• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Dengan adanya pesan atau informasi yang disampaikan kepada sarsaran diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan termasuk

masalah gizi yang lebih baik.

Menurut Notoatmodjo (2007) WHO telah merumuskan: “Promosi

kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus

mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya)”.

Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut: “Program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).

Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik

(2)

Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan

perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003). Promosi kesehatan atau

pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap

makanan Bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

2.2. Metode dan Media Promosi Kesehatan 2.2.1. Jenis-jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode yang ditawarkan menurut Notoatmodjo (2007) dalam promosi kesehatan dibagai menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan

bimbingan khusus dari penyuluh.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara sasaran dengan peneliti lebih intensif,

(3)

berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perubahan

perilaku yang baru. b. Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan, hanya saja peneliti dapat menggali informasi lebih untuk dapat mengarahkan perilaku sasaran menjadi lebih baik.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara

kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama.

Dalam pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik

dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya (Lucie, 2005). Dan yang harus diingat pada metode ini adalah besarnya kelompok sasaran

akan berkaitan dengan efektivitas metode yang akan digunakan. Metode ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Kelompok besar

Sasaran penyuluhan pada kelompok ini lebih dari 15 (lima belas) orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah metode ceramah dan seminar

b. Kelompok kecil

Sedangkan sasaran penyuluhan pada kelompok ini kurang dari 15 (lima

(4)

pendapat (brain sroming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok

kecil (buzz group), memainkan peran (role play), permainan simulasi (simulation game).

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya

dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata, belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku.

Metode ini juga efektif untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, namun bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Metode

yang direkomendasikan untuk pendekatan massa, yaitu: a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, seperti: TV,

radio, internet, dan sebagainya c. Simulasi

d. Media cetak seperti: majalah, koran, buku

e. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, seperti: spanduk, poster dan sebagainya.

Sedangkan menurut Anonim (2013) metode pembelajaran dalam rangka aplikasi suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan

(5)

metode pembelajaran lebih dari satu (Anonim, 2013). Jenis-jenis metode dapat

dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya: 1. Berdasarkan pemberian informasi:

a. Metode Ceramah b. Metode Tanya Jawab c. Metode Demonstrasi

2. Berdasarkan pemecahan masalah:

a. Metode Curah Pendapat (Brainstorming)

b. Metode Diskusi Kelompok c. Metode Rembuk Sejoli

d. Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group) e. Metode Panel

f. Metode Forum Debat

g. Metode Seminar h. Metode Simposium 3. Berdasarkan penugasan:

a. Metode Latihan (Drill) b. Metode Penugasan (Resitasi)

c. Metode Permainan: 1. DIAD

2. Kubus Pecah

3. Role Playing 4. Sosiodrama

(6)

6. Simulasi

d. Metode Kelompok Kerja (Workshop) e. Metode Studi Kasus

f. Metode Karyawisata 2.2.2. Media Promosi Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai

alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

(Depkes RI, 2004).

Menurut Mardikanto yang dikutip oleh Lucie (2005), media pada

hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan yang dapat mempermudahkan sasaran dalam menerima pesan-pesan kesehatan sehingga mampu memutuskan untuk mengadopsi menjadi perilaku bagi sasaran sesuai dengan pesan yang telah

disampaikan.

Berdasarkan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, menurut Notoatmodjo (2003) media dibagi menjadi

3 (tiga) yakni:

1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:

a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

(7)

c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol

untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,

gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat. e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu

masalah kesehatan.

g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain:

a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,

sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan dengan kesehatan.

d. Slide dan Film strip

3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan

pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

2.3. Metode Ceramah

Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang

(8)

kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap

orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain (Anonim, 2013).

Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu diperbaiki dalam penerapannya dengan cara:

1. Membangun daya tarik

2. Memaksimalkan pengertian dan ingatan

3. Melibatkan siswa

4. Memberikan penguatan.

Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah, yaitu:

1. Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti: anekdot, cerita

fiksi, kartun, atau media visual yang menarik siswa 2. Kemukakan suatu problem

3. Kemukakan nilai positif dan manfaat

4. Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu. Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman

dan ingatan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu:

1. Memberikan headlines dan kata kunci

2. Kemukakan contoh dan analogi

3. Gunakan media pembelajaran atau minimal alat bantu visual. Agar siswa

(9)

Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan

spot. Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari

konsep yang disajikan. Selain penggunaan tantangan spot, pemberian latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam ceramah. Latihan-latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah disampaikan

dalam ceramah.

Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan.

Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya penguat dalam metode ceramah, yaitu: aplikasi

masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan memberikan

review. Review dalam hal ini siswa diminta mengulas ceramah yang telah

disampaikan.

Namun, dalam beberapa penelitian atau pembelajaran metode ceramah

efektif dilakukan dari pada metode lain, diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dinatia (2011) menyebutkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti, dkk (2005) tentang promosi

(10)

terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan.

3. Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan

audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual (Muchtar, 2011).

4. Jayanti (2010), hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita

di Kecamatan Medan Denai.

5. Sedangkan menurut Ahmadi (2010) efektivitas penyuluhan dengan metode

ceramah terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata

pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

2.4 Metode Permainan Ular Tangga

Di India populer dengan nama MOKSHA PATAMU yang ditemukan oleh Guru spiritual Hindu . Permainan ini disebut "Leela" - dan mencerminkan

kesadaran Hindu di sekitar kehidupan sehari-hari . Nama lainnya adalah "Tangga Keselamatan" yang lalu dibawa ke VictoriaInggris di mana Versi barunya telah dibuat dan diperkenalkan oleh John Jacques di tahun 1892. Dan lalu Masuk ke

Amerika oleh seorang pembuat mainan bernama Milton Bradley di tahun 1943 yang lalu diberinama "Snakes n Ladder" yang artinya "Ular Tangga" (Anonim,

(11)

Menurut Shaleh (2009) menyatakan bahwa permainan ini adalah

permainan hindu yang berasal dari india dan merupakan permainan moralitas, yang disimbolkan dalam bentuk ular dan tangga. Tangga dianggap mewakili

berbagai jenis sifat kebaikan sedangkan ular mewakili jenis sifat kejahatan. Permainan ini digunakan untuk memberikan pengertian kepada anak-anak tentang agama. Kebaikan akan membawa turun ke tingkat yang rendah dalam kehidupan.

Kotak yang berjumlah 100 mewakili tingkat Nirwana.

Permainan ular tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif

sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak

untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012). Melalui permainan ular tangga dapat membuat anak-anak meyakini bahwa belajar itu hal yang menyenangkan tidak membosankan dan kemampuan perkembangan anak

dapat berkembang dengan baik.

Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan

ular tangga. Model pembelajaran dengan menggunakan metode ular tangga mempunyai beberapa keunggulan, yang diantaranya yaitu:

1. Dapat menciptakan suasana pembelanjaran yang fun atau menyenangkan. 2. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual

maupun kelompok.

3. Dapat mengembangkan kreativitas.

4. Kemandirian siswa menciptakan komunikasi timbal balik.

(12)

6. Struktur kognisi yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar

bermakna akan stabil.

7. Tersusun secara relevan sehingga tergaja dalam ingatan.

Permainan ular tangga sudah banyak dilakukan dan dikembangkan dalam beberapa penelitian atau pembelajaran, diantaranya yaitu:

1. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif peningkatan hasil

belajar sejarah untuk siswa kelas XI SMA N 1 Musuk, Boyolali. Media ini terbukti dalam peningkatan pengetahuan siswa tentang sejarah (Mulyati,

2009).

2. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam mengajar

perbendaharaan kata bahasa inggris untuk sekolah dasar (Sari,dkk, 2011). 3. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan

pengetahuan gizi anak usia sekolah melalui pengoptimalan pendidikan

jasmani dan kesehatan (PENJASKES) (Dewi,dkk, 2011).

4. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam pelajaran matematika (Anonim, 2011).

5. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar tentang hygien dan sanitasi diri (anonim, 2011).

6. Media permainan ular tangga sebagai pengaruh penerapan metode perlakuan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas viii SMP N 1 Kebakkramat

Surakarta (Pratiwi, 2012)

7. Modifikasi permainan ular tangga dalam mengimplementasikan konsep

(13)

2.4.1. Proses Pembuatan Ular Tangga

Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan

munculnya monopoli, halma, ludo dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa permainan

ular tangga tradisional ini ringan ( mudah dimengerti ), sederhana peraturannya, mendidik dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan sangat interaktif. Proses pembuatan permainan ular tangga yaitu:

1. Ular tangga tangga dibuat dalam ukuran 3 x 3 meter persegi dengan ukuran per kotaknya adalah 30 x 30 cm. 10 (sepuluh) kotak secara vertikal dan 10

(sepuluh) kotak secara horizontal. Setiap kotak akan diberi nomor 1 (satu) sampai 100 (seratus). Ular tangga ini dicetak dengan bahan MMT atau bahan

spanduk plastik.

2. Setiap kotak berisi pesan-pesan tentang makanan jajanan makanan yang aman, sehat dan Bergizi, jenis-jenis makanan jajanan, pengaruh makanan

jajanan terhadap kesehatan. Pesan-pesan ini akan ditampilkan ke dalam bentuk gambar yang berwarna dan kata-kata.

3. Materi atau pesan yang akan ditampilkan kedalam permainan ini meliputi

pengertian makanan jajanan, jenis makanan jajanan, makanan jajanan aman, sehat dan bergizi, pengaruh makanan jajanan terhadap kesehatan, pengaruh

sarapan pagi terhadap kesehatan, hygien dan sanitasi. 4. Permainan ini menggunakan anak sebagai bidaknya.

5. Permainan ini akan dimulai dengan terlebih dahulu melempar dadu. Dadu

(14)

untuk berapa kotak yang harus dilalui setiap bidaknya) dalam bentuk bulatan

seperti yang telah dilampirkan.

2.5. Proses Adopsi Dalam Promosi Kesehatan

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subajek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Sedangkan menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Hal

(15)

Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R

Menurut Green dalam Notoadmodjo (2003) bahwa faktor perilaku sendiri

ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus

mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (Psychomotor Domain).

2.5.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Stimulus

Organisme: -Perhatian -Pengertian -Penerimaan -Pengetahuan

Reaksi

(Perubahan sikap)

Reaksi

(16)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan

sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Dalam hal ini,

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai 6 (enam) tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

(17)

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri

oleh responden. Dan bentuk pertanyaanya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian

(18)

2.5.2. Sikap (attitude)

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2003) merupakan seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Jadi, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Setelah seseorang melewati tahap proses pengetahuan suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah penilaian atau proses bersikap terhadap

stimulus atau objek tertentu. Penilaian bisa berupa pendapat atau lainnya terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah gizi).

Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah

terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain, pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Haryanto, 2002). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa

tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan

(19)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain

bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Menurut Amaliani (2012), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan.

Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap

pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

2.5.3. Tindakan (Psychomotor Domain)

Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan

adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan

(20)

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan adalah tidak

mudah. Perubahan tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Menurut

Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice) atau tindakan. Dalam hal ini, penyuluhan berperan sebagai salah satu

metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Seperti halnya pengetahuan dan sikap, untuk

mengubah suatu objek untuk dijadikan tindakan atau perilaku pada diri seseorang, menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa tingkatan yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan denagn tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu ssesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan tindakan tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis, atau

sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tiga. 4. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya

(21)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

2.6. Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan kebiasaan jajan anak turut mempengaruhi kontribusi

dan kecukupan energi dan zat gizinya yang berujung pada status gizi anak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang

pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan, makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum

selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

Sedangkan menurut Kus dan Kusno (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai

bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.

Makanan jajanan termasuk kategori pangan siap saji yaitu makanan atau minuman yang merupakan hasil proses dengan cara atau metode tertentu untuk langsung di sajikan, sangat banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah, hampir

(22)

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 yang dikutip

oleh Dinatia (2010), jenis makanan jajanan digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang

goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti mi bakso, nasi goreng, mi goreng, mi rebus, pecal, dan sebagainya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.6.1. Makanan Jajanan Aman, Sehat dan Bergizi

Jaminan atas keamanan, sehat dan Bergizi pada makanan jajanan

mempunyai kontribusi besar pada pembentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, yang akan memengaruhi daya saing bangsa ditingkat global. Oleh karena itu, pengawasan pangan perlu mendapat prioritas karena secara langsung

dapat melindungi kesehatan masyarakat khususnya anak usia sekolah dasar terutama dari pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan, sehat dan Bergizi.

A. Makanan Jajanan Aman

Keamanan pangan didefenisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia

dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang- undang RI no.7 tentang Pangan Tahun1996).

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia yang tidak

mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Namun dalam perjalanan pengawasan di Indonesia terhadap makanan jajanan belum dilakukan secara

(23)

untuk anak sekolah yang bila dikonsumsi manusia dapat menimbulkan gangguan

terhadap kesehatan antara lain bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya biologis,.

1. Bahaya Fisik

Bahaya fisik tersebut merupakan benda asing seperti rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, potongan kayu atau ranting, pecahan kaca atau gelas dan lain sebagainya bisa masuk kedalam makanan apabila

makanan dijual di tempat terbuka dan tidak disimpan dalam wadah tertutup yang dapat mencederai konsumen.

2. Bahaya Kimia

Untuk bahaya kimia dapat terjadi karena penggunaan bahan berbahaya

yang memang tidak boleh digunakan pada makanan, yang hingga saat ini masih kerap terjadi. Seperti penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan, penggunaan pewarna tekstil, rhodamin (merah) dan methanil yellow

(kuning) agar makanan menjadi lebih menarik. Selain itu masih ditemukannya penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan. Penggunaan bahan-bahan tersebut masih sering dilakukan oleh

pedagang-pedagang kecil yang memang mereka belumtahu atau sudah tahu bahayanya namun lebih memilih yang harganya lebih murah.

Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat.

(24)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No.

1168/Menkes/PER/X/1999 bahan tambahan pangan (BTP) secara umum merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya

bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tiadak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,

pengemasan dan penyimpanan.

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang bahan tambahan pangan

(BTP) yang diizinkan ditambah dan yang dilarang oleh departemen kesehatan. Golongan bahan tambahan yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/IX/88, yaitu: 1. Antioksidan (antioxidant)

Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam

askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. 2. Antikempal (anticaking agent)

Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau

menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.

3. Pengatur keasaman (acidity regulator)

Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli.

4. Pemanis buatan (artificial sweeterner)

Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak

(25)

5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)

Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan telur hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener)

Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin

pemantap dan pengental untuk sediaan keju. 7. Pengawet (preservative)

Mencegah fermentasi dan pengasaman/ penguraian oleh mikroorganisme. Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.

8. Pengeras (firming agent)

Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.

9. Pewarna (colour)

Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.

10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa (flavor, flavor enhancer)

Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat,

Asam inosinat, dan monosodium glutamate (MSG) pada produk daging. 11. Sekuestran (sequestrant)

Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa

(26)

Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada

beberapa BTP lainnya yang biasanya digunakan dalam pangan (Cahyadi, 2008), yaitu:

1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba yang dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.

2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi

pangan.

3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga

mempertahankan kadar air pangan.

Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No.

1168/Menkes/PER/X/1999 sebagai berikut : 1. Natrium tetraborat (boraks)

2. Formalin (formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils) 4. Kloramfenikol (chlorampenicol)

5. Kalium klorat (potassium chlorate) 6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate)

7. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxypheny)

8. Asam Salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

(27)

kimia yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, seperti

rhodamin B (pewrna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis) dan potassium bromat (pengeras).

Menurut Cahyadi (2008) tujuan bahan tambahan pangan (BTP) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan tambahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah

preparasi bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

3. Bahaya Biologi

Bahaya biologi dapat disebabkan oleh bakteri (akibat kesalahan saat pemasakan, penyimpanan) atau binatang. Makanan tersebut sangat mungkin

sekali terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut penyakit bawaan makanan. Anak-anak sering menjadi korban penyakit tersebut. Hal ini umumnya disebabkan oleh belum diterapkannya praktik higiene dan

sanitasi yang memadai (Agustina,dkk, 2009).

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan

(28)

ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan

(food-borned diseases) (Susanna, 2003). Menurut Anwar (2004) dalam Andrita (2012), Jajanan sering terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun bahan-bahan

kimiawi (Anwar, 2004). Kontaminasi mikroorganisme dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yang dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan Jenis mikroba Bahan Pangan Sumber

Kontaminasi

Gejala Salmonella Daging dan

(29)

Jenis mikroba Bahan Pangan Sumber

Sumber: Anwar (2004) dalam Andrita (2012)

B. Makanan Jajanan Sehat

Pangan jajanan anak sekolah umumnya dikenal sebagai pangan siap saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara rutin dikonsumsi oleh sebagian

(30)

untuk memilih jajanan yang sehat yang dapat memenuhi kecukupan gizi pada

anak sekolah.

Menurut Andrita (2012), orangtua dan guru perlu mengajarkan kepada

anak agar membeli jajanan yang sehat. Pemilihan jajanan sehat yang direkomendasikan oleh Andrita (2012) untuk anak sekolah dasar yaitu :

1. Makanan yang tertutup rapat, tidak berbau/berasa asam, dan tidak berlendir.

2. Makanan yang berwarna tidak mencolok karena dikhawatirkan mengandung bahan pewarna bukan untuk makanan.

3. Makanan gorengan yang berwarna gelap dan bertekstur keras adalah salah satu ciri bahwa gorengan sudah digoreng berulang kali atau menggunakan

minyak berulang dan hal ini berbahaya untuk anak.

4. Makanan gorengan yang tidak berwarna putih karena itu merupakan ciri gorengan yang digoreng dengan plastik dan biasanya gorengan tersebut tetap

renyah sampai keesokan hari.

5. Makanan tidak boleh berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta pada bagian dalam bungkus karena zat kimia pada tinta koran/kertas dapat

meracuni makanan.

6. Makanan yang panas lebih baik di bungkus dengan plastik putih daripada

dengan plastik kresek atau bahan beling.

7. Makanan yang di kemas dengan menggunakan staples sangat perlu diperhatikan karena staples dikhawatirkan akan tertelan bersama makanan.

(31)

Berikut ini beberapa cara aman memilih makanan yang diberikan oleh

Chandra (2011) :

1. Mengamati warna makanan jajanan berwarna mencolok atau jauh berbeda

dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. 2. Mencicipi rasa makanan jajanan, biasanya lidah cukup jeli untuk

membedakan mana makanan yang aman atau tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misal sangat gurih, membuat lidah bergetar dan

tenggorakan gatal.

3. Mencium aroma makanan jajanan, bau apek atau tengik pertanda makanan

tersebut telah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.

4. Mengamati komposisi makanan jajanan denga membaca dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya dan dapat

merusak kesehatan.

5. Memperhatikan kualitas makanan jajanan dengan membandingkan makanan tersebut dalam keadaan segar atau telah berjamur sehingga dapat

menyebabkan keracunan. Makanan yang telah berjamur menandakan proses tidak berjalan dengan baik atau telah kadaluarsa.

6. Terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), bila hendak membeli makanan terlebih dahulu memeriksa produknya telah terdaftar di BPOM atau belum yang dapat dicermati dalam label yang tertera di kemasan

(32)

C. Makanan Jajanan Bergizi

Menurut Susanto dalam Purnamasari (2012), kebiasaan jajan merupakan kegiatan membeli makanan jajanan yang meliputi variasi, jenis, frekuensi dan

jumlah kandungan zat gizi (konsumsi energi dan protein) dari makanan jajanan setiap harinya. Namun kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sehat dan Bergizi masih belum banyak dimiliki oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar

(SD). Padahal gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta

menghasilkan energi.

Menurut Almatsier (2009) makanan Bergizi adalah makanan yang memiliki kandungan – kandungan atau unsur ikatan kimia yang dapat membantu seluruh pertumbuhan pada tubuh, mulai dari pertumbuhan badan hingga pertumbuhan otak. Pengelompokkan bahan makanan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat – zat gizi yaitu sebagai (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; (3) sumber zat pengatur.

Sumber energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di

dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Secara umum, fungsi utama zat gizi dalam makanan bagi tubuh dapat dibedakan menjadi 3 (macam) yaitu:

1. Sebagai sumber energi

Zat gizi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat, lemak dan protein.

(33)

untuk gerak dan aktifitas fisit serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Zat

gizi yang dapat menghasilkan energi terbesar dari ketiga zat gizi tersebut adalah lemak. Contoh bahan pangan/makanan yang berfungsi sebagai sumber

energi antara lain:

a. Nasi, jagung, talas, singkong, ubi, gandum yang merupakan sumber karbohidrat;

b. Margarine dan mentega merupakan sumber lemak;

c. Kacang-kacangan, ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber

protein.

2. Sebagai sumber zat pembangun

Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan vitamin. Namun demikian, zat gigi yang memiliki peranan dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein. Protein memiliki fungsi sebagai

pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan mengonsumsi protein maka pertumbuhan dan perkembangan manusia terhambat. Selain itu, protein juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel

tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.

3. Sebagai sumber zat pengatur

Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin, air dan protein. Namun yang memilki

(34)

2.7. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan pada Murid Sekolah Dasar Periode ini anak sekolah dasar dimulai pada usia 7-12 tahun, dimana dalam usia ini anak-anak sudah jauh lebih mandiri. Anak mulai membandingkan

segala sesuatu di rumahnya dengan yang ia temui di luar, baik di sekolah maupun di rumah teman-temanya. Norma-norma moral yang tadinya absolute di rumah, kini menjadi relatif. Oleh karena itu, anak-anak dalam usia ini suka membantah

dan membanding-bandingkan (Irwanto, 2002).

Menurut Behrman (2004) dalam Sulistyo ningsih (2011), Selama usia

sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak dengan kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa bayi atau pada masa remaja nantinya.

Rata-rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak pada usia sekolah adalah berkisar 3-3,5 kg untuk berat dan sekitar 6 cm untuk ketinggian. Pada periode ini tetap mempunyai dorongan pertumbuhan yang biasanya bertepatan dengan masukan

dan nafsu makan seorang anak berkurang.

Nafsu makan seorang anak dapat dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan seperti guru, dan teman sebayanya (Sulistyoningsih, 2011).

Peningkatan pengaruh guru dan teman sebaya berdampak terhadap perilaku perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak secara tiba-tiba meminta

suatu jenis makanan baru atau menolak makanan, akibat rekomendasi dari teman sebayanya. Rekomendasi yang diberikan teman sebaya belum tentu aman dan gizi yang terkandung dalam makanan juga belum tentu sesuai yang dibutuhkan

(35)

Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar No Kelompok Umur Berat Badan

(Kg)

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

Masa periode ini, yang umumnya mulai membandingkan segala sesuatu antara di rumah dan di luar rumah, juga mempunyai masalah gizi yang sering

timbul menurut Adriani,dkk (2012), yaitu : 1. Anemia Defisiensi Gizi

Anak usia sekolah yang lebih mengenal makanan jajanan akan mengendurkan

keinginan untuk menyantap makanan yang lebih Bergizi sehingga anak pada usia ini akan lebih rentan mengalami anemia. Keadaan ini terjadi kerena

terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi.

Untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan bahan makanan yang mengadung zat besi yang berkualitas. Menurut Dinatia (2011) daging, hati,

ikan dan ayam merupakan makanan yang mengandung zat besi yang berkualitas tinggi, artinya mudah dicerna. Zat besi juga dapat diperoleh dari

pangan nabati seperti kacang kedelai, serelia, sayur-sayuran, dan buah-buahan tapi tidak mudah diabsorbsi oleh pencernaan. Makan bahan makanan yang mengandung vitamin C mempermudah penyerapan zat besi. Jadi, menu

makanan di rumah yang terdiri dari lauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang mengandung zat besi sangat bermanfaat mencegah anemia gizi besi.

(36)

Kekurangan yodium merupakan pembesaran kelenjar gondok yang sering

disebut orang awam yaitu penyakit gondok atau nama ilmiahnya struma simplex. Pembesaran kelenjar gondok menurut Adriani,dkk (2012) terdapat

lebih dari 30 % diantara anak sekolah. 3. Karies Gigi

Masalah karies gigi pada anak sekolah tidak pernah selesai diperbincangkan,

hal ini dikarena pada anak usia ini terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Adriani, dkk (2012) menyatakan bahwa karies

gigi pada gigi sulung memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa.

Pada prinsipnya, makanan apapun dapat menimbulkan karies jika sesudah makan anak tidak dibiasakan menggosok gigi. Upaya mencegah karies pada anak usia sekolah selain tidak mengonsumsi makanan yang manis dan lengket

yaitu menggosok gigi dengan pasta gigi berfluorida dan sebaiknya sesudah makan.

4. Berat Badan Berlebih (Obesitas)

Kelebihan berat badan anak karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Berat badan yang berlebih harus menjadi perhatian yang

serius, hal ini dikarenakan akan menimbulkan penyakit pada si anak. Aktifitas yang kurang dan jajanan makanan yang mengandung kadar lemak yang tidak terkontrol merupakan faktor pencetus terjadinya berat badan lebih. Jika anak

sudah mengalami berat badan yang berlebihan sebaiknya laju pertumbuhan bertanyanya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap

(37)

menghentikan atau memperlambat berat badan anak yaitu asupan atau angka

kecukupan gizi anak dan mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik. 5. Berat Badan Kurang

Tidak hanya berat badan berlebih saja yang harus menjadi perhatian publik tetapi berat badan kurang juga menjadi perhatian bersama. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Anak usia ini sudah mulai dapat

memilih makanan yang disukainya dan gemar bermain. Dan biasanya makanan yang disukai jauh dari nilai Bergizi.

Makanan Jajanan yang dikomsumsi, mempunyai pengaruh didalam tubuh. Makanan jajanan mempunyai keuntungan dan kerugian bagi kita khususnya bagi

anak usia sekolah. Menurut Khomsan (2003) kebiasaan anak mengkonsumsi jajanan mempunyai keuntungan atau manfaat, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan energi.

2. Mengenalkan diversifikasi (keanekaragaman) jenis makanan. 3. Meningkatkan gengsi dengan teman-teman.

Sedangkan menurut Irianto (2007), jika anak usia sekolah terlalu sering

dan menjadikan makanan jajanan menjadi kebiasaaan dalam kehidupan. Maka akan berakibat negatif untuk kesehatannya. Dampak negatif yang timbul yaitu :

1. Nafsu makan menurun.

2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit. 3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak.

(38)

8. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh metode ceramah dan permainan ular tangga terhadap perilaku murid

tentang makanan jajanan. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan murid sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pre-test dan untuk melihat sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan post-test.

Pre-Test Pos-Test Pre-Test Pos-Test

Input Penelitian Output Penelitian Input Penelitian Output Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian dengan Metode Ceramah dan Permainan Ular Tangga

INTERVENSI

Metode Permainan Ular Tangga

Sikap

Tindakan Metode Ceramah

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Pengetahuan Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

EFEKTIF / TIDAK EFEKTIF

(39)

2.9. Hipotesis Metode Ceramah

A. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

terhadap pengetahuan murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan jajanan.

B. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

terhadap sikap murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan jajanan. C. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

terhadap tindakan murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan jajanan.

D. Ada perbedaan promosi kesehatan antara metode ceramah dengan metode ular tangga.

Metode Ular Tangga

A. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular tangga terhadap pengetahuan murid SD Negeri 060834tentang konsumsi makanan jajanan.

B. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular tangga terhadap sikap murid SD Negeri 060834 tentang konsumsi makanan

jajanan.

C. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular

tangga terhadap tindakan murid SD Negeri 060834 tentang konsumsi makanan jajanan.

Gambar

Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R
Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan
Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Semasa meninggalkan bilik PPR, hendaklah dikunci dan semua dokumen terperingkat dimasukkan di dalam bekas keselamatan berkunci...

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Nomor : 07/Pejabat Pengadaan/BPBD-BU/2014 tanggal 15 Juli 2014 dengan ini menetapkan Pemenang Penyedia Barang/Jasa

Grafik Fitur yang Paling Diminati dan Dari hasil pengujian diatas mayoritas responden mengatakan tertarik akan sistem ini, sekitar 97% tur pada sistem ini lengkap,

Ketaren, S., 1998, Penentuan Komponen Utama Minyak Atsiri Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Tesis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

pervolumenya sama dengan kualitas DNA yang di hasilkan oleh darah,.. sehingga DNA saliva dapat digunakan dalam

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kinerja pemasaran yang tinggi dilihat dari variabel orientasi pasar yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

– untuk itu harus dibirikan perlindungan hukum oleh pemerintah utamanaya pemerintah daerah dalam era otonomi daerah, instrumen perlindungan hukum anak jalanan tidak

a) Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang akan dicapai dari proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian,