26
Bergas Kabupaten Semarang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan model belajar penemuan (discovery learning).
1.1.1. Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 dengan jumlah 25 siswa. Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi. Selain pengamatan secara langsung peneliti juga mendapatkan data dokumentasi melalui guru kelas. Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh dari guru kelas menunjukkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil UAS semester 1 yaitu dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, terdapat 16 (64%) siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dan terdapat 9 (36%) siswa yang di atas KKM, dengan nilai rata-rata kelas 61,08.
Pada kondisi awal ini proses belajar mengajar guru lebih aktif sendiri dengan ceramah tanpa menggunakan media atau alat peraga, sehingga penanaman konsep kepada siswa masih kurang tertanam pada memori siswa. Bahkan banyak siswa yang merasa takut untuk mengerjakan soal di depan kelas karena mereka merasa kesulitan dengan konsep matematika. Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu maka berdampak pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.
1.2. HASIL PENELITIAN
1.2.1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I yang telah dilakukan terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1.2.1.1.Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan pada guru kelas dan dosen pembimbing, menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat proses pengajaran di dalam kelas, membuat lembar pengamatan kegiatan pembelajaran, serta membuat soal-soal untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.
1.2.1.2.Tindakan
Tahap tindakan pada siklus I dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 dan 7 April 2015, pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan Kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Pada siklus 1 indikator yang dicapai adalah dengan menggunakan model discovery learning untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun kubus, balok, prisma, limas, kerucut, dan tabung). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah menyiapkan perangkat pembelajaran, mengabsen kehadiran siswa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok dan meminta siswa lain untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan kepada kelompok.
Sebagai penutup guru menyimpulkan semua proses kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang. Pada akhir guru memberikan soal tes formatif.
1.2.1.3.Pengamatan
juga aktif dalam menanggapi rangsangan berupan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Setelah mengetahui dan memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang diperoleh dari hasil pengamatan observer pada siklus pertama, guru merencanakan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus kedua. Langkah-langkah yang direncanakan adalah dalam menyampaikan materi guru lebih memanfaatkan alat peraga dan melibatkan siswa dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembentukan kelompok sebaiknya diacak dengan memberikan gambar bangun ruang, kemudian siswa memilih, siswa yang mendapat bangun ruang yang sama berkumpul menjadi satu kelompok. Setiap kelompok diberikan alat peraga dan dikondisikan untuk bekerjasama dalam mengerjakan LKS
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: dari 25 siswa terdapat 15 (60%) siswa yang sudah mencapai KKM atau tuntas, dan terdapat 10 (40%) siswa yang belum mencapai KKM atau tidak tuntas dengan nilai rata-rata kelas 76,6. Pada pelaksanaan siklus I terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai 57, 5 siswa yang mendapatkan nilai 60, 4 siswa yang mendapatkan nilai 63, 2 siswa yang mendapatkan nilai 73, ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 77, 2 siswa yang mendapatkan nilai 80, 1 siswa mendapat nilai 83, 1 siswa mendapat nilai 87, 3 siswa mendapat nilai 90, 2 siswa mendapat nilai 93, 1 siswa mendapat nilai 97, dan terdapat 2 siswa yang mendapat nilai 100.
1.2.1.4.Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan belum maksimal karena belum semua siswa mencapai nilai KKM. Untuk itu peneliti harus berusaha supaya pembelajaran yang dilakukan dapat maksimal. Setelah memperoleh data dari pembelajaran siklus I, kemudian peneliti melakukan refleksi. Hasil refleksi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
c. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai sebelum diadakan penelitian, walaupun hasil yang dicapai belum maksimal.
d. Guru sebaiknya melakukan pertemuan dengan siswa-siswa yang tidak masuk sekolah, supaya mereka paham dengan materi yang diajarkan dan dapat mengerjakan soal evaluasi pada siklus I.
Dari hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I, maka sebaiknya dalam pelaksanaa pembelajaran siklus 2 guru lebih mengoptimalkan langkah-langkah dalam pembelajaran model discovery learning, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, sehingga pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2.2. Siklus 2
Pelaksanaan siklus II yang telah dilakukan terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1.2.2.1.Perencanaan
Berdasarkan hasil pada siklus 1, perlu perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 sebagai berikut:
a. Memantapkan langkah-langkah model discovery learning dengan menekankan kerjasama, keaktifan, pemahaman konsep. Guru mengoptimalkan langkah-langkah pembelajaran dengan langkah sebagai berikut: 1. Memberikan rangsang kepada siswa, 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah, 3. Memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi, 4. Memberi kesempatan untuk mengolah data, 5. Memeriksa untuk mengetahui benar tidaknya data, 6. Memberikan kesimpulan.
b. Guru memberikan motivasi siswa untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan dengan memberikan bimbingan, selain itu guru bisa menunjuk siswa-siswa yang kurang aktif untuk bertanya/menjawab pertanyaan.
d. Menyusun LKS
e. Menyusun soal tes formatif f. Menyiapkan lembar observasi 1.2.2.2.Tindakan
Tahap tindakan pada siklus II dilakukan pada tanggal 14 April 2015 dan 21 April 2015, pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan Kompetensi dasar Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Pada siklus 2 indikator yang dicapai adalah dengan menggunakan model discovery learning untuk membuat bermacam-macam jaring-jaring bangun ruang sederhana dan mengenal bermacam-macam jaring-jaring bangun ruang sederhana. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran pada siklus 2 adalah menyiapkan perangkat pembelajaran, mengabsen kehadiran siswa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membuka kotak snack menjadi
Kegiatan penutup, guru memberikan soal untuk dikerjakan di depan kelas, siswa tampak antusias ingin mengerjakan soal di depan kelas. Kemudian guru memberikan kesimpulan tentang proses kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian guru memberikan soal tes formatif.
1.2.1.4.Pengamatan
Selama proses pembelajaran pada siklus 2 berlangsung diadakan pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh observer pada siklus 2 diperoleh data dari lembar pengamatan (data terlampir). Dari hasil observasi diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran model discovery learning secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik dan guru telah
melaksanakan semua langkah-langkah model discovery learning. Guru mampu membangkitkan motivasi siswa agar mempunyai keberanian. Siswa juga sudah berani untuk mengajukan pertanyaan atau bependapat. Siswa juga sudah melakukan kerjasama antar teman. Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh kepada semua kelompok.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: dari 25 siswa terdapat 25 (100%) siswa yang sudah mencapai KKM atau tuntas, dengan nilai rata-rata kelas 91. Perolehan nilai siklus II terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai 73, 1 siswa yang mendapatkan nilai 77, 1 siswa yang mendapatkan nilai 80, 1 siswa yang mendapatkan nilai 83, 6 siswa yang mendapatkan nilai 87, 3 siswa yang mendapatkan nilai 93, 4 siswa mendapat nilai 97, dan terdapat 7 siswa mendapat nilai 100.
1.2.1.4.Refleksi
a. Proses pembelajaran yang berlangsung sudah sesuai dengan rencana, dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.
b. Siswa sudah mempunyai keberanian dalam menyampaikan pendapatnya dan mengerjakan soal di depan kelas.
c. Hasil belajar yang dicapai siswa sudah ada peningkatan dibandingkan dengan pelaksanaan pada siklus I.
Dari data dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika dengan Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Bergas Lor 01
Tahun Ajaran 2014/2015 dikatakan berhasil.
1.3. ANALISIS DATA
Pada analisis data ini akan dipaparkan data tentang kondisi awal sebelum diadakan penelitian, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan KKM 65
No
. Kriteria Jumlah Siswa Prosentase
1. Tuntas 9 36 %
2. Tidak tuntas 16 64 %
Jumlah 25 100%
Nilai Tertinggi 89
Nilai Terendah 34
Rata-Rata kelas 61,08
memahami konsep matematika. Hal tersebut juga menyebabkan siswa kurang berani untuk bertanya hal-hal yang kurang dimengerti dan membuat siswa kurang berani ketika guru meminta untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Dari hasil belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum diadakannya penelitian dapat dibuat grafik. Grafik hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada grafik 4.1.
Diagram 4.1
Hasil belajar siswa pada kondisi awal
Dari diagram 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 36% siswa yang nilainya sudah mencapai ketuntasan dan 64% siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai tersebut diperoleh dari hasil UAS semester 1 siswa kelas V sebelum diadakan penelitian.Mengacu pada hasil belajar dan ketuntasan belajar mata pelajaran Matematika siswa pada kondisi awal, maka peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki kondisi tersebut dengan menggunakan model Discovery Learning. Setelah mendapatkan nilai pada kondisi awal ini peneliti mengadakan penelitian untuk siklus I.
Tabel 4.2
Hasil belajar siswa pada siklus I KKM 65
No Kriteria Jumlah Siswa Prosentase
1. Tuntas 15 60 %
2. Tidak Tuntas 10 40%
Jumlah 25 100%
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 57
Rata-Rata kelas 76,6
36%
64%
Kondisi Awal
Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I terdapat 15 siswa yang sudah mencapai KKM dengan prosentase 60 %, serta terdapat 10 siswa yang belum mencapai KKM dengan prosentase 40 %. Dari tabel 4.2 dapat dibuat diagram. Hasil belajar siswa pada pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada diagram 4.2.
Diagram 4.2
Hasil belajar siswa pada siklus I
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa pada siklus I belum semua siswa mencapai nilai ketuntasan, sehingga peneliti perlu mengadakan tindak lanjut dengan pelaksanaan siklus II. Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil belajar siswa pada siklus II KKM 65
No Kriteria Jumlah Siswa Prosentase
1. Tuntas 25 100 %
2. Tidak Tuntas 0 0 %
Jumlah 25 100%
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 73
Rata-rata kelas 91
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus II dapat dikatakan sudah
berhasil karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 siswa, semuanya sudah
mencapai KKM dengan persentase 100%. Dengan pencapaian nilai ketuntasan sebesar
100 % maka penelitian ini tidak perlu diadakan tindak lanjut. Dari tabel pelaksanaan
siklus II dapat dibuat diagram hasil belajar siswa. Diagram dapat dilihat pada diagram
4.3.
60% 40%
Siklus I
Tuntas
Diagram 4.3
Hasil belajar siswa pada siklus II
Peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Tindakan, Siklus 1 Dan Siklus 2
No Kategor
Dari tabel 4.4 dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelasnya adalah 61,8 dengan prosentase ketuntasan belajar 36 %, nilai tersebut sangat kurang dari KKM yang ditentukan sekolah, hal ini terjadi karena guru masih menggunakan model belajar konvensional sehingga membuat siswa pasif dan kurang memahami konsep matematika. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Discovery Learning. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh prosentase hasil belajar adalah 60% dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 76,6. Berdasarkan hasil belajar siklus 1, terjadi peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum diadakan penelitian, namun pembelajaran siklus 1 belum mencapai standart ketuntasan klasikal yaitu minimal 90%. Hal ini terjadi karena dalam kegiatan diskusi kelompok siswa kurang serius dalam berdiskusi dengan kelompok
100% 0
Siklus 2
0
sehingga siswa kurang memahami konsep matematika melalui kegiatan diskusi kelompok. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 belum semuanya mencapai KKM, untuk itu peneliti melakukan tindak lanjut dengan pelaksanaan penelitian pada siklus II. Sedangkan pada siklus II terdapat 100% siswa yang sudah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. Dengan menggunakan model Discovery Learning pada siklus 2 maka siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, siswa sudahmulai paham menganai konsep dari matematika, siswa sudah berani dalam menyampaikan pendapat, pertanyaa, dan mengerjakan soal di depan kelas.
Setelah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model Discovery Learning pada siklus 1 dan 2, hasil yang diperoleh siswa terdapat perbandingan
antara kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2. Pada kondisi awal, hasil belajar siswa masih rendah dikarenakan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Pada siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar namun secara klasikal belum mencapai ketuntasan minimal 90%, dikarenakan siswa kurang serius dalam pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar sangat pesat, dikarenakan siswa mulai serius ketika berdiskusi dan berani mengutarakan pendapat, sehingga siswa dapat memahami konsep matematika melalui pembelajaran menggunakan model Discovery Learning.
Dengan pencapaian hasil belajar pada siklus 2 diperoleh 100% dari jumlah siswa mengalami ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa penelitaian ini sudah berhasil. Dari data tersebut dapat dibuat diagram hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada diagram 4.4
Diagram 4.4
1.4. PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan hasil analisis data penelitian, maka dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning terjadi peningkatan hasil belajar. Adapun pembahasan yang menghubungkan antara model discovery learning dengan hasil penelitian yang kami lakukan.
Pembelajaran mata pelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan model discovery learning sangat cocok untuk digunakan karena dalam pembelajaran ini dituntut untuk aktif menemukan pengetahuan baru melalui proses belajar saat di kelas sehingga pengetahuan yang didapatkan mudah diapahami atau diingat. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari tokoh Bruner dalam Ratna W. D (2006).
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil prosentase ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kondisi Awal, Siklus 1, Siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1, Siklus 2
Diagram 4.5 Prosentase Ketuntasan Belajar
Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa, dapat kita lihat pada tabel 4.7 dan diagram 4.5 yaitu prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tiap siklus. Dapat dilihat bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan (pra siklus) menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 hanya 9 (36%) siswa yang nilainya mencapai KKM dan terdapat 16 (64%) siswa yang belum mencapai KKM, dengan nilai rata-rata kelas 65. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran, guru hanya ceramah dan cenderung guru yang lebih aktif sehingga siswa pasif. Bahkan banyak siswa yang merasa takut untuk mengerjakan soal di depan kelas karena mereka merasa kesulitan dengan konsep matematika, sehingga hal ini berdampak pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh maka perlu diadakan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning untuk pembelajaran Matematika. Pada pelaksanaan tindakan dari pra siklus ke siklus I dapat kita lihat bahwa ada 15 siswa dari 25 siswa yang sudah mencapai KKM dengan prosentase 60% ini dikarenakan siswa sudah mulai aktif, siswa mulai memahami konsep, hal ini sesuai dengan kelebihan model discovery learning menurut Nanik (2013), serta terdapat 10 siswa yang belum mencapai KKM dengan prosentase 40%, hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning. Berdasarkan data
yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai nilai tuntas, sehingga peneliti perlu mengadakan tindak lanjut pada siklus II.
Pada pelaksanaan tindakan dari siklus I ke siklus II dapat dikatakan sudah berhasil karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 siswa, semuanya sudah mencapai KKM dengan persentase 100%, ini dikarenakan banyak siswa sudah aktif dalam pembelajaran, siswa termotivasi untuk bersemangat dan bertanya jika kurang paham, siswa sudah baik dalam memahami konsep, siswa sudah mulai merasa senang ketika mengikuti pembelajaran matematika, guru juga melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, hal ini sesuai dengan kelebihan dari model discovery learning menurut Nanik (2013). Maka dari itu semua siswa mendapat nilai tuntas. Dengan pencapaian nilai ketuntasan sebesar 100% maka penelitian ini tidak perlu diadakan tindak lanjut.
Pada proses pembelajaran menggunakan model discovery learning pada mata pelajaran matematika, membuat rasa keingintahuan siswa menjadi lebih tinggi karena siswa menjadi penasaran dengan langkah-langkah kegiatan model discovery learning, siswa termotivasi untuk menemukan jawaban dari persoalan
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan pada penelitian Bambang Supriyanto, yang berjudul “Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember”.