• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Profil Fisik Wilayah 2.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah - DOCRPIJM 40d3cfa9ee BAB II04. Bab 2 RPIJM Kaur Profil Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Profil Fisik Wilayah 2.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah - DOCRPIJM 40d3cfa9ee BAB II04. Bab 2 RPIJM Kaur Profil Wilayah"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Profil Fisik Wilayah

2.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 dan surat Mendagri No.

136/205/PUM tanggal 12 September 2005, luas wilayah Kabupaten Kaur 3.025,59

Km² atau 302.559 Ha. yang terdiri dari wilayah daratan seluas 2.365 km² atau

236.500 Ha, dan wilayah laut seluas 660,59 Km² atau 66.059 Ha. yang merupakan

perhitungan dari garis pantai sepanjang 89,17 km dan sejauh 4 mil dari garis pantai.

Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, termasuk

dalam wilayah administrasi Provinsi Bengkulu. Berjarak sekitar 200 km dari ibukota

Provinsi Bengkulu.

Secara geografis letak kabupaten Kaur berada pada 10304’8,76”

-103046’50,12” BT dan 4015’8,21” – 4055’27,77” LS. Kabupaten Kaur berada di wilayah

paling selatan Provinsi Bengkulu dan berbatasan langsung dengan Provinsi

Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 3

tahun 2003 secara administrasi Kabupaten Kaur berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim dan

Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan

- Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung

- Sebelah Selatan : Samudera Hindia

- Sebelah Barat : Kabupaten Bengkulu Selatan.

Selengkapnya tentang letak geografis wilayah Kabupaten Kaur dapat

diperlihatkan seperti padaGambar 2.1.

(2)

Gambar 2.1.Peta Administrasi Kabupaten Kaur

Wilayah administrasi Kabupaten Kaur berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2003 tersebut terdiri atas 7 kecamatan dan 123 desa serta 3 kelurahan. Selanjutnya,

dalam dua tahun pemekaran, perkembangan terakhir sampai dengan tahun 2015,

wilayah administrasi Kabupaten Kaur terdiri atas 15 kecamatan, 192 desa dan 3

Kelurahan. Secara rinci, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1.

Kecamatan di Kabupaten Kaur

NO KECAMATAN DESA KELURAHAN IBUKOTA

KECAMATAN

1 Nasal 17 Merpas

2 Maje 19 Linau

3 Kaur Selatan 18 1 Bintuhan

4 Tetap 12 Tetap

5 Kaur Tengah 8 1 Tanjung Iman

6 Luas 12 Benua Ratu

7 Muara Sahung 7 Ulak Lebar

8 Kinal 14 Gedung Wani

9 Semidang Gumay 13 Mentiring

10 Tanjung Kemuning 20 Tj. Kemuning

11 Kelam Tengah 13 Rigangan 1

12 Kaur Utara 10 1 Simpang Tiga

(3)

Dari tabel di atas, kecamatan dengan jumlah desa terbanyak yakni

Kecamatan Tanjung Kemuning (20 Desa). Disusul oleh kecamatan Maje (19 Desa).

Untuk kecamatan Nasal 17 Desa dan Kaur Selatan memiliki 18 Desa. Sedangkan

kecamatan yang memiliki Desa paling sedikit yakni Kecamatan Kaur Tengah (8

Desa) dan Kecamatan Muara Sahung (7 Desa). Selanjutnya, Kecamatan Kaur

Selatan, Kecamatan Kaur Utara dan Kecamatan Kaur Tengah memiliki Kelurahan

(masing-masing 1 kelurahan).

Dari 195 desa/kelurahan di Kabupaten Kaur, 64 desa/kelurahan atau 32,82

persen berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Melihat pada batasan

wilayah administrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kaur

merupakan wilayah strategis yang dapat mendukung pembangunan Provinsi

Bengkulu. Sebagai kabupaten yang berada di pintu gerbang sebelah selatan di

Provinsi Bengkulu, maka Kabupaten Kaur merupakan cerminan kemajuan dan

kesejahteraan provinsi Bengkulu. Adapun luas wilayah Kabupaten Kaur menurut

Kecamatan disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2.2.

Luas Wilayah Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan (km2)

(4)

Gambar 2.3.Peta Administrasi Kabupaten Kaur

Dari Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. terlihat persentase (%) terhadap luas

wilayah kecamatan yang memiliki persentase luas wilayah tertinggi yaitu

Kecamatan Nasal sebesar 21,98 % dan persentase luas wilayah terkecil yaitu

Kecamatan Kaur Tengah sebesar 1,12 %. Sedangkan jarak lurus masing-masing ibu

kota kecamatan dengan ibu kota Kabupatan di Kabupaten Kaur disajikan tabel

berikut ini :

Tabel 2.3.

Jarak Lurus Ibukota Kecamatan Dengan Ibukota Kabupaten Di Kabupaten Kaur Tahun 2014

NO KECAMATAN IBUKOTA

KECAMATAN

JARAK LURUS KE BINTUHAN

(5)

NO KECAMATAN IBUKOTA KECAMATAN

JARAK LURUS KE BINTUHAN

(km)

5 Kaur Tengah Tanjung Iman 12,00

6 Luas Benua Ratu 15,00

7 Muara Sahung Ulak Lebar 30,00

8 Kinal Gedung Wani 30,00

9 Semidang Gumay Mentiring 20,00

10 Tanjung Kemuning Tj. Kemuning 35,00

11 Kelam Tengah Rigangan 1 39,00

12 Kaur Utara Simpang Tiga 48,00

13 Padang Guci Hilir Gunung Kaya 43,00

14 Lungkang Kule Sukananti 58,00

15 Padang Guci Hulu Bn. Tambun 2 54,00

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015

Asumsi Interval Jarak Lurus Ibu Kota Kecamatan dengan Ibu Kota

kabupaten di Kabupaten Kaur yang terjauh yaitu Kecamatan Lungkang Kule (58

Km) dengan asumsi masuk dalam kategori interval jauh. Kecamatan yang masuk

dalam kategori interval jauh lainnya yaitu Kecamatan Kaur Utara, Kecamatan

Padang Guci Hilir dan Kecamatan Padang Guci Hulu. Sedangkan empat

kecamatan yang merupakan kategori interval dengan jarak yang sedang yakni

Kecamatan Tanjung Kemuning, Kecamatan Kelam Tengah, Kecamatan Muara

Sahung, Kecamatan Kinal dan Kecamatan Nasal. Sementara itu, kecamatan

lainnya yakni Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Maje, Kecamatan Tetap,

Kecamatan Kaur Tengah, Kecamatan Luas dan Kecamatan Semidang Gumay

merupakan kecamatan yang masuk dalam kategori interval dekat dan sangat

(6)

Dari interval jarak lurus ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten

yang terdapat di Kabupaten Kaur disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan yang

masuk pada kategori interval sangat jauh (> 60 Km). hal ini diasumsikan bahwa,

setiap kecamatan rata-rata dapat diakses dengan kondisi jarak yang cukup baik.

Kondisi Geografis

Secara astronomis Kabupaten Kaur terletak pada posisi 40 15’ 8,21”–40 55’

27,77” Lintang Selatan (LS) dan 1030 4’ 8,76”–1030 46’ 50,12” Bujur Timur (BT). Kondisi

astronomis ini memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kaur beriklim tropis atau

Iklim A karena terletak antara 00– 23½0 LS. Pada tahun 2015, tercatat suhu udara

rata-rata minimal di Kabupaten Kaur terjadi pada bulan januari yaitu 26,300C

sedangkan suhu rata-rata maksimal mencapai 27,800C, tekanan udara 1.010,98

mb, rata-rata jumlah hari hujan per bulan 8 kali dan rata-rata paling tinggi terjadi

pada bulan januari mencapai 20 kali sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang

tahun 2015 mencapai 127,58 mm³. Musim yang terjadi di Kabupaten Kaur

sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan

(Desember-Maret) dan musim kemarau (Juni-September) sementara pada bulan

April-Mei dan Oktober-November merupakan masa peralihan/pancaroba.

2.2. Demografi

Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang

dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Sensus penduduk terakhir dilaksanakan pada

bulan Mei Tahun 2010. Penduduk Kabupaten Kaur adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah Kabupaten Kaur selama enam bulan atau lebih atau mereka

yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Menerangkan

apa yang dirilis BPS Kabupaten Kaur yang terpublikasi melalui Kabupaten Kaur

Dalam Angka (KDA Tahun 2015), bahwa Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten

Kaur tahun 2014 sebesar 1,33 persen, dimana penduduk Kabupaten Kaur pada

tahun 2014 mencapai 114.398 sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 112.894 jiwa.

Dari penduduk yang mencapai 114.398 jiwa (Tahun 2014) terdiri dari 59.187 laki-laki

(7)

Gambar 2.4.

Jumlah Penduduk Kabupaten Kaur Tahun 2013-2015

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Struktur penduduk Kabupaten Kaur masih didominasi oleh usia muda dan

produktif, ini terlihat dari besarnya penduduk menurut kelompok umur 15-64 tahun

yang mencapai 77.377 jiwa, kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 33.842 jiwa dan

kelompok umur 65 > berjumlah 5.179 jiwa. Secara persentase disajikan pada grafik

di bawah ini:

Gambar 2.5.

Komposisi Penduduk Kabupaten Kaur Menurut Kelompok Umur (Persen) Tahun 2015

29.58%

65.89%

4.53%

(8)

Adapun rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan

tingkat pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pada Tahun

2014-2015 pertambahan Penduduk Kabupaten Kaur sebesar 1.504 jiwa. Pertambahan

penduduk tersebut tersebar pada setiap kecamatan. Data mencatat bahwa

pertambahan penduduk tahun 2014-2015 terbanyak pada Kecamatan Maje 478

jiwa, Kecamatan Kaur Selatan 354, dan Kecamatan Nasal 312 jiwa. Berikut disajikan

sebaran pertambahan penduduk di Kabupaten Kaur.

Gambar 2.6.

Pertambahan penduduk (jiwa) di Kabupaten Kaur Tahun 2014-2015

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Memperhatikan grafik sebaran pertambahan penduduk di atas, Kecamatan

Kaur Selatan merupakan wilayah perkotaan/sebagai Ibu Kota Kabupaten.

Sedangkan kecamatan Maje dan Kecamatan Nasal merupakan wilayah

transmigrasi. Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa sebaran pertambahan

penduduk yang cenderung tinggi terjadi di wilayah perkotaan dan transmigrasi

(Jawa-Lampung).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Pertambahan Penduduk (LPP)

Kabupaten Kaur terbagi menjadi 2 (dua) faktor yang berlawanan, yaitu: faktor

pendorong dan faktor penghambat/penahan/penurun. Faktor pendorong LPP di

(9)

melakukan usaha pengembangan perkebunan (terutama di daerah perbukitan),

migrasi penduduk yang menjadi faktor pendorong LPP di Kabupaten Kaur lainnya

dipengaruhi oleh pengembangan dan penambahan PNS dilingkungan Pemerintah

Kabupaten Kaur dari tahun ke tahun dalam rangka peningkatan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Kaur.

Faktor penurun/penahan/penghambat LPP di Kabupaten Kaur adalah di

beberapa lokasi transmigrasi penduduk lokasi transmigrasi melakukan migrasi

keluar Kabupaten Kaur, hal ini menjadikan LPP terhambat, kasus ini terjadi di

Kecamatan Semidang Gumay Lokal Transmigrasi Desa Karang Dapo, Kecamatan

Muara Sahung SP III, Kecamatan Luas SP VI, Kecamatan Kelam Tengah Desa Pagar

Dewa. Faktor lainnya juga banyak dijumpai rumah yang ditinggal penghuninya

untuk melakukan pengembangan perkebunan di luar wilayah Kabupaten Kaur.

Keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

juga menjadi faktor penahan LPP Kabupaten Kaur karena banyak penduduk

Kabupaten Kaur melakukan migrasi ke kota yang menyediakan fasilitas pendidikan

tingkat tinggi. Begitu pula fenomena yang terjadi tidak tersedianya lapangan kerja

di sektor industri, sehingga berakibat tenaga-tenaga yang mempunyai

keterampilan di luar perkebunan pertanian melakukan migrasi ke wilayah lain

dalam rangka memperoleh pekerjaan.

2.3. Topografi

Kabupaten Kaur merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan

perbedaan ketinggian yang sangat besar, bervariasi antara 0 s.d>1000 m di atas

permukaan laut. Jalur pertama 3,31 % dari luas wilayah terletak di ketinggian 0-25

m di atas permukaan laut terdapat di sepanjang pantai, jalur kedua 21,65 % dari

luas wilayah terletak di ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut terdapat di

wilayah timur dari jalur pertama yang merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan

dengan klasifikasi bukit Range. Sedangkan yang terletak di ketinggian 100 – 500 m

dpl seluas 29,02%, ketinggian 500 – 1000 m dpl seluas 25,06% dan yang di atas 1000

m dpl seluas 20,96% terdapat di lokasi lebih ke timur dari jalur kedua sampai ke

puncak bukit barisan yang merupakan daerah vulkanis dan tektonis.

(10)

1. Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m di atas

permukaan laut. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Low Land mencapai 9%.

Kecamatan yang termasuk ke dalam Jalur Low Land adalah Kecamatan

Tanjung Kemuning, Semidang Gumay, Kaur Utara, Tetap, Kaur Selatan, Maje

dan Nasal.

2. Jalur Bukit Range dengan ketinggian 100–1.000 m. Wilayah yang termasuk

dalam Jalur Bukit Range mencapai 61%. Semua kecamatan di Kabupaten

Kaur sebagian wilayahnya ada yang masuk katagori jalur ini.

3. Jalur Pegunungan dengan ketinggian > 1.000 m. Wilayah yang termasuk

dalam Jalur Pegunungan mencapai 30%. Di Kabupaten Kaur, yang termasuk

ke dalam jalur ini adalah kawasan Bukit Barisan. Dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 2.7.

Topografi Wilayah Kabupaten Kaur (Ha)

Jalur low land, 20.889 Ha

Jalur bukit range, 144.026

Ha Jalur

pegunungan, 7 1.585 Ha

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015

Selain kondisi di atas, bila ditinjau dari kondisi dan kemiringan tanah yang ada

di Kabupaten Kaur sangat cocok untuk tanaman pangan yakni padi, kedele,

jagung dan sebagainya. Untuk tanaman palawija seperti cabe, tomat,

kacang-kacangan dan sayuran juga merupakan tanaman yang potensial di wilayah ini.

Selanjutnya selain jenis tanaman di atas, wilayah Kabupaten Kaur juga sangat

(11)

tanah halus seluas 135.083,00 Ha; (2) tekstur tanah cukup halus seluas 38.227,00 Ha;

(3) tekstur tanah cukup kasar seluas 50.086,00 Ha; (4) tekstur tanah kasar seluas

13.104,00 Ha.

Dari penjelasan di atas, ditinjau pada faktor topografi dapat disarikan bahwa

Kabupaten Kaur memiliki potensi besar dalam pembangunan bidang pertanian,

perkebunan. Data topografi menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Kaur

wilayahnya masuk katagori jalur Bukit Range (61% atau 144.026 hektar) dan Jalur

Low Land mencapai 9% atau 20.889 hektar. Sisanya merupakan Jalur Pegunungan

yaitu kawasan Bukit Barisan.

Sedangkan jika ditinjau menurut masing-masing Kecamatan berdasarkan

posisi Kantor Camat, Kecamatan dengan posisi tertinggi dari permukaan laut

adalah Kecamatan Padang Guci Hulu dengan ketingggian ± 287 m. Berikut

ditampilkan kondisi ketinggian di atas permukaan laut masing-masing kecamatan

di Kabupaten Kaur.

Gambar 2.8.

Ketinggian Wilayah Kecamatan di Atas Permukaan Laut Berdasarkan Posisi Kantor Camat

(12)

Adapun klasifikasi topografi diuraikan sebagai berikut:

1. Terdapat 9 (Sembilan) Kecamatan yang termasuk dalam kelompok

topografi Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m,antara lain:

a. Kecamatan Nasal;

b. Kecamatan Maje;

c. Kecamatan Kaur Selatan;

d. Kecamatan Tetap;

e. Kecamatan Kaur Tengah;

f. Kecamatan Kinal;

g. Kecamatan Semidang Gumay;

h. Kecamatan Tanjung Kemuning;

i. Kecamatan Padang Guci Hilir .

2. Terdapat 6 (enam) Kecamatan yang termasuk dalam Jalur Bukit Range

dengan ketinggian 100–1.000 m, antara lain:

a. Kecamatan Muara Sahung;

b. Kecamatan Luas;

c. Kecamatan Lungkang Kule;

d. Kecamatan Kaur Utara;

e. Kecamatan Padang Guci Hulu;

(13)
(14)

2.4. Geohidrologi

Kabupaten Kaur memiliki 14 (empat belas) Daerah Aliran Sungai (DAS)

meliputi: DAS Barkenang, DAS Kedurang, DAS Kinal, DAS Kolek, DAS Luas, DAS

Manula, DAS Mertam Ds, DAS Nasal, DAS Padang Guci, DAS Sambat, DAS Sawang,

dan DAS Seranjangan. DAS-DAS tersebut mengalir dari utara ke arah selatan

kemudian bermuara di Samudera Hindia. Ke empat belas DAS tersebut terdiri dari 3

DAS Nasional dan 11 DAS lokal. DAS yang termasuk pada klasifikasi DAS Nasional

yaitu DAS Luas, DAS Kinal, dan DAS Manula, sisanya termasuk klasifikasi DAS lokal.

DAS-DAS tersebut di atas membentuk tiga zona kawasan yaitu (1) Kawasan

Utara; (2) Kawasan Tengah, dan (3) kawasan Selatan. Zona Utara selanjutnya

disebut Wilayah Utara Kabupaten Kaur terdiri dari DAS Sulau, DAS Padang Guci,

DAS Seranjangan, DAS Kinal, DAS Barkenang dan DAS Kedurang. DAS Sulau

melewati Kec. Padang Guci Hilir dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Padang Guci

melewati Kec. Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci Hilir, Kec. Tanjung

Kemuning. DAS Seranjangan melewati Kec. Kelam Tengah dan Kec. Tanjung

Kemuning. DAS Kinal melewati Kec. Kinal dan Kec. Semidang Gumai. DAS

Barkenang dan DAS Kedurang melewati Kec. Padang Guci Hulu. Zona tengah

yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Tengah Kabupaten Kaur, terdiri dari DAS

Luas dan DAS Tetap. DAS Luas melewati Kec. Muara Sahung, Luas dan Kaur

Tengah, DAS Tetap melewati Kec. Tetap. Zona Selatan selanjutnya disebut Kaur

bagian selatan. DAS yang melewati Kaur bagian selatan meliputi DAS Sambat,

DAS Sawang, DAS Nasal, DAS Kolek, DAS Manula. DAS Manula melewati Kec. Kaur

Selatan dan Maje, DAS Sawang melalui Kec. Maje, DAS Nasal, Kolek dan Manula

berada di Kec. Nasal.

Dari ke 14 DAS tersebut terdapat 2 DAS (Manula dan Nasal) yang wilayah

hidrologisnya berada di TNBBS, dengan kondisi tutupan lahannya masih berupa

hutan lebat mencapai 95%, terdapat 3 DAS (Seranjangan, Sulau dan Tetap) yang

wilayah aliran dan wilayah hidrologisnya berada di kawasan budidaya, dan

DAS-DAS lain merupakan DAS-DAS-DAS-DAS yang wilayah hiroorologinya berada di kawasan HP

atau HPT dan wilayah aliran (midle stream dan down stream) berada di kawasan

(15)

Tabel 2.3.

Interpretasi Kondisi DAS di Kabupaten Kaur

NO DAS DAN KLASIFIKASI

WILAYAH HIDROOROLOGIS

(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI

Up Stream Midle Stream Down Stream

1 Bengkenang (DAS Lokal)

Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur

Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8% terancam oleh pengikisan air sungai.

4 Kolek (DAS Lokal)

Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8% terancam oleh pengikisan air sungai.

6 Manula (DAS Lokal)

Berada di TNBBS dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % . hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % .

Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan

(16)

waktu-NO DAS DAN KLASIFIKASI

WILAYAH HIDROOROLOGIS

(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI

Up Stream Midle Stream Down Stream

(DAS Nasional) lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kedurang dengan kondisi tidak terdapat lagi hutan lebatnya.

waktu tertentu sungai ini meluap, terutama di musim penghujan.

10 Sambat (DAS Lokal)

Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan , hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan

13 Sulau (DAS Lokal) Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah

14 Tetap (DAS Lokal) Berada di HPT Air Sambat dengan kondisi tutupan, hutan

Sumber: Dokumen RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2011-2016

Melihat pada data yang disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Daerah Aliran Sungai dengan klasifikasi Nasional dan lokal di Kabupaten Kaur

memiliki potensi besar bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan budidaya

(17)
(18)

2.5. Geologi

Berdasarkan pembagian Mandala Geologi Tersier Pulau Sumatera, Lembar

Bengkulu, sebagian terletak di lajur busur depan, busur magmatik dan busur

belakang. Nama-nama yang dipakai untuk lajur-lajur tersebut adalah Lajur

Bengkulu, Lajur Barisan dan Lajur Mentawai. Aktifitas magmatis pada akhir Miosin

sampai awal Pleistosin dibagian Utara–Timurlaut, menyebabkan dihasilkannya

produk-produk gunung api Rio-Andesit (QTv).

Pergerakan lempeng benua dari sebelah Utara–Timurlaut Pulau Sumatera ke

arah Selatan–Barat Daya menyebabkan terbentuknya Sesar Semangko yang

membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera, sampai Selat Sunda. Sesar

Semangko atau disebut juga dengan sesar besar Sumatera merupakan sesar yang

sampai sekarang masih aktif, dan menekan bagian utara-timur laut Pulau

Sumatera, yang di respon oleh pergerakan lempeng samudera (oceanic crust) disebelah Barat Daya Pulau Sumatera dengan arah gaya ke Utara–Timur laut

menekan bagian sebelah Barat Pulau Sumatera. Akibat dari pergerakan kedua

bagian Pulau Sumatera ini, maka terbentuklah sesar-sesar yang masih aktif

sepanjang zona sesar besar Sumatera. Gaya dan pergerakan dari sesar besar

Sumatera tersebut menimbulkan sesar-sesar orde dua dan selanjutnya, yang

terdapat terutama dibagian Selatan-Barat Laut Kabupaten Kaur.

Dari foto udara bidang-bidang/zona-zona sesar ini ditunjukkan oleh

kenampakan liniasi-liniasi morfologi berupa perubahan rona dan tekstur serta

kenampakan liniasi-liniasi perubahan sifat-sifat geofisika, batuan pada zona

tersebut. Selanjutnya dari pergerakan kedua lempeng tersebut menyebabkan

peningkatan aktifitas magma yang kemudian menghasilkan pembentukan busur

gunung api Tersier hingga Resent dari deretan gunung berapi, pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan tektonik lempeng benua dan samudera ini juga

menyebabkan terjadinya pengangkatan (highing) yang merupakan pegunungan Bukit-Barisan di bagian Utara-Timur laut. Pelurusan-pelurusan yang berarah Barat

laut–Tenggara di bagian Barat laut wilayah Kaur merupakan sesar orde satu dan

orde dua pada tinggian lajur Bukit Barisan. Aktifitas magmatik berikutnya pada

(19)

Gaya-gaya tektonik yang bekerja sejak awal Miosin dibagian ini

menyebabkan peningkatan aktifitas magmatis yang menghasilkan terobosan

batuan beku Granit dan Diorit pada Miosin tengah. Proses tektonik berupa

pengangkatan yang terjadi pada akhir Miosin menyebabkan Tubuh pluton ini

terangkat tererosi dan tersingkap pada jalur zona patahan (fault-zone) orde I dan II, kepermukaan dibagian Utara wilayah Kabupaten Kaur. Struktur geologi

pensesaran berupa sesar-sesar orde dua dan tiga, mengontrol pola sebaran

terobosan pluton dan terbentuk secara intensif dibagian ini. Sistim pensesaran ini

membentuk pelurusan-pelurusan dengan arah secara umum adalah barat laut–

tenggara. Aktifitas magmatik yang terjadi pada akhir Miosin sampai Pliosin (setelah

terbentuknya Formasi Lemau) yang mengandung batubara diwilayah ini, juga

menyebabkan percepatan proses pematangan kualitas batubara yang terdapat

pada Formasi ini. Pergeseran-pergeseran sesar diatas mengakibatkan

(20)
(21)

2.6. Gambaran Klimatologi

Keadaan iklim di Kabupaten Kaur, perkembangan rata-rata curah hujan dari

tahun ke tahun (empat tahun terakhir) menunjukkan kondisi baik. Hal ini juga dapat

dilihat pada rata-rata hari hujan dalam satu tahun berkisar 10-15 kali. Berikut

disajikan perkembangan rata-rata curah hujan yang terjadi pada grafik 2.1. di

bawah ini:

Gambar 2.12.

Rata-rata curah hujan (mm) di Kabupaten Kaur Tahun 2011-2015

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Diolah Bappeda Kabupaten Kaur

2015 127,6 mm Di samping itu, pada tahun 2015 rata-rata suhu udara yang

terjadi di Kabupaten Kaur adalah 27,020C, dengan suhu udara minimum rata-rata

24,00 0C dan suhu udara maksimum yaitu 31,630C. Suhu udara adalah ukuran

energi kinetik rata–rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah

keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan

(transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Suhu udara merupakan derajat panas dari aktifitas molekul dalam

atmosfer. Kapasitas udara adalah jumlah air maksimum yang dapat dikandung

oleh udara pada suhu tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada

keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara tersebut.

(22)

ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman

harian, keragaman vertikal dan horizontal. Kelembaban udara juga merupakan

salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi/keadaan cuaca dan iklim di suatu

wilayah tertentu. Secara ilmiah, kelembaban merupakan jumlah kandungan uap

air yang terkandung dalam massa udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah

(tempat) tertentu. Sebagai gambaran kondisi klimatologi Kabupaten Kaur disajikan

tabel 2.4:

Tabel 2.4.

Keadaan suhu udara dan kelembaban di kabupaten kaur Tahun 2015

BULAN

SUHU UDARA

TEMPERATURE(OC) KELEMBABAN UDARA

(%)

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Berdasarkan pada uraian dan tabel di atas, maka disimpulkan bahwa

hubungan kelembaban dengan suhu udara:

(1) Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih

ringan sehingga naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena udaranya

berkurang. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan

(23)

(3) Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat

diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban

relatif;

(4) Udara di sekitar kita yang terlihat kosong/hampa, ini sebenarnya di dalamnya

terkandung sejumlah uap air. Sehingga perlu di catat bahwa besar kecilnya

kapasitas udara tergantung pada temperatur udara itu sendiri, di mana semakin

tinggi temperatur suatu udara (semakin panas) maka semakin besar kapasitas

udara.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu udara dan kelembaban nisbi di

Kabupaten Kaur dalam kondisi baik.

Penggunaan Lahan

1) Kawasan budidaya:

Pola ruang kawasan budidaya terdiri atas 8 (delapan) kawasan yang tersebar

di Kabupaten Kaur, meliputi:

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, merupakan kawasan yang

diperuntukkan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hutan yang dirinci meliputi: kawasan hutan produksi terbatas,

kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang dapat dikonversi.

2. Kawasan Peruntukan Pertanian, dirinci meliputi: Pertanian Tanaman

Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.

3. Kawasan Peruntukan Perikanan meliputi: perikanan tangkap, budidaya

perikanan dan pengolahan ikan.

4. Kawasan Peruntukan Pertambangan, dirinci meliputi: jenis pertambangan

Mineral dan Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas.

5. Kawasan Peruntukan Industri, dirinci meliputi kawasan peruntukan industri

besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan :

pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. rencana ini

disusun berdasarkan potensi yang ada, potensi yang akan datang atau

potensi yang akan dikembangkan. Pengembangan wisata ini harus diikuti

wisata andalan serta yang berkaitan dengan wisata nasional.

(24)

tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan,

dataran tinggi dan sebagainya.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya.

Adapun Luas masing-masing Kawasan Budidaya dimaksud secara rinci

sebagai berikut:

Tabel 2.5.

Kawasan Budidaya di Kabupaten Kaur Tahun 2012–2032

NO JENIS KAWASAN LUAS

(HA)

1. Kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) 36.226,27

2. Kawasan Hutan Rakyat 1.219,52

3. Kawasan Pertanian 8.464,00

4. Kawasan Perkebunan 89.897,00

5. Kawasan pertambangan 106,99

6. Kawasan permukiman 3.186,07

7. Kawasan Peruntukan lainnya 53,00

Luas Kawasan Budidaya 139.152,85

Sumber : RTRW Kabupaten Kaur 2012-2032

Terlihat dari tabel 2.5 di atas bahwa Kawasan Perkebunan Rakyat

mendominasi dengan luas mencapai 89.897,00 Hektar. Hal ini menunjukkan

bahwa kawasan budidaya pertanian dan perkebunan memiliki potensi

yang besar di Kabupaten Kaur mulai dari hulu dan hilir. Sedangkan

kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) yang memiliki luas 36.266,27 Hektar

merupakan jenis kawasan budidaya yang memiliki luas kedua tertinggi. Hal

ini menggambarkan bahwa kawasan HP dan HPT cukup berpotensi

mewujudkan kesejahteraan masyarakat, namun kawasan ini perlu

(25)

Kawasan lindung

Berdasarkan data yang diperoleh dari RPJMD Kabupaten Kaur Tahun

2011-2016 pada Bab II, menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur

didominasi oleh hutan negara (TNBBS, hutan lindung Raja Mendare, HPT/HP), serta

perkebunan rakyat. Kawasan hutan tersebut tersebar di Kecamatan Nasal, Maje,

Kaur Selatan, Tetap, Muara Sahung, Kinal, dan Padang Guci Hulu. Kecamatan

yang memiliki luas hutan terluas yaitu Nasal, Padang Guci Hulu, Maje dan Kinal.

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur jauh melebihi standar minimum

ketersediaan kawasan hutan 20% dari luas wilayah. Konversi lahan kawasan hutan

menjadi kawasan budidaya masih dimungkinkan dilakukan karena kawasan

budidaya secara lingkungan sudah optimal. Penggunaan lahan yang dapat

dikonversi berupa pemanfaatan lahan yang tidak produktif (tegalan, semak

belukar), yang luasnya mencapai 29.852,4 ha.

Pemanfaatan lahan pada kawasan Hutan Produksi atau Hutan Produksi

Terbatas pada saat ini tidak lagi memiliki nilai strategis bagi pembangunan

Kabupaten Kaur. Exploitasi kawasan HPT/HP yang telah dilakukan menimbulkan

kawasan-kawasan tidak produktif, berupa semak belukar dan padang ilalang.

Kawasan–kawasan tidak produktif tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan

produktif yang berwawasan lingkungan. Kondisi Kawasan Hutan Lindung Raja

Mendare dan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan secara umum

masih baik, walaupun di beberapa kawasan terdapat gambaran berupa titik-titik

berwarna merah yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan atau

(26)

Gambar 2.13.

Kondisi Tutupan Lahan (Ditinjau Dari Luas Lahan) di Kawasan Hutan Lindung Raja Mendara dan TNBBS

Alangal

Selatan - 2,844.7 60,519. 1,080.7 257.64 8.37 64.71

Hutan Lindung Raja Mendara 447.10 1,108.0 38,532. 231.64 153.33 10.34 42,569.

-Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD

Tahun 2011-2016

Gambar 2.14.

Kondisi Tutupan Lahan (Ditinjau Dari Prosentase) di Kawasan Hutan Lindung Raja Mendara Dan TNBBS

(27)

Kawasan hutan produksi ditetapkan berdasarkan data dari Kementerian

Kehutanan dan kriteria-kriteria teknis dalam pengawetan tanah. Kawasan Hutan

Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi

terbatas dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kriteria

dalam penetapan kawasan hutan produksi terbatas dengan pertimbangan

faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan. Pengembangan kawasan hutan

ini di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konservasi lainnya (SK. Menteri

Pertanian Nomor: 683/KPTS/Um/11/1980).

Tabel 2.6.

Kondisi Tutupan Lahan di Hpt Di Kabupaten Kaur

NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) %

HP. Air Sambat Hutan Belukar 1.498,02 77,30

Perkeb. Rakyat 439,23 22,66

Semak 0,74 0,04

Jumlah 1.938,00 100,00

HPT. Air Kedurang Hutan Belukar 2.054,43 50,66

Perkeb. Rakyat 1.972,05 48,63

Sungai/Danau 25,18 0,62

Tegalan/lading 3,66 0,09

Jumlah 4.055,32 100,00

Nama HPT Tutupan Lahan Luas (ha) %

HPT. Air Kinal Alangalang 254,41 4,57

Hutan Belukar 1.081,86 19,43

Hutan Lebat 2.661,22 47,80

Perkeb. Rakyat 1.435,43 25,78

Sungai/Danau 134,85 2,42

Jumlah 5.567,77 100,00

HPT. Bukit Kumbang Hutan Belukar 4.596,04 42,82

Hutan Lebat 2.529,78 23,57

Perkeb. Rakyat 3.345,39 31,17

Semak 250,48 2,33

Sungai/Danau 11,23 0,10

Jumlah 10.732,91 100,00

HPT. Kaur Tengah Hutan Belukar 5.407,45 38,81

Hutan Lebat 3.040,89 21,83

Perkeb. Rakyat 5.483,93 39,36

Jumlah 13.932,27 100,00

TWA. Way Hawang Kampung 0,49 0,76

(28)

Berikut disajikan grafik luas Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di Kabupaten

Kaur:

Gambar 2.15.

Luas Hutan Produksi Terbatas (Ha) di Kabupaten Kaur

Sumber: RPJMD Tahun 2011-2016

Dari gambar di atas, disajikan bahwa HPT. Kaur Tengah merupakan HPT dengan

luas tertinggi yakni memiliki luas kawasan 13.932,27 Hektar. Luas kawasan HPT Kaur

Tengah didominasi tutupan lahan perkebunan rakyat yang sebesar 5.483,93

Hektar. HPT lainnya yang mempunyai luas mencapai 10.732,91 Ha adalah HPT Bukit

Kumbang. Sedangkan HPT Air Sambat merupakan HPT dengan memiliki luas paling

sedikit yakni hanya mencapai luas 1.938 Hektar.

Potensi Pengembangan Wilayah

Kawasan strategis kabupaten (RTRW Kabupaten Kaur) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan (UU No. 26/2007). Dalam konteks rencana pengembangan wilayah

Kabupaten Kaur, kawasan strategis di dalam penanganannya diharapkan dapat

mewujudkan pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Kaur dan

mendorong percepatan pengembangan wilayah.

Selain itu, dalam konteks efisiensi pemanfaatan sumber daya yang diukur dari

(29)

dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya strategis yang mampu membangkitkan

putaran kegiatan lebih besar di masing-masing wilayah. Titik-titik tersebut akan

diikuti oleh terbentuknya kawasan-kawasan strategis yang diandalkan daerah

karena pengaruhnya terhadap perekonomian wilayah.

Dari uraian di atas, dijelaskan lebih lanjut mengenai hubungan kondisi

geografi daerah dengan potensi pengembangan kawasan budidaya yang

berpedoman pada rencana tata ruang wilayah yang ada. Adapun prioritas

pemanfaatan ruang meliputi:

1. PerwujudanKawasan Strategis Kabupaten;

2. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kaur;

3. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kaur.

secara rinci kedua hal tersebut diuraikan sesuai dengan Recana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kaur.

Fokus Kesejahteraan Sosial

a. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk

menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah. Karena itu, perencanaan

pembangunan daerah semakin mengarah pada tujuan untuk meningkatkan

sumber daya manusia yang bermuara pada peningkatan IPM. Pembangunan

manusia merupakan inventasi jangka panjang. Oleh karena itu, program

pembangunan dalam upaya meningkatkan IPM tidak semata intervensi langsung

terhadap komponen IPM, tetapi harus bersifat holistik dan menyeluruh pada

segenap unsur kesejahteraan manusia.

Selama 6 (enam) tahun terakhir, kondisi pembangunan manusia di

Kabupaten Kaur menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana ditunjukkan

oleh perkembangan IPM wilayah. Berikut disajikan perkembangan IPM Kabupaten

(30)

Gambar 2.16.

Perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Kaur tahun 2010-2015

Sumber: IPM Kabupaten Kaur Tahun 2016

Khusus tahun 2014, perhitungan IPM sudah menggunakan metode baru

sehingga tidak bisa dibandingkan dengan IPM tahun-tahun sebelumnya.

Peningkatan IPM, tercermin dari peningkatan komponen pendukungnya yang

menunjukkan adanya perbaikan pembangunan bidang kesehatan, pendidikan,

dan kemampuan ekonomi. Perbaikan pembangunan kesehatan, tercermin dari

meningkatnya Angka Harapan Hidup dari 67,54 pada 2011, berturut-turut

meningkat menjadi 67,85 (2012), 67,93 (2013) dan pada tahun 2014 mencapai

67,93.

Peningkatan bidang pendidikan, ditandai dengan semakin berkurangnya

penduduk yang buta huruf dan bertambahnya rata-rata lama sekolah. Harapan

Lama Sekolah (HLS) di Kabupaten Kaur menurun dari 97,37 persen pada tahun

2013, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2014 yang menjadi 95,28

persen. Komponen rata-rata lama sekolah juga menunjukkan penurunan. Bila

pada tahun 2012 pada capaian angka 8,15 tahun, maka perubahan terjadi pada

tahun 2014 menurun menjadi 7,90 tahun.

Perbaikan ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran

(31)

bahwa IPM merupakan tingkat kesenjangan antara apa yang sudah dicapai oeh

suatu daerah dengan kondisi ideal (IPM=100). Artinya jika IPM Kabupaten Kaur

berada pada nilai 71,54 masih mengalami kesenjangan 28,46 poin lagi untuk

mencapai kondisi ideal. Laporan BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun

2013-2014, kesenjangan tersebut telah tereduksi sebesar 1,40 poin berdasarkan metode

reduksishortfall.

Reduksi shortfall mengasumsikan bahwa laju perubahan IPM tidak linear, tetapi akan semakin melambat pada nilai IPM yang lebih tinggi. Reduksi shortfall

yang rendah menunjukkan bahwa kinerja pembangunan manusia cenderung

melambat dan membutuhkan semakin lama waktu untuk mencapai kondisi yang

diiinginkan. Apabila Kabupaten Kaur menargetkan pencapaian IPM sebesar 80

(Nilai IPM dengan Kategori Tinggi), sementara reduksishortfall hanya berada pada kisaran 2,37 poin seperti yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan waktu lama untuk

mencapai nilai 80 tersebut. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh UNDP,

tingkat pencapaian IPM dikategorikan dengan standar sebagai berikut:

NILAI IPM STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA

< 60

60 ≤ IPM < 70

70 ≤ IPM < 80

≥ 80

RENDAH

SEDANG

TINGGI

SANGAT TINGGI

Atas dasar kriteria tersebut, maka IPM Kabupaten Kaur pada Tahun 2014

termasuk dalam kategori tinggi.

b. Kesetaraan Gender

Kesataraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan

dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu

(32)

(IPG) digunakan untuk mengukur dimensi yang sama dan menggunakan indikator

yang sama dengan IPM namun lebih diarahkan untuk mengungkap ketimpangan

antara laki- laki dan perempuan.

Tabel 2.7.

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu 2010- 2014

No. Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bengkulu Selatan 91,71 91,82 92,16 93,60 94,00

2 Rejang Lebong 91,57 92,26 92,43 92,44 92,55

3 Bengkulu Utara 89,87 90,29 90,57 91,09 91,32

4 K a u r 81,63 83,15 84,39 85,34 85,66

5 Seluma 81,33 82,81 83,29 83,51 84,80

6 Muko Muko 82,58 82,95 83,13 83,84 84,25

7 Lebong 89,02 89,83 89,85 90,45 91,11

8 Kepahiang 91,11 92,42 93,73 93,75 94,99

9 Bengkulu Tengah 78,38 78,53 80,54 80,83 84,68

10 Kota Bengkulu 91,48 92,59 93,53 94,34 95,71

BENGKULU 88,88 89,47 90,51 90,55 91,02

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang disusun dari

beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan wanita dalam proses

pengambilan keputusan dibidang politik dan ekonomi. Indikator-indikator itu

adalah indeks keterwakilan parlemen, indeks pengambilan keputusan, dan indeks

distribusi pendapatan. Nilai indeks bernilai antara 0 – 100 persen. Artinya, bila nilai

IDJ semakin tinggi maka perempuan semakin berperan aktif dalam kehidupan

ekonomi dan politik atau makin sempurna pemberdayaannya.

Tabel 2.8.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu 2012- 2014

No. Kabupaten/ Kota 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bengkulu Selatan 62,06 63,45 58,63

(33)

7 Lebong 69,50 69,77 77,91

8 Kepahiang 67,70 66,65 77,61

9 Bengkulu Tengah 62,70 64,50 66,22

10 Kota Bengkulu 75,21 75,64 75,97

BENGKULU 69,57 73,45 68,76

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

c. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Angka Harapan Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam

tahun) yang diharapkan oleh anak pada umur tertentu di masa datang,

merupakan salah satu indikator pembangunan manusia di bidang pendidikan.

Berikut disajikan beberapa indikator pendidikan Kabupaten Kaur pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.9.

Indikator Pendidikan Kabupaten Kaur, 2014-2015

Uraian 2014 2015

• Angka Harapan Sekolah (EYS) 12,42 12,82

• Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 7,76 7,78

Angka Partisipasi Sekolah:

• 07 – 12 tahun 99,61 99,54

• 13 – 15 tahun 98,64 96,04

• 16 – 18 tahun 75,72 74,72

Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Kaur, 2016

Pada tahun 2015, Angka Harapan sekolah penduduk Kabupaten Kaur

mencapai 12,82 persen. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk

Kabupaten Kaur lamanya bersekolah hanya batas SMA atau setingkat SMA.

Rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Kaur adalah

berpendidikan SMP. Indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,78

(34)

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

a. Seni Budaya

Kabupaten Kaur mempunyai keberagaman suku bangsa (etnik) yang secara

toleran mampu hidup berdampingan dan menyebar di seluruh wilayah

kabupaten. Keunikan dari heterogenitas masyarakat salah satunya karena letak

geografis Kabupaten Kaur, yakni antara lingkungan daratan dan lautan, sehingga

hidup masyarakat bergantung pada kedua wilayah tersebut. Struktur masyarakat

Kabupaten Kaur paling tidak terdiri dari 2 (dua) suku/etnis asli yaitu: (1) Suku

Serawai (dengan marga Kaur, Luas dan Nasal); (2) Suku Semendo/Pasemah (dengan marga Saung dan Padang Guci).

Adapun Penyebarannya berdasarkan pengamatan dimana suku Serawai

kebanyakan tinggal di daerah Semidang Gumay, Kaur Tengah, Kaur Selatan,

Tetap dan Maje. Sedangkan suku Semendo/Pasemah tinggal di daerah

Kecamatan Tanjung Kemuning, Kelam Tengah, Padang Guci Hulur, Padang Guci

Hilir, Kaur Utara, Lungkang Kule dan sebagian kecil di daerah Muara Sahung.

Secara etnis masyarakat yang ada di Kabupaten Kaur merupakan bagian

dari etnis-etnis besar yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Dua etnis besar,

Serawai dan Semendo merupakan bagian dari Etnis Semendo yang ada di wilayah

OKU, dan Etnis Serawai yang ada di Pagar Alam, dan Lahat. Karakteristik etnis-etnis

tersebut dikatagorikan sama dengan etnis-etnis yang ada dipusat-pusat

penyebaran etnis tersebut. Secara umum karakteristik mereka sama yaitu

merupakan masyarakat petani ladang atau kebun yang kebiasaan mereka

menanam karet atau kopi, mereka umumnya kurang menggeluti kegiatan

pertanian lahan basah (sawah) atau hortikultura, mereka tidak menyukai

menangkap ikan di laut serta memiliki tingkat asimilasi yang masuk pada katagori

rendah.

Suku Jawa, Batak, Minang dan Lampung merupakan penduduk pendatang

di Kabupaten Kaur. Sebagian besar suku Jawa merupakan transmigran yang

tinggal di beberapa unit pemukiman transmigrasi (UPT) di Kabupaten Kaur, baik

yang masih dalam pembinaan maupun yang telah menjadi desa definitif. Mereka

(35)

untuk mencari pekerjaan dan akhirnya tinggal menetap di Kaur. Interaksi antara

penduduk asli dengan pendatang berjalan dengan baik. Pendatang pada

umumnya mempunyai sikap toleransi yang tinggi, sehingga mereka lebih mudah

untuk beradaptasi dengan penduduk asli. Keberagaman suku/etnis di Kabupaten

Kaur juga berdampak dengan keberagaman kesenian yang berkembang di

masyarakat, yaitu di antara lain : mainangan, rabana, berdendang, ringit dan

kuda lumping.

b. Olahraga

Perkembangan olahraga di Kabupaten Kaur selama ini belum begitu

berkembang secara optimal pada setiap cabang oleharaga. Hanya beberapa

cabang olahraga saja yang mampu berprestasi di level provinsi maupun nasional,

yaitu: pencak silat, catur dan sepak takraw (kelompok umur yunior). Sarana prasarana olahraga yang tersedia di Kabupaten Kaur meliputi: lapangan sepak

bola, lapangan sepak takraw, lapangan volly yang persebarannya hampir di

setiap kecamatan. Lapangan tersebut masih berupa lapangan desa yang ukuran

dan kualitasnya seadanya atau tidak standar. Bakat-bakat atlet olah raga yang

muncul saat ini adalah atlet bakat alami, dimana ketrampilan mereka terbentuk

dari latihan sendiri/bukanlah hasil binaan klub. Selanjutnya, sarana dan prasarana

olahraga yang saat ini sudah dimiliki Kabupaten Kaur dalam kualitas yang belum

begitu baik, namun sudah dapat dikatakan layak penggunaannya adalah:

Lapangan Futsal, Lapangan Basket, Lapangan Batminton dan Lapangan Tenis.

Persebarannya dominan pada pusat kota/ibukota Kabupaten Kaur (Bintuhan).

Melalui pembangunan fasilitas ini diharapkan daerah mampu melahirkan

atlet-atlet olahraga yang mampu bersaing dengan daerah lainnya secara nasional

maupun internasional.

Aspek Pelayanan Umum

A. Pelayanan Pendidikan

Upaya pembangunan bidang pendidikan terus melakukan pembenahan

baik yang bersifat peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada

masyarakat maupun kualitas pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar

(36)

siswa dalam menghadapi persaingan di jenjang yang lebih tinggi di Kabupaten

Kaur.

Standar kelulusan nasional merupakan salah satu indikator dan alat ukur

keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Kaur, oleh karena

itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan upaya dan partisipasi aktif

dari semua pihak dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Kaur,

terutama peranan pemerintah kabupaten Kaur dan masyarakat secara umum

untuk peduli dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Jumlah lembaga pendidikan, di Kabupaten Kaur pada tahun 2015 yang

meliputi pendidikan dasar sampai menegah atas Kabupaten berupa lembaga

sekolah baik itu negeri maupun swasta sebanyak 224 yang terdiri atas:

Gambar 2.17.

Lembaga Sekolah (Negeri Dan Swasta) Setiap Strata Pendidikan Di Kabupaten Kaur Tahun 2015

Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2016

Adapun jumlah murid pada masing-masing strata pendidikan dijelaskan

(37)

Gambar 2.18.

Jumlah Murid Pada Lembaga Sekolah (Negeri Dan Swasta) Setiap Strata

Pendidikan Di Kabupaten Kaur Tahun 2015

Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2015

Jumlah guru baik itu berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS) maupun honorer yang

mengajar di masing-masing sekolah pada tahun ajaran 2013/2014 terdiri atas

SD/MI sebanyak 1.496 orang, SMP/MTs sebanyak 596 orang dan SMA/MA/SMK

sebanyak 361orang. Sementara perbandingan jumlah guru yang mengajar di

sekolah dengan murid ditunjukkan dengan rasio murid dan guru. Rasio murid dan

guru pada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 11untuk murid-guru SD/MI, 11

untuk SMP/MTs, dan sebesar 12 untuk SMA/MA/SMK. Hal ini menunjukan bahwa 1

orang guru SD/MI mengajar 11 orang murid.

1. Pendidikan Pra-Sekolah

Untuk tahun ajaran 2014, di Kabupaten Kaur terdapat 4.168 orang murid TK

dan guru TK berjumlah 570 orang . Jumlah murid meningkat dari tahun ajaran 2013,

dimana pada tahun 2013 Kabupaten Kaur memiliki murid Taman Kanak-Kanak

dengan jumlah 3.613 orang, akan tetapi jumlah guru TK bertambah dari 441.

2. Pendidikan Dasar 6 Tahun

Program wajib belajar 6 (enam) tahun merupakan pembangunan di bidang

(38)

jenjang pendidikan dasar sementara di sisi lain jumlah usia sekolah pada jenjang

pendidikan dasar mengalami peningkatan mengungkapkan bahwa program

wajib belajar dasar 6 tahun tersebut kurang berhasil atau mengalami kendala.

Perbandingan Jumlah Murid SD di Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2012/2013

s.d TA 2013/2014. Jumlah murid pendidikan dasar (SD) tahun ajaran 2013/2014

adalah 15.104 dibandingkan tahun ajaran 2012/2013sebanyak 14.548, atau

mengalami kenaikan sebanyak 556 murid (3,82 %). Kenaikan murid juga terjadi di

sekolah MI pada tahun ajaran 2013/2014 yaitu 748, hal ini dipengaruhi oleh adanya

penambahan MIS baru di kecamatan Nasal.

Perbandingan Jumlah Murid SD - MI dirinci menurut jenis kelamin di

Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2013/2014 Terjadi perimbangan perbandingan

jumlah murid pendidikan tingkat dasar berdasarkan jenis kelamin. 52% berjenis

kelamin laki-laki dan 48% berjenis kelamin perempuan. Tahun ajaran 2012/2013 di

Kabupaten Kaur terdapat pengurangan 1 sekolah tingkat dasar dari total 139

sekolah menjadi 138 sekolah pendidikan dasar. Perkembangan Jumlah Guru

Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Kaur Tahun Ajaran 2012/2013 dari 884

menjadi 978 orang 2013/2014.

Program Pendidikan kelanjutan dari wajib belajar 6 tahun yang digulirkan

pemerintah dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan adalah

pendidikan tingkat lanjutan pertama atau dikenal dengan istilah pendidikan dasar

wajib belajar 9 tahun, dimana kementrian pendidikan nasional melakukan

beberapa terobosan agar beban masyarakat yaitu diantaranya melakukan

pembebasan biaya untuk sekolah sampai tingkat SMP. Di Kabupaten Kaur seiring

dengan bertambahnya jumlah murid ditingkat pendidikan tingkat lanjutan

pertama ini peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu prioritas utama,

dengan melakukan penambahan tenaga profesional pengajar (guru) dan sarana

infrastruktur pendukung dari pembangunan pendidikan di Kabupaten Kaur, pada

tahun 2014 terjadi penambahan jumlah murid tingkat lanjutan pertama (Mts)

hanya bertambah dari 856 pada tahun 2010 ini jumlah murid Mts menjadi 736. 90%

murid pendidikan dasar 9 tahun bersekolah di pendidikan SLTP, sedangkan hanya

(39)

Tahun 2014 jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Kaur untuk jenjang

pendidikan tingkat pertama berjumlah 38 sekolah yang terinci 41 sekolah SLTP dan

8 sekolah MTs. Rasio guru terhadap sekolah 11,68 Jumlah Guru 443 orang, artinya 1

guru di kab. Kaur menanggani 12 murid, Rasio sekolah MTs terhadap murid 92,

sedangkan rasio Guru terhadap murid 20,87. pada sekalah MTSN terjadi

penambahan jumlah guru dari 115 menjadi 167 karena ada Penambahan Sekolah.

3. Pendidikan Menengah Tingkat Lanjutan Atas

Pencanangan Wajar 12 tahun sudah sangat mendesak. Sebab, maraknya

pungutan yang dilakukan sekolah terhadap siswa di jenjang SMA dan SMK (Data

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2010), oleh karena itu

wacana pencanangan pendidikan Wajib Belajar 12 tahun saat ini sedang

diupayakan oleh kementerian Pendidikan Nasional, dalam rangka persiapan

wacana tersebut dibutuhkan kesiapan pembangunan kualitas pendidikan

menengah atas harus lebih ditingkatkan, untuk mewujudkan Wajar 12 tahun harus

ada pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SMA dan SMK. Sekarang

ini, sudah ada insentif serupa yang diberikan kepada sekolah menengah yaitu

Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), keinginan pemerintah adalah

keterjangkauan oleh masyarakat dalam mendapatkan kelayakan dibidang

pendidikan. Jumlah Murid untuk jenjang pendidikan tingkat lanjutan atas pada

tahun ajaran 2013/2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan hal ini ini

dipengaruhi oleh adanya tambahan pencatatan dari Diknas Kab. Kaur untuk

jumlah murid yang bersekolah di MA 263 dengan jumlah guru 33 dan rasio guru

terhadap murid 8 %, untuk jumlah murid yang bersekolah di SMA 2.782 dengan

jumlah guru 202 dan rasio guru terhadap murid 21,06%, sedangkan di sekolah

keagamaan MA di tahun 20011/2012 terjadi penurunan ditahun 2011/2012. minat

pelajar belajar di bangku Sekolah jenis SMA lebih mendominasi di Kabupaten Kaur

sebesar 68% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011/2012 terjadi penambahan

SMK, sedangkan minat pelajar yang duduk dibangku sekolah kejuruan mencapai

24%, dan minat pelajar belajar di bangku sekolah Madrasah Aliyah mencapai 8%.

B. FASILITAS KESEHATAN

(40)

yaitu meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan

sarana kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Kaur oleh

pemerintah kabupaten Kaur terus dilakukan pembenahan dan berupaya

melakukan pelayanan kesehatan untuk lebih dekat dengan masyarakat, hal ini

terbukti dengan dibangunnya beberapa fasilitas kesehatan di beberapa

kecamatan dengan dilengkapi dengan fasilitas kesehatan pendukungnya, sampai

pada tahun 2012 Kabupaten Kaur menyediakan fasilitas kesehatan untuk umum 1

buah Rumah Sakit, 16 buah puskesmas dan 29 buah puskesmas pembantu dan 34

Pos Kesehatan Masyarakat Desa serta 5 Apotek tersebar dalam ke lima belas

kecamatan di kabupaten Kaur, pelayanan kesehatan diharapkan mampu

mencapai ke daerah terpencil. Dinas kesehatan kabupaten Kaur menyediakan

Poskesdes yang dilokasikan didaerah daerah sulit terjangkau sebagai pos

penanggulangan kesehatan garda paling depan di kabupaten Kaur ini.

1. Tenaga Medis

Tahun 2013 tercatat mempunyai Dokter 34 Orang, Dokter spesialis 5,Dokter

gigi 4 dan Dokter Umum 25,Kabupaten Kaur di tenaga medis 373 tenaga

medis di berbagai profesi kesehatan, dibanding tahun 2012 terjadi kenaikan

sebesar 71 jumlah tenaga medis di kabupaten Kaur.Pada tahun 2012, Tenaga

medis di Kabupaten Kaur302 tenaga medis. Selain dokter,perawat kesehatan

dan bidan merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tenaga perawat kesehatan

berperan dalam memberi tindakan atau pertolongan pertama kesehatan

sebelum ditangani dokter. Sedangkan bidan terutama bidan desa selain

berperan menolong persalinan secara medis, juga berperan sebagai tenaga

kesehatan terutama di daerah terpencil, fenomena kenaikan tenaga medis

di kabupaten Kaur di tahun 2010, lebih banyak dipengaruhi oleh adanya

penambahan dari formasi PNS di bidang kesehatan, sebagai tindak lanjut

peningkatan pembangunan di bidang kesehatan dan meningkatkan rasio

jumlah tenaga medis dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang

(41)

2. Keluarga Berencana

Dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang No. 10 tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

disebutkan bahwa, perkembangan kependudukan diarahkan pada

pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas, serta

pengarahan mobilitas penduduk. Pengendalian jumlah penduduk di

Indonesia diimplementasikan pemerintah dalam bentuk pelaksanaan

program Keluarga Berencana (KB). Berdasarkan data dari Badan

Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan KB Kabupaten Kaur, jumlah

peserta KB aktif atau akseptor aktif di Kabupaten Kaur pada tahun 2014

tercatat 19.635 orang. Dibandingkan dengan tahun 2013 yang jumlahnya

mencapai 22.485 orang, didapati jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Kaur

mengalami penurunan.

Akseptor aktif di Kabupaten Kaur umumnya lebih banyak menggunakan alat

kontrasepsi suntikan dan pil. Pada tahun 2014 tercatat 7.614 orang yang

menggunakan alat kontrasepsi pil,2.730 orang menggunakan Implant

dan7.136 orang menggunakan Suntikan. Menggunakan IUD 1.185 orang dan

akseptor KB yang menggunakan kondom sebanyak522 orang.

2.7 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.7.1 Sub Bidang Air Minum

Pada umumnya di wilayah kabupaten Kaur hampir sebagian besar mengalami

krisis air minum dimana untuk wilayah yang tinggi sulit mendapatkan air tanah dan

diwilayah pesisir/pantai mudah mendapatkan air akan tetapi kualitas airnya buruk

(ada zat kapur dan agak payau), Sarana dan Prasarana Air Minum di Kabupaten

Kaur sudah tersedia akan tetapi belum beroperasi dengan maksimal dikarenakan

biaya operasional yang diperlukan sangat tinggi karena sistem yang dipakai untuk

penyediaan air minum tersebut terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum di

kota Bintuhan (Ibu Kota Kabupaten) menggunakan sistem pompanisasi.

Sedangkan untuk wilayah Padang Guci (kecamatan Padang Guci Hulu dan Kaur

(42)

air baku terutama pada waktu musim kemarau untuk itu perlu mencari alternatif

sumber air baku yang baru untuk dapat memenuhi kebutuahan air minum wilayah

tersebut dan wilayah sekitarnya. Sedangkan Sarana dan Prasarana Air Bersih

perdesaan yang selama ini terus diupayahkan Pembangunannya baik melalui

dana DAK maupun dana DAU sangat terasa sekali manfaatnya bagi masyarakat

perdesaan walaupun disana sini masih banyak persoalan terutama mengenai

pengelolaannya.

Agar permasalahan tersebut di atas dapat teratasi semua perlu dibuat Sarana dan

Prasarana Air Bersih/Air Minum dengan Kapasitas yang besar dengan sistem

gravitasi yaitu Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih/Air minum dengan

sumber air baku Air Napal Hitam yang berlokasi di Padang Guci Hulu, disamping

bermanfaat untuk ketersediaan air minum di Kabupaten Kaur kemungkinan besar

air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti, irigasi maupun untuk

pembangkit listrik.

2.7.2 Sub Bidang Sampah

Sarana kebersihan di Kabupaten Kaur masih sangat terbatas, terdiri dari fasilitas

pengangkutan (truk, bak sampah, tong sampah, TPS). Jumlah truk sampah

sebanyak 2 buah, Bak Sampah (TPS) sebanyak 5 buah, tong sampah sebanyak 40

buah dan Tempat Pembuangan Akhir sebanyak 1 buah dengan kapasitas ± 0,3 ha

yang berlokasi di wilayah Latihan Kecamatan Kaur Selatan. Fasilitas ini masih

difokuskan untuk menangani persampahan di wilayah Kecamatan Kaur Selatan

saja, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan kecamatan lain. Untuk itu

diperlukan sarana dan prasarana persampahan yang lebih banyak dan lebih baik

lagi agar permasalahan sampah di Kabupaten Kaur (15 kecamatan ) dapat

diatasi.

2.7.3 Sub Bidang Air Limbah

(43)

Permasalahan air limbah memang belum menjadi persoalan yang signifikan di

Kabupaten Kaur saat ini, mengingat perkembangan aktivitas penghasil limbah

seperti industri belum berkembang pesat. Namun dalam beberapa tahun ke

depan, perkembangan industri yang berpotensi menghasilkan air limbah perlu

diantisipasi sedini mungkin.

Instalasi (IPLT) akan dilaksaanakan tahun 2018 oleh satker PLP, sehingga dapat

mengurangu permasalahan limbah kab .kaur

2.7.4 Sub Bidang Drainase

Sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini (2017) Kabupaten Kaur belum memiliki

masterplan dan data panjang drainase saluran terbuka dan saluran air hujan

tertutup, meskipun pembangunan saluran drainase selalu diprogramkan setiap

tahun dalam APBD. Sedangkan pada kawasan-kawasan tertentu, masih sering

tergenang pada saat hujan, seperti di bebarapa kawasan Kecamatan Kaur

Selatan, Kecamatan Tetap dan Kecamatan Kaur utara. Untuk itu di tiga

kecamatan tersebut perlu dibuat sistem drainase yang lebih baik, karenanya

diperlukan suatu rujukan yaitu Master Plan atau Outline Plan Drainase. Melalui

dokumen tersebut, dimensi saluran dapat disesuaikan dengan aliran air

permukaan (run off) yang harus dialirkan.

Pembangunan drainase merupakan usulan yang hampir muncul dari setiap desa

pada saat dilakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang),

baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa

drainase merupakan kebutuhan utama masyarakat dalam menata lingkungan

permukiman. Pembangunan saluran drainase tidak hanya berfungsi untuk

mengendalikan genangan pada saat terjadi hujan, melainkan juga untuk

menjaga kesehatan lingkungan agar masyarakat terhindar dari penyakit.

2.7.5 Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan

Penerapkan garis sepadan bangunan di Kabupaten Kaur sangat sulit dilaksanakan

dikarenakan rumah-rumah penduduk sudah berdiri dan belum menggunakan garis

(44)

disamping mengedepankan keselamatan terutama masalah kebakaran yang

perlu diperhatikan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Kaur. Pada tahun 2008,

Pemerintah Kabupaten Kaur telah menyusun Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) di dua lokasi. Pertama adalah Desa Pasar Lama Kecamatan

Kaur Selatan, dan ke dua adalah Desa Linau Kecamatan Maje.

2.7.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Di Kota Bintuhan, yang merupakan ibu kota Kabupaten Kaur, masih sangat perlu

ditata permukimannya agar terwujud Kota Bintuhan yang sehat, aman, serasi dan

teratur. Daerah-daerah yang rawan banjir dan kumuh perlu ditata sehingga lebih

sehat dan nyaman. Untuk itu di daerah-daerah tersebut perlu dibuat jalan-jalan

lingkungan untuk memudahkan akses (aktivitas) dan saluran (drainase) yang

dapat mengurangi genangan air ketika hujan.

Pengembangan sub bidang permukiman memiliki lingkup kegiatan yang paling

luas dibandingkan sub bidang lain. Salah satu aspek pengembangan permukiman

yang telah ada di Kabupaten Kaur adalah program pengembangan kawasan

Agropolitan dan pengembangan kawasan Minapolitan. Kedua program tersebut

merupakan suatu konsep membangunan kawasan permukiman berstandar

perkotaan di kawasan pertanian (Agropolitan) dan perikanan (Minapolitan).

Kawasan Agropolitan terletak di Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan,

sedangkan kawasan Minapolitan berlokasi di Kecamatan Nasal, yang didukung

oleh Kecamatan Muara Sahung dan Kecamatan Kelam Tengah sebagai

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.2.
Tabel 2.3.Jarak Lurus Ibukota Kecamatan Dengan Ibukota Kabupaten Di Kabupaten
Gambar 2.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila hal ini ingin lebih dicermati, sebenarnya dapat dilakukan estimasi yang lebih cermat dengan melakukan pendekatan dengan perhitungan statistik untuk pengujian

Sedangkan bagi pemerintah atau instansi terkait diharapkan untuk mengkaji kembali ketentuan/peraturan yang dinilai menjadi kendala dalam pengembangan usaha rumput laut dan

Untuk memudahkan pembicaraan, Anda dapat memilah lokasi benda pada ruang- ruang (lihat Gambar 6). Ruang I: antara titik fokus sampai cemin. Ruang III: lebih dari

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA

Berdasarkan aduan pelajar dan tindakan pembaikan yang telah dilaksanakan oleh pihak kontraktor didapati terdapat jenis-jenis kerosakan yang boleh dielak atau dicegah

Analisis Kesulitan Kognitif dan Masalah Afektif Siswa SMA dalam Belajar Matematika Menghadapi Ujian Nasional.. Self-efficacy: the exercise of

Sedangkan di Puskesmas Adimulyo, dari sasaran sejumlah 3.398 PUS, yang sudah dilakukan pemeriksaan IVA sebanyak 825 perempuan (24,27%) dengan IVA (+) 133 kasus dan curiga kanker

akan terjangkau serta masyarakat yang tidak memiliki kartu fisiknya, mereka masih tetap bisa berobat dengan menggunakan mobile JKN dengan aplikasi pintar tersebut. f.) jenis