• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Asasi Manusia Dan Rule Of Law

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hak Asasi Manusia Dan Rule Of Law"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) sebenarnya adalah hak mutlak yang dimiliki setiap warga negara sejak dari lahir, tidak bisa dialihkan, tidak bisa digantikan dan berlaku selama ia masih hidup. Setiap orang bebas menyuarakan apapun, sesuai dengan yang telah dimilikinya. Namun tidak lepas dari norma-norma dan kententuan yang berlaku. Hak asasi manusia pada dasarnya perjuangan demokrasi juga merupakan sejarah perjuangan menegakan hak asasi manusia di dunia ini. Hak asasi manusia ini bersifat melekat pada diri seseorang, tanpa membeda-bedakan suku, ras, golongan, agama, etnik dan sebagaimana. Karena pada dasarnya kita adalah makluk ciptaan Tuhan.

Dengan label makluk ciptaam Tuhan, maka penting untuk manusia untuk menjaga dan ikut serta menghormati tiap individu lainnya. Namun sayangnya, masih banyak pelanggaran – pelanggaran HAM yang di terjadi di Indonesia ini. Banyak ketimpangan di negara ini, yang harus di perbaiki.

Untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang berlangsung di negara kita, maka di bentuklah Rule of Law supaya terciptanya keadilan. Rule of Law merupakan konsep mengenai common law ialah seluruh aspek negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta egalitarian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang di bahas sebagai berikut :

a. Bagaimana pengertian dan perkembangan Hak Asasi Manusia?

(2)

c. Bagaimana pengertian dari Negara Hukum dan seperti apa keberlangsungnnya di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan apa saja ragam dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.

b. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia maupun di negara lain dan bagaimana sistem yang berlaku dengan adanya HAM.

c. Untuk mempelajari apa saja yang Hak Asasi Manusia yang tercantum dan bagaimana penegakan bila kita melakukan pelanggaran dan lembaga apa yang mengawasinya

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia

2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia

Istilah hak asasi manusia bermula dari bangsa Barat yang dikenal dengan ”right of man” untuk menggantikan “natural rights”. Kaarena istilah right of man tidak mncakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human rights yang lebih universal dan netral (Gazalli,2004).

Berdasarkan Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia , dinyatakan bahwa HAM yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindingu oleh negara hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Jadi adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:

1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia, bahwa kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya.

(4)

2.1.2 Macam Hak Asasi Manusia

1. Hak asasi menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, meliputi :

1. Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat, 2. Hak memiliki sesuatu,

3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, 4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama, 5. Hak untuk hidup,

6. Hak untuk kemerdekaan hidup, 7. Hak untuk memperoleh nama baik, 8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,dan

9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

2. Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia, meliputi:

Hak asasi meliputi berbagai bidang, yaitu:

1. Hak asasi pribadi ( personal rights), 2. Hak asasi politik ( political rights), 3. Hak asasi ekonomi ( property rights),

4. Hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and cultural rights),

(5)

6. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan (prosedural rights).

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 156-157)

2.1.3 Sejarah Perkembangan HAM

Latar belakang sejarah Hak Asasi Manusia, Pada hakikatnya muncul karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman (tirani). (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 157)

1. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah

1) Perjuangan nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan ( tahun 6000 SM).

2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan ke adilan bagi warga negara (tahun 2000 SM).

3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai filosofi Yunani peletak dasar diakuinya Hak Asasi Manusia. Mereka mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, cita-cita, dan kebijaksanaan.

4) Perjuangan nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita dari penindasan bangsa Quraisy (tahun 600 SM).

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158)

2. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris

(6)

1) Magna Charta atau Piagam Agung tahun 1215 terjadi pada pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan terhadap bangsawan. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak puas , kemudian kaum bangsawan membuat perjanjian yang disebut Magna Charta yaitu membatasi kekuasaan Raja Jhon.

2) Piagam “ Petition of Right” tahun 1628 , piagam ini berisi pernyataan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.

3) Habeas Corpus Act tahun 1679, Dokumen ini merupakan Undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang.

4) Bill of Rights tahun 1689, merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158-159)

3. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah negara pertama yang menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam konstitusinya. Hak asasi manusia di Amerika serikat didasari pemikiran Jhon Locke tentang hak-hak alam, seperti hak hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Di Amerika Serikat perjuangan hak asasi manusia disebabkan oleh rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran yang merasa tertindas oleh pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)

4. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Perancis

(7)

5. Atlantic Charter tahun 1941

Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang dipelopori oleh Franklin D. Roosvelt yang menyebutkan The Four Freedoms ( 4 Kebebasan), yaitu : kebebasan untuk beragama, kebebasan untuk bebrbicara, kebabasan dari ketakutan, dan kebabsan dari kemiskinan. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)

6. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB berhasil merumuskan naskah yang dikenal sebagai Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia. Deklarasi tersebut melambangkan komitmen moral dunia internasional pada hak asasi manusia. Dan dalam sidang Majelis Umum PBB tahun 1966,”International Covenants on Human Rights” telah diakui dalam hukum Internasional dan diratidikasi oleh negara-negara anggota PBB. Konvensi tersebut adalah The International Convenant on Civil and Political Rights ( tentang hak sipil dan politik ), The International Covenant on Economic,Social, and Cultural Rights (tentang hak ekonomi, sosial, budaya) dan Optional Protocol. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 161-162)

Berdasarkan Perkembangan Sejarah ada 3 Generasi Hak Asasi Manusia, yaitu:

1. Generasi Pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula dari dunia Barat (Eropa).

2. Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang diperjuangkan oleh negara sosialis di Eropa Timur,

3. Generasi Ketiga adalah hak perdamaian an ppembangunan yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang.

(8)

sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan rakyat. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 162-163)

2.1.4 Hak Asasi Manusia di Indonesia

1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia.

Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding Deklarasi Universal PBB yang lahir pada 10 Desember 1948. Berikut ini pengakuan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan perataturan perundang-undangan lainnya, yaitu:

1) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama

Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia sendiri sejak masa berdirinya tidak bisa lepas dari HAM itu sendiri.

2) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama

Pancasila sebagai dasar negara mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek, yakni aspek Individualitas ( Pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena itu, kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain.

3) Batang Tubuh UUD 1945

Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang tersebar dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945. Pada berakhirnya era Orde Baru tahun 1998, hak asasi manusia di Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan. Rumusan baru tentang hak asasi manusia tertuang dalam Pasal 28 A-J UUD 1945 hasil amandemen I tahun 1999.

(9)

Undang-Undang yang menjamin HAM di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM. Hak-hak yang terdapat dalam UU No.39 Tahun 1999 yaitu:

1. Hak untuk hidup (Pasal 4),

2. Hak untuk berkeluarga ( Pasal 10),

3. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16), 4. Hak untuk memperoleh keadilan ( Pasal 17,18,19), 5. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),

6. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35), 7. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),

8. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44), 9. Hak wanita (Pasal 45-51),

10. Hak anak (Pasal 52-66).

Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan juga dijamin melalui undang-undang maka semakin kuat jaminan hak asasi manusia di Indonesia.

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 164-167)

2. Penegakan Hak Asasi Manusia

Kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan penegakan HAM, yaitu:

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( KomNas HAM) dibentuk berdasar Keppres No. 50 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

(10)

manusia guna perkembangan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpatisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Pengadilan HAM, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.

Pengadilan HAM bertugas dan berwewenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia.

3. Pengadilan HAM Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan peristiwa tertentu dengan keputusan presiden untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

4. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran HAM berat dapat dilakukan di luar pengadilan HAM, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi yang dibentuk berdasarkan UU N.27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi.

(11)

2.2 Rule of Law

Rule of law merupakan istilah yang diberikan oleh ahli hukum Anglo-Sakson. Rechtstaat atau Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan Constitutional State atau Rechtstaat (Miriam Budiardjo, 2008).

Secara sederhana negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).

Lebih lanjut Soetandyo Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa konsep rechtstaat atau negara hukum adalah konsep yang berparadigma bahwa negara dan alat kekuasaannya (yang disebut pemerintah) tak dibenarkan bertindak atas dasar kekuasaannya belaka, melainkan harus ditumpukan pada dasar kebenaran hukum yang telah dipositifkan ialah undang-undang, yang pada gilirannya berdiri tegk di atas kebenaran hukum undang-undang yang paling dasar, ialah undang-undang dasar.

(12)

Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian (Ahmad Ali, 2002) oleh karena itu pelaksanaan hukum negara harus memperhatikan tiga hal tersebut. Ada dua unsur dalam negara hukum. Pertama, hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektif yang juga mengikat pihak yang memerintah. Kedua, norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.

((Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 137-139)

2.2.1 Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materil

Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup pada abad ke-19 adalah bahwa sifat pemerintahan yang pasif, artinya pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya diparlemen. Pada waktu itu (ke-19), masih dikuasai gagasan bahwa pemerintah hendaknya tidak turut ikut campur dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum seperti bencana alam, hubungan luar negeri, dan pertahanan negara (miriam budiarjo, 1977). Aliran ini disebut liberalisme yang dirumuskan dalam dalil (pemerintahan

yang paling sedikit).

(13)

negara hukum modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan umum di berbagai lapangan kehidupan.

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 140-141)

2.2.2 Ciri Negara Hukum

Ciri-ciri Rule of Law masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi yang terdiri dari 106 hakim dari 16 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik yang tergabung dalam “international commission of jurists” pada konferensinya di Bangkok tanggal 15-19 Februari tahun 15-1965 merumuskan ciri pemerintahan yang demokratis, ciri-ciri tersebut adalah:

a. perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain daripada menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin,

b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,

c. kebebasan untuk menyatakan pendapat

d. pemilihan umum yang bebas

e. kebebasan untuk berorganisasi dan berposisi, dan

f. pendidikan civic (kewarganegaraan)

ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsep negara hukum materiil(modern) bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) disepakati sebagai isyarat bagi pemerintahan demokrasi dibawah rule of law yang dinamis.

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum sebagai berikut.

a. pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

(14)

c. legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm 142-145)

2.2.3 Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia

Dasar pijakan bahwa negara indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang dengan jelas pada Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Negara hukum akan terlihat dengan ciri-ciri adanya:

a. jaminan perlindungan hak asasi manusia,

b. kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan

c. legalitas dalam arti hukum, yaitu baik penyelenggara negara maupun warga negara dalm bertindak berdasar atas dan melalui hukum (MPR RI, 2012)

konsekuensi dari ketentuan di atas, bahwa setiap sikap dan perilaku penyelenggara negara dan warga negara berdasarkan dan sesuai hukum. Ketentuan itu juga dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan tindakan kesewenang-wenangan baik yang dilakukan penyelenggara negara, maupun warga negara.

Selain rumusan Pasal 1 Ayat 3, Pasal 24 dan Pasal 27 ayat 1 UUD 1945, paham negara hukum indonesia, termuat pada rumusan:

(15)

b. setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D Ayat 2).

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 145-147)

2.2.4 Perwujudan Negara Hukum di Indonesia

Sistem hukum terdiri atas berbagai peraturan hukum, sebagai komponen-komponennya dan saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan hukum itu. Sistem hukum tersusun secara hierarkis. Artinya peraturan-peraturan yang membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum yang tertinggi sampai aturan hukum yang rendah. Sebagai sebuah sistem, setiap hukum yang ada di dalamnya tidak boleh saling bertentangan. Isi hukum yang saling bertentangan dalam kesatuan itu akan merusak sistem.

Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang- Undang No. 12 Tahun 2011 sebagai berikut.

a. UUD 1945

merupakan sumberhukum bagi pembentkan peraturan perundang-undangan dibawahnya

b. Ketetapan MPR

“ketetapan majelis permusyawaratan rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku.

c. UU/Peraturan pemerintahan pengganti undang-undang

peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama presiden

(16)

peratran perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

e. peraturan presiden

peraturan perundang-undangan yg ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan

f. peraturan daerah provinsi

peraturan perundang-undangan yg dibentuk leh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provins dengan persetujuan bersama Gubernur

g. peraturan daerah kabupaten/kota

peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Wali kota

Kedudukan Pancasila sebagi dasar negara berimplikasi yuridis, yakni menjadi cita hukum. Menurut Hamid S. Attamimi (1991), dasar nrgara merupakan cita hukum (rechtsidee)dari negara. Sebagi norma tertinggi, cita hukum atau dasar negra ini, Pancasila mempunyai fungsi regulatifdan fungsi konstitutif.. Pancasila sebagai dasar negara berkonotasi yuridis dalam arti melahirkan berbagai peraturan perundangan yg tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya.

(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 148-152)

2.2.5 Hubungan Negara Hukum dengan Demokrsi

(17)

1. negara hukum,

2. pemerintah dibawah kontrol nyata masyarakat,

3. pemilihan umum yg bebas

4. prinsip mayoritas, dan

5. adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis

Demokasi melatarbelakangi munculnya negaraa hukum. Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan diatas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan menjadi liar tak terkendalikan. Jadi, negara demokrasi, sangat membutuhkan hukum.

Sebagimana yg dikemukakan oleh Miriam Budiardjo (1977) yg menyatakan bahwa “demokrasi konstitusional” pertama tama merupakan Rechtstaat.. perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme yg dicapai pada abad ke-19 dan abad ke-20 diberi istilah rechtsaat atau rule of law, yg diIndonesia diterjemahkan sebagai “Negara Hukum”.

(18)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap warga negara itu sendiri tidak bisa tergantikan, dipindah tangan kan, dan itu sudah ada sejak mereka lahir namun jangan lupa akan ketentuan yang berlaku bahwa Hak Asasi Manusia juga berhubunga erat dengan norma-norma hukum. Ada hak orang lain juga yang harus kita hargai karena kita sebagai makluk ciptaan Tuhan. Semua batasan dalam Hak Asasi Manusia juga menyangkut Rule Of Law, yang berkonsep Common Law yaitu seluruh aspek negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta egalitarian.

Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan Constitutional State atau Rechtstaat. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum

3.2 Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

pertama , memungkinkan terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib; kedua , kemungkinan lembaga negara berfungsi sesuai dengan maksud UUD 1945; dan

Prototip reaktor VK-300 jenis BWR daya 250 MW(e) merupakan unit kogenerasi yang dapat memasok uap panas bersuhu 285 o C ke turbin ekstraksi untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar

10 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruszz Media, 2014, h.. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata keterampilan proses

Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi pada kehamilan aterm, kematian yang terjadi karena trias klasik yaitu; perdarahan, infeksi dan gestosis (preeklamsia)

Dengan demikian hipotesis pertama sampai ketiga penelitian yang menduga rasio profitabilitas (ROI dan ROE) dan leverage dapat digunakan untuk memprediksi tindakan perataan laba

izin dari Pengadilan agama. 2) Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat. tanpa izin ari pengadilan agama, tidak memiliki

Realizing the importance of reflective practice in professional development of pre-service teachers, all teacher education institutions in Malaysia have put an emphasis

Anita Hartini Suryaman (2010) peta wisata interaktif adalah peta yang menggambarkan atau menjelaskan lokasi-lokasi tempat tujuan wisata di dalam suatu kota atau