2.1 Profil Fisik Wilayah
2.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 dan surat Mendagri No.
136/205/PUM tanggal 12 September 2005, luas wilayah Kabupaten Kaur 3.025,59
Km² atau 302.559 Ha. yang terdiri dari wilayah daratan seluas 2.365 km² atau
236.500 Ha, dan wilayah laut seluas 660,59 Km² atau 66.059 Ha. yang merupakan
perhitungan dari garis pantai sepanjang 89,17 km dan sejauh 4 mil dari garis pantai.
Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, termasuk
dalam wilayah administrasi Provinsi Bengkulu. Berjarak sekitar 200 km dari ibukota
Provinsi Bengkulu.
Secara geografis letak kabupaten Kaur berada pada 10304’8,76”
-103046’50,12” BT dan 4015’8,21” – 4055’27,77” LS. Kabupaten Kaur berada di wilayah
paling selatan Provinsi Bengkulu dan berbatasan langsung dengan Provinsi
Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 3
tahun 2003 secara administrasi Kabupaten Kaur berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim dan
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan
- Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
- Sebelah Selatan : Samudera Hindia
- Sebelah Barat : Kabupaten Bengkulu Selatan.
Selengkapnya tentang letak geografis wilayah Kabupaten Kaur dapat
diperlihatkan seperti padaGambar 2.1.
Gambar 2.1.Peta Administrasi Kabupaten Kaur
Wilayah administrasi Kabupaten Kaur berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2003 tersebut terdiri atas 7 kecamatan dan 123 desa serta 3 kelurahan. Selanjutnya,
dalam dua tahun pemekaran, perkembangan terakhir sampai dengan tahun 2015,
wilayah administrasi Kabupaten Kaur terdiri atas 15 kecamatan, 192 desa dan 3
Kelurahan. Secara rinci, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1.
Kecamatan di Kabupaten Kaur
NO KECAMATAN DESA KELURAHAN IBUKOTA
KECAMATAN
1 Nasal 17 Merpas
2 Maje 19 Linau
3 Kaur Selatan 18 1 Bintuhan
4 Tetap 12 Tetap
5 Kaur Tengah 8 1 Tanjung Iman
6 Luas 12 Benua Ratu
7 Muara Sahung 7 Ulak Lebar
8 Kinal 14 Gedung Wani
9 Semidang Gumay 13 Mentiring
10 Tanjung Kemuning 20 Tj. Kemuning
11 Kelam Tengah 13 Rigangan 1
12 Kaur Utara 10 1 Simpang Tiga
Dari tabel di atas, kecamatan dengan jumlah desa terbanyak yakni
Kecamatan Tanjung Kemuning (20 Desa). Disusul oleh kecamatan Maje (19 Desa).
Untuk kecamatan Nasal 17 Desa dan Kaur Selatan memiliki 18 Desa. Sedangkan
kecamatan yang memiliki Desa paling sedikit yakni Kecamatan Kaur Tengah (8
Desa) dan Kecamatan Muara Sahung (7 Desa). Selanjutnya, Kecamatan Kaur
Selatan, Kecamatan Kaur Utara dan Kecamatan Kaur Tengah memiliki Kelurahan
(masing-masing 1 kelurahan).
Dari 195 desa/kelurahan di Kabupaten Kaur, 64 desa/kelurahan atau 32,82
persen berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Melihat pada batasan
wilayah administrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kaur
merupakan wilayah strategis yang dapat mendukung pembangunan Provinsi
Bengkulu. Sebagai kabupaten yang berada di pintu gerbang sebelah selatan di
Provinsi Bengkulu, maka Kabupaten Kaur merupakan cerminan kemajuan dan
kesejahteraan provinsi Bengkulu. Adapun luas wilayah Kabupaten Kaur menurut
Kecamatan disajikan pada gambar berikut:
Gambar 2.2.
Luas Wilayah Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan (km2)
Gambar 2.3.Peta Administrasi Kabupaten Kaur
Dari Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. terlihat persentase (%) terhadap luas
wilayah kecamatan yang memiliki persentase luas wilayah tertinggi yaitu
Kecamatan Nasal sebesar 21,98 % dan persentase luas wilayah terkecil yaitu
Kecamatan Kaur Tengah sebesar 1,12 %. Sedangkan jarak lurus masing-masing ibu
kota kecamatan dengan ibu kota Kabupatan di Kabupaten Kaur disajikan tabel
berikut ini :
Tabel 2.3.
Jarak Lurus Ibukota Kecamatan Dengan Ibukota Kabupaten Di Kabupaten Kaur Tahun 2014
NO KECAMATAN IBUKOTA
KECAMATAN
JARAK LURUS KE BINTUHAN
NO KECAMATAN IBUKOTA KECAMATAN
JARAK LURUS KE BINTUHAN
(km)
5 Kaur Tengah Tanjung Iman 12,00
6 Luas Benua Ratu 15,00
7 Muara Sahung Ulak Lebar 30,00
8 Kinal Gedung Wani 30,00
9 Semidang Gumay Mentiring 20,00
10 Tanjung Kemuning Tj. Kemuning 35,00
11 Kelam Tengah Rigangan 1 39,00
12 Kaur Utara Simpang Tiga 48,00
13 Padang Guci Hilir Gunung Kaya 43,00
14 Lungkang Kule Sukananti 58,00
15 Padang Guci Hulu Bn. Tambun 2 54,00
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015
Asumsi Interval Jarak Lurus Ibu Kota Kecamatan dengan Ibu Kota
kabupaten di Kabupaten Kaur yang terjauh yaitu Kecamatan Lungkang Kule (58
Km) dengan asumsi masuk dalam kategori interval jauh. Kecamatan yang masuk
dalam kategori interval jauh lainnya yaitu Kecamatan Kaur Utara, Kecamatan
Padang Guci Hilir dan Kecamatan Padang Guci Hulu. Sedangkan empat
kecamatan yang merupakan kategori interval dengan jarak yang sedang yakni
Kecamatan Tanjung Kemuning, Kecamatan Kelam Tengah, Kecamatan Muara
Sahung, Kecamatan Kinal dan Kecamatan Nasal. Sementara itu, kecamatan
lainnya yakni Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Maje, Kecamatan Tetap,
Kecamatan Kaur Tengah, Kecamatan Luas dan Kecamatan Semidang Gumay
merupakan kecamatan yang masuk dalam kategori interval dekat dan sangat
Dari interval jarak lurus ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten
yang terdapat di Kabupaten Kaur disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan yang
masuk pada kategori interval sangat jauh (> 60 Km). hal ini diasumsikan bahwa,
setiap kecamatan rata-rata dapat diakses dengan kondisi jarak yang cukup baik.
Kondisi Geografis
Secara astronomis Kabupaten Kaur terletak pada posisi 40 15’ 8,21”–40 55’
27,77” Lintang Selatan (LS) dan 1030 4’ 8,76”–1030 46’ 50,12” Bujur Timur (BT). Kondisi
astronomis ini memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kaur beriklim tropis atau
Iklim A karena terletak antara 00– 23½0 LS. Pada tahun 2015, tercatat suhu udara
rata-rata minimal di Kabupaten Kaur terjadi pada bulan januari yaitu 26,300C
sedangkan suhu rata-rata maksimal mencapai 27,800C, tekanan udara 1.010,98
mb, rata-rata jumlah hari hujan per bulan 8 kali dan rata-rata paling tinggi terjadi
pada bulan januari mencapai 20 kali sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang
tahun 2015 mencapai 127,58 mm³. Musim yang terjadi di Kabupaten Kaur
sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan
(Desember-Maret) dan musim kemarau (Juni-September) sementara pada bulan
April-Mei dan Oktober-November merupakan masa peralihan/pancaroba.
2.2. Demografi
Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang
dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Sensus penduduk terakhir dilaksanakan pada
bulan Mei Tahun 2010. Penduduk Kabupaten Kaur adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah Kabupaten Kaur selama enam bulan atau lebih atau mereka
yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Menerangkan
apa yang dirilis BPS Kabupaten Kaur yang terpublikasi melalui Kabupaten Kaur
Dalam Angka (KDA Tahun 2015), bahwa Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten
Kaur tahun 2014 sebesar 1,33 persen, dimana penduduk Kabupaten Kaur pada
tahun 2014 mencapai 114.398 sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 112.894 jiwa.
Dari penduduk yang mencapai 114.398 jiwa (Tahun 2014) terdiri dari 59.187 laki-laki
Gambar 2.4.
Jumlah Penduduk Kabupaten Kaur Tahun 2013-2015
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016
Struktur penduduk Kabupaten Kaur masih didominasi oleh usia muda dan
produktif, ini terlihat dari besarnya penduduk menurut kelompok umur 15-64 tahun
yang mencapai 77.377 jiwa, kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 33.842 jiwa dan
kelompok umur 65 > berjumlah 5.179 jiwa. Secara persentase disajikan pada grafik
di bawah ini:
Gambar 2.5.
Komposisi Penduduk Kabupaten Kaur Menurut Kelompok Umur (Persen) Tahun 2015
29.58%
65.89%
4.53%
Adapun rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan
tingkat pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pada Tahun
2014-2015 pertambahan Penduduk Kabupaten Kaur sebesar 1.504 jiwa. Pertambahan
penduduk tersebut tersebar pada setiap kecamatan. Data mencatat bahwa
pertambahan penduduk tahun 2014-2015 terbanyak pada Kecamatan Maje 478
jiwa, Kecamatan Kaur Selatan 354, dan Kecamatan Nasal 312 jiwa. Berikut disajikan
sebaran pertambahan penduduk di Kabupaten Kaur.
Gambar 2.6.
Pertambahan penduduk (jiwa) di Kabupaten Kaur Tahun 2014-2015
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016
Memperhatikan grafik sebaran pertambahan penduduk di atas, Kecamatan
Kaur Selatan merupakan wilayah perkotaan/sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Sedangkan kecamatan Maje dan Kecamatan Nasal merupakan wilayah
transmigrasi. Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa sebaran pertambahan
penduduk yang cenderung tinggi terjadi di wilayah perkotaan dan transmigrasi
(Jawa-Lampung).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Pertambahan Penduduk (LPP)
Kabupaten Kaur terbagi menjadi 2 (dua) faktor yang berlawanan, yaitu: faktor
pendorong dan faktor penghambat/penahan/penurun. Faktor pendorong LPP di
melakukan usaha pengembangan perkebunan (terutama di daerah perbukitan),
migrasi penduduk yang menjadi faktor pendorong LPP di Kabupaten Kaur lainnya
dipengaruhi oleh pengembangan dan penambahan PNS dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Kaur dari tahun ke tahun dalam rangka peningkatan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Kaur.
Faktor penurun/penahan/penghambat LPP di Kabupaten Kaur adalah di
beberapa lokasi transmigrasi penduduk lokasi transmigrasi melakukan migrasi
keluar Kabupaten Kaur, hal ini menjadikan LPP terhambat, kasus ini terjadi di
Kecamatan Semidang Gumay Lokal Transmigrasi Desa Karang Dapo, Kecamatan
Muara Sahung SP III, Kecamatan Luas SP VI, Kecamatan Kelam Tengah Desa Pagar
Dewa. Faktor lainnya juga banyak dijumpai rumah yang ditinggal penghuninya
untuk melakukan pengembangan perkebunan di luar wilayah Kabupaten Kaur.
Keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
juga menjadi faktor penahan LPP Kabupaten Kaur karena banyak penduduk
Kabupaten Kaur melakukan migrasi ke kota yang menyediakan fasilitas pendidikan
tingkat tinggi. Begitu pula fenomena yang terjadi tidak tersedianya lapangan kerja
di sektor industri, sehingga berakibat tenaga-tenaga yang mempunyai
keterampilan di luar perkebunan pertanian melakukan migrasi ke wilayah lain
dalam rangka memperoleh pekerjaan.
2.3. Topografi
Kabupaten Kaur merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan
perbedaan ketinggian yang sangat besar, bervariasi antara 0 s.d>1000 m di atas
permukaan laut. Jalur pertama 3,31 % dari luas wilayah terletak di ketinggian 0-25
m di atas permukaan laut terdapat di sepanjang pantai, jalur kedua 21,65 % dari
luas wilayah terletak di ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut terdapat di
wilayah timur dari jalur pertama yang merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan
dengan klasifikasi bukit Range. Sedangkan yang terletak di ketinggian 100 – 500 m
dpl seluas 29,02%, ketinggian 500 – 1000 m dpl seluas 25,06% dan yang di atas 1000
m dpl seluas 20,96% terdapat di lokasi lebih ke timur dari jalur kedua sampai ke
puncak bukit barisan yang merupakan daerah vulkanis dan tektonis.
1. Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m di atas
permukaan laut. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Low Land mencapai 9%.
Kecamatan yang termasuk ke dalam Jalur Low Land adalah Kecamatan
Tanjung Kemuning, Semidang Gumay, Kaur Utara, Tetap, Kaur Selatan, Maje
dan Nasal.
2. Jalur Bukit Range dengan ketinggian 100–1.000 m. Wilayah yang termasuk
dalam Jalur Bukit Range mencapai 61%. Semua kecamatan di Kabupaten
Kaur sebagian wilayahnya ada yang masuk katagori jalur ini.
3. Jalur Pegunungan dengan ketinggian > 1.000 m. Wilayah yang termasuk
dalam Jalur Pegunungan mencapai 30%. Di Kabupaten Kaur, yang termasuk
ke dalam jalur ini adalah kawasan Bukit Barisan. Dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.7.
Topografi Wilayah Kabupaten Kaur (Ha)
Jalur low land, 20.889 Ha
Jalur bukit range, 144.026
Ha Jalur
pegunungan, 7 1.585 Ha
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015
Selain kondisi di atas, bila ditinjau dari kondisi dan kemiringan tanah yang ada
di Kabupaten Kaur sangat cocok untuk tanaman pangan yakni padi, kedele,
jagung dan sebagainya. Untuk tanaman palawija seperti cabe, tomat,
kacang-kacangan dan sayuran juga merupakan tanaman yang potensial di wilayah ini.
Selanjutnya selain jenis tanaman di atas, wilayah Kabupaten Kaur juga sangat
tanah halus seluas 135.083,00 Ha; (2) tekstur tanah cukup halus seluas 38.227,00 Ha;
(3) tekstur tanah cukup kasar seluas 50.086,00 Ha; (4) tekstur tanah kasar seluas
13.104,00 Ha.
Dari penjelasan di atas, ditinjau pada faktor topografi dapat disarikan bahwa
Kabupaten Kaur memiliki potensi besar dalam pembangunan bidang pertanian,
perkebunan. Data topografi menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Kaur
wilayahnya masuk katagori jalur Bukit Range (61% atau 144.026 hektar) dan Jalur
Low Land mencapai 9% atau 20.889 hektar. Sisanya merupakan Jalur Pegunungan
yaitu kawasan Bukit Barisan.
Sedangkan jika ditinjau menurut masing-masing Kecamatan berdasarkan
posisi Kantor Camat, Kecamatan dengan posisi tertinggi dari permukaan laut
adalah Kecamatan Padang Guci Hulu dengan ketingggian ± 287 m. Berikut
ditampilkan kondisi ketinggian di atas permukaan laut masing-masing kecamatan
di Kabupaten Kaur.
Gambar 2.8.
Ketinggian Wilayah Kecamatan di Atas Permukaan Laut Berdasarkan Posisi Kantor Camat
Adapun klasifikasi topografi diuraikan sebagai berikut:
1. Terdapat 9 (Sembilan) Kecamatan yang termasuk dalam kelompok
topografi Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m,antara lain:
a. Kecamatan Nasal;
b. Kecamatan Maje;
c. Kecamatan Kaur Selatan;
d. Kecamatan Tetap;
e. Kecamatan Kaur Tengah;
f. Kecamatan Kinal;
g. Kecamatan Semidang Gumay;
h. Kecamatan Tanjung Kemuning;
i. Kecamatan Padang Guci Hilir .
2. Terdapat 6 (enam) Kecamatan yang termasuk dalam Jalur Bukit Range
dengan ketinggian 100–1.000 m, antara lain:
a. Kecamatan Muara Sahung;
b. Kecamatan Luas;
c. Kecamatan Lungkang Kule;
d. Kecamatan Kaur Utara;
e. Kecamatan Padang Guci Hulu;
2.4. Geohidrologi
Kabupaten Kaur memiliki 14 (empat belas) Daerah Aliran Sungai (DAS)
meliputi: DAS Barkenang, DAS Kedurang, DAS Kinal, DAS Kolek, DAS Luas, DAS
Manula, DAS Mertam Ds, DAS Nasal, DAS Padang Guci, DAS Sambat, DAS Sawang,
dan DAS Seranjangan. DAS-DAS tersebut mengalir dari utara ke arah selatan
kemudian bermuara di Samudera Hindia. Ke empat belas DAS tersebut terdiri dari 3
DAS Nasional dan 11 DAS lokal. DAS yang termasuk pada klasifikasi DAS Nasional
yaitu DAS Luas, DAS Kinal, dan DAS Manula, sisanya termasuk klasifikasi DAS lokal.
DAS-DAS tersebut di atas membentuk tiga zona kawasan yaitu (1) Kawasan
Utara; (2) Kawasan Tengah, dan (3) kawasan Selatan. Zona Utara selanjutnya
disebut Wilayah Utara Kabupaten Kaur terdiri dari DAS Sulau, DAS Padang Guci,
DAS Seranjangan, DAS Kinal, DAS Barkenang dan DAS Kedurang. DAS Sulau
melewati Kec. Padang Guci Hilir dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Padang Guci
melewati Kec. Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci Hilir, Kec. Tanjung
Kemuning. DAS Seranjangan melewati Kec. Kelam Tengah dan Kec. Tanjung
Kemuning. DAS Kinal melewati Kec. Kinal dan Kec. Semidang Gumai. DAS
Barkenang dan DAS Kedurang melewati Kec. Padang Guci Hulu. Zona tengah
yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Tengah Kabupaten Kaur, terdiri dari DAS
Luas dan DAS Tetap. DAS Luas melewati Kec. Muara Sahung, Luas dan Kaur
Tengah, DAS Tetap melewati Kec. Tetap. Zona Selatan selanjutnya disebut Kaur
bagian selatan. DAS yang melewati Kaur bagian selatan meliputi DAS Sambat,
DAS Sawang, DAS Nasal, DAS Kolek, DAS Manula. DAS Manula melewati Kec. Kaur
Selatan dan Maje, DAS Sawang melalui Kec. Maje, DAS Nasal, Kolek dan Manula
berada di Kec. Nasal.
Dari ke 14 DAS tersebut terdapat 2 DAS (Manula dan Nasal) yang wilayah
hidrologisnya berada di TNBBS, dengan kondisi tutupan lahannya masih berupa
hutan lebat mencapai 95%, terdapat 3 DAS (Seranjangan, Sulau dan Tetap) yang
wilayah aliran dan wilayah hidrologisnya berada di kawasan budidaya, dan
DAS-DAS lain merupakan DAS-DAS-DAS-DAS yang wilayah hiroorologinya berada di kawasan HP
atau HPT dan wilayah aliran (midle stream dan down stream) berada di kawasan
Tabel 2.3.
Interpretasi Kondisi DAS di Kabupaten Kaur
NO DAS DAN KLASIFIKASI
WILAYAH HIDROOROLOGIS
(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI
Up Stream Midle Stream Down Stream
1 Bengkenang (DAS Lokal)
Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur
Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8% terancam oleh pengikisan air sungai.
4 Kolek (DAS Lokal)
Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8% terancam oleh pengikisan air sungai.
6 Manula (DAS Lokal)
Berada di TNBBS dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % . hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % .
Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan
waktu-NO DAS DAN KLASIFIKASI
WILAYAH HIDROOROLOGIS
(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI
Up Stream Midle Stream Down Stream
(DAS Nasional) lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kedurang dengan kondisi tidak terdapat lagi hutan lebatnya.
waktu tertentu sungai ini meluap, terutama di musim penghujan.
10 Sambat (DAS Lokal)
Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan , hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan
13 Sulau (DAS Lokal) Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah
14 Tetap (DAS Lokal) Berada di HPT Air Sambat dengan kondisi tutupan, hutan
Sumber: Dokumen RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2011-2016
Melihat pada data yang disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Daerah Aliran Sungai dengan klasifikasi Nasional dan lokal di Kabupaten Kaur
memiliki potensi besar bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan budidaya
2.5. Geologi
Berdasarkan pembagian Mandala Geologi Tersier Pulau Sumatera, Lembar
Bengkulu, sebagian terletak di lajur busur depan, busur magmatik dan busur
belakang. Nama-nama yang dipakai untuk lajur-lajur tersebut adalah Lajur
Bengkulu, Lajur Barisan dan Lajur Mentawai. Aktifitas magmatis pada akhir Miosin
sampai awal Pleistosin dibagian Utara–Timurlaut, menyebabkan dihasilkannya
produk-produk gunung api Rio-Andesit (QTv).
Pergerakan lempeng benua dari sebelah Utara–Timurlaut Pulau Sumatera ke
arah Selatan–Barat Daya menyebabkan terbentuknya Sesar Semangko yang
membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera, sampai Selat Sunda. Sesar
Semangko atau disebut juga dengan sesar besar Sumatera merupakan sesar yang
sampai sekarang masih aktif, dan menekan bagian utara-timur laut Pulau
Sumatera, yang di respon oleh pergerakan lempeng samudera (oceanic crust) disebelah Barat Daya Pulau Sumatera dengan arah gaya ke Utara–Timur laut
menekan bagian sebelah Barat Pulau Sumatera. Akibat dari pergerakan kedua
bagian Pulau Sumatera ini, maka terbentuklah sesar-sesar yang masih aktif
sepanjang zona sesar besar Sumatera. Gaya dan pergerakan dari sesar besar
Sumatera tersebut menimbulkan sesar-sesar orde dua dan selanjutnya, yang
terdapat terutama dibagian Selatan-Barat Laut Kabupaten Kaur.
Dari foto udara bidang-bidang/zona-zona sesar ini ditunjukkan oleh
kenampakan liniasi-liniasi morfologi berupa perubahan rona dan tekstur serta
kenampakan liniasi-liniasi perubahan sifat-sifat geofisika, batuan pada zona
tersebut. Selanjutnya dari pergerakan kedua lempeng tersebut menyebabkan
peningkatan aktifitas magma yang kemudian menghasilkan pembentukan busur
gunung api Tersier hingga Resent dari deretan gunung berapi, pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan tektonik lempeng benua dan samudera ini juga
menyebabkan terjadinya pengangkatan (highing) yang merupakan pegunungan Bukit-Barisan di bagian Utara-Timur laut. Pelurusan-pelurusan yang berarah Barat
laut–Tenggara di bagian Barat laut wilayah Kaur merupakan sesar orde satu dan
orde dua pada tinggian lajur Bukit Barisan. Aktifitas magmatik berikutnya pada
Gaya-gaya tektonik yang bekerja sejak awal Miosin dibagian ini
menyebabkan peningkatan aktifitas magmatis yang menghasilkan terobosan
batuan beku Granit dan Diorit pada Miosin tengah. Proses tektonik berupa
pengangkatan yang terjadi pada akhir Miosin menyebabkan Tubuh pluton ini
terangkat tererosi dan tersingkap pada jalur zona patahan (fault-zone) orde I dan II, kepermukaan dibagian Utara wilayah Kabupaten Kaur. Struktur geologi
pensesaran berupa sesar-sesar orde dua dan tiga, mengontrol pola sebaran
terobosan pluton dan terbentuk secara intensif dibagian ini. Sistim pensesaran ini
membentuk pelurusan-pelurusan dengan arah secara umum adalah barat laut–
tenggara. Aktifitas magmatik yang terjadi pada akhir Miosin sampai Pliosin (setelah
terbentuknya Formasi Lemau) yang mengandung batubara diwilayah ini, juga
menyebabkan percepatan proses pematangan kualitas batubara yang terdapat
pada Formasi ini. Pergeseran-pergeseran sesar diatas mengakibatkan
2.6. Gambaran Klimatologi
Keadaan iklim di Kabupaten Kaur, perkembangan rata-rata curah hujan dari
tahun ke tahun (empat tahun terakhir) menunjukkan kondisi baik. Hal ini juga dapat
dilihat pada rata-rata hari hujan dalam satu tahun berkisar 10-15 kali. Berikut
disajikan perkembangan rata-rata curah hujan yang terjadi pada grafik 2.1. di
bawah ini:
Gambar 2.12.
Rata-rata curah hujan (mm) di Kabupaten Kaur Tahun 2011-2015
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Diolah Bappeda Kabupaten Kaur
2015 127,6 mm Di samping itu, pada tahun 2015 rata-rata suhu udara yang
terjadi di Kabupaten Kaur adalah 27,020C, dengan suhu udara minimum rata-rata
24,00 0C dan suhu udara maksimum yaitu 31,630C. Suhu udara adalah ukuran
energi kinetik rata–rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah
keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan
(transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Suhu udara merupakan derajat panas dari aktifitas molekul dalam
atmosfer. Kapasitas udara adalah jumlah air maksimum yang dapat dikandung
oleh udara pada suhu tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada
keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara tersebut.
ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertikal dan horizontal. Kelembaban udara juga merupakan
salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi/keadaan cuaca dan iklim di suatu
wilayah tertentu. Secara ilmiah, kelembaban merupakan jumlah kandungan uap
air yang terkandung dalam massa udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah
(tempat) tertentu. Sebagai gambaran kondisi klimatologi Kabupaten Kaur disajikan
tabel 2.4:
Tabel 2.4.
Keadaan suhu udara dan kelembaban di kabupaten kaur Tahun 2015
BULAN
SUHU UDARA
TEMPERATURE(OC) KELEMBABAN UDARA
(%)
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016
Berdasarkan pada uraian dan tabel di atas, maka disimpulkan bahwa
hubungan kelembaban dengan suhu udara:
(1) Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena udaranya
berkurang. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan
(3) Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban
relatif;
(4) Udara di sekitar kita yang terlihat kosong/hampa, ini sebenarnya di dalamnya
terkandung sejumlah uap air. Sehingga perlu di catat bahwa besar kecilnya
kapasitas udara tergantung pada temperatur udara itu sendiri, di mana semakin
tinggi temperatur suatu udara (semakin panas) maka semakin besar kapasitas
udara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu udara dan kelembaban nisbi di
Kabupaten Kaur dalam kondisi baik.
Penggunaan Lahan
1) Kawasan budidaya:
Pola ruang kawasan budidaya terdiri atas 8 (delapan) kawasan yang tersebar
di Kabupaten Kaur, meliputi:
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, merupakan kawasan yang
diperuntukkan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hutan yang dirinci meliputi: kawasan hutan produksi terbatas,
kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang dapat dikonversi.
2. Kawasan Peruntukan Pertanian, dirinci meliputi: Pertanian Tanaman
Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.
3. Kawasan Peruntukan Perikanan meliputi: perikanan tangkap, budidaya
perikanan dan pengolahan ikan.
4. Kawasan Peruntukan Pertambangan, dirinci meliputi: jenis pertambangan
Mineral dan Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas.
5. Kawasan Peruntukan Industri, dirinci meliputi kawasan peruntukan industri
besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga.
6. Kawasan Peruntukan Pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan :
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. rencana ini
disusun berdasarkan potensi yang ada, potensi yang akan datang atau
potensi yang akan dikembangkan. Pengembangan wisata ini harus diikuti
wisata andalan serta yang berkaitan dengan wisata nasional.
tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan,
dataran tinggi dan sebagainya.
8. Kawasan Peruntukan Lainnya.
Adapun Luas masing-masing Kawasan Budidaya dimaksud secara rinci
sebagai berikut:
Tabel 2.5.
Kawasan Budidaya di Kabupaten Kaur Tahun 2012–2032
NO JENIS KAWASAN LUAS
(HA)
1. Kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) 36.226,27
2. Kawasan Hutan Rakyat 1.219,52
3. Kawasan Pertanian 8.464,00
4. Kawasan Perkebunan 89.897,00
5. Kawasan pertambangan 106,99
6. Kawasan permukiman 3.186,07
7. Kawasan Peruntukan lainnya 53,00
Luas Kawasan Budidaya 139.152,85
Sumber : RTRW Kabupaten Kaur 2012-2032
Terlihat dari tabel 2.5 di atas bahwa Kawasan Perkebunan Rakyat
mendominasi dengan luas mencapai 89.897,00 Hektar. Hal ini menunjukkan
bahwa kawasan budidaya pertanian dan perkebunan memiliki potensi
yang besar di Kabupaten Kaur mulai dari hulu dan hilir. Sedangkan
kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) yang memiliki luas 36.266,27 Hektar
merupakan jenis kawasan budidaya yang memiliki luas kedua tertinggi. Hal
ini menggambarkan bahwa kawasan HP dan HPT cukup berpotensi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, namun kawasan ini perlu
Kawasan lindung
Berdasarkan data yang diperoleh dari RPJMD Kabupaten Kaur Tahun
2011-2016 pada Bab II, menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur
didominasi oleh hutan negara (TNBBS, hutan lindung Raja Mendare, HPT/HP), serta
perkebunan rakyat. Kawasan hutan tersebut tersebar di Kecamatan Nasal, Maje,
Kaur Selatan, Tetap, Muara Sahung, Kinal, dan Padang Guci Hulu. Kecamatan
yang memiliki luas hutan terluas yaitu Nasal, Padang Guci Hulu, Maje dan Kinal.
Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur jauh melebihi standar minimum
ketersediaan kawasan hutan 20% dari luas wilayah. Konversi lahan kawasan hutan
menjadi kawasan budidaya masih dimungkinkan dilakukan karena kawasan
budidaya secara lingkungan sudah optimal. Penggunaan lahan yang dapat
dikonversi berupa pemanfaatan lahan yang tidak produktif (tegalan, semak
belukar), yang luasnya mencapai 29.852,4 ha.
Pemanfaatan lahan pada kawasan Hutan Produksi atau Hutan Produksi
Terbatas pada saat ini tidak lagi memiliki nilai strategis bagi pembangunan
Kabupaten Kaur. Exploitasi kawasan HPT/HP yang telah dilakukan menimbulkan
kawasan-kawasan tidak produktif, berupa semak belukar dan padang ilalang.
Kawasan–kawasan tidak produktif tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan
produktif yang berwawasan lingkungan. Kondisi Kawasan Hutan Lindung Raja
Mendare dan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan secara umum
masih baik, walaupun di beberapa kawasan terdapat gambaran berupa titik-titik
berwarna merah yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan atau
Gambar 2.13.
Kondisi Tutupan Lahan (Ditinjau Dari Luas Lahan) di Kawasan Hutan Lindung Raja Mendara dan TNBBS
Alangal
Selatan - 2,844.7 60,519. 1,080.7 257.64 8.37 64.71
Hutan Lindung Raja Mendara 447.10 1,108.0 38,532. 231.64 153.33 10.34 42,569.
-Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD
Tahun 2011-2016
Gambar 2.14.
Kondisi Tutupan Lahan (Ditinjau Dari Prosentase) di Kawasan Hutan Lindung Raja Mendara Dan TNBBS
Kawasan hutan produksi ditetapkan berdasarkan data dari Kementerian
Kehutanan dan kriteria-kriteria teknis dalam pengawetan tanah. Kawasan Hutan
Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi
terbatas dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kriteria
dalam penetapan kawasan hutan produksi terbatas dengan pertimbangan
faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan. Pengembangan kawasan hutan
ini di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konservasi lainnya (SK. Menteri
Pertanian Nomor: 683/KPTS/Um/11/1980).
Tabel 2.6.
Kondisi Tutupan Lahan di Hpt Di Kabupaten Kaur
NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) %
HP. Air Sambat Hutan Belukar 1.498,02 77,30
Perkeb. Rakyat 439,23 22,66
Semak 0,74 0,04
Jumlah 1.938,00 100,00
HPT. Air Kedurang Hutan Belukar 2.054,43 50,66
Perkeb. Rakyat 1.972,05 48,63
Sungai/Danau 25,18 0,62
Tegalan/lading 3,66 0,09
Jumlah 4.055,32 100,00
Nama HPT Tutupan Lahan Luas (ha) %
HPT. Air Kinal Alangalang 254,41 4,57
Hutan Belukar 1.081,86 19,43
Hutan Lebat 2.661,22 47,80
Perkeb. Rakyat 1.435,43 25,78
Sungai/Danau 134,85 2,42
Jumlah 5.567,77 100,00
HPT. Bukit Kumbang Hutan Belukar 4.596,04 42,82
Hutan Lebat 2.529,78 23,57
Perkeb. Rakyat 3.345,39 31,17
Semak 250,48 2,33
Sungai/Danau 11,23 0,10
Jumlah 10.732,91 100,00
HPT. Kaur Tengah Hutan Belukar 5.407,45 38,81
Hutan Lebat 3.040,89 21,83
Perkeb. Rakyat 5.483,93 39,36
Jumlah 13.932,27 100,00
TWA. Way Hawang Kampung 0,49 0,76
Berikut disajikan grafik luas Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di Kabupaten
Kaur:
Gambar 2.15.
Luas Hutan Produksi Terbatas (Ha) di Kabupaten Kaur
Sumber: RPJMD Tahun 2011-2016
Dari gambar di atas, disajikan bahwa HPT. Kaur Tengah merupakan HPT dengan
luas tertinggi yakni memiliki luas kawasan 13.932,27 Hektar. Luas kawasan HPT Kaur
Tengah didominasi tutupan lahan perkebunan rakyat yang sebesar 5.483,93
Hektar. HPT lainnya yang mempunyai luas mencapai 10.732,91 Ha adalah HPT Bukit
Kumbang. Sedangkan HPT Air Sambat merupakan HPT dengan memiliki luas paling
sedikit yakni hanya mencapai luas 1.938 Hektar.
Potensi Pengembangan Wilayah
Kawasan strategis kabupaten (RTRW Kabupaten Kaur) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan (UU No. 26/2007). Dalam konteks rencana pengembangan wilayah
Kabupaten Kaur, kawasan strategis di dalam penanganannya diharapkan dapat
mewujudkan pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Kaur dan
mendorong percepatan pengembangan wilayah.
Selain itu, dalam konteks efisiensi pemanfaatan sumber daya yang diukur dari
dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya strategis yang mampu membangkitkan
putaran kegiatan lebih besar di masing-masing wilayah. Titik-titik tersebut akan
diikuti oleh terbentuknya kawasan-kawasan strategis yang diandalkan daerah
karena pengaruhnya terhadap perekonomian wilayah.
Dari uraian di atas, dijelaskan lebih lanjut mengenai hubungan kondisi
geografi daerah dengan potensi pengembangan kawasan budidaya yang
berpedoman pada rencana tata ruang wilayah yang ada. Adapun prioritas
pemanfaatan ruang meliputi:
1. PerwujudanKawasan Strategis Kabupaten;
2. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kaur;
3. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kaur.
secara rinci kedua hal tersebut diuraikan sesuai dengan Recana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kaur.
Fokus Kesejahteraan Sosial
a. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk
menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah. Karena itu, perencanaan
pembangunan daerah semakin mengarah pada tujuan untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang bermuara pada peningkatan IPM. Pembangunan
manusia merupakan inventasi jangka panjang. Oleh karena itu, program
pembangunan dalam upaya meningkatkan IPM tidak semata intervensi langsung
terhadap komponen IPM, tetapi harus bersifat holistik dan menyeluruh pada
segenap unsur kesejahteraan manusia.
Selama 6 (enam) tahun terakhir, kondisi pembangunan manusia di
Kabupaten Kaur menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana ditunjukkan
oleh perkembangan IPM wilayah. Berikut disajikan perkembangan IPM Kabupaten
Gambar 2.16.
Perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Kaur tahun 2010-2015
Sumber: IPM Kabupaten Kaur Tahun 2016
Khusus tahun 2014, perhitungan IPM sudah menggunakan metode baru
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan IPM tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan IPM, tercermin dari peningkatan komponen pendukungnya yang
menunjukkan adanya perbaikan pembangunan bidang kesehatan, pendidikan,
dan kemampuan ekonomi. Perbaikan pembangunan kesehatan, tercermin dari
meningkatnya Angka Harapan Hidup dari 67,54 pada 2011, berturut-turut
meningkat menjadi 67,85 (2012), 67,93 (2013) dan pada tahun 2014 mencapai
67,93.
Peningkatan bidang pendidikan, ditandai dengan semakin berkurangnya
penduduk yang buta huruf dan bertambahnya rata-rata lama sekolah. Harapan
Lama Sekolah (HLS) di Kabupaten Kaur menurun dari 97,37 persen pada tahun
2013, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2014 yang menjadi 95,28
persen. Komponen rata-rata lama sekolah juga menunjukkan penurunan. Bila
pada tahun 2012 pada capaian angka 8,15 tahun, maka perubahan terjadi pada
tahun 2014 menurun menjadi 7,90 tahun.
Perbaikan ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran
bahwa IPM merupakan tingkat kesenjangan antara apa yang sudah dicapai oeh
suatu daerah dengan kondisi ideal (IPM=100). Artinya jika IPM Kabupaten Kaur
berada pada nilai 71,54 masih mengalami kesenjangan 28,46 poin lagi untuk
mencapai kondisi ideal. Laporan BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun
2013-2014, kesenjangan tersebut telah tereduksi sebesar 1,40 poin berdasarkan metode
reduksishortfall.
Reduksi shortfall mengasumsikan bahwa laju perubahan IPM tidak linear, tetapi akan semakin melambat pada nilai IPM yang lebih tinggi. Reduksi shortfall
yang rendah menunjukkan bahwa kinerja pembangunan manusia cenderung
melambat dan membutuhkan semakin lama waktu untuk mencapai kondisi yang
diiinginkan. Apabila Kabupaten Kaur menargetkan pencapaian IPM sebesar 80
(Nilai IPM dengan Kategori Tinggi), sementara reduksishortfall hanya berada pada kisaran 2,37 poin seperti yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan waktu lama untuk
mencapai nilai 80 tersebut. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh UNDP,
tingkat pencapaian IPM dikategorikan dengan standar sebagai berikut:
NILAI IPM STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA
< 60
60 ≤ IPM < 70
70 ≤ IPM < 80
≥ 80
RENDAH
SEDANG
TINGGI
SANGAT TINGGI
Atas dasar kriteria tersebut, maka IPM Kabupaten Kaur pada Tahun 2014
termasuk dalam kategori tinggi.
b. Kesetaraan Gender
Kesataraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu
(IPG) digunakan untuk mengukur dimensi yang sama dan menggunakan indikator
yang sama dengan IPM namun lebih diarahkan untuk mengungkap ketimpangan
antara laki- laki dan perempuan.
Tabel 2.7.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu 2010- 2014
No. Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Bengkulu Selatan 91,71 91,82 92,16 93,60 94,00
2 Rejang Lebong 91,57 92,26 92,43 92,44 92,55
3 Bengkulu Utara 89,87 90,29 90,57 91,09 91,32
4 K a u r 81,63 83,15 84,39 85,34 85,66
5 Seluma 81,33 82,81 83,29 83,51 84,80
6 Muko Muko 82,58 82,95 83,13 83,84 84,25
7 Lebong 89,02 89,83 89,85 90,45 91,11
8 Kepahiang 91,11 92,42 93,73 93,75 94,99
9 Bengkulu Tengah 78,38 78,53 80,54 80,83 84,68
10 Kota Bengkulu 91,48 92,59 93,53 94,34 95,71
BENGKULU 88,88 89,47 90,51 90,55 91,02
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang disusun dari
beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan wanita dalam proses
pengambilan keputusan dibidang politik dan ekonomi. Indikator-indikator itu
adalah indeks keterwakilan parlemen, indeks pengambilan keputusan, dan indeks
distribusi pendapatan. Nilai indeks bernilai antara 0 – 100 persen. Artinya, bila nilai
IDJ semakin tinggi maka perempuan semakin berperan aktif dalam kehidupan
ekonomi dan politik atau makin sempurna pemberdayaannya.
Tabel 2.8.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu 2012- 2014
No. Kabupaten/ Kota 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bengkulu Selatan 62,06 63,45 58,63
7 Lebong 69,50 69,77 77,91
8 Kepahiang 67,70 66,65 77,61
9 Bengkulu Tengah 62,70 64,50 66,22
10 Kota Bengkulu 75,21 75,64 75,97
BENGKULU 69,57 73,45 68,76
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu
c. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Angka Harapan Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan oleh anak pada umur tertentu di masa datang,
merupakan salah satu indikator pembangunan manusia di bidang pendidikan.
Berikut disajikan beberapa indikator pendidikan Kabupaten Kaur pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.9.
Indikator Pendidikan Kabupaten Kaur, 2014-2015
Uraian 2014 2015
• Angka Harapan Sekolah (EYS) 12,42 12,82
• Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 7,76 7,78
Angka Partisipasi Sekolah:
• 07 – 12 tahun 99,61 99,54
• 13 – 15 tahun 98,64 96,04
• 16 – 18 tahun 75,72 74,72
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Kaur, 2016
Pada tahun 2015, Angka Harapan sekolah penduduk Kabupaten Kaur
mencapai 12,82 persen. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk
Kabupaten Kaur lamanya bersekolah hanya batas SMA atau setingkat SMA.
Rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Kaur adalah
berpendidikan SMP. Indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,78
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
a. Seni Budaya
Kabupaten Kaur mempunyai keberagaman suku bangsa (etnik) yang secara
toleran mampu hidup berdampingan dan menyebar di seluruh wilayah
kabupaten. Keunikan dari heterogenitas masyarakat salah satunya karena letak
geografis Kabupaten Kaur, yakni antara lingkungan daratan dan lautan, sehingga
hidup masyarakat bergantung pada kedua wilayah tersebut. Struktur masyarakat
Kabupaten Kaur paling tidak terdiri dari 2 (dua) suku/etnis asli yaitu: (1) Suku
Serawai (dengan marga Kaur, Luas dan Nasal); (2) Suku Semendo/Pasemah (dengan marga Saung dan Padang Guci).
Adapun Penyebarannya berdasarkan pengamatan dimana suku Serawai
kebanyakan tinggal di daerah Semidang Gumay, Kaur Tengah, Kaur Selatan,
Tetap dan Maje. Sedangkan suku Semendo/Pasemah tinggal di daerah
Kecamatan Tanjung Kemuning, Kelam Tengah, Padang Guci Hulur, Padang Guci
Hilir, Kaur Utara, Lungkang Kule dan sebagian kecil di daerah Muara Sahung.
Secara etnis masyarakat yang ada di Kabupaten Kaur merupakan bagian
dari etnis-etnis besar yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Dua etnis besar,
Serawai dan Semendo merupakan bagian dari Etnis Semendo yang ada di wilayah
OKU, dan Etnis Serawai yang ada di Pagar Alam, dan Lahat. Karakteristik etnis-etnis
tersebut dikatagorikan sama dengan etnis-etnis yang ada dipusat-pusat
penyebaran etnis tersebut. Secara umum karakteristik mereka sama yaitu
merupakan masyarakat petani ladang atau kebun yang kebiasaan mereka
menanam karet atau kopi, mereka umumnya kurang menggeluti kegiatan
pertanian lahan basah (sawah) atau hortikultura, mereka tidak menyukai
menangkap ikan di laut serta memiliki tingkat asimilasi yang masuk pada katagori
rendah.
Suku Jawa, Batak, Minang dan Lampung merupakan penduduk pendatang
di Kabupaten Kaur. Sebagian besar suku Jawa merupakan transmigran yang
tinggal di beberapa unit pemukiman transmigrasi (UPT) di Kabupaten Kaur, baik
yang masih dalam pembinaan maupun yang telah menjadi desa definitif. Mereka
untuk mencari pekerjaan dan akhirnya tinggal menetap di Kaur. Interaksi antara
penduduk asli dengan pendatang berjalan dengan baik. Pendatang pada
umumnya mempunyai sikap toleransi yang tinggi, sehingga mereka lebih mudah
untuk beradaptasi dengan penduduk asli. Keberagaman suku/etnis di Kabupaten
Kaur juga berdampak dengan keberagaman kesenian yang berkembang di
masyarakat, yaitu di antara lain : mainangan, rabana, berdendang, ringit dan
kuda lumping.
b. Olahraga
Perkembangan olahraga di Kabupaten Kaur selama ini belum begitu
berkembang secara optimal pada setiap cabang oleharaga. Hanya beberapa
cabang olahraga saja yang mampu berprestasi di level provinsi maupun nasional,
yaitu: pencak silat, catur dan sepak takraw (kelompok umur yunior). Sarana prasarana olahraga yang tersedia di Kabupaten Kaur meliputi: lapangan sepak
bola, lapangan sepak takraw, lapangan volly yang persebarannya hampir di
setiap kecamatan. Lapangan tersebut masih berupa lapangan desa yang ukuran
dan kualitasnya seadanya atau tidak standar. Bakat-bakat atlet olah raga yang
muncul saat ini adalah atlet bakat alami, dimana ketrampilan mereka terbentuk
dari latihan sendiri/bukanlah hasil binaan klub. Selanjutnya, sarana dan prasarana
olahraga yang saat ini sudah dimiliki Kabupaten Kaur dalam kualitas yang belum
begitu baik, namun sudah dapat dikatakan layak penggunaannya adalah:
Lapangan Futsal, Lapangan Basket, Lapangan Batminton dan Lapangan Tenis.
Persebarannya dominan pada pusat kota/ibukota Kabupaten Kaur (Bintuhan).
Melalui pembangunan fasilitas ini diharapkan daerah mampu melahirkan
atlet-atlet olahraga yang mampu bersaing dengan daerah lainnya secara nasional
maupun internasional.
Aspek Pelayanan Umum
A. Pelayanan Pendidikan
Upaya pembangunan bidang pendidikan terus melakukan pembenahan
baik yang bersifat peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada
masyarakat maupun kualitas pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar
siswa dalam menghadapi persaingan di jenjang yang lebih tinggi di Kabupaten
Kaur.
Standar kelulusan nasional merupakan salah satu indikator dan alat ukur
keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Kaur, oleh karena
itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan upaya dan partisipasi aktif
dari semua pihak dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Kaur,
terutama peranan pemerintah kabupaten Kaur dan masyarakat secara umum
untuk peduli dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Jumlah lembaga pendidikan, di Kabupaten Kaur pada tahun 2015 yang
meliputi pendidikan dasar sampai menegah atas Kabupaten berupa lembaga
sekolah baik itu negeri maupun swasta sebanyak 224 yang terdiri atas:
Gambar 2.17.
Lembaga Sekolah (Negeri Dan Swasta) Setiap Strata Pendidikan Di Kabupaten Kaur Tahun 2015
Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2016
Adapun jumlah murid pada masing-masing strata pendidikan dijelaskan
Gambar 2.18.
Jumlah Murid Pada Lembaga Sekolah (Negeri Dan Swasta) Setiap Strata
Pendidikan Di Kabupaten Kaur Tahun 2015
Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2015
Jumlah guru baik itu berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS) maupun honorer yang
mengajar di masing-masing sekolah pada tahun ajaran 2013/2014 terdiri atas
SD/MI sebanyak 1.496 orang, SMP/MTs sebanyak 596 orang dan SMA/MA/SMK
sebanyak 361orang. Sementara perbandingan jumlah guru yang mengajar di
sekolah dengan murid ditunjukkan dengan rasio murid dan guru. Rasio murid dan
guru pada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 11untuk murid-guru SD/MI, 11
untuk SMP/MTs, dan sebesar 12 untuk SMA/MA/SMK. Hal ini menunjukan bahwa 1
orang guru SD/MI mengajar 11 orang murid.
1. Pendidikan Pra-Sekolah
Untuk tahun ajaran 2014, di Kabupaten Kaur terdapat 4.168 orang murid TK
dan guru TK berjumlah 570 orang . Jumlah murid meningkat dari tahun ajaran 2013,
dimana pada tahun 2013 Kabupaten Kaur memiliki murid Taman Kanak-Kanak
dengan jumlah 3.613 orang, akan tetapi jumlah guru TK bertambah dari 441.
2. Pendidikan Dasar 6 Tahun
Program wajib belajar 6 (enam) tahun merupakan pembangunan di bidang
jenjang pendidikan dasar sementara di sisi lain jumlah usia sekolah pada jenjang
pendidikan dasar mengalami peningkatan mengungkapkan bahwa program
wajib belajar dasar 6 tahun tersebut kurang berhasil atau mengalami kendala.
Perbandingan Jumlah Murid SD di Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2012/2013
s.d TA 2013/2014. Jumlah murid pendidikan dasar (SD) tahun ajaran 2013/2014
adalah 15.104 dibandingkan tahun ajaran 2012/2013sebanyak 14.548, atau
mengalami kenaikan sebanyak 556 murid (3,82 %). Kenaikan murid juga terjadi di
sekolah MI pada tahun ajaran 2013/2014 yaitu 748, hal ini dipengaruhi oleh adanya
penambahan MIS baru di kecamatan Nasal.
Perbandingan Jumlah Murid SD - MI dirinci menurut jenis kelamin di
Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2013/2014 Terjadi perimbangan perbandingan
jumlah murid pendidikan tingkat dasar berdasarkan jenis kelamin. 52% berjenis
kelamin laki-laki dan 48% berjenis kelamin perempuan. Tahun ajaran 2012/2013 di
Kabupaten Kaur terdapat pengurangan 1 sekolah tingkat dasar dari total 139
sekolah menjadi 138 sekolah pendidikan dasar. Perkembangan Jumlah Guru
Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Kaur Tahun Ajaran 2012/2013 dari 884
menjadi 978 orang 2013/2014.
Program Pendidikan kelanjutan dari wajib belajar 6 tahun yang digulirkan
pemerintah dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan adalah
pendidikan tingkat lanjutan pertama atau dikenal dengan istilah pendidikan dasar
wajib belajar 9 tahun, dimana kementrian pendidikan nasional melakukan
beberapa terobosan agar beban masyarakat yaitu diantaranya melakukan
pembebasan biaya untuk sekolah sampai tingkat SMP. Di Kabupaten Kaur seiring
dengan bertambahnya jumlah murid ditingkat pendidikan tingkat lanjutan
pertama ini peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu prioritas utama,
dengan melakukan penambahan tenaga profesional pengajar (guru) dan sarana
infrastruktur pendukung dari pembangunan pendidikan di Kabupaten Kaur, pada
tahun 2014 terjadi penambahan jumlah murid tingkat lanjutan pertama (Mts)
hanya bertambah dari 856 pada tahun 2010 ini jumlah murid Mts menjadi 736. 90%
murid pendidikan dasar 9 tahun bersekolah di pendidikan SLTP, sedangkan hanya
Tahun 2014 jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Kaur untuk jenjang
pendidikan tingkat pertama berjumlah 38 sekolah yang terinci 41 sekolah SLTP dan
8 sekolah MTs. Rasio guru terhadap sekolah 11,68 Jumlah Guru 443 orang, artinya 1
guru di kab. Kaur menanggani 12 murid, Rasio sekolah MTs terhadap murid 92,
sedangkan rasio Guru terhadap murid 20,87. pada sekalah MTSN terjadi
penambahan jumlah guru dari 115 menjadi 167 karena ada Penambahan Sekolah.
3. Pendidikan Menengah Tingkat Lanjutan Atas
Pencanangan Wajar 12 tahun sudah sangat mendesak. Sebab, maraknya
pungutan yang dilakukan sekolah terhadap siswa di jenjang SMA dan SMK (Data
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2010), oleh karena itu
wacana pencanangan pendidikan Wajib Belajar 12 tahun saat ini sedang
diupayakan oleh kementerian Pendidikan Nasional, dalam rangka persiapan
wacana tersebut dibutuhkan kesiapan pembangunan kualitas pendidikan
menengah atas harus lebih ditingkatkan, untuk mewujudkan Wajar 12 tahun harus
ada pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SMA dan SMK. Sekarang
ini, sudah ada insentif serupa yang diberikan kepada sekolah menengah yaitu
Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), keinginan pemerintah adalah
keterjangkauan oleh masyarakat dalam mendapatkan kelayakan dibidang
pendidikan. Jumlah Murid untuk jenjang pendidikan tingkat lanjutan atas pada
tahun ajaran 2013/2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan hal ini ini
dipengaruhi oleh adanya tambahan pencatatan dari Diknas Kab. Kaur untuk
jumlah murid yang bersekolah di MA 263 dengan jumlah guru 33 dan rasio guru
terhadap murid 8 %, untuk jumlah murid yang bersekolah di SMA 2.782 dengan
jumlah guru 202 dan rasio guru terhadap murid 21,06%, sedangkan di sekolah
keagamaan MA di tahun 20011/2012 terjadi penurunan ditahun 2011/2012. minat
pelajar belajar di bangku Sekolah jenis SMA lebih mendominasi di Kabupaten Kaur
sebesar 68% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011/2012 terjadi penambahan
SMK, sedangkan minat pelajar yang duduk dibangku sekolah kejuruan mencapai
24%, dan minat pelajar belajar di bangku sekolah Madrasah Aliyah mencapai 8%.
B. FASILITAS KESEHATAN
yaitu meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan
sarana kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Kaur oleh
pemerintah kabupaten Kaur terus dilakukan pembenahan dan berupaya
melakukan pelayanan kesehatan untuk lebih dekat dengan masyarakat, hal ini
terbukti dengan dibangunnya beberapa fasilitas kesehatan di beberapa
kecamatan dengan dilengkapi dengan fasilitas kesehatan pendukungnya, sampai
pada tahun 2012 Kabupaten Kaur menyediakan fasilitas kesehatan untuk umum 1
buah Rumah Sakit, 16 buah puskesmas dan 29 buah puskesmas pembantu dan 34
Pos Kesehatan Masyarakat Desa serta 5 Apotek tersebar dalam ke lima belas
kecamatan di kabupaten Kaur, pelayanan kesehatan diharapkan mampu
mencapai ke daerah terpencil. Dinas kesehatan kabupaten Kaur menyediakan
Poskesdes yang dilokasikan didaerah daerah sulit terjangkau sebagai pos
penanggulangan kesehatan garda paling depan di kabupaten Kaur ini.
1. Tenaga Medis
Tahun 2013 tercatat mempunyai Dokter 34 Orang, Dokter spesialis 5,Dokter
gigi 4 dan Dokter Umum 25,Kabupaten Kaur di tenaga medis 373 tenaga
medis di berbagai profesi kesehatan, dibanding tahun 2012 terjadi kenaikan
sebesar 71 jumlah tenaga medis di kabupaten Kaur.Pada tahun 2012, Tenaga
medis di Kabupaten Kaur302 tenaga medis. Selain dokter,perawat kesehatan
dan bidan merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tenaga perawat kesehatan
berperan dalam memberi tindakan atau pertolongan pertama kesehatan
sebelum ditangani dokter. Sedangkan bidan terutama bidan desa selain
berperan menolong persalinan secara medis, juga berperan sebagai tenaga
kesehatan terutama di daerah terpencil, fenomena kenaikan tenaga medis
di kabupaten Kaur di tahun 2010, lebih banyak dipengaruhi oleh adanya
penambahan dari formasi PNS di bidang kesehatan, sebagai tindak lanjut
peningkatan pembangunan di bidang kesehatan dan meningkatkan rasio
jumlah tenaga medis dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang
2. Keluarga Berencana
Dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
disebutkan bahwa, perkembangan kependudukan diarahkan pada
pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas, serta
pengarahan mobilitas penduduk. Pengendalian jumlah penduduk di
Indonesia diimplementasikan pemerintah dalam bentuk pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB). Berdasarkan data dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan KB Kabupaten Kaur, jumlah
peserta KB aktif atau akseptor aktif di Kabupaten Kaur pada tahun 2014
tercatat 19.635 orang. Dibandingkan dengan tahun 2013 yang jumlahnya
mencapai 22.485 orang, didapati jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Kaur
mengalami penurunan.
Akseptor aktif di Kabupaten Kaur umumnya lebih banyak menggunakan alat
kontrasepsi suntikan dan pil. Pada tahun 2014 tercatat 7.614 orang yang
menggunakan alat kontrasepsi pil,2.730 orang menggunakan Implant
dan7.136 orang menggunakan Suntikan. Menggunakan IUD 1.185 orang dan
akseptor KB yang menggunakan kondom sebanyak522 orang.
2.7 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya
2.7.1 Sub Bidang Air Minum
Pada umumnya di wilayah kabupaten Kaur hampir sebagian besar mengalami
krisis air minum dimana untuk wilayah yang tinggi sulit mendapatkan air tanah dan
diwilayah pesisir/pantai mudah mendapatkan air akan tetapi kualitas airnya buruk
(ada zat kapur dan agak payau), Sarana dan Prasarana Air Minum di Kabupaten
Kaur sudah tersedia akan tetapi belum beroperasi dengan maksimal dikarenakan
biaya operasional yang diperlukan sangat tinggi karena sistem yang dipakai untuk
penyediaan air minum tersebut terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum di
kota Bintuhan (Ibu Kota Kabupaten) menggunakan sistem pompanisasi.
Sedangkan untuk wilayah Padang Guci (kecamatan Padang Guci Hulu dan Kaur
air baku terutama pada waktu musim kemarau untuk itu perlu mencari alternatif
sumber air baku yang baru untuk dapat memenuhi kebutuahan air minum wilayah
tersebut dan wilayah sekitarnya. Sedangkan Sarana dan Prasarana Air Bersih
perdesaan yang selama ini terus diupayahkan Pembangunannya baik melalui
dana DAK maupun dana DAU sangat terasa sekali manfaatnya bagi masyarakat
perdesaan walaupun disana sini masih banyak persoalan terutama mengenai
pengelolaannya.
Agar permasalahan tersebut di atas dapat teratasi semua perlu dibuat Sarana dan
Prasarana Air Bersih/Air Minum dengan Kapasitas yang besar dengan sistem
gravitasi yaitu Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih/Air minum dengan
sumber air baku Air Napal Hitam yang berlokasi di Padang Guci Hulu, disamping
bermanfaat untuk ketersediaan air minum di Kabupaten Kaur kemungkinan besar
air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti, irigasi maupun untuk
pembangkit listrik.
2.7.2 Sub Bidang Sampah
Sarana kebersihan di Kabupaten Kaur masih sangat terbatas, terdiri dari fasilitas
pengangkutan (truk, bak sampah, tong sampah, TPS). Jumlah truk sampah
sebanyak 2 buah, Bak Sampah (TPS) sebanyak 5 buah, tong sampah sebanyak 40
buah dan Tempat Pembuangan Akhir sebanyak 1 buah dengan kapasitas ± 0,3 ha
yang berlokasi di wilayah Latihan Kecamatan Kaur Selatan. Fasilitas ini masih
difokuskan untuk menangani persampahan di wilayah Kecamatan Kaur Selatan
saja, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan kecamatan lain. Untuk itu
diperlukan sarana dan prasarana persampahan yang lebih banyak dan lebih baik
lagi agar permasalahan sampah di Kabupaten Kaur (15 kecamatan ) dapat
diatasi.
2.7.3 Sub Bidang Air Limbah
Permasalahan air limbah memang belum menjadi persoalan yang signifikan di
Kabupaten Kaur saat ini, mengingat perkembangan aktivitas penghasil limbah
seperti industri belum berkembang pesat. Namun dalam beberapa tahun ke
depan, perkembangan industri yang berpotensi menghasilkan air limbah perlu
diantisipasi sedini mungkin.
Instalasi (IPLT) akan dilaksaanakan tahun 2018 oleh satker PLP, sehingga dapat
mengurangu permasalahan limbah kab .kaur
2.7.4 Sub Bidang Drainase
Sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini (2017) Kabupaten Kaur belum memiliki
masterplan dan data panjang drainase saluran terbuka dan saluran air hujan
tertutup, meskipun pembangunan saluran drainase selalu diprogramkan setiap
tahun dalam APBD. Sedangkan pada kawasan-kawasan tertentu, masih sering
tergenang pada saat hujan, seperti di bebarapa kawasan Kecamatan Kaur
Selatan, Kecamatan Tetap dan Kecamatan Kaur utara. Untuk itu di tiga
kecamatan tersebut perlu dibuat sistem drainase yang lebih baik, karenanya
diperlukan suatu rujukan yaitu Master Plan atau Outline Plan Drainase. Melalui
dokumen tersebut, dimensi saluran dapat disesuaikan dengan aliran air
permukaan (run off) yang harus dialirkan.
Pembangunan drainase merupakan usulan yang hampir muncul dari setiap desa
pada saat dilakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang),
baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa
drainase merupakan kebutuhan utama masyarakat dalam menata lingkungan
permukiman. Pembangunan saluran drainase tidak hanya berfungsi untuk
mengendalikan genangan pada saat terjadi hujan, melainkan juga untuk
menjaga kesehatan lingkungan agar masyarakat terhindar dari penyakit.
2.7.5 Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan
Penerapkan garis sepadan bangunan di Kabupaten Kaur sangat sulit dilaksanakan
dikarenakan rumah-rumah penduduk sudah berdiri dan belum menggunakan garis
disamping mengedepankan keselamatan terutama masalah kebakaran yang
perlu diperhatikan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Kaur. Pada tahun 2008,
Pemerintah Kabupaten Kaur telah menyusun Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) di dua lokasi. Pertama adalah Desa Pasar Lama Kecamatan
Kaur Selatan, dan ke dua adalah Desa Linau Kecamatan Maje.
2.7.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman
Di Kota Bintuhan, yang merupakan ibu kota Kabupaten Kaur, masih sangat perlu
ditata permukimannya agar terwujud Kota Bintuhan yang sehat, aman, serasi dan
teratur. Daerah-daerah yang rawan banjir dan kumuh perlu ditata sehingga lebih
sehat dan nyaman. Untuk itu di daerah-daerah tersebut perlu dibuat jalan-jalan
lingkungan untuk memudahkan akses (aktivitas) dan saluran (drainase) yang
dapat mengurangi genangan air ketika hujan.
Pengembangan sub bidang permukiman memiliki lingkup kegiatan yang paling
luas dibandingkan sub bidang lain. Salah satu aspek pengembangan permukiman
yang telah ada di Kabupaten Kaur adalah program pengembangan kawasan
Agropolitan dan pengembangan kawasan Minapolitan. Kedua program tersebut
merupakan suatu konsep membangunan kawasan permukiman berstandar
perkotaan di kawasan pertanian (Agropolitan) dan perikanan (Minapolitan).
Kawasan Agropolitan terletak di Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan,
sedangkan kawasan Minapolitan berlokasi di Kecamatan Nasal, yang didukung
oleh Kecamatan Muara Sahung dan Kecamatan Kelam Tengah sebagai