ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN TRAUMA TELINGA
Di Susun Oleh :
1. Siska Rohma Fadila (201304041) 2. Rochana Oktafiani (201304048)
3. Siti Aisyah (201304051)
4. Arif nur sholeh (201304020) 5. Erika Yunita Kusuma W. (201304054)
6. Eva Rahayu (201304061)
7. Muhammad Rizal Fanani (201304066) 8. Yuyun Maisyarotin (201304073) 9. Putri Langgangsari (201304101)
AKADEMI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien dengan Trauma Telinga” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini Kami susun guna membantu rekan-rekan mahasiswa lainnya dalam mempelajari salah satu mata kuliah yakni Keperawatan Medikal Bedah 1 walaupun pembahasannya masih dalam batasan yang umum saja.
Tak lupa Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah memberikan motivasi kepada kelompok kami dalam
menyelesaikan tugas dan juga kepada rekan-rekan sekalian yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Mojokerto, 11 Oktober 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...1
Kata pengantar ...2
Daftar isi ...3
BAB 1. Pendahuluan ...4
A. Latar belakang ...4
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penulisan ...5
BAB 2. Tinjauan Teori ...6
I. Tinjauan teori ...6
II. Etiologi ...6
III. Patofisiologi ...7
IV. Klasifikasi ...8
V. Manifestasi klinis ...8
VI. Komplikasi ...9
VII. Pemeriksaan penunjang ...10
VIII. Penatalaksanaan ...10
IX. Pencegahan ...11
X. Konsep Asuhan Keperawatan ...12
BAB 3. Tinjauan Kasus ...15
BAB 4. Penutup ...21
A. Kesimpulan ...21
B. Saran ...21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertianTrauma telinga ?
2. Apa etiologi Trauma telinga ?
3. Apa saja patofisiologi dari Trauma telinga ?
4. Apa klasifikasi dari Trauma telinga ?
6. Apa saja manifestasi klinis Trauma telinga ? 7. Apa komplikasi dari Trauma telinga ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Trauma telinga ?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Trauma telinga.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus ''Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma telinga'', ini disusun supaya
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Trauma telinga
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Trauma telinga
3. Mahasiswa dapat mengetahui menifestasi klinis dari Trauma telinga
4. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi Trauma telinga
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Trauma telinga
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Trauma telinga
7. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari Trauma telinga
BAB I
TINJAUAN TEORI
I. DEFINISI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
1. Trauma telinga adalah trauma yang dapat terjadi berbagai cidera traumatika yang nyeri pada aurikula, meatus akustikus eksterna dan membran timpani. (Cody, Kern, Pearson. 1991: 104)
2. Trauma telinga tengah adalah perforasi membran timpani yang dapat disebabkan oleh perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan-atau karena benda asing dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). (Adams. 1997: 95)
3. Trauma telinga adalah tuli yang disertai gambaran atoskopik yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma, meliputi kompresi udara mendadak, udara di meatus akustikus eksternus, masuknya benda asing ke dalam telinga mserta trauma kapitis yang
menyebabkan fraktura os temporale. (Cody, Kern, Pearson. 1991: 90)
4. Trauma pada sistem pendengaran adalah trauma pada daun telinga yang dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat kecelakaan.(Harold. 1992)
II. ETIOLOGI
1. Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga antara lain: a. Kecelakaan lalu lintas
b. Perkelahian
e. Kebiasaan mengorek kuping
2. Menurut Cody, Kern, Pearson (1991: 90), penyebab utama trauma telinga yaitu: a. Kompresi mendadak udara di liang telinga.
b. Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau ranting-ranting pohon). c. Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os temporale.
3. Menurut Adams (1997: 84, 95, 131), penyebabnya antara lain:
a. Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip kertas.
b. Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda asing dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). c. Terpapar bising/suara industri yang berintensitas tinggi dan lamanya paparan.
III. PATOFISIOLOGI
Tuli yang disertai gambaran otoskopik dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma, meliputi kompresi mendadak udara di meatus akustikus eksternus, masuknya benda asing ke dalam telinga serta trauma kapitis yang menyebabkan fraktura os temporale. Penyebab yang pertama, kompresi mendadak udara di liang telinga. Suatu kejadian yang tampaknya ringan, seperti tamparan pada telinga mungkin cukup menyebabkan ruptura membran timpani. Pasien akan mengalami nyeri telinga yang hebat dan terdapat perdarahan yang bervariasi pada tepi perforasi. Dapat timbul tuli konduktif dengan derajat yang tergantung atas ukuran dan lokasi perforasi.
Penyebab yang kedua yaitu masuknya benda-benda asing, seperti kapas lidai atau ranting-ranting pohon, bila masuk ke dalam meatus akustikus eksternus dapat menimbulkan cidera yang terasa nyeri, bervariasi dari laserasi kulit liang telinga sampai destruksi total teinga dalam. Pada trauma hebat, dapat terjadi perforasi membran timpani disertai
IV. KLASIFIKASI
Menurut Soepardi (2000: 30-31) dan Harold (1992): 1. Trauma Daun Telinga (liang telinga luar)
Trauma daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan, akibatnya timbul hematom di bawah kulit. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan beberapa kali aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun telinga (couliflower ear).
Sebagai akibat timbulnya proses organisasi bekuan darah di bawah kulit. Yang sering ditemui adalah edem laserasi, hilangnya sebagian atau seluruh daun telinga dan
perdarahan. Pada pemeriksaan ditemukan rasa sakit, edema yang hebat pada liang telinga sering menyebabkan gangguan pendengaran, laserasi, luka robek dan hematom.
Hematom terbentuk di antara perikondrium dan kondrium. 2. Trauma Os Temporal
Pada beberapa jenis trauma dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi vestibular, dengan akibat terjadi episode vertigo hebat yang berlarut-larut. Suatu
kecelakaan selama tindakan untuk memperbaiki tuli konduktif atau untuk menghilangkan penyakit ini di celah telinga tengah dapat menyebabkan kerusakan telinga dalam. Pada trauma tulang temporal terdapat hematom, laserasi atau luka tembak. Pada permukaan radiologi terlihat garis fraktur. Garis fraktur dapat longitudinal, transversal atau
campuran. Fraktur longitudinal ditemukan pada 8 % kasus akan merusak struktur telinga tengah sehingga terjadi tuli konduktif akibat dislokasi tulang-tulang pendengaran. Terjadi perdarahan pada meatus akustikus eksternus. Bila terdapat cairan serebrospinal
merupakan tanda adanya fraktur basil krani, pada kasus ini jarang terjadi kontusio telinga dalam.
Fraktur transversal ditemukan pada 20 % kasus, mengenai os petrosum, telinga dalam sehingga terjadi sensory-neural hearing loss, vertigo dan ditemukan timpanum.
V. MANIFESTASI KLINIS
1. Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara lain: a. Edema
b. Laserasi c. Luka robek
f. Hematom g. Nyeri kepala
h. Nyeri tekan pada kulit kepala i. Fraktur tulang temporal
2. Menurut Adams (1997: 95), manifestasi klinik trauma telinga antara lain: a. Nyeri
b. Sekret berdarah dari telinga c. Gangguan pendengaran d. Gangguan kesadaran
e. Hematoma subdural/epidural/kontusi
VI. KOMPLIKASI
1. Tuli Konduktif
Terjadi karena adanya perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang pendengaran.
2. Paralisis Wajah Unilateral
Terjadi karena trauma yang mengenai nervus fasialis di sepanjang perjalanannya melalui os temporale sehingga dapat menyebabkan paralisis wajah unilateral. 3. Vertigo Hebat
Disebabkan oleh berbagai jenis trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi vestibular, sehingga terjadilah vertigo yang mendadak, hebat dan berlarut-larut.
4. Kehilangan Kesadaran
Terjadi karena kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya
cideranya cukup hebat sehingga pasien akan mengalami periode kehilangan kesadaran. 5. Nistagmus
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG I. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
-Bersihkan serumen
-Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang. - Kemungkinan gendang mengalami robekan.
II. Pemeriksaan Ketajaman Test penyaringan sederhana:
-Lepaskan semua alat bantu dengar
-Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga -Berdirilah dengan jarak 30 cm
-Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut) -Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
III. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala Uji weber:
-Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
-Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan -Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien. -Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
VIII. PENATALAKSANAAN
· Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring
· Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )
· Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan perdarahan · Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.
· Periksa tanda-tanda vital
· Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin langsung dengan pemeriksaan CT scan.
IX. PENCEGAHAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA TELINGA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien a. Riwayat kesehatan
• Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
• Riwayat penyakit sekarang
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
• Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami nyeri pada telinga sebelumnya. • Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga. b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatusauditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,penumpukan serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta adanya peradangan. 2. Palpasi
Palpasi, Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeridari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis
eksternasirkumskripta (furunkel).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2.Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam rasa nyeri pasien dapat berkurang,
Kriteria hasil:
o Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.
o Menunjukkan ekspresi wajah / postur tubuh rileks.
INTERVENSI :
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-5)
R/. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
R/. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
3. Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi R/. Membantu mengurangi nyeri
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat
KriteriaHasil :
Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran
mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala
membedakan suara jam dengan gesekan tangan
Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik lembut.
R/. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
R/. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang
bersangkutan Kriteria hasil :
o Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
o Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
INTERVENSI :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
R/. Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi
2. Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya. R/. Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
3. Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap 1 tindakan keperawatan yang diberikan
BAB II
TINJAUAN KASUS
Seorang anak lelaki umur 16 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan selama 1 minggu terakhir bahwa telinga kanan rasa penuh adanya serumen dan pendengaran yang terganggu. Terdapat riwayat telinga kanan tertampar sewaktu bercanda 2 jam yang lalu.Sejak itu telinga rasa berdengung, tidak ada rasa pusing ataupun mual.Pada pemeriksaan fisik telinga kanan tampak ruptur membran timpani dengan tepi yang tidak rata dengan sedikit bercak darah disekitarnya. Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine positif di telinga kiri. Weber lateralisasi ke telinga kanan
Diagnosis: Trauma membran timpani
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Tgl. Pengkajian : 13 Oktober 2014 Nama : An. L
Usia : 16 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Agama : Islam Pekerjaan : Tidak ada Alamat : Jl. Jabon
Tgl masuk : 13 Oktober 2014 Ruang : Poli THT
Diagnosa Medis : Trauma Membran Timpani
Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
B. Riwayat kesehatan • Keluhan Utama
An. L sering mengeluh telinga kanan berdengung • Riwayat penyakit sekarang
An. L mengatakan bahwa sakitnya sudah 1 minggu terakhir ini dan An. L juga merasakan di dalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen dan pendengaran terganggu
• Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di rumah sakit karena tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu.
• Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga. C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : klien dalam kondisi baik namun ruptur pada membran timpani
Pemeriksaan B1-B6
1. Pemeriksaan B1 (Breathing)
o Hidung : tidak ada kotoran / bersih, tidak ada pendarahan
o SuaraTambahan : tidak ada suara tambahan
o Bentuk dada : normal (simetris antara kanan dan kiri)
2. Pemeriksaan B2 (Bleeding) o Nyeri dada (-)
o pusing (-)
o Sakit Kepala (-)
o Suara jantung : Normal
o Ascites (-)
3. Pemeriksaan B3 (brain)
o Kesadaran : Composmentis
o Kepala dan wajah : Tidak ada kelainan
o Mata : Sclera (Icterus), Pupil ( Isokor ), palpebra tidak odema
o Pendengaran : Sebelah Kanan : Pendengarana terganggu. Klien mengeluh telinga kanan berdengung, Sebelah Kiri : Normal
o Penciuman : Normal
o Pengecapan : Normal
o Penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
o Perabaan : Normal
4. Pemeriksaan B4 (Bladder) o Produksi Urine : normal
o Warna : Kuning, beraroma amoniak (normal)
o Tidak ada permasalahan dengan sistim perkemihan.
5. Pemeriksaan B5 (Bowel)
o Mulut dan tenggorokan : Bersih tidak ada tanda radang dan kelainan
o Abdomen : Tidak ada kelainan
o BAB : 2 kali/hari
6. Pemeriksaan B6 (Bone)
o Kemampuan pergerakan sendiri : bebas
o Extremitas Atas dan bawah : tidak ada kelainan
o Tulang belakang : tidak ada kelainan
o Kulit : Warna kulit putih
o Akral : Hangat
o Turgor kulit : Normal
ANALISA DATA
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : Klien mengeluh telinga kanan terasa penuh adanya serumen, pendengaran yang terganggu, telinga terasa berdengung
DO : telinga kanan tampak ruptur membran timpani dengan tepi yang tidak rata dengan sedikit bercak darah
disekitarnya.
Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine positif di telinga kiri
perubahan sensori persepsi
Gangguan sensori persepsi (auditori)
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi ditandai dengan klien mengeluh telinga kanan terasa penuh adanya serumen, pendengaran yang terganggu, telinga terasa berdengung. Telinga kanan tampak ruptur membran timpani dengan tepi yang tidak rata dengan sedikit bercak darah disekitarnya. Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine positif di telinga kiri
3. Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat
KriteriaHasil :
mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala
Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.
R/. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik lembut.
R/. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
R/. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Implementasi
Tanggal Jam Implementasi TTD
13-10-14
07.00 1. Mengobservasi ketajaman pendengaran dan mencatat apakah kedua telinga terlibat 2. Memberikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik lembut
5. Evaluasi
Tangga l
Evaluasi
13-10-14
S : An. L mengatakan pendengarannya sudah normal O : - tidak ada serumen
-telinga sudah tidak berdengung
-membran timpani sudah tidak ada bercak darah disekitarnya
A : Masalah keperawatan pada pendengaran pasien teratasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) .Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telingaadalahkompleks, sebagaiagenberbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor mekanik dan termal, cederakimia, dan perubahan tekanan. Tergantung
pada jenis trauma, baikeksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
B. Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. (1997). Boles: buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC.
Cody, D Thane, Kern, Eugene & Pearson, W Bruce. (1991). Penyaki ttelinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse, Many Frances, &Geissler, Alice CC. (1999). Rencana asuhan keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien . edisi 3. Jakarta: EGC.
Haryani, Ani. (2004). Nursing diagnosis a guide to planning care. 4th ed.