• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glaziovii M.A)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glaziovii M.A)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

107 Devi Handayani

Mahasiswa Prodi Magister Pendidikab Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh

Korespondensi: devihandayani25@gmail.com

UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculataLamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR

SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glazioviiM.A)

ABSTRAK: Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman kapur sirih, ekstrak daun ubi karet dan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas, telah dilaksanakan bulan Mai 2013 dikawasan Gampong Doi Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Metode penelitian ini adalah metode experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x4 dengan 16 perlakuan dengan 4 ulangan. Per-lakuan dengan dua faktor yaitu konsentrasi rendaman air kapur sirih (K) dan konsentrasi ekstrak daun ubi karet (U) dengan masing-masing konsentrasi 0%, 1,25%, 2,5% dan 3,75%. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa pada rendaman air kapur sirih menyebabkan keong mas mati dengan cepat pada 48 jam perlakuan, dan dengan menggunakan ekstrak daun ubi karet menyebabkan mor-talitas keong mas mati pada 72 jam, sedangkan pada perlakuan antara kombinasi rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet menyebabkan kematian yang sangat cepat pada 24 jam perlakuan. Simpulan penelitian (1) Rendaman kapur sirih berpengaruh terhadap mortalitaas keong mas, (2) Ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas, dan (3) Kombinasi antara ren-daman air kapur dan ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas.

Kata Kunci: Keong mas, Kapur dan ekstrak daun ubi karet

THE EFFECTIVENESS TEST OF GOLDEN SNAIL (Pomacea canaliculataLamark) CONTROL ON PADDY IN THE FIELD BY USING WHITING WATER IMMERSION (CaCO3) AND CEARA RUBBER LEAVES EXTRACTS (Manihot glaziovii M.A.)

ABSTRACT:It had been conducted a research entitled “The study aims to determine the effect of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract and the combination of whiting water immersion and ceara leaves extract toward the mortality of golden snail. The study was conducted on May 2013 in Gampong Doi, district of Ulee Kareng, Banda Aceh. The method used in this stu-dy is an experimental method using a completely randomized design (CRD) with a 4x4 factorial pattern with 16 treatments repeated four times. The treatment consists of two factors: the concen-tration of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract, in which each of concentra-tions is 0%, 1.25%, 2.5% and 3.75%. The results showed that whiting water immersion causes snails die rapidly at 48 hours of treatment, and the use of ceara rubber leaves extract cause snails die at 72 hours of treatment, whereas the combination from both of them cause rapid death at 24 hours of treatment. The conclusion of the study (1) Whiting water immersion influences the mor-tality of golden snail, (2) Ceara rubber leaf extract influences the mormor-tality of golden snail and (3) combination of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract influences the mortality of golden snail.

Keywords: Golden snail, whiting and ceara rubber leaf extract

PENDAHULUAN

Keong mas atau disebut siput murbei ( Poma-cea canaliculata Lamarck) merupakan siput air tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1981 sebagai hewan hias. Ada dua pendapat ten-tang masuknya keong mas ke Indonesia, yaitu de-ngan membiakkannya sebagai hewan hias untuk komoditas eksport, dan dipihak lain keong mas

menjadi hama pada tanaman (Hendarsih dan Nia, 2009).

(2)

sehing-ga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Ji-ka populasi tanaman di peraian berkurang akibat dimakan keong mas, maka lingkungan akan kum-uh dan kesehatan masyarakat terganggu (Carlsson, 2006).

Untuk menekan populasi dan mengurangi kerusakan tanaman oleh keong mas dapat dilaku-kan pengendalian secara terpadu. Pengendalian ke-ong mas pada tanaman budidaya perlu dilakukan sejak persiapan tanam hingga setelah panen (Hen-darsih dan Nia, 2009).

Keong mas maupun telur keong mas berada pada daerah yang mempunyai kelembaban yang tinggi atau berada di sawah, yang terendam air dal-am jangka waktu yang ldal-ama (Sydal-am dan Wurjan-dari, 2005). Apabila lahan berada dalam kondisi tergenang, keong mas akan berkembang secara ce-pat dan apabila lahan dalam keadaan kering, hama ini masih dapat hidup dengan istirahat didalam ta-nah.

Keong mas mampu bertahan hidup didalam tanah sampai 6 bulan lamanya dan jika mendapat pengairan maka keong akan berkembangbiak kem-bali. Keong mas muda memakan ruas-ruas tanam-an padi ytanam-ang masih muda (umur ± 1-2 bultanam-an) dtanam-an membuat ruas-ruas tanaman menjadi patah berse-rakan di sekitar rumpun tanaman padi. Dampak terburuk adalah produktivitas sawah semakin me-nurun, bahkan gagal panen (IRRI, 2003). Populasi keong mas yang tinggi dapat merusak tanaman padi sampai 100% (Hamidy dkk., 2004; Anony-mous, 2004; Sery dkk., 2006; dan Syahpriansyah dkk., 2009).

Berbagai langkah penanggulangan keong mas telah dilakukan, mulai dari pengendalian seca-ra mekanik, kultur teknik hingga biologis. Dalam penerapannya banyak mengalami hambatan, se-hingga keong mas mudah berkembang biak karena bersifat hemaprodit dan menempati lahan yang sangat luas.

Pengendalian hama di Indonesia dilakukan dengan menggunakan moluskisida sintetis (pesti-sida) yang tinggi, sehingga dapat mencemari ling-kungan serta mengganggu organisme non target seperti musuh alami dan manusia (Sulistiono, 2007). Pengendalian dengan menggunakan molus-kisida sintetis berakibat keong mas dapat terbunuh, tetapi cangkang akan tertinggal di dalam. Hal ini akan menimbulkan masalah baru bagi petani yang melukai telapak kaki, sehingga perlu kegiatan un-tuk petani mengumpulkan cangkang diareal yang telah diberi pestisida (Hamidy dkk., 2004).

Pemanfaatan pestisida untuk menekan per-tumbuhan keong mas di sawah pada saat ini tidak

banyak dilakukan oleh petani, karena mempe-ngaruhi pertumbuhan tanaman padi (Anonimous, 2004). Sebagai upaya dalam mengatasi perkem-bangan hama secara luas perlu dilakukan teknologi pengendalian yang tepat, efektif dan ramah lingku-ngan. Salah satu cara pengendalian hama dianta-ranya melalui penerapan moluskisida nabati seperti daun sirih hutan, daun tembakau dan pinang yang sudah di lakukan oleh orang lain. Sejauh ini renda-man kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet belum ada yang teliti, maka peneliti tertarik untuk mene-liti rendaman kapur sirih (CaCO3) dan ekstrak daun ubi karet (Manihot glazioviiM.A) yang men-jadi agen kimia dalam membasmi keong mas.

Rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet sangat efektif dilakukan sebagai pengen-dalian hama pada padi sawah karena selain dapat menetralkan tanah asam, kapur juga dapat dija-dikan sebagai pupuk untuk menambah unsur kal-sium yang berkurang akibat panen, erosi serta un-tuk menggemburkan tanah. Pada daun ubi karet mengandung zat toksik yaitu asam sianida (HCN) yang dapat mengendalikan hama keong mas. Pene-litian memakai rendaman kapur sirih terhadap pe-ngendalian keong mas belum pernah dilakukan, sehingga perlu pembuktian dengan judul uji efekti-vitas pengendalian keong mas pada padi sawah dengan menggunakan rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pe-ngaruh rendaman kapur sirih terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck), Un-tuk mengetahui pengaruh ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas dan untuk menge-tahui pengaruh rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas ( Po-macea canaliculata Lamarck).

METODE

(3)

109

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Terhadap Keong Mas

Faktor Air Kapur (K)

Ekstrak daun ubi

karet (U)

Konsentrasi K0 (0 %) K1 (1,25 %) K2 (2,5 %) K3 (3,75 %)

U0 (0 %) U0K0 U0K1 U0K2 U0K3

U1 (1,25%) U1K0 U1K1 U1K2 U1K3

U2 (2,5%) U2K0 U2K1 U2K2 U2K3

U3 (3,75%) U3K0 U3K1 U3K2 U3K3

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah laju mortalitas (jam) dan jumlah mortalitas keong mas berdasarkan tingkat konsentrasi (in-dividu). Kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Prosedur Penelitian

Pembiakkan keong mas

Induk keong mas di ambil dari sawah dan di biakkan ke dalam kolam buatan yang berisi air, rumput-rumputan dan batang padi yang masih muda sebagai makanannya. Keong mas dibiarkan bertelur sampai telurnya menetas dan hidup selama ± 60 hari yang berdiameter cangkangnya berkisar antara 2 cm sampai 3 cm.

Pembuatan rendaman air kapur sirih stok Kapur sirih seberat 1.200 gr dicampur air 2.000 ml sehingga diperoleh 100% dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 % dan 3,75%.

Pembuatan ekstrak daun ubi karet

Daun ubi yang digunakan adalah daun yang berada pada tangkai ke 6 dari pucuk. Daun ubi dipetik lalu ditimbang sebanyak 2 kg. Daun ubi di potong halus dan direndam dengan menggunakan 16 liter etanol selama 24 jam sebagai penarikan ekstrak, setelah itu dilakukan evaporasi untuk me-misahkan antara ekstrak dengan etanol sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 100%. Konsentrasi 100 % dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 % dan 3,75% setiap perlakuannya.

Teknik Pengumpulan Data

Setiap toples diisi 10 individu keong mas, pengamatan dilakukan pada jam 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Kemudian menghitung jumlah morta-litas keong mas serta persentase mortamorta-litas keong mas setiap perlakuan.

Analisis Data

Model yang digunakan untuk desain Ranca-ngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial antara ekstrak daun ubi karet dengan kapur, dalam pene-litian ini adalah sebagai berikut:

Yijk =π + Ui + Kj + (UK)ij + εijk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Rendaman Air Kapur Sirih Terha-dap Mortalitas Keong Mas

Hasil penelitian yang dilakukan pada penga-matan 24 jam, 48 jam dan pada pengapenga-matan 72 jam, dapat ditampilkan berdasarkan waktu pada Gambar 1.

Gambar 1. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan Rendaman Kapur Sirih Selama 24 Jam, 48 Jam dan 72 Jam

(4)

mas sehingga sistem saraf keong mas sudah ter-ganggu. Perlakuan kontrol tidak berpengaruh nyata pada mortalitas keong mas, jelas terlihat bahwa keong mas sangat aktif dan sehat berjalan menge-lilingi wadah, dan tidak satupun dari keong mas tersebut menutup cangkangnya.

Awal kematian keong mas yang terinfeksi kapur ditandai dengan perubahan tingkah laku keong mas yaitu tubuh keong mas berubah warna dari kuning terang menjadi kuning kehitaman. Tubuh terus menerus mengeluarkan lendir dikare-nakan terjadi kerusakan pada selaput lendir. Ber-kurangnya cairan lendir pada tubuh keong mas mengakibatkan kekejangan otot pada kaki keong mas sehingga pergerakannya menjadi lambat. Ba-hagian tubuh berusaha keluar dari cangkang akibat panas dari kapur, hal ini disebabkan senyawa yang masuk kedalam tubuh keong mas mengganggu kerja jaringan tubuh keong mas, proses ini menga-kibatkan keong mas mati dengan cepat.

Pengapuran (CaO) dapat menyebabkan ke-ong mas kurang aktif, turunnya daya makan dan bahkan mati. Pengapuran dengan takaran 50 kg/ha efektif menekan perkembangan keong mas (Hen-darsih dan Kurniawati, 2002). Pengapuran dianjur-kan pada saat populasi keong mas rendah atau pada saat tanam.

Pengaruh Ekstrak Daun Ubi Karet Terhadap Mortalitas Keong Mas

Hasil penelitian yang dilakukan pada penga-matan 24 jam, 48 jam dan pada pengapenga-matan 72 jam, ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan Ekstrak Daun Ubi Karet Selama 24 Jam, 48 Jam dan 72 Jam

Gambar 2. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata keong mas tertinggi pada perlakuan eks-trak daun ubi karet selama 72 jam dengan konsen-trasi 3,75% angka mortalitas mencapai 1,27 indivi-du, pada konsentrasi 2,50% turun menjadi 1,16 in-dividu dan konsentrasi 1,25% turun dengan morta-litas 1,11 individu. Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet selama 48 jam mortalitas keong mas kembali turun pada konsentrasi 3,75% dengan angka mortalitas 1,09 individu, selanjutnya pada konsentrasi 2,50% turun sedikit menjadi 1,08 indi-vidu dan terakhir turun pada konsentrasi 1,25% menjadi 1,04 individu. Perlakuan ini menyebabkan kematian pada keong mas sangat kecil dan lambat. Senyawa sianida ditelan oleh keong mas sehingga menyebabkan keracunan pada sistem pernafasan dan sistem sarafnya, sehingga keong mas yang te-racuni mengalami kelumpuhan syaraf mulut dan ti-dak bisa makan akhirnya menyebabkan kematian. Tingkat keracunan ini tergantung pada pemberian dosis dan lama perlakuannya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin ba-nyak pula kandungan senyawa sianida yang ber-sifat sebagai senyawa moluskisida bagi keong mas. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin banyak zat racun maka semakin banyak hama uji yang mati dalam kurun waktu penelitian (Musman, dkk, 2001).

Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet sela-ma 24 jam dan kontrol tidak menyebabkan kesela-ma- kema-tian pada keong mas. Perlakuan selama 24 jam meskipun belum mengalami kematian, namun tub-uh keong mas tampak lemas dan mengeluarkan lendir. Ini terlihat jelas bahwa keong mas sudah mulai terkontaminasi oleh zat toksik sebagai racun yang ada dalam ekstrak daun ubi karet yang dida-lamnya mengandung asam sianida (HCN).

Daun ubi mengandung zat toksik akibat ion sianida mulai dari akar (ubi) hingga daun, yang da-pat membunuh manusia dan hewan tertentu dalam kadar yang berlebihan. Daun dan kulit batang ubi kayu mengandung HCN yang 3-4 kali lebih besar dibanding kandungan HCN pada bagian akar. Kandungan HCN yang tinggi juga ditentukan oleh jenis ubinya (Rukmana, 1997).

(5)

Pengaruh Kombinasi Antara Rendaman kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet terhadap Mortalitas Keong Mas

Perlakuan Selama 24 Jam

Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 24 jam disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi pada perlakuan kombinasi antara kapur dan ekstrak daun ubi karet yaitu pada perlakuan ekstrak daun ubi karet dengan konsentrasi 3,75% dengan kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,28 individu, menurun sedikit pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan Kapur pada konsentrasi 1,25% dengan angka mortalitas 1,26 individu selanjutnya menyu-sul turun dengan perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan kapur pada kon-sentrasi 2,50% sebanyak 1,23 individu, dan turun pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada sentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur pada

kon-sentrasi 2,50% sebanyak 1,18 individu dan me-nyusul perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 1,25% sebanyak 1,13 individu. Pada ekstrak daun ubi karet konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur 3,75% turun sebanyak 1,08 individu, pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,06 individu dan sedangkan pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur 1,25% tidak menyebabkan keong mas mati.

Hasil pengamataan perlakuan dengan kombi-nasi antara ekstrak daun ubi karet dan rendaman kapur sirih dapat mematikan keong mas lebih ce-pat, ini diduga bahwa keong mas memakan ekstrak daun ubi karet yang seolah-olah menjadi makanan baginya, namun disisi lain keong mas tidak me-ngetahui bahwa didalam ekstrak ubi karet sudah terkontaminasi dengan rendaman kapur sirih. Kea-daan tubuh keong mas setelah menelan kombinasi ekstrak daun ubi karet dan rendaman kapur sirih Gambar 3. Mortalitas Keong Mas Selama 24 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan

Ekstrak Daun Ubi Karet

Gambar 4. Mortalitas Keong Mas Selama 48 dan 72 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet

1.00

U1K1 U1K2 U1K3 U2K1 U2K2 U2K3 U3K1 U3K2 U3K3

R

1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30

0.00

U1K1 U1K2 U1K3 U2K1 U2K2 U2K3 U3K1 U3K2 U3K3

(6)

menyebabkan tubuh keong mas menjadi kaku dan mengeras, dengan tutup cangkang yang sedikit ter-buka.

Perlakuan Selama 48 dan 72 Jam

Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 48 dan 72 jam disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata tertinggi pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet yaitu rata-rata mortalitas pada perlakuan selama 48 dan 72 jam menyebabkan keong mas mati seluruh-nya. Hal ini membuktikan bahwa pada mortalitas keong mas dengan perlakuan rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet ini sangat efektif digu-nakan. Lebih banyak waktu yang diberikan maka semakin banyak zat racun yang masuk kedalam tubuh keong mas, sehingga mempengaruhi daya makan keong mas akibat senyawa yang bersifat panas yang dapat mengganggu sistem pernafasan dan sarafnya. Hasil uji anova terhadap mortalitas keong mas disajikan pada Tabel 2.

Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima. Terdapat adanya perbe-daan yang nyata antar perlakuan konsentrasi.

Tabel 3. menunjukkan bahwa faktor kapur konsentrasi 0% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada semua konsentrasi tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu. Perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dan 1,25% juga tidak berbeda nyata, perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada kon-sentrasi 2,50% dengan angka 3,75 individu berbe-da nyata dengan ekstrak berbe-daun ubi karet paberbe-da kon-sentrasi 3,75% dengan angka 8 individu. Perlakuan

kapur pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua ekstrak daun ubi karet, konsentrsi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 2 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 7,25 individu. Pada perlaku-an kapur dengperlaku-an konsentrasi 3,75% juga berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 1,5 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2,25 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 9 individu.

Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsen-trasi 0% dengan faktor kapur pada konsenkonsen-trasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur pada konsen-trasi 1,25% berbeda nyata dengan kosenkonsen-trasi 2,50% dengan angka 3,25 individu. Pada perlaku-an kapur dengperlaku-an konsentrasi 2,50% dperlaku-an 3,75% tidak berbeda nyata. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor kapur pada konsentrasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata de-ngan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur

pada konsentrasi 1,25% berbeda nyata dengan konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan 3,75% dengan angka 1,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 3,75 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,25 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% de-ngan angka 8 individu, konsentrasi 2,50% dede-ngan angka 7,25 individu dan konsentrasi 3,75% dengan Tabel 2. Anova faktorial selama 24 jam

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 76,87 76,87

Perlakuan :

Daun Ubi Karet (U) 3 0,24 0,08 38,4*) 3,86

Kapur (K) 3 0,22 0,07 35,2*) 3,86

Kombinasi 9 0,57 0,06 30,4*)

Kekeliruan 48 0,10 0,002

JUMLAH 64 77,54

Tabel 3. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada jam ke 24

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 0a 0a 3,25bcd 3,25bcd

U1 0a 0a 2bc 1,5ab

U2 0a 3,75cd 5de 2,25bc

(7)

angka 9 individu. Hasil anova disajikan pada Ta-bel 4.

Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung≥ F tabel maka Ha diterima. Ini berarti terdapat perbe-daan yang nyata antar perlakuan konsentrasi.

Hasil persentase mortalitas keong mas dalam uji lanjut BNT taraf nyata 5% selama 48 jam disa-jikan pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa rendaman ka-pur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata deng-an semua faktor ekstrak daun ubi karet pada kon-sentrasi 0% dengan angka 0 individu, konkon-sentrasi 1,25% dengan angka 1 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan ang-ka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan fak-tor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan

angka 1 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan fak-tor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 2 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0%

deng-an deng-angka 2,5 individu berbeda nyata dengdeng-an kon-sentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Semen-tara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata. Hasil anova disajikan pada perlakuan 72 jam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 7 menunjukkan bahwa rendaman kap-ur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsen-trasi 0% dengan angka 0 individu, konsenkonsen-trasi 1,25% dengan angka 3 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 4,5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 8,75 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor Tabel 4. Tabel anova faktorial pada 48 perlakuan jam

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 98,25 98,25

Perlakuan :

Daun Ubi Karet (U) 3 0,01 0,0 16,00*) 3,86

Kapur (K) 3 0,73 0,24 1168,00*) 3,86

Kombinasi 9 0,76 0,08 405,33*)

Kekeliruan 48 0,01 0,0002

JUMLAH 64 99,02

Tabel 5. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 48 jam perlakuan

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 0a 10d 10d 10d

U1 1b 10d 10d 10d

U2 2c 10d 10d 10d

U3 2,5c 10d 10d 10d

Tabel 6. Tabel anova faktorial pada 72 jam perlakuan

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 101,58 101,58

Perlakuan :

Daun Ubi Karet (U) 3 0,03 0,01 48,00*) 3,86

Kapur (K) 3 0,35 0,12 560,00*) 3,86

Kombinasi 9 0,47 0,05 250,67*)

Kekeliruan 48 0,01 0,0002

JUMLAH 64 102,06

Tabel 7. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 72 jam perlakuan

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 0a 10e 10e 10e

U1 3b 10e 10e 10e

U2 4,5c 10e 10e 10e

(8)

rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan ang-ka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng-an deng-angka 3 individu berbeda nyata dengdeng-an konsen-trasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor eks-trak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng-an deng-angka 4,5 individu berbeda nyata dengdeng-an kon-sentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% de-ngan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 8,75 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Se-mentara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata.

Hasil pengujian yang telah dilakukan me-nunjukkan bahwa ternyata bahan nabati yang diuji dapat digunakan untuk mengendalian keong mas dengan sifat daya kerja yang berbeda. Perbedaan

konsentrasi dan jenis senyawa dapat memberikan pengaruh berbeda terhadap penghambatan aktivi-tas makan hama. Proses kematian hama akan se-makin cepat dengan pertambahan konsentrasi yang digunakan.

SIMPULAN

Rendaman kapur sirih berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canali-culataLamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan 72 jam. Ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canali-culata Lamarck) pada perlakuan selama 72 jam, sedangkan pada perlakuan selama 24 dan 48 jam belum menyebabkan keong mas mati.Interaksi antara rendaman kapur sirih dengan ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan 72 jam.

DAFTAR RUJUKAN

Anonymous., 2004. Opsi-opsi Pengendalian Siput Murbai. Tersedia di: Http//www.applesnail. net. (Diakses 6 Oktober 2004).

Carlsson, N.O.L., 2006. “ Invasive Golden Apple Snails are Threatening Natural Ecosystems in Southeast Asia.” In Joshi. R.C. and L.S. Sebastian (Ed.) Global Advances in Ecology and Management of Golden Apple Snail. PhilRice, Ingnieria DICTUC and FAO. P. 61-72.

Halifah, P., 2009. “Pengaruh Perasan Daun Ubi Kayu terhadap Mortalitas Keong Mas”. Tersedia di: file:///G:/Keong Mas (ubi ka-yu). htm. (Diakses April 2009).

Hamidy, S., Khalid, J., Adil, M; dan Hamdani, 2004. Rakitan Teknologi Pengendalian Ke-ong Mas.

Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia.,2002. “Prospek Moluskisida Nabati dalam Pengendalian Siput Murbai”. Berita Puslitbangtan 24:11-12.

Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia., 2009. “Keong mas dari hewan peliharaan menjadi hama utama padi sawah ”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

International Rice Reserch Institude., 2003. Rice Knowledge Bank, Philipina: Version 2.2. IRRI.

Musman M., Sofia dan Kurnianda V., 2001. Selek-tivitas fraksi Rf<0,5 ekstrak etil asetat (EtOAc) biji putat air (Barringtonia raceme-sa) terhadap keong mas (Pomaceae canalicu-lata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus).

Jurnal Depik1(2):99-102.

Rukmana, R., 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pas-capanen. Yogyakarta: Kanisius.

Sery, R.A., Sunarsi; dan Idris, 2006. Pengelola Keong Mas (Pomacea canaliculata) untuk mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi Sawah.

Sulistiono., 2007. Cara Aman Mengendalikan Ke-ong Mas. Bogor : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut pertanian Bogor (FPIK-IPB).

Syahpiansyah, N., Wibowo, L., dan Indryati, 2009.

Pengaruh Eksrak Kasar Buah palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata W) Terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea sp) di Rumah Kaca.

Gambar

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Terhadap Keong Mas
Gambar 2.Mortalitas Keong Mas pada PerlakuanEkstrak Daun Ubi Karet Selama 24Jam, 48 Jam dan 72 Jam
Gambar 3. Mortalitas Keong Mas Selama 24 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih danEkstrak Daun Ubi Karet
Tabel 7. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 72 jam perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Selain driblling , teknik dasar passing dan stoping merupakan teknik dasar yang baik dalam permainan sepak bola, sebab passing dan stoping sangat ideal digunakan untuk

siswa sudah mulai berbicara lebih sopan dibandingkan dengan pra siklus dan siklus 1, sedangkan untuk karakter tanggung jawab pada siklus 2 cenderung ke MK

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka peneliti tidak menggunakan semua permasalahan untuk diteliti. Batasan penelitian ini adalah

Rata-rata produksi, berat, dan massa telur puyuh penelitian yang diberi perlakuan pemberian ransum komersil ayam petelur yang disubstitusi dengan bahan pakan campuran

Kepemilikanmanajerial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen.Ini membuktikan bahwa pemegang

Menimbang : bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Sosial Kota Probolinggo, terutama terkait penyediaan sarana prasarana

Jenis penelitian deskriptif karena untuk menggambarkan atau menjelaskan data seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala lain dari penelitian yakni mengenai bagaimana

Berdasarkan hasil tabel 1 keterampilan proses sains mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Negeri Manado menunjukkan