BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk
mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
(selanjutnya disebut UUD 1945), perwujudannya berupa pembangunan nasional
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual. Pembangunan (dalam arti
luas) merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu.1
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen
yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia
dalam kegiatan suatu organisasi.
2
Dalam mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki Peningkatan mutu sumber daya manusia yang strategis terhadap
peningkatan keterampilan, motivasi, pengembangan dan manajemen sumber daya
manusia merupakan syarat utama dalam era globalisasi agar mampu bersaing dan
mandiri.
1
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Tahun 1945
2
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung
jawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen aparatur sipil negara3
Sejalan dengan itu, visi dalam konteks pembangunan sumber daya
manusia pemerintah dimasa yang akan datang adalah mempersiapkan Pegawai
Negeri Sipil (selanjutnya disebut PNS) yang profesional, mampu bersaing, dan
mengantisipasi perkembangan dunia yang pesat di berbagai aspek kehidupan
sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan serta kinerja yang tinggi.
4
Manajemen PNS merupakan keseluruhan upaya untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme, penyelenggaraan tugas, fungsi
dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan
pemberhentian.5
Jabatan karir merupakan jabatan struktural dan fungsional yang hanya
dapat diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Selanjutnya
Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara. Pengangkatan PNS dalam jabatan struktural antara lain
dimaksudkan untuk membina karir PNS dalam jabatan struktural dan kepangkatan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
3
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara, huruf c
4
Badan Kepegawaian Negara, Persepsi PNS Daerah Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural, Jakarta: Puslitbang BKN, 2003, hal. 10
5
yang berlaku. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seseorang harus
berstatur sebagai PNS, Calon PNS tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural.
Penetapan jabatan struktural, jabatan struktural Eselon I pada instansi
pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul pimpinan instansi setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara, sedangkan jabatan struktural eselon II kebawah
pada instansi pusat ditetapkan oleh pimpinan instansi setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab dibidang
pendayagunaan aparatur negara. Untuk jabatan struktural eselon I kebawah di
Provinsi dan jabatan struktural eselon II kebawah di Kabupaten / Kota ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai tata cara
ketentuan pengangkatan PNS dalam jabatan struktural telah diatur dalam
Peraturan Perundang-Undangan oleh pemerintah mengenai pengangkatan PNS
dalam jabatan struktural yakni Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, yang selanjutnya juga telah
diterbitkannya Keputusan Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000
tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan struktural sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002. Berbicara pengangkatan
PNS dalam jabatan struktural, selama ini tidak sedikit dijumpai seleksi
pengangkatan PNS dalam jabatan struktural baik pada instansi pemerintah pusat
maupun di daerah masih menyimpang dari aturan-aturan yang ditetapkan. Dalam
mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi,
serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan
tertentu sampai dengan pensiun, akan tetapi dalam kenyataannya pengangkatan
pejabat dalam jabatan struktural tidak hanya murni berdasarkan syarat-syarat atau
ketentuan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun
terkadang justru malah lebih ditentukan faktor-faktor di luar hal tersebut. Seperti
dalam pengangkatan PNS dalam jabatan struktural ataupun penempatannya masih
saja didominasi kepentingan politik, kerabat, keluarga dan lain sebagainya. Hal ini
dapat dikatakan bahwa dalam prakteknya pengangkatan pegawai dalam jabatan
struktural sering tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam aturan
perundang-undangan.6
Kebijakan pengembangan dan pembinaan karir PNS perlu diatur sistem
pembinaan karir yang jelas dan terpola berdasarkan peraturan
perundang-undangan dibidang kepegawaian, sebagaimana sistem Pembinaan Karir Pegawai
Negeri Sipil Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara, sehingga memberikan kontribusi yang baik dalam kebijaksanaan
manajemen PNS mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi,
pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil,
pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan
kedudukan hukum.7
6
Stialand.ac.id, Akhyar Efendi dkk, Manajemen PNS yang Baik, tersedia diakses tanggal 10 Oktober 2014.
7
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan
masyarakat. Agar pegawai negeri bisa mempertahankan prinsip netralitas ini,
maka pegawai negeri dilarang menjadi anggota dan /atau pengurus partai politik.8
1. Bagaimana pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia?
Masalah-masalah ini menjadi kendala struktural untuk mencapai atau
menerapkan prinsip dasar secara profesional. Hal ini justrunya akan menghambat
efektifitas dan produktivitas dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu
berdasarkan ini juga tentu akan sulit munculnya efektifitas dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi organisasi serta kelancaran dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional.
Berdasarkan latar belakang di atas dan dalam rangka memberikan
sumbangan pemikiran mengenai perbaikan atau penyempurnaan terhadap sumber
daya aparatur pemerintah khususnya PNS, maka dipandang perlu untuk
melakukan suatu penelitian yang berjudul Mekanisme Jabatan Struktural Dan
Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi
Negara (Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa permasalahan yang dibahas dalam
Mekanisme Jabatan Struktural dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai di
Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara antara lain:
8
2. Bagaimana mekanisme jabatan struktural dan manajemen pengembangan
karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara?
3. Apa kendala-kendala pengembangan karir pegawai di Lingkungan
Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia.
b. Untuk mengetahui mekanisme jabatan struktural dan manajemen
pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala pengembangan karir pegawai di
Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Sebagai bahan masukan dan kajian ilmiah dibidang hukum, khususnya
hukum kepegawaian yang menyangkut pengangkatan jabatan
struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan
untuk menyamakan persepsi dalam rangka menegakkan pengangkatan
jabatan struktural dan manajemen pengembangan karir pegawai
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara di lingkungan Sekretriatan Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Penulis di
perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa judul mengenai
Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai
Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi pada Lingkungan
Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).
Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang
Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah :
1. Rita Herawaty, NIM 940200197 dengan judul Pembinaan dan
Pengembangan karir pegawai dalam meningkatkan produktivitas kerja
pada PT. Pos Indonesia (persero) Binjai.
2. Sahat Pasaribu, NIM 9002000241 dengan judul Pelaksanaan karir pegawai
negeri sipil dilingkungan Setwilda Tk. II Deli Serdang ditinjau dari
Undang-Undang No. 8 Tahun 1994.
3. Kasimin Tinjauan hukum administrasi negara terhadap mekanisme
pengembangan karir pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi
Jambi. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang
2008.
Adapun permasalahan dalam penelitian Skripsi ini dilaksanakan pada
Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya Skripsi ini
dilakukan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara. Sehingga penulisan Skripsi ini dapat dipertanggung
jawabkan keasliannya secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil penelitian.
E. Tinjauan Pustaka 1. Pegawai Negeri Sipil
Pengertian Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara adalah : Pegawai Negeri
Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Dari pengertian di atas bahwa setiap warga negara berhak untuk menjadi
pegawai negeri sipil sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, dan dapat
diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Pengangkatan Pegawai Negeri.9
9
2. Jenis, Status dan Kedudukan
a. Jenis Aparatur Sipil Negara
Menurut Pasal 6, Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara terdiri dari :
1) Pegawai Negeri Sipil ; dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
b. Status Pasal 7 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional
(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian
kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.
c. Kedudukan Aparatur Negara Sipil Pasal 8 Pegawai ASN
berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.
3. Jabatan Struktural
Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin
suatu satuan organisasi negara. Pengangkatan PNS dalam jabatan structural antara
lain dimaksudkan untuk membina karir PNS dalam jabatan structural dan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat Diangkat dalam jabatan
struktural seseorang harus Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai
Negeri Sipil tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural.
4. Manajemen Pengembangan Karir Pegawai
Perencanaan karir dalam rangka manajemen sumber daya manusia bertitik
tolak dari asumsi dasar bahwa seseorang yang mulai bekerja setelah penempatan
dalam suatu organisasi akan terus bekerja untuk organisasi tersebut selama masa
aktifnya hingga ia memasuki usia pensiaun. Berarti ia ingin meniti karir dalam
organisasi itu.10
10
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal 205
Jika seseorang berbicara mengenai karir dalam kehidupan organisasional,
biasanya yang dimaksud ialah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dan jabatan
yang dipangku oleh seseorang selama dia berkarya. Memang sukar menemukan
pola universal mengenai karir semua orang karena yang terjadi sangat beraneka
ragam. Ada orang yang mencapai kemajuan dalam karirnya berdasarkan suatu
rencana karir tertentu. Tetapi tanpa direncanakan pun ada orang yang meraih
kemajuan dalam karirnya sehingga kemajuan itu dihubung-hubungkan dengan
“nasib baik”. Terlepas dari tepat tidaknya soal nasib dikaitkan dengan karir
seseorang, yang jelas ialah bahwa prestasi kerja, pengalaman, pelatihan dan
pengembangan ternyata berperan penting dalam menempuh berbagai jalur karir
Dengan kata lain, agar mengetahui pola karir yang terbuka baginya,
seorang pekerja perlu memahami tiga hal, pertama ialah sasaran karir yang ingin
dicapai dalam arti tingkat kedudukan atau jabatan tertinggi apa yang mungkin
dicapai apabila ia mampu bekerja produktif, loyal kepada organsisasi,
menunjukkan perilaku yang fungsional serta mampu bertumbuh dan berkembang.
Kedua ialah perencanaan karir dalam arti keterlibatan seseorang dalam pemilihan
jalur dan sasaran karirnya. Ketiga, kesediaan mngambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka pengembangan karir sambil berkarya.
5. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah mengenai hubungan Pegawai
Negeri Sipil dengan Negara dan Pemerintah serta mengenai loyalitas kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
Disadari bahwa kedudukan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri
Sipil merupakan salah satu penentu kelancaran penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembangunan, diperlukan adanya Pegawai
Negeri Sipil sebagai warga negara, unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi
masyarakat, dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945,
Negara dan Pemerintah. Untuk keperluan tersebut, Pegawai Negeri Sipil harus
bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih, bermutu tinggi,
dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan
dan pembangunan.11
11
Munculnya konsep mengenai otonomi daerah, merupakan bentuk
kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
12
Pemberian otonomi ini dirasakan sebagai suatu yang sangat urgen berkaitan
dengan pemberdayaan, terlebih lagi pada pemerintahan yang mengedepankan
demokrasi. Hal ini berarti terjadinya pendelegasian kewenangan kepada segala
aspek potensi yang ada. Demikian halnya pada otonomi daerah, maka berarti
daerah tersebut memiliki legal self sufficiency yang bersifat self goverment yang
diatur dan diurus oleh pemerintah setempat, sehingga terkandung azas-azas dan
prinsip kemandirian/kemampuan daerah dalam pelaksanaannya.13
6. Hukum Administrasi Negara
R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian
dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan
mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ
pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang
berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya.
Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan
fungsi organ-organ pemerintahan.14
Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga
12
Nugroho, R, Otonomi Daerah Desentralisai Tanpa Revolusi Kajian dan Kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000, hal. 35
13
Syaukani, Menatap Masa Depan Otonomi Daerah, Tenggarong Kaltim : Gerbang Dayaku 2000, hal 147
14
melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi
administrasi negara itu sendiri.15
a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat
perlengkapan negara itu melakukan tugasnya;
Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum
Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :
b. Aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara
alat perlengkapan administrasi negara atau Pemerintah dengan warga
negaranya.16
Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara
merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara
khas mengenai seluk-beluk daripada Administrasi Negara dan terdiri atas dua
tingkatan, yaitu :
17
Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada UUD
1945, TAP MPR, dan Undang-Undang, adalah hukum yang mengatur seluk-beluk
organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum Administrasi Negara Otonom
adalah hukum operasional yang dicipta oleh pemerintah dan administrasi negara
sendiri.18 Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum
Indonesia, Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian
aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan
negara menjalankan tugasnya.19
15
Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2006), hal 34.
16
Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Liberty, 1984, hal 2.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993, hal 61.
F. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian tentunya diperlukan data yang cukup akurat, untuk
mendapatkan data tersebut harus menggunakan suatu cara. Adapun cara untuk
mendapatkan data itulah yang biasa disebut metode. Jadi dalam penggalian data,
penggunaan suatu metode memegang peranan yang sangat penting dalam suatu
penelitian yang bersifat ilmiah, karena suatu penelitian tergantung pada tepat
tidaknya dalam penerapan suatu metode yang digunakan tersebut.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu
pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.20
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian
yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan
hukum.21
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang
bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,
menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.22
20
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal 1.
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010, hal 87.
22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Op. cit., hal 13
Dengan
menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini
dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini.
(Statute Approach) yaitu Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen
Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara
(Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).23
2. Sumber data
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli,
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar
penelitiannya, penulis menggunakan data primer dan sekunder serta tersier, yakni
bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data yang digunakan
sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:24
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum
yang terdapat pada Peraturan Perundang-Undangan atau berbagai perangkat
hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
dalam Jabatan Struktural. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Keputusan Kepala BKN Nomor 13 Tahun
2002 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun
2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan
23
Peter Mahmud Marzuki, Op. cit., hal 96.
24
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Peraturan Pelaksana Nomor 98
Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PNS
hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-hukum yang
mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan lainnya.
Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan Sekretariat
Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi bahan hukum primer yang membantu
dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.25
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan
bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut
atas bahan hukum primer.26
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap
bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan
lainnya.27
3. Pengumpulan data
Untuk memperoleh data-data yang terkait dengan obyek penelitian maka
peneliti mendapat sumber data melalui:
a. Penelitian Kepustakaan/Studi Pustaka (Library Reasearch)
25
Ibid
26
Ibid
27
Penelitian Kepustakaan dalam rangka memperoleh data sekunder yaitu
bahan hukum primer misalnya dengan cara mengkaji pustaka, mempelajari
buku-buku, putusan pengadilan, peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah dan
pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Dalam rangka memperoleh data primer maka penulis melakukan penelitian
langsung kepada masyarakat, narasumber yaitu Hasanuddin Kasubbag Umum
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.
4. Analisis data
Data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif yaitu suatu metode
analisis data dan berdasarkan apa yang dinyatakan oleh narasumber atau
responden secara lisan atau tertulis diolah dengan susunan kata-kata dalam
kalimat untuk menjelaskan lebih rinci pengambilan kesimpulan tersebut dianalisis
dengan menggunakan metode berfikir dedukatif yaitu cara berfikir yang bertolak
dari pengetahuan yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub
bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai
gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar
belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
INDONESIA
Bab ini berisi mengenai Pengertian Pembinaan dan Konsep
Pembinaan, Prinsip Dasar dan Jenis Pembinaan Pegawai dan
Hubungan Pembinaan dengan Perilaku Pegawai
BAB III MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN
PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Bab ini berisikan mengenai Gambaran Umum Sekretariat Daerah
Provinsi Sumatera Utara, Pengangkatan dalam Pangkat dan
Jabatan, Mutasi/Rotasi Pegawai Negeri Sipil dan Proses
Pengangkatan Jabatan Struktural Pada Kantor Sekretariat Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
BAB IV KENDALA-KENDALA PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI
DI LINGKUNGAN SEKRETARIATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Bab ini berisikan mengenai Kendala-kendala Yang Ditemui Dalam
Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi Kendala dalam Pengembangan Karir Pegawai Di
Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan
isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.
Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih