BAB II
URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa
(2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama, pengembangan adalah hal, cara atau hasil
mengembangkan. Kedua, pengembangan adalah proses atau cara, perbuatan mengembangkan
ke sasaran yang dikehendaki. Ditambahkan oleh Darminta (2002 : 474) pengembangan
adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan
berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan
pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah
baik menjadi lebih baik.
Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan sebagai usaha
untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan
pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:
1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.
2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan
wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.
3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial,
dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan
perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
adalah suatu proses atau cara yang terjadi secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu
objek tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat
secara keseluruhan.
Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka
diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak
negatif dari pengembangan pariwisata.
Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:
1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata merupakan
industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau
peralatan.
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara wajar
cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa
yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar
pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk
menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata
1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian
terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability),
khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.
2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek
pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang
impor, biaya promosi keluar negri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai
akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.
3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar mempunyai
kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar
perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata
Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan
untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia
sehingga menimbulkan perasaan senang, dengan demikian akan menarik wisatawan untuk
berkunjung.
Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik,
diantaranya adalah:
1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari.
2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya.
3. Tersedianya fasilitas wisata.
4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana
pendukung lainnya.
Pengembangan objek wisata pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:
1. Pembinaan produk wisata
Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk
pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel
serta pelayanan di objek wisata.
Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan
dan latihan, pengaturan dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar
tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan
pelayanan.
2. Pembinaan masyarakat wisata
Adapun tujuan pembinaan masyarakat wisata adalah sebagai berikut:
a. Menggalakkan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat yang langsung maupun
tidak langsung yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata.
b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata.
c. Pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,
3. Pemasaran terpadu
Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip-prinsip paduan pemasaran terpadu
yang meliputi:
a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan
restoran yang harus ditumbuhkembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk
b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang
melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator.
c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat
memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik.
d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik
sehingga produk wisata akan baik pula.
2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata
Tujuan pengembangan dari objek wisata ini adalah:
1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
2. Meningkatkan pengembangan objek wisata
3. Memberikan nilai rekreasi
4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
5. Meningkatkan keuntungan
Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu:
a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:
Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pengangguran
Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah
Meningkatkan popularitas daerah
b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata
Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut
Meningkatkan gaji pegawai pengelolah objek wisata
Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata
Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi
daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang dikelolah.
Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata.
Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam
pengembangan suatu objek wisata (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).
2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata
Pengembangan objek wisata didasarkan atas sebagai berikut:
1. Asas Pelestarian
Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak
dikembangkan dan diarahkan
bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta
kebugaran udara di daerah objek wisata tersebut.
2. Asas Manfaat
Penyelengaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat
dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun
2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan,
yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau
tempat tertentu.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial
dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan
tertentu.
Dalam Undang- undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa
objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan
alam, flora, dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.
Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah di bagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Objek Wisata Alam
Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya
tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.
Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu:
b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem
hutan bakau.
c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.
d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha
perikanan.
2. Objek Wisata Sosial Budaya
Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan
daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni
pertunjukkan, dan kerajinan.
3. Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di
Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi
khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.
Contohnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata,
dan lain-lain.
Suatu daerah untuk menjadi Daerah Tujuan Wisata yang baik harus dikembangkan
tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:
a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa
dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek
tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa
melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks
berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama
makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah
untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya
adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut sehingga bisa
d. dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985:164).
Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur penting untuk daerah tujuan wisata dan
pihak lain harus dipikirkan bagaimana produk yang telah disiap dipasarkan dapat dibeli oleh
wisatawan, karena itu perlu adanya persiapan:
1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, voucher,
traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.
2. Kenderaan yang akan membawanya ke daerah tujuan.
3. Akomodasi, seperti hotel, mess, dan lain-lain
4. Bar dan restoran
5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti
Kantor Pos, Kantor Telpon, Bank, Money Canger, dan lain-lain sarana yang berkaitan
Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan
bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,
sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.
6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara–upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan
tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari
peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa
berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung PSDS
tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).
1. Atraksi (attraction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat,
dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian
rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Yoeti (1997:172) tourism
disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu
a. Benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural
Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:
- Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.
- Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air
terjun, dan gunung api.
- Hutan belukar. ·Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah
perburuan.
- Pusat- pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan
mandi lumpur. Di mana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan
macam-macam penyakit.
b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam
empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical
(sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).
c. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)
d. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan.
e. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan
lain-lain.
f. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.
2. Aksesibilitas (accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena
melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah
transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya
dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang
berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal,
stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat
dengan tempat yang lain.
Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu
sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.
3. Fasilitas (amenities)
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena
pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan.
Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan
untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata
adalah sebagai berikut :
a. Akomodasi Hotel
b. Restoran
c. Air Bersih
d. Komunikasi
e. Hiburan
2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata
Sarana kepariwisataan menurut Yoeti (1994 : 184) adalah perusahaan-perusahaan
yang memberikan pelayanan kepariwisataan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.
Sarana kepariwisataan tersebut adalah:
a. Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow dan lai-lain
b. Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang
melayani khusus pariwisata saja.
c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek
wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek
wisata tersebut.
d. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek wisata tersebut yang mendapat
penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut
e. Dan lain-lain (Yoeti, 1985, p.185-186)
Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk
memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.
Prasarana tersebut antara lain:
a. Perhubungan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut termial
c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, warnet
dan lain-lain.
d. Pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam, penjaga objek wisata, maupun pos-pos
polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.
f. Pelayanan wistawan, baik itu berupa pust informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g. Pom bensin
h. Dan lain-lain
Dalam pengembangan sebuah objek wisata, sarana dan prasarana tersebut harus
dilaksanakan sebaik mungkin karena apabilasuatu objek wisata dapat membuat wisatawan
untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak
pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas
di sekitar objek wisata
2.6 Cagar Alam
Cagar alam adalah suatu suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagai bagian dari kawasan
konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat
komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi
lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan
Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990:
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas
kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lainnya tidak asli).
2. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahum dan denda paling banyak Rp. 200.000.000
3. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap ketentuan dipidana
dengan dipidana kurungan paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000.
2.7 Sapta Pesona Wisata
Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.
Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh
keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh
kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia
Berikut tujuh unsur Sapta Pesona Indonesia tersebut:
1. Keamanan
Bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat
menikmati kunjungannya.
2. Ketertiban
3. Kebersihan
Menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran, sampah, limbah maupun
penyakit dan pencemaran.
4. Kesejukan
Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan,
sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.
5. Keindahan
Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang
mendalam bagi wisatawan,
sehingga mendorong promosi ke kalangan pasar yang lebih luas dan potensi
kunjungan ulang.
6. Keramah-tamahan
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah
sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi
yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.
7. Kenangan
Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman
perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak
Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu kebijakan serta peran dari
masyarakat untuk bersama-sama menciptakan hidup bersih, sehingga dapat memberi kesan
yang baik bagi wisatawan yang mengunjungi. Serta sapta pesona sangat penting untuk
mengembangan objek wisata.