• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas UAS Resume Makalah Revisi Pengemba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas UAS Resume Makalah Revisi Pengemba"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas UAS

Resume Makalah Revisi Pengembangan Kurikulum MI Oleh : Salamatu Rochmah

PGMI Semester 4 20151700126026

=================================================================

A. Kedudukan Kurikulum MI dalam Pendidikan Nasional

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada Bab 1 pasal 1 ayat 19 mendefinisikan, “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Arti pendidikan bagi manusia sangat signifikan dalam menopang kemajuan hidupnya. Pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakatnya, perbaikan dan kesuksesa sistem pendidikan akan dapat terlaksana jika pemerintah menyadari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang Imam ialah (laksana) penggembala dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya)”. (HR. Muslim)

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada Bab II pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Menurut al-Abrasyi, pendidikan Islam berlandaskan iman yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Adapun menurut beliau, kurikulum itu hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini :

1. Pengaruh mata pelajaran itu dalam pendidikan jiwa serta kesempurnaan jiwa.

2. Pengaruh suatu pelajaran dalam bidang petunjuk, tuntunan, adalah dengan menjalani cara hidup yang mulia, sempurna, seperti dalam ilmu akhlak, hadits, fiqih, atau lainnya.

3. Menuntut ilmu karena ilmu itu sendiri.

4. Mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu itu dianggap yang terlezat bagi manusia.

(2)

5. Pendidikan kejuruan, teknik dan industrialisasi untuk mencari penghidupan..

Adapun prinsip-prinsip dasar kurikulum pendidikan Islam menurut at-Taumi yaitu: 1. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Setiap yang

berkaitan dengan kurikulum harus berlandaskan pada agama dan akhlak Islam serta terisi dengan jiwa agam Islam.

2. Menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum yang meliputi segala aspek pribadi peserta didik yang berguna untuk membina pribadi peserta didik.

3. Keseimbangan relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum, sehingga perhatian terhadap suatu aspek tidak boleh melampaui aspek penting yang lain.

4. Kurikulum berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum pendidikan Islam juga berkaitan dengan alam sekitar, fisik dan sosial.

5. Pemeliharaan perbedaan individu diantara peserta didik dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan serta menjaga perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar dan masyarakat. 6. Menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. 7. Berkaitan dengan berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan

aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.2

Menurut al-Shaibani, lima ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam ialah:

1. Kurikulum pendidikan Islam harus mewujudkan tujuan pendidikan dan materi pelajarannya.

2. Kurikulum pendidikan Islam sangat memperhatikan pengembangan menyeluruh tentang aspek pribadi siswa (intelektual, psikologis, susila dan spiritual).

3. Keseimbangan yang relatif diantara kandungan-kandungan kurikulum dari berbagai aspek ilmu pengetahuan.

4. Bersikap menyeluruh dalam menata mata pelajaran yang diperlukan anak didik.

Sejarah Undang-Undang Sisdiknas dan Pendidikan Agama

Undang-Undang Nomor 54 tahun 1950 sebagai Undang-Undang pertama yang mengatur pendidikan nasional tidak memberikan tempat bagi pendidikan keagamaan, tetapi Undang-Undang ini mengamanatkan tersusunnya undang-undang tersendiri yang mengatur pendidikan agama.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 sebagai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional “jilid dua” yang disahkan pada tanggal 27 Maret 1989 menjadikan pendidikan keagamaan dan pendidikan agama mulai mendapat tempat yang cukup signifikan dan diakui

(3)

sebagai salah satu jalur pendidikan sekolah. Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib dalam setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 adalah implementasi dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 13 yang mengamanatkan bahwa : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 3

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada Bab VI tentang Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan pasal 30 disebutkan bahwa :

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamnya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, informal dan nonformal.

4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera dan bentuk lain yang sejenis.

Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,2,3 dan 4 diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah

Madrasah

Menurut Tholkhah, madrasah seharusnya mampu menghidupkan fungsi-fungsi berikut ini, yaitu :

1. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai islami.

2. Madrasah sebagai lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial.

3. Madrash sebagai lembaga keagaman yang melakukan rekayasa sosial atau perkembangan masyarakat.

Semua itu, menurutnya hanya bisa dilakukan jika madrasah mampu melakukan proses perawatan tradisi-tradisi yang baik sekaligus mengadaptasi perkembangan keilmuan baru yang lebih baik, sehingga mampu memainkan peranan sebagai agen perubahan.

3 http://hardjasapoetra.blogspot.co.id/2010/03/kedudukan-pendidikan-islam-dalam-sistem.html, diunduh pada

(4)

MI memilki peran yang cukup vital karena merupakan intuisi yang berperan ganda, tidak hanya mengenalkan ilmu pengetahuan secara moderat tetapi juga melakukan transfer nilai-nilai keagamaan, sehingga tentunya diperlukan pengelolaan yang baik dan profesional.

Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Secara khusus, ketentuan tentang pendidikan keagamaan ini dijelaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang Sisdiknas

Keberadaan Madrasah Ibtiaiyah (MI) menjadi sangat strategis dalam hal pembinaan akhlak mulia, karena sejak awal Madrasah Ibtiaiyah (MI) telah fokus dalam pembinaan akhlak dan moral para peserta didiknya sebagaimana dalam PP RI NOMOR 19 tahun 2005 tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, Standar Kompetensi Lulusan di jelaskan pada pasal 26 :Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

B. Implementasi/Penerapan Kurikulum Nasional di Sekolah

Pada masa pra kemerdekaan, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah yang pertama kali di Ambon pada tahun 1607, awal pendidikan sekolah menekankan pada mata pelajaran umum, sedangkan posisi dan perkembangan agama dalam tradisi sekolah baru pada awal abad ke-20 M yang berbasis Pesantren.

(5)

Pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno di muka sidang Badan Usaha Penyelidik Usaha Kemerdekaan menyatakan bahwa betapa pentingnya setiap bangsa Indonesia memiliki rasa kesadaran ketuhanan, dan mengajak setiap bangsa Indonesia mengamalkan agamanya masing-masing.

Ada beberapa fase tentang pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia, yaitu :

Fase 1945-1965

Sesudah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila. Sila ini merupakan manifestasi dari sikap hidup religius tersebut. Salah satu pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah Negara berdasarkan atas keTuhana Yang Maha Esa, atas dasar itu pulalah di dalam batang tubuh Undang Undang Dasar 1945 diatur hal yang berkenaan dengan keTuhanan, yakni pada pasal 29 ayat 1 dan 2.

Tanggal 3 Januari 1946 pemerintah membentuk Departemen Agama. Dengan tujuan untuk memberlakukan pendidikan agama di sekolah sekolah umum, setelah Departemen Agama terbentuk, umat Islam yang duduk dalam BPKNIP pada tanggal 27 Desember 1945, mengusulkan kepada kementerian pengajaran agar pengajaran agama hendaklah mendapat tempat yang teratur, seksama dan perhatian yang sama dalam dunia pendidikan.Usul ini ditanggapi oleh menteri PKK (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan), Ki Hajar Dewantara dengan membentuk Panitia Penyelidikan Pengajaran pada tanggal 1 Maret 1946.

Pada tahun 1960, hasil sidang MPRS menyatakan bahwa pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-sekolah umum, dimulai dari sekolah dasar sampai Universitas dengan ketentuan murid berhak tidak serta dengan pendidikan agama jika wali atau orang tuanya menyatakan keberatan.

Fase 1966-1988

Setelah pemberontakan G-30 S/PKI tahun 1965 berhasil ditumpas, pemerintah dan masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan agama, sebab disadari bahwa dengan bermentalkan agama yang kuat, bangsa Indonesia akan terhindar dari paham komunis. Melalui sidang MPRS tanggal 5 Juli 1966, dihasilkan TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan dan kebudayaan. Bab I pasal 1 dari TAP MPRS tersebut berbunyi: ”Menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Univertsitas-Universitas Negeri”.

(6)

Ketetapan MPRS tahun 1966 selanjutnya di ikuti dengan peraturan bersama Menteri Agama, Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 23 Oktober 1967, menetapkan bahwa kelas I dan II SD diberikan mata pelajaran agama sebanyak 2 jam perminggu, kelas III sebanyak 3 jam perminggu, kelas IV keatas sebanyak 4 jam perminggu hal itu juga berlaku pada SMP dan SMA. Untuk Universitas dan Perguruan tinggi lainnya, mata kuliah agama diberikan 2 jam perminggu.

Pada akhir tahun 1970, Menteri Agama berusaha mengubah kurikulum pengajaran agama dengan tujuan agar semua kelas tertinggi SD dan SMP mendapat 6 jam pelajaran agama perminggu. Tetapi usaha tersebut tidak berhasil, karena Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tidak menyetujuinya.

Fase 1989-2002

Pada tahun 1989, Dewan Perwakilan Rakyat menetapkan Undang-Undang Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan agar Indonesia memiliki landasan konstitusi dalam pelaksanaan pendidikan, termasuk dalam memperkuat kembali posisi mata pelajaran agama di sekolah umum.

Kemudian Bab V Pasal 9 Ayat 1 PP nomor 27 tahun 1990 sebagai turunan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 2 tahun1989 ini yang menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama tidak hanya diajarkan dari mulai kelas 1 SD, tetapi Pendidikan agama sudah wajib sejak taman kanak-kanak.

Fase 2003-sekarang

Pada tanggal 8 Juli 2003, Presiden Megawati Soekarno Putri menandatangani pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia (Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang sarat akan nuansa nilai-nilai agama. Pendidikan agama sebagai mata pelajaran dijelaskan dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Bab V Pasal 12 Ayat 1(a), sedangkan posisi mata pelajaran agama secara eksplisit dipertegas pada Pasal 37 Ayat 1 dan 2.

Kurikulum 2013

(7)

selalu berkembang, serta tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah. Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa.

Kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014. Adapun beberapa keunggulan kurikulum 2013 yaitu:

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif

2. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi 3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti

4. Tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. 5. Guru berperan sebagai fasilitator

6. Kreatifitas guru diharapkan akan semakin meningkat

7. Pembelajaran berpusat pada siswa dan metode pembelajaran yang lebih bervariasi 8. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam

kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air 9. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat

Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar :

1. Tematik Integratif, proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.

2. Enam Mata Pelajaran, mata pelajaran dipadatkan menjadi enam mata pelajaran. 3. Pramuka sebagai Ekstra Kurikuler Wajib

4. Bahasa Ingggris hanya Ekskul, bahasa Inggris menjadi ekstrakurikuler bersama PMR, UKS, dan Pramuka

5. Belajar di Sekolah Lebih Lama, penambahan jam pelajaran merupakan isi dari perubahan kurikulum baru yang mulai diterapkan bulan Juli 2013 untuk anak-anak SD

Sasaran dalam penerapan Kurikulum Nasional, diantaranya yaitu:

1. Pengembangan Kurikulum Nasional sebagai standar minimal di semua sekolah di Indonesia yang terintegrasidi dalam 1 kurikulum setiap sekolah

2. Pengembangan ragam kurikulum sekolah berbasis kekuatan lokal

3. Peningkatan kapasitas sekolah (termasuk guru) dalam menerapkan kurnas,dan dalam tahap selanjutnya mampu secara mandiri mengembangkan kurikulum sekolah sesuai konteks kebutuhannya

4. Materi & alat ajar pendukung kurikulum yang bermutu dan beragam

(8)

1) Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.

2) Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.

3) Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

4) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

5) Dalam kurikulum 2013 guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. (Mulyasa, 2013)

Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.

Pendidikan Karakter di SD

Kurikulum 2013 menurut Sunarti dalam bukunya berjudul “Penilaian dalam Kurikulum 2013” itu diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan yang diterapkan selama ini, hanya berbasis dalam pengajaran untuk pemenuhan target pengetahuan siswa. Selain itu, diperlukan keterampilan dan sikap yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan lulusan yang handal dan beretika untuk selanjutnya dan siap berkompetensi secara global. Dengan demikian, pendidikan karakter wajib diterapkan dalam setiap pembelajaran.

(9)

siswa Sekolah Dasar saat proses pembelajaran sekolah yang terdiri atas pembelajaran intra-kurukuler dan ekstra-kurikuler.

Peran kurikulum 2013 dalam pembentukan karakter siswa : 1) Pendidikan karakter pada kurikulum 2013 melibatkan lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan pendidikan karakter siswa.

2) Proses Keteladanan dan Pembiasaan

Pembiasaan (habituation) adalah proses menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga guru dan siswa memahami, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. 3) Proses pendidikan karakter di sekolah

Pembelajaran merupakan prakarsabagi terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan, serta transfer nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial

Nilai-nilai karakter yang terbentuk dalam implementasi kurikulum 2013, antara lain : a) Jujur, dibentuk dengan terkontrolnya siswa melalui tes yang dilakukan ketika mereka

menyelesaikanujian maupun ulangan.

b) Kerja keras, tumbuh dengan sendirinya, karena kurikulum 2013 memperhatikan sekali pengetahuan dan ketrampilan siswa. Dengan adanya ranking kelas maka siswa harus bekerja keras memahami dan mempelajari materi yang diajarkan.

c) Disiplin, turut tumbuh dengan sendirinya melalui tegasnya peraturan dalam pembelajaran dan dalam ruang lingkup sekolah. Dengan adanya hukuman bagi murid yang tidak disiplin.

d) Kerjasama, siswa sering diperintahkan bekerja sama dalam melakukan tugas kelompok. Tugas kelompok membuat murid lebih berani lagi untuk berpendapat dan melatih kepercayaan murid dalam melakukan sesuatu.

e) Percaya diri, merupakan salah satu poin yang sangat penting untuk tumbuh kembang seorang anak, yang mana guru dituntut untuk menjadikan siswanya menjadi sosok yang percaya pada dirinya sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengidentifikasi dan menentukan letak atau area dari tumor otak, dan juga penelitian yang berjudul segmentasi tumor otak

Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang

Pada ruas jalan Kawi, arahan pengelolaan lalu lintas dengan penerapan skenario penataan parkir on-street di sisi utara dan sisi selatan, penertiban angkutan kota

Functional Requirements for Bibliographic Records atau FRBR adalah hasil dari suatu studi yang bertujuan mengidentifikasi data bibliografi terpenting

Sekiranya pemain tidak didaftarkan sebelum tarikh akhir, atau jika pemain baru menyertai pasukan anda, mereka tidak akan dibenarkan bermain sehingga butiran mereka diserahkan

Guru IPS SMP Muhammadiyah Purwojati dalam mebuat perencanaan pembelajaran hal pertama yang dilakukan adalah menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dengan