• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Pembakaran Pria di Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kasus Pembakaran Pria di Bekasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kasus Pembakaran Pria di Bekasi Pencuri Ampli

Musholla Dalam Perspektif Hukum Dan HAM

Mohammad Arinal Huda 8111416103

Pendahuluan

Sungguh tidak berperikemanusiaan apa yang telah dilakukan oleh para warga di Bekasi yang tega membakar hidup-hidup pencuri ampli musholla, kasus pengeroyokan dan main hakim sendiri yang berujung dengan pembakaran ini sangat bertentangan dan melanggar hak asasi manusia. Kronologi kasus tersebut adalah (oleh tim tribun). Air sisa wudhu terlihat masih membasahi wajah dan janggut panjang pria 40 tahun saat ditemui Tribun di Musala Al Hidayah, Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (5/8) siang. Kedua bola matanya juga tampak memerah. "Tidak bisa tidur nyenyak," kata pria yang disapa Rojali ini. Rojali merupakan pendiri sekaligus pengurus atau lebih dikenal marbot Musala Al Hidayah Rojali menjadi saksi kunci kasus dugaan pencurian amplifer di Musala Al Hidayah yang membuat MA kemudian menjadi bulan-bulanan massa pada Selasa (1/8) sore lalu.

Rojali lalu menceritakan kronologi peristiwa hilangnya amplifer musala hingga akhirnya MA diduga sebagai pelaku pencurian. Ia mengaku masih mengingat betul kejadian pada Selasa sekitar pukul 16.00 WIB, usai waktu salat Ashar. Sebab, pria yang belakangan diketahuinya berinisial MA tersebut masuk dan keluar musala tanpa menyapa atau pun memberi salam saat bertemu dengan dirinya. Padahal, saat itu Rojali tengah membersihkan halaman musala. "Mari saya ceritakan supaya jelas semuanya," ucap Rojali saat mengajak keluar dari musala.

Ia menceritakan, MA datang ke musala beberapa menit setelah dirinya mengumandangkan adzan Ashar dan melaksanakan salat berjemaah dengan anaknya, Fahmi. Usai menunaikan salat Ashar, Rojali bertemu dengan MA. Saat itu, MA terlihat kebingungan lantaran mencari tempat berwudhu. Saat itu Rojali pun tak berprasangka apapun perihal pria yang tak dikenalnya itu. Lantas, ia mengambil selang air untuk diisi di dalam sebuah ember besar tidak jauh dari halaman musala. Ia menyiram permukaan tanah berdebu depan musala.

(2)

"Saya baru ingat ada laki-laki itu karena hanya dia sendirian yang masuk ke sini terakhir. Saat salat Ashar pun saya hanya berdua sama anak saya," jelas pegawai perusahaan minyak sawit di Pondok Ungu itu.

Karena tahu amplifer musala telah hilang, Rojali memberitahukan kepada sejumlah pemuda setempat untuk melakukan pencarian terhadap MA yang diduga sebagai pelaku pencuri amplifer musala. Ia hanya menyebut MA mengendarai sepeda motor bebek merk Revo warna merah.

Selain itu, diperkirakan amplifer yang dibawa akan tampak dari luar jika dibawa dengan sepeda motor. Ia bersama belasan pemuda dengan

mengendarai sekitar tujuh sepeda motor berpencar keliling desa untuk mencari MA.

"Ampli-nya lumayan besar. Jadi saya pikir akan ditaruh di antara jok motor dan setang. Saya mintakan bantuan untuk menemui sepeda motor bebek warna merah," kata dia. Tiba-tiba, di tengah perjalanan kembali ke musala, Rojali melihat sepeda motor dan pengendara dengan ciri-ciri seperti yang ditemuinya di musala.

Lantas, ia berputar balik dan tancap gas mengejarsepeda motor diduga pelaku pencuri amplifer musala tersebut. Begitu mendekat, Rojali memepet sepeda motor merah tersebut seraya berteriak, "Hai, itu amplifer saya."

Bukannya berhenti, pengendara sepeda motor bebek warna merah itu justru berusaha melarikan diri dengan memacu kendaraannya.

Sejumlah warga dengan sepeda motornya di tepi jalan melihat kejadian itu. Lantas, mereka ikut bergabung melakukan pengejaran. Kejar-kejaran dari sejumlah warga terhadap sepeda motor yang dikendarai MA tak terelakkan. Pengejaran terjadi hingga 500 meter sebelum akhirnya MA menghentikan laju sepeda motornya di tepi kali. Saat pengejaran itu, Rojali mengaku sama sekali tidak pernah berteriak 'maling' kepada MA. Teriakan maling justru terjadi saat sejumlah warga yang didominasi anak muda sudah berkumpul di tepi kali tempat MA menceburkan diri.

"Saya saat itu juga ikut mengejar. Tapi Demi Allah, Demi Rasulullah, saya tidak meneriaki dia. Justru saya meminta agar dia dilepaskan dan amplifer Musala bisa kembali," kata dia dengan suara tegas. Bogem mentah tidak dapat dihindari, saat MA keluar dari kali dan tersungkur di jalanan. Rojali masuk ke dalam kerumunan dan meminta tokoh masyarakat setempat menenangkan massa. Beberapa pukulan juga sempat melayang ke arah belakang Rojali dan tokoh agama yang berada untuk melindungi MA.

"MA sempat bangun dan bersujud minta maaf di hadapan saya. Dia bilang minta maaf berulang kali," ucap lirih Rojali.

Selanjutnya, suasana di lokasi kejadian untuk beberapa saat mulai tenang ketika tokoh masyarakat hadir dan akan membawa MA ke Balai Desa setempat untuk dilindungi.

Rojali mempercayai langkah selanjutnya kepada tokoh setempat untuk penanganan selanjutnya. Ia lalu kembali ke motor MA dan mengambil satu amplifer yang dibawa oleh MA.

"Saya baru tahu malamnya kalau dia dibakar. Demi Allah, itu biadab sekali. Tak pernah saya berpikir kalau akan berakhir seperti itu. Allah membalas perbuatan itu," ucapnya seraya jari telunjuknya menghadap ke atas.

(3)

"Di Musala ini, hanya satu yang hilang, tidak ada lagi. Dua amplifer lainnya di motor dia, saya tidak tahu dari mana. Saya tidak mau berburuk sangka," tandasnya.

Rojali meyakinkan, amplifer yang dibawa oleh MA tidak dalam kondisi rusak. Itu terbukti saat ia bisa menggunakan pengeras suara dengan amplifer sebagai perangkatnya saat mengumandangkan adzan Salat Ashar sebelum kejadian.

Selain itu, tidak ada warga sekitar yang memesan jasa MA untuk memperbaiki amplifer musala. Menurut Rojali, jikalau amplifer rusak, maka pamannya, Zainudin, yang akan memperbaikinya. Zainudin terbilang mempunyai keahlian itu.

Bukan hanya itu, tempat tinggal MA yang berada di Cikarang Utara terbilang sangat jauh dari Musala Al Hidayah, yakni berjarak sekitar 25 kilometer. Para warga di sekitar musala pun tidak ada yang mengenal maupun mengetahui jika MA berprofesi sebagai tukang reparasi alat elektronik seperti amplifer. 1

Dalam kasus ini beberapa pemuda di desa tersebut atau pelaku pembakar pencuri ampli musholla tengah dalam proses hukum dan wajib mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah dilakukannya. Polisi masih mencari pelaku pembakar pria pencuri ampli musholla tersebut, polisi menyebutkan bahwa kasus ini merupakan sebuah pelanggaran HAM karena sudah merampas nyawa orang lain dengan cara membakar hidup-hidup.

Analisis Peraturan Hukum

Adapun dasar hukum yang digunakan dalam kasus pengeroyokan dan pembakaran pria pencuri Ampli musholla di Bekasi adalah :

Pasal 170 KUHP:

(1) Barangsiapa yang dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.

Tersalah dihukum : ke-1. Dengan penjara selama-lamanya 7 (tujuh) tahun, jika ia dengan sengaja merusakkan barang atau jika kekerasan yang dilakukannya itu menyebabkan sesuatu luka ;

Ke-2. Dengan penjara selama-lamanya 9 (sembilan) tahun, jika kekerasan itu menyebabkan luka berat pada tubuh ;

Ke-3. Dengan penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang.

(2) Pasal 89 KUHP tidak berlaku.

Dari ketentuan Pasal 170 KUHP tersebut sangat jelas bahwa supaya pelaku bisa dituntut dengan Pasal 170 KUHP maka pelaku kekerasannya harus lebih dari satu orang. Kalau pelaku kekerasannya hanya satu orang maka bukan Pasal 170 yang diterapkan, melainkan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. Kemudian kekerasan itu dilakukan di muka umum, artinya tempat dimana banyak orang yang melihat peristiwa kekerasan tersebut.

Kemudian mengenai ancaman hukumannya juga berbeda dalam Pasal 170 KUHP tersebut. Jika kekerasan itu mengakibatkan luka maka ancaman hukumannya 7 tahun. Jika mengakibatkan luka berat maka ancaman hukumannya adalah 9 tahun. Sedangkan jka mengakibatkan korban meninggal dunia maka ancaman hukumannya 12 tahun. Jadi ancaman hukuman terhadap

1

(4)

pelaku kekerasan bersama-sama (pengeroyokan) tergantung luka yang dialami korban.

Jadi kesimpulannya, pengeroyakan adalah tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan di muka umum yang mana pelakunya bisa dikenakan Pasal 170 KUHP.

Dari pasal 170 KUHP tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya :

Aturan Hukum (AH) : Dua tersangka yang telah ditetapkan polisi dapat dijatuhi pidana atas kasus pengeroyokan atau penganiayaan yang menyebabkan matinya seseorang dengan menurut pasal 170 maka dapat dijatuhi penjara 12 tahun.

Syarat 1 (S1) : Tersangka melakukan pengeroyokan atau penganiayaan di depan umum.

Syarat 2 (S2) : Tersangka dengan sengaja menendang dan memukul bagian tubuh korban secara berulang.

Syarat 3 (S3) : Tersangka melakukan tindak pidana pengeroyokan atau kekerasan yang menyebabkan matinya seseorang.

(3) Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Makna:. Maksud isi tersebut adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa orang lain atau menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang menghilangkan nyawa orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang tersebut harus menanggung hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.2

Aturan Hukum (AH) : Sudah jelas bahwa dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal28

dijelaskan bahwa setiap orang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya, maka di dalam kasus ini sudah jelas bahwa itu merupakan sebuah pelanggaran HAM.

Syarat 1 (S1) : Pelaku pembakaran melakukannya untuk membunuh si korban, jadi selain yang

Sudah dijelaskan dalam pasal 170 KUHP, pelaku juga telah melanggar

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 A.

(4) Pasal 351 KUHP

(5)

(2).Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.

(3).Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama-lamanyatujuhtahun

(4).Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja

(5).Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat di hukum.3

Aturan Hukum (AH) : Namun dalam pasal 351 KUHP ini tidak akan dipakai mengingat dalam pasal ini disebutkan atau menjelaskan tentang penganiayaan yang dilakukan oleh satu orang, Sedangkan dalam kasus pencurian ampli musholla ini dilakukan oleh beberapa orang yang selanjutnya disebut sebuah penganiayaan yang dilakukan dengan cara pengeroyokan.

Syarat 1 (S1) : Pelaku melakukan tindak pidana secara bersama sama yang selanjutnya disebut sebagai pengeroyokan.

Syarat 2 (S2) : Pelaku lebih pantas dijerat dengan pasal 170 KUHP tentang penganiayaan secara bersama-sama atau pengeroyokan.

(5) Undang-Undang RI nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9

(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan

meningkatkan taraf kehidupannya.

(2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir

dan batin.

(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.4

Aturan Hukum (AH) : Disini sudah dijelaskan mengenai hak untuk hidup yang bagaimana dijelaskan pada pasal 9 ayat 1 sampai 3 tentang perlindungan Hak Asasi Manusia untuk dapat hidup dengan aman, terntram dan damai.

Syarat 1 (S1) : Pelaku melakukan perampasan atau pengambilan nyawa secara sengaja.

Syarat 2 (S2) : Pelaku telah melanggar Hak Asasi Manusia dengan membuat kehidupan korban jauh dari kata tentram, aman, damai, dan bahagia menurut pasal 9 Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999.

Uji Syarat

Kemudian pengujian unsur syarat dan akibat hukum dengan menerapkan aturan hukum pada peristiwa/kasus tersebut :

Pasal 170

1) Barangsiapa yang dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.

Yang bersalah dipidana :

Ke-3. Dengan penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang.

Syarat 1 (S1) : Terpenuhi, karena para pelaku melakukan penganiayaan atau

Pengeroyokan dimuka umum.

Syarat 2 (S2) : Terpenuhi, melakukan penganiayaan yang ebrsifat pengeroyokan dengan sengaja di depan umum.

(6)

Syarat 3 (S3) : Terpenuhi,karena Pelaku melakukan penganiayaan yang menyebabkan matinya seseorang.

Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Syarat 1 (S1) : Terpenuhi, karena pelaku dengan sengaja merampas nyawa seseorang dengan cara membakar hidup-hidup hingga menyebabkan matinya seseorang.

Pasal 351 KUHP

Ayat (3) Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama lamanya tujuh tahun

Syarat 1 : Terpenuhi, karena dalam hal ini para pelaku melakukan penganiayaan hingga menyebabkan matinya seseorang. Namun dalam hal ini para pelaku tidak dijerat dalam pasal 351 KUHP karena pelaku melakukannya dengan cara pengeroyokan, sedangkan dalam pasal 351 KUHP yang disebut adalah penganiayaan secara perseorangan.

Syarat 2 : Tidak terpenuhi, karena pelaku lebih pantas dijerat dalam pasal 170 KUHP.

Undang-Undang RI no.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.

Syarat 1 : Terpenuhi, pelaku telah mengambil nyawa seseorang dan telah menghilangkan dari kehidupan.

Syarat 2 : Terpenuhi, pelaku telah melanggar Undang-Undang RI nomor 39 tahun 1999.

Kesimpulan

Polres Metro Bekasi membentuk tim khusus untuk memburu lima orang yang diduga terlibat pengeroyokan dan pembakaran terhadap MA (30).

"Lima orang sedang dalam pengejaran. Kami membentuk tim khusus dari 3 subdit. Tim dipimpin langsung Kasat Reskrim dibantu Kapolsek Babelan dan dibantu Kasat Intelkam," ujar Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Asep Adisaputra di Mapolres Metro Bekasi, Senin (7/8/2017).

Menurut Asep, kelima orang tersebut berperan sebagai pelaku pengeroyokan, penyiram bensin, dan penyulut api ke tubuh MA setelah ditangkap warga di sekitar Pasar Muara Bakti, Babelan.

Hal itu diketahui dari bukti petunjuk, keterangan sejumlah saksi, dan keterangan dua tersangka.

(7)

Namun, dari temuan alat bukti, baru dua orang yang bisa ditetapkan sebagai tersangka, yakni yakni NA dan SU.

NA (39) adalah pegawai swasta berperan menendang perut MA sebanyak satu kali dan bagian punggung dua kali.

Sementara SU (40), petugas sekuriti melakukan penendangan sebanyak dua kali ke tubuh MA.

Diberitakan, MA (30) warga Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, tewas setelah diamuk dan dibakar hidup-hidup oleh massa di sekitar Pasar Muara Bakti, Babelan, Kabupaten Bekasi, Selasa (1/8/2017).

MA diamuk dan dibakar massa setelah dikejar dan dituduh sebagai pencuri amplifer di Musala Al Hidayah, Desa Hurip Jaya, Babelan, atau berjarak sekitar 4 Km dari lokasi dia ditangkap. Para pelaku pembakaran dijerat menurut pasal 170 KUHP dengan ancaman penjara 12 tahun karena melakukan pengeroyokan yang menyebabkan matinya seseorang. Pelaku juga telah melanggar pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang RI nomor 39 tahun 1999.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang RI nomor 39 tahun1999.

Moeljatno, 2014, “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara”, Jakarta.

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/08/07/ini-kronologis-lengkap-seorang-pria-di-bekasi-dibakar-massa-dituduh-mencuri-ampli-musala?page=4

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah jenis penelitian hukum yuridis normatif, dengan terjadinya konflik norma dalam beberapa pasal dalam aturan

Dalam putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung memutus bahwa Julia Perez terbukti dengan sah bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 Ayat

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ketentuan undang-undang pidana terhadap tindak pidana pengoroyokan yakni diatur dalam pasal 351 KUHP dengan melakukan efektifitas hukum

Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum yaitu dakwaaan komulatif terhadap Terdakwa diantaranya dakwaan kesatu melanggar Pasal 351 ayat (2) KUHP, dan dakwaan kedua

Dalam KUHP nasional terdapat asas legalitas, yang tertuang pada Pasal 1 ayat (1) KUHP, menyatakan suatu perbuatan tidak dapat dihukum apabila tidak ada hukum yang

ada aturan khusus mengenai tindak pidana eutanasia dan Indonesia merupakan negara yang tidak mengakui tindakan eutanasia.Pasal-pasal dalam KUHP Indonesia yang

Unsur yang ada di pasal 364 KUHP menjelaskan bahwa perbuatan yang diterapkan dalam Pasal 362 KUHP, Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 apabila tidak dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tanggung Jawab pidana pelaku perampokan yang disertai penganiayaan menurut KUHP dan bagaimana pertimbangan hakim dalam