• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa - Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa - Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sim"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

(2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama, pengembangan adalah hal, cara atau hasil

mengembangkan. Kedua, pengembangan adalah proses atau cara, perbuatan mengembangkan

ke sasaran yang dikehendaki. Ditambahkan oleh Darminta (2002 : 474) pengembangan

adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan

berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan

pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah

baik menjadi lebih baik.

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan sebagai usaha

untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan

pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan

wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.

3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan

(2)

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial,

dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan

perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

adalah suatu proses atau cara yang terjadi secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu

objek tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat

secara keseluruhan.

Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka

diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan dampak negatif yang

ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak

negatif dari pengembangan pariwisata.

Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:

1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata merupakan

industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau

peralatan.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara wajar

cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa

yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar

pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk

menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata

(3)

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian

terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability),

khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.

2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek

pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang

impor, biaya promosi keluar negri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai

akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar mempunyai

kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar

perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan

untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia

sehingga menimbulkan perasaan senang, dengan demikian akan menarik wisatawan untuk

berkunjung.

Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik,

diantaranya adalah:

1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari.

2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya.

3. Tersedianya fasilitas wisata.

4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana

pendukung lainnya.

(4)

Pengembangan objek wisata pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Pembinaan produk wisata

Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk

pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel

serta pelayanan di objek wisata.

Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan

dan latihan, pengaturan dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar

tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan

pelayanan.

2. Pembinaan masyarakat wisata

Adapun tujuan pembinaan masyarakat wisata adalah sebagai berikut:

a. Menggalakkan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat yang langsung maupun

tidak langsung yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata.

b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata.

c. Pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,

3. Pemasaran terpadu

Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip-prinsip paduan pemasaran terpadu

yang meliputi:

a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan

restoran yang harus ditumbuhkembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk

(5)

b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang

melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator.

c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat

memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik.

d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik

sehingga produk wisata akan baik pula.

2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Tujuan pengembangan dari objek wisata ini adalah:

1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam

2. Meningkatkan pengembangan objek wisata

3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan

5. Meningkatkan keuntungan

Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu:

a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:

 Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pengangguran

 Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah

 Meningkatkan popularitas daerah

(6)

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata

 Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut

 Meningkatkan gaji pegawai pengelolah objek wisata

 Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata

 Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi

daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang dikelolah.

 Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata.

 Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam

pengembangan suatu objek wisata (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).

2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata didasarkan atas sebagai berikut:

1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak

dikembangkan dan diarahkan

bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta

kebugaran udara di daerah objek wisata tersebut.

2. Asas Manfaat

Penyelengaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat

dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun

(7)

2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan,

yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau

tempat tertentu.

Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial

dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan

tertentu.

Dalam Undang- undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa

objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan

alam, flora, dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan

purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata

petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah di bagi menjadi

tiga macam, yaitu:

1. Objek Wisata Alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya

tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.

Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu:

(8)

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem

hutan bakau.

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.

d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha

perikanan.

2. Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan

daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni

pertunjukkan, dan kerajinan.

3. Objek Wisata Minat Khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di

Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi

khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.

Contohnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata,

dan lain-lain.

Suatu daerah untuk menjadi Daerah Tujuan Wisata yang baik harus dikembangkan

tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:

a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa

dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek

tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari

(9)

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa

melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks

berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama

makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah

untuk tinggal di sana.

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya

adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut sehingga bisa

 

d. dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985:164).

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur penting untuk daerah tujuan wisata dan

pihak lain harus dipikirkan bagaimana produk yang telah disiap dipasarkan dapat dibeli oleh

wisatawan, karena itu perlu adanya persiapan:

1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, voucher,

traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.

2. Kenderaan yang akan membawanya ke daerah tujuan.

3. Akomodasi, seperti hotel, mess, dan lain-lain

4. Bar dan restoran

5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti

Kantor Pos, Kantor Telpon, Bank, Money Canger, dan lain-lain sarana yang berkaitan

(10)

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan

bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,

sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus

dalam bentuk atraksi kesenian, upacara–upacara adat, nilai luhur yang terkandung

dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan

tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari

peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa

berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung PSDS

tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat,

dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian

rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Yoeti (1997:172) tourism

disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan

wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu

(11)

a. Benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural

Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:

- Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.

- Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air

terjun, dan gunung api.

- Hutan belukar. ·Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah

perburuan.

- Pusat- pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan

mandi lumpur. Di mana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan

macam-macam penyakit.

b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam

empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical

(sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).

c. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)

d. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan.

e. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan

lain-lain.

f. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.

2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena

(12)

melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah

transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya

dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang

berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal,

stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat

dengan tempat yang lain.

Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu

sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.

3. Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena

pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan.

Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan

untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata

adalah sebagai berikut :

a. Akomodasi Hotel

b. Restoran

c. Air Bersih

d. Komunikasi

e. Hiburan

(13)

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan menurut Yoeti (1994 : 184) adalah perusahaan-perusahaan

yang memberikan pelayanan kepariwisataan, baik secara langsung maupun tidak langsung

dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

a. Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow dan lai-lain

b. Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang

melayani khusus pariwisata saja.

c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek

wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek

wisata tersebut.

d. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek wisata tersebut yang mendapat

penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut

e. Dan lain-lain (Yoeti, 1985, p.185-186)

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana

kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk

memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasarana tersebut antara lain:

a. Perhubungan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut termial

(14)

c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, warnet

dan lain-lain.

d. Pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

e. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam, penjaga objek wisata, maupun pos-pos

polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

f. Pelayanan wistawan, baik itu berupa pust informasi ataupun kantor pemandu wisata.

g. Pom bensin

h. Dan lain-lain

Dalam pengembangan sebuah objek wisata, sarana dan prasarana tersebut harus

dilaksanakan sebaik mungkin karena apabilasuatu objek wisata dapat membuat wisatawan

untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak

pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas

di sekitar objek wisata

2.6 Cagar Alam

Cagar alam adalah suatu suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu

dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagai bagian dari kawasan

konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat

komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi

lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan

Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam

(15)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990:

1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan

terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas

kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lainnya tidak asli).

2. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 tahum dan denda paling banyak Rp. 200.000.000

3. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap ketentuan dipidana

dengan dipidana kurungan paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000.

2.7 Sapta Pesona Wisata

Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.

Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh

keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh

kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari

sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia

Berikut tujuh unsur Sapta Pesona Indonesia tersebut:

1. Keamanan

Bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya

kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat

menikmati kunjungannya.

2. Ketertiban

(16)

3. Kebersihan

Menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran, sampah, limbah maupun

penyakit dan pencemaran.

4. Kesejukan

Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan

yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan,

sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.

5. Keindahan

Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan

yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang

mendalam bagi wisatawan,

sehingga mendorong promosi ke kalangan pasar yang lebih luas dan potensi

kunjungan ulang.

6. Keramah-tamahan

Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan

yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah

sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi

yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

7. Kenangan

Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman

perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak

(17)

Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu kebijakan serta peran dari

masyarakat untuk bersama-sama menciptakan hidup bersih, sehingga dapat memberi kesan

yang baik bagi wisatawan yang mengunjungi. Serta sapta pesona sangat penting untuk

mengembangan objek wisata.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam analisis pendahuluan ini, penulis akan menentukan koefesien korelasi antara Prestasi Belajar Fiqih ( variabel X ) dengan aktifitas ibadah shalat siswa ( variabel Y

Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial

pendididikan akhlak mulia dan usaha sekolah dalam mengatasi hambatan pembinaan akhlak melalui pendidikan akhlak mulia, sedangkan yaitu yang saya buat tentang strategi

Penelitian tindakan kelas ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaralan IPS, serta berdasarkan hasil belajar pra tindakan yaitu daya serap

Penelitian ini menunjukkan pengelolaan piutang usaha pada PDAM Tirta Bangka menghasilkan rasio ekonomi yang tidak stabil untuk stiap tahunya, akan tetapi apabila

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efisiensi boiler dan energi listrik pada PLTU Air Anyir Bangka menggunakan bahan bakar batubara periode bulan dan

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar informan mengakui bahwa tugas camat dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan pada umumnya sudah dapat

sopan, gerak geri yang melampau yang boleh menimbulkan kemarahan mana-mana pihak atau yang boleh ditakrifkan sebagai perlakuan seks atau seumpamanya.. Peserta juga