorang ibu sangatlah perlu diperhatikan.

Bentuk-bentuk pola asuh yang beragam sangat erat kaitannya dengan kepribadian seorang anak saat beranjak dewasa. Hal ini disebabkan oleh ciri-ciri, unsur-unsur, dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak anak kecil akan menjadi sebuah kebiasaan bagi anak saat mereka dewasa sehingga hal tersebut menjadi watak dari anak.

Fenomena ibu bekerja saat ini memang sudah tidak asing lagi untuk masyarakat khususnya masyarakat yang berada di kota dan pinggiran kota, sebab pada saat ini telah banyak ibu yang membagi waktu yang seharusnya di gunakan sebagai waktu untuk mendidik dan merawat anak di jadikan waktu ia bekerja di sebuah perusahaan atau lainnya.

(5)

Berdasarkan pertimbangan dan latar belakang diatas penulis merumuskan judul untuk skripsi ini adalah “Peran Ganda Ibu Buruh Pabrik dalam Pola Asuh Anak (Studi Deskriptif terhadap Ibu Buruh Pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan)”.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Pergeseran peran seorang ibu sebagai pendidik anak menjadi ibu pencari nafkah.

2. Banyaknya Ibu yang bekerja pada saat ini khususnya dalam bidang industri.

3. Kurangnya waktu yang dimiliki ibu buruh dengan anak-anaknya.

4. Pengelolaan waktu ibu dalam membagi peran sebagai ibu dan juga pekerja.

D. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran ganda ibu buruh pabrik sebagai pekerja yang juga menjalankan peran ibu dalam keluarga?

2. Bagaimana pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja buruh pabrik?

(6)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas tentang peran ganda ibu buruh pabrik dalam perkembangan pola asuh anak.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain:

a) Mengetahui bagaimana peran ganda ibu buruh pabrik yang juga menjalankan peran ibu dalam keluarga.

b) Mengidentifikasi pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja buruh pabrik

c) Mengidentifikasi pola asuh mana saja yang banyak digunakan oleh ibu buruh pabrik terhadap anaknya

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Secara teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya kajian Sosiologi Keluarga. Mengetahui fenomena sosial, dan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat khususnya masyarakat industri.

2. Secara praktis

(7)

b. Untuk mengetahui pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja buruh pabrik

c. Untuk mengetahui pola asuh apa saja yang banyak di jalankan oleh ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik kepada anaknya

G.Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikankonsep-konsep, dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, dan teknik pengumpulan data

BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis memeparkan data yang telah di dapatkan dalam penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V : Simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.

(8)

a. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga sangatlah luas, banyak para ahli mendefinisikan keluarga menurut berbagai pendapatnya, namun jika kita lihat definisi yang mereka utarakan selalu mengandung suatu konsep yang mengarah pada tujuan yang sama dan berdasarkan dari ciri-ciri khas keluarga sendiri. Seperti pengertian keluarga menurut M.I. Soelaeman (1994, hlm 12) menyatakan bahwa “ Keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis amnesia dikukuhkan dengan pernikahan yang dimaksud untuk menyempurnakan diri”.

Dari pernyataan diatas keluarga di bentuk dengan adanya rasa kasih sayang antara sepasang manusia yang bertujuan untuk menyempurnakan diri, menyempurnakan disini seperti yang kita ketahui dalam hukum agama pernikahan itu wajib hukumnya untuk orang yang sudah mampu. Pendapat diatas di dukung pula oleh pernyataan Mc. Iver dan Page dalam (M.I. Soelaeman, 1994 hlm.9) yang mengemukakan bahwa:

“Lima ciri khas umum terdapat dimana-mana yakni hubungan berpasangan antara dua jenis, dilakukan oleh suatu bentuk pernikahan, adaya pengakuan terhadap turunan yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut, adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama, disselenggarakan kehidupan berumah tangga”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah seseorang yang berpasangan dengan lawan jenisnya yang terbentuk dengan adanya pengakuan dan mereka hidup bersama dalam rumah tangganya.

b. Fungsi Keluarga

(9)

Akibatnya, perkembangan kepribadian anak terpengaruh oleh hal-hal yang berasal dari luar keluarga dan biasanya cenderung ke hal-hal negatif.

Ruang lingkup tanggung jawab pendidikan dalam lingkungan keluarga ditentukan atas fungsi-fungsi. Menurut Nur’aeni (2010) ada 8 fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan, yaitu :

a) Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga. b) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.

c) Fungsi Proteksi

Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat menjalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan perkembangan psikologinya.

d) Fungsi Afeksi

Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila mampu melakukan komunikasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa depan.

e) Fungsi Religius

Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.

(10)

Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.

g) Fungsi Rekreasi

Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.

h) Fungsi Biologis

Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya serta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.

Keluarga juga memiliki fungsi secara fisikologis yang berarti orang tua harus tahu cara untuk mengahadapi anaknya dalam masa-masa pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk tahap ini orang tua harus belajar memahami perkembangan anak pada setia periode perkembangnya, dan sudah merupakan kewajiban orang tua untuk menciptakan dan melakukan pembinaan dalam perkembangan terhadap anak-anaknya demi terwujudnya keluarga harmonis.

c. Interaksi dalam Keluarga

Keluarga merupakan wadah yang sangat penting diantara suatu individu atau kelompok, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak dalam keluarga menjadi anggotanya. Dalam keluargalah pang paling pertama seorang anak dapat bersosialisasi dalam keluarganya, baik itu interaksi antara anak dan orang tuanya ataupun anak dengan saudaranya. Dari awal anak dilahirkan hingga ia beranjak dewasa dan mulai bersekolah interaksi anak sangat banyak dilakukan di lingkungan keluarga.

(11)

Interaksi dalam keluarga sangatlah penting, dengan berkomunikasi antara anggota kelompok satu sama lainnya. Sehingga akan terjadi suatu hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Orang tua yang baik adalah ayah dan ibu yang pandai bersahabat dengan anaknya sekaligus menjadi telaadan yang baik bagi anak-anaknya.Karena sikap orang tua yang berasahavat sangat memepngaruhi kedekatan anak dan orang tuannya.

2. Peranan buruh wanita dalam keluarga

Buruh wanita mempunyai peranan penting di keluarga, yakni sebagai pribadi seorang istri dan ibu rumah tangga serta membantu mencari nafkah bagi keluarganya. Di mana seorang buruh wanita sejak dulu sudah mendapatkan tempat yang baik. Dengan berkembangnya jaman yang semakin maju mengakibatkan berubahnya aturan dan nilai yang ada di masyarakat. Peranan buruh wanita berubah dengan sendirinya, yang semula hanya berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga sekarang perannya menjadi bertambah.

Menurut Sajogyo bahwa konsep peranan akan memperjelas hubungan yang terjalin antara pria dan wanita, baik dalam keluarga, rumah tangga, maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Dewasa ini pada masyarakat kita terdapat empat golongan wanita, yaiu:

a) Wanita yang bekerja dan tidak mau membantu rumah tangga atau belum menikah.

b) Wanita yang memberikan pengabdiannya 100%.

c) Wanita yang memberikan prioritas kepada pekerjaan di atas keluarga.

d) Wanita yang memiliki jalan tengah untuk bekerja dan sekaligus menerima peranan rangkap yakni sebagai ibu rumah tangga dan mencoba kombinasi yang sebaik-baiknya.

(12)

rangkap yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai wanita pekerja (Boserup, 1984:65).

Di antara golongan wanita tersebut, ternyata pada saat ini sebagian besar wanita memilih golongan yang ke empat, yaitu sebagi ibu rumah tangga sekaligus juga sebagai pencari nafkah tambahan. Di dalam keterlibatannya untuk turut serta mencari nafkah bagi keluarganya wanita tidak terlepas dari kegiatannya untuk melakukan kegiatan rumah tangga.

3. Peran Ganda Perempuan

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, sehingga mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dengan membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air, hingga memelihara anak. Dikalangan keluarga miskin beban berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Apalagi jika perempuan tersebut harus bekerja, maka beban kerja yang dipikulnya menjadi double atau ganda. Peran ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan yang bekerja di sektor publik (domain public), khususnya bagi perempuan yang telah berumah tangga (berkeluarga) dan bahkan setelah dirinya mempunyai anak – anak (Chrysanti Hasibuan – Sedyono, 1991).

(13)

segala kesalahan akan ditimpakan. Keadaan semacam ini menunjukkan bahwa kendati masyarakat telah semakin berkembang ke arah masyarakat industri, namun pandangan umum tentang wanita yang bekerja belum disamakan dengan pria.

Secara umum peran ganda perempuan diartikan sebagai dua atau lebih peran yang harus dimainkan oleh seorang perempuan dalam waktu bersamaan. Adapun peran-peran tersebut umumnya mengenai peran domestik, sebagai ibu rumah tangga, dan peran publik yang umumnya dalam pasar tenaga kerja (Rustiani, 1996: 60). Konsep ini agaknya dapat menyelesaikan permasalahan pembakuan peran seperti yang selama ini dipahami sebagian masyarakat sebagai sesuatu yang tidak dapat ditawar. Dengan konsep peran ganda seperti ini, perempuan tidak lagi melulu harus berkutat disektor domestik tetapi juga dapat merambah sektor publik.

4. Konsep Pola Asuh

a. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh berasal dari dua kata yakni pola dan asuh. Yang pada artinya pola artinya model dan asuh yang artinya membimbing, membantu dan melatih. Maka jika disimpulkan pola asuh merupakan model atau cara membimbing, membantu dan melatih anak atau bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya.

Menurut Shochib (2002) dikutip dalam

(14)

Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak (Melli Latifa, 2008).

Baumrind dalam (Mualifah, 2008, hlm.24) berpendapat bahwa pola asuh pada prinsipya merupakan parental control, yaitu bagaimana orangtua mengontrol ,membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas perkembangannya menuju proses pendewasaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pola asuh dapat didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yakni bagaimana orangtua memperlakukan, mendidik, membimbing, mengontrol dan mendisiplinkan serta melindungi anak, yang meliputi cara orangtua memberikan peraturan, hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.

b. Jenis-jenis Pola Asuh

Pola asuh adalah suatu cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anaknya.Menurut Bamrind terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.

a) Demokratis

(15)

Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).

Pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.

b) Otoriter

Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).

Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

(16)

Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008). Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial”.

5. Pengertian Anak

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.

(17)

5. Teori yang mendukung

Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi dalam (Soejono Soekanto 2012, hal 18) mengatakan bahwa:

“Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Misalkan timbal balik antara hubungan ekonomi dengan kehidupan politik.”

Dalam mempelajari dan mengembangkan keilmuan terutama ilmu sosial, digunakan berbagai teori yang nantinya akan digunakan untuk menerangkan segala fenomena yang ada di sekeliling kita.

Teori yang akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian, karena selalu ada konsekuensi positif. Merton juga menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial tidak hanya positif melainkan juga negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dapat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negatif pada bagian lain (Ritzer, 1992:25).

Dalam penjelasan lebih lanjut, Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, sedangkan fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Maka dalam struktur yang ada hal-hal yang tidak relevan disfungsi laten dipengaruhi secara fungsional dan disfungsional (Ritzer, 1992 hlm 27).

(18)

serta bertanggungjawab. Dalam pola pengasuhan anak terkandung bagimana orangtua mengasuh dan mengarahkan anak yang meliputi penanaman nilai dan norma, baik yang berlaku dalam keluarga maupun lingkungan sekitar di mana mereka tinggal. Selain itu juga teori struktural fungsional berkaitan dengan teori peran di dalam Sosiologi. Peran (role) adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem. Pada dasarnya istri bekerja bukan untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk mencapai kebutuhan keluarga secara keseluruhan. Beban ganda (double burden) yaitu pembagian tugas dan tanggung jawab yang terlalu memberatkan perempuan. Beban kerja menjadi dua kali lipat terlebih bagi perempuan yang bekerja di luar rumah karena selain bekerja mereka harus bertanggung jawab untuk keseluruhan rumah tangga (Astuti, 2008 hlm 81)

I. Lokasi dan Subjek Penelitian/Informan 1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan. Alasan mengapa peneliti mengambil lokasi penelitian di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan ini karena peneliti ingin melihat bagaimana peran ganda ibu buruh pabrik di lokasi tersebut terhadap pola asuh yang di jalankannya, hal ini didasari oleh pertimbangan banyaknya ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik di lokasi ini.

2. Subjek Penelitian/Informan

(19)

K. Metode penelitian

Metode adalah cara yang di gunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang di teliti. Nasution (1992: 32) berpendapat bahwa ”penelitian deskriptif, digunakan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan antara berbagai variabel”.

Sementara pendekatan penelitian yang di gunakan penulis adalah Dalam penelitian nantinya, saya akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2000:05). Adapun, Dalam metodologi tersebut terdapat beberapa cara, atau metode, dalam pengumpulan data. Salah satunya adalah studi kasus.

L. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode atau cara yang saya gunakan dalam pengumpulan data nantinya adalah pengamatan dan wawancara mendalam. Keduanya saya jelaskan sebagai berikut;

a) Teknik Pengamatan (observation)

(20)

pula, Buford Junker dalam Patton yang dikutip oleh Moleong (2000:127-128) membagi pengamatan dalam empat jenis; berperanserta secara lengkap, pemeranserta sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeranserta, dan pengamat penuh. Berdasar jenis pengamatan tersebut, saya memillih untuk menerapkan pemeranserta sebagai pengamat, yang difahami; dimana peneliti selain sebagai pemeranserta, juga tetap sadar akan posisi selaku peneliti (Moleong, 2000:127-128).

b) Teknik Wawancara Mendalam (Depth-Interview)

Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan cara mencatat berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah di siapkan sebelumnya. Wawancara ini di lakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi. Untuk lebih mendalami apa yang dimaksud informan tentang ‘dunianya’, untuk itu, wawancara mendalam sebagai “cara mengumpulkan data atau informasi dengan langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti, adalah model atau tipe wawancara yang akan saya gunakan nantinya.

Selain metode diatas, saya juga menggunakan metode kajian literatur dan dokumentasi penelitian menggunakan alat bantu kamera. Kajian literatur atau dokumentasi yang di maksudkan penulis disini adalah peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang termasuk dengan masalah penelitian.

M. Teknik Analisa Data

(21)

memaparkan seperti apa yang terjadi pada ibu buruh pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan . Secara jelas dan mendalam yang kemudian hasil dari penggambaran masalah tersebut diinterpretasikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.

N. Definisi Operasional 1. Peran Ganda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran ganda adalah pemain yg membawakan dua macam peran dl suatu cerita drama.

2. Buruh Pabrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buruh adalah orang yg bekerja untuk orang lain dng mendapat upah. Buruh pabrik adalah buruh yg bekerja di pabrik

3. Pola Asuh

Pola asuh diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan pendidikan dan bimbingan pada anak untuk meningkatkan unsur-unsur kebaikan dalam dirinya. Baik aspek jasmani maupun rohani yang telah ada pada dirinya. Menurut Baumrind dalam (Mualifah, 2008, hlm.24) berpendapat bahwa” Pola asuh pada prinsipya merupakan parental control, yaitu bagaimana orangtua mengontrol ,membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas perkembangannya menuju proses pendewasaan”.

Pola asuh yang dimaksud disini adalah pola asuh yang digunakan oleh ibu yang juga sebagai buruh pabrik.

4. Anak

(22)

O. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus grup interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari 6-8 partisipan per kelompok. Wawancara seperti itu tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen agenda rapat dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber untuk mempekuat permasalahan yang diteliti serta dapat mempertegas data hasil angket, dan obserasi.

3. Observasi

Observasi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat atau merekam segala fenomena yang terjadi. Riduwan (2009:74) mengemukakan bahwa:

“Observasi atau pengamatan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan respon kecil”.

4. Studi Literatur

(23)

dengna masalah dan tujuan penelitian.Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis berusaha mencari data berua teori, pengertian, dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoretis khususnya mengenai masalah-masalah yang sejalan dengan penelitian ini. ilmiah.Bandung : Labratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Goode, William.J. (2007). Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Rosnida,dkk. (1988). Kedudukan dan Peranan Wanita. Jakarta:

(24)

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Soelaeman (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta.

Suwondo, Nani (1981). Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. Jakarta:Yudhistira.

Internet

Effendi, Arfan (2013).Pengertian Pola Asuh. [Online]. Tersedia di: http://dimensilmu.blogspot.com/2013/10/pengertian-pola-asuh.html

(diakses pada 16 November 2014, pukul 21.10 WIB)

Lesmana, Andi (-). Definisi Anak. [Online]. Tersedia di: http://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/ (diakses pada 15 November, pukul 16.05 WIB)

Maunur (-).Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli, Definisi, Contoh,

Macam. [Online]. Tersedi di:

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan bawah permukaan berdasarkan data anomali gayaberat tersebut menunjukkan adanya cekungan pada batuan dasar di sekitar Serang dan Tanara, yang diapit oleh

 Riwayat tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu, tidak minum obat teratur  Riwayat kencing manis : tidak tahu.. Riwayat

Praktik ketatanegaraan selama ini, keikutsertaan DPD hanya sampai kepada pembahasan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan

Pada pengujian secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa masing- masing variabel bebas (brand experience dan brand trust) berpengaruh secara sendiri-sendiri

33 Tahun 2012 belum berjalan karna belum direvisinya payung hukum tentang penyediaan fasilitas pemberian ASI Eksklusif di wilayah nya sehingga tidak dapat diplotkan dana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi gaya peng- aturan tempat duduk yang meliputi face to face style, chevron style, cluster style, seminar style,

pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengucapkan terima kasih (bahasa verbal) maka biasanya orang tersebut akan melengkapinya dengan